Tuesday, October 12, 2021

ROTI CINTA 50

 

ROTI CINTA  50

(Tien Kumlasari)

 

Ferry heran melihat wajah Eny yang tiba-tiba menjadi gelap seperti mendung. Ia juga heran mendengar kata-kata Eny yang seperti marah pada Dina.

“Kenapa sih mbak ?”

“Kamu tidak tahu, betapa jahatnya Dina sama aku,” gerutunya sambil mengaduk-aduk baksonya tanpa segera memakannya.

“mBak Dina? Jahat sama mbak Eny? Masa sih, orang sebaik dia.. bisa melakukan hal jahat?” tanya Ferry yang lupa bilang untuk meminta pangsit lebih.

“Mas.. mas..  boleh minta tambah pangsitnya nggak?” teriaknya kepada pelayan.

“Kalau pak Rustanto biasanya sudah tahu,” katanya ketika pelayan mendekat, lalu mengambil mangkuk bakso Rustanto untuk ditambahkan lagi pangsit yang dimintanya.

“Tiga lagi ya,” pesannya ambil berteriak karena pelayan sudah berlalu.

“Aku merasa, bakso ini rasanya hambar. Sangat tidak enak,” kata Eny tiba-tiba.

“Masa sih ? O, perasaan mbak Eny yang lagi nggak enak itu,” kata Ferry sambil menerima kembali mangkuk baksonya yang sudah ditambahi pangsit.”

“Hmh.. enak tuh.. enak seperti biasanya buatan mas Rustanto kok,” kata Ferry sambil menyendok baksonya dan menggigit pangsitnya.

“Nggak tahu nih, menurut aku sama sekali nggak ada enak-enaknya.”

“Hati yang tidak tenang, membuat makanan jadi tak enak, bahkan kalau itu masih terbawa, tidurpun jadi tak nyenyak.”

Eny terdiam, ia menyendok baksonya pelan-pelan, dan berusaha menghilangkan rasa kesalnya pada Dina. Teringat olehnya, ketika Dina memintanya untuk berterus terang kepada Rustanto bahwa dia menyukainya, karena Rustanto itu lugu dan tidak akan bisa mengerti kalau Eny diam saja tanpa berterus terang. Lalu Eny melakukannya, dan ternyata mereka calon suami isteri? Alangkah jahatnya Dina, alangkah kejamnya telah membuatnya malu dihadapan Rustanto.

“Sebenarnya ada apa?” tanya Ferry melihat kegelisahan Eny yang tampak pada cara makannya.

“Hatiku sakit  Ferr, sakit sekali.”

“Ini masalah apa? Masalah cinta ?”

Eny terdiam.

“Sebuah beban akan menjadi ringan kalau mbak Eny mau berbagi. Maukah berbagi sama saya?”

Eny menyendok baksonya sekali lagi, lalu meletakkannya. Belum sampai separo, dia sudah tak ingin memakannya lagi.

“Nggak dihabisin ?”

“Serasa sekam..” gumam Eny sambil meneguk minumnya.

“Aduuh.. sangat beratkah bebannya? Beban kemarahan ? Dengar, saya pernah mengalaminya. Hati merasa panas, dan tak terkendali, lalu melakukan hal yang sangat bodoh dan konyol, hanya untuk melampiaskan kekesalan saya kepada seseorang. Hasilnya apa? Hati tetap tersakiti, lalu saya mendapat kecelakaan, dan gilanya.. yang menolong saya dan membawa kerumah sakit adalah dia. Orang yang menyulut kemarahan saya. Masih ditambah lagi, dia membayar biaya selama saya dirawat. Saya sangat malu, menyesal. Lalu semua itu saya jadikan pelajaran dalam hidup saya. Kebencian itu membakar hati, dan hati yang terbakar tak akan bisa perpikir jernih, dan hati yang keruh membuat kita melupakan semua kebaikan, sehingga tega berbuat jahat,” kata Ferry panjang lebar.

Eny terdiam, tapi ia mendengarkan semua penjelasan Ferry. Eny merasa, biarpun umurnya jauh lebih muda, tapi Ferry bisa berpikir lebih dewasa. Barangkali Ferry benar, kebencian membuat hatinya terbakar. Dan sekarang hati yang terbakar itu sedang merambati kepalanya, bahkan sekujur tubuhnya.

“Kejadian yang menimpa saya itu adalah karena seseorang yang saya anggap merebut gadis yang saya cintai. Tapi saya salah, cinta tidak bisa dipaksakan. Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mencintai kita.”

Itu benar, kata hati Eny yang kemudian meneguk minumannya sampai habis.

“Tapi aku membenci sikap Dina..”

“Biar aku tebak, mbak Eny jatuh hati sama mas Rustanto, tapi mas Rustanto memilih mbak Dina?” kata Ferry berterus terang, karena Eny masih ragu-ragu mengatakannya.

Eny masih terdiam, dan itu berarti tebakan Ferry adalah benar.

“Mengapa marah kalau memang kita tidak dicintai? Bukankah lebih baik dicintai daripada mencintai ?” kata Ferry yang sok menjadi orang tua.

“Aku tahu, tapi sikap Dina sangat menjerumuskan aku dan membuat aku sangat malu, dan ternyata dia sendiri sudah jadian sama Rustanto.”

“Sikap yang bagaimana yang membuat mbak Eny malu?”

Lalu Eny mengatakan bahwa ketika dia bilang suka sama Rustanto, Dina menyuruhnya berterus terang saja dihadapan Rustanto, dan kenyataannya Rustanto menolak kan? Sebelnya adalah karena ternyata keduanya sudah memiliki hubungan cinta.

“Ooh, tapi menurut saya, itu bukan menjurumuskan. Mungkin maksudnya adalah supaya mbak Eny bisa mendengar dari mas Rustanto sendiri.”

“Mengapa Dina tidak mengatakan saja terus terang sehingga aku tidak perlu menanggung malu? Dan sebelnya ternyata mereka memang pacaran.”

“Ya sudah, tidak udah sebelnya dibawa terus, sekarang endapkan hati. Barangkali mbak Dina tidak bermaksud jahat. Pada suatu hari nanti mbak Eny dan mbak Dina perlu bicara. Persahabatan bisa rusak karena cinta ya? Tapi kebalikan sama saya, cinta bisa membuat saya menemukan cinta yang lain. Cinta seorang sahabat yang tadinya saya benci setengah mati.”

“Hari ini kamu seperti kakek-kakek,” kata Eny yang membuat Ferry nyengir kuda.

“Sebenarnya saya memaksa mbak Eny untuk makan bakso hari ini adalah karena saya juga punya kepentingan sama mbak Dina atau mas Rustanto. Sayang tidak ketemu.”

“Kepentingan apa?”

“Saya ingin mencari pekerjaan di warung ini, jadi pelayan juga saya mau.”

“Woww.. kamu kan masih kuliah? Untuk apa cari pekerjaan? Jadi pelayan pula.”

“Memangnya kenapa kalau saya bekerja sebagai pelayan? Saya butuh uang untuk biaya ujian saya. Nggak enak terus-terusan minta sama orang tua.”

“Maukah bekerja di kantor aku?”

Mata Ferry berbinar mendengar tawaran Eny.

“Mau dong, jadi OB, jadi satpam, saya bisa.”

“Nanti aku carikan informasi, berikan nomor kontak kamu,” kata Eny yang sudah mulai tenang mendengar ‘ocehan’ Ferry.

Dan ketika Ferry kembali memboncengkannya setelah makan bakso itu, hati Eny merasa lebih terendapkan.

***

Perhelatan itu sedang terjadi. Banyak tamu undangan yang datang, dari rekan-rekan bisnis Baskoro dan teman-teman Dian.

Pengantin yang anggun dengan busana Jawa, tampak cantik bak dewa dan dewi dari kahyangan, ditambah pendamping pengantin yang tak kalah menarik.

Para tamu memuji-muji pasangan pengantin dan pendampingnya yang tampak ganteng dan cantik,

Suwondo bahkan merasa, dialah yang sedang jadi pengantin, karena berdampingan dengan wanita yang dicintainya. Sesekali dia melirik kearah Ningsih yang tampak cantik dengan busana Jawa.

“Kamu cantik sekali,” bisiknya ketika dalam sebuah kesempatan, dan keduanya duduk berdampingan.

Ningsih tersipu. Dia ingin mengatakan bahwa Suwondo juga ganteng dengan pakaian Jawa, tapi sungkan mengatakannya.

Dina yang duduk dideretan keluarga juga mengagumi sepasang pendamping pengantin.

“Siapa sih dia? Tanya Dina kepada Arin yang duduk disampingnya.

“Dia itu mbak Ningsih, kasir baru pengganti mbak Witri, pasangannya pak Suwondo, seorang pengacara.”

“Oh, serasi banget ya.”

“Kabarnya mereka juga akan menjadi suami isteri.”

“Wouw.. “

“Aku melihat banyak pasangan disini. mBak Dita sama mas Bian, mbak Dina sama mas Rustanto. Siapa lagi ya..” kata Arini sambil tersenyum.

“Doakan ya?”

“Berarti aku akan bolak balik ke Indonesia, soalnya aku harus menghadiri setiap pernikahan dari kalian.”

“Senang sekali kalau kamu bisa datang.”

“Iya sih, aku harus datang..”

“Supaya segera ketularan kan ?”

“Nggak lah, aku masih kecil. Ibu Risma meminta aku menyelesaikan sekolah dan melarang aku pacaran.”

“Bagus tuh, aku juga belum pernah pacaran sebelumnya lho.”

“Tapi pacar mbak Dina ganteng juga lho. Ternyata asyik memakai pakaian Jawa. Semuanya tampak ganteng dan cantik. Ibu sama bapak aku juga ganteng dan cantik. Om Leo sama ibu Rina juga ganteng dan cantik.”

Rustanto yang semula merasa minder melihat keluarga Dina yang sangat hebat karena dari keluarga kaya, menjadi lebih santai melihat keramahan mereka. Baskoro dan isterinya, bapak ibunya Dina, semuanya baik. Mereka juga menyambut gembira ketika pada setiap yang ditemuinya, Dina selalu memperkenalkan dirinya sebagai calon suaminya. Itu membuat Rustanto tersipu tapi juga bahagia.

Mereka beberapa hari tinggal di Jakarta, dan sambil bergurau tapi serius, mereka juga membicarakan akan segera menikahkan Dina dan Rustanto.

Aduh, betapa sungkannya Rustanto. Di kesempatan tersendiri Rustanto bilang bahwa dia tidak punya sesuatu yang pantas dipamerkan, dan ingin dilaksanakan dengan sangat sederhana saja.

“Iya mas, nanti kita bicara sendiri saja kalau sudah pulang, orang tua maunya begitu, mungkin takut aku keburu menjadi perawan tua,” canda Dina.

“Aku jadi merasa rendah diri melihat keluarga kamu”

“Jangan begitu mas, keluarga kami tidak ada yang pernah membedakan status seseorang. Isteri mas Dian juga dari keluarga seorang janda yang hidup sederhana.”

“Benarkah ?”

“Iya. Jadi jangan merasa rendah diri. Kalau rendah hati sih boleh. Ya kan?”

Intinya Rustanto bahagia menemukan gadis yang bisa menerima dirinya seperti apa adanya.

***

“Beberapa hari yang lalu ada yang menanyakan bapak sama ibu,” kata salah seorang pelayan  ketika Rustanto dan Dina sudah kembali hadir di warung.

 “Siapa ?”

“Maaf pak, saya tidak menanyakannya.”

“Lain kali kalau ada orang yang menanyakan aku atau bu Dina, ditanya dong namanya.

“Saya pikir mereka hanya mau makan bakso.”

“Laki-laki atau perempuan?”

“Laki-laki dan perempuan. Yang laki-laki minta tambah pangsit tiga biji.”

“O, itu mas Ferry namanya. Hanya sekedar makan?”

“Iya pak. Tapi yang wanitanya makan sedikit sekali, saya mendengar katanya baksonya nggak enak.”

“Siapa ya dia? Coba nanti saya tanya mas Ferry, saya kan ada nomor kontaknya.”

***

Dan setelah Rustanto menelpon itu siangnya Ferry datang lagi ke warung, dan mengatakan bahwa yang bersamanya waktu itu adalah Eny.

“Oh.. dia?”

“Ada masalah ternyata mbak Eny sama mbak Dina.”

“Masalah apa ?”

Ferry pun mengatakan apa yang diceritakan Eny padanya. Dan itu membuat Rustanto terkejut. Lalu dipanggilnya Dina yang masih ada didalam ruangannya.

Dina juga terkejut ketika mendengar Eny marah sama dia.

“Ketika itu kan aku belum jadian sama dia,” kata Dina sambil menunjuk ke arah Rustanto yang di ‘iya’kan oleh Rustanto.

“Aku mau menemui Eny di kantornya, supaya kesalah pahaman ini tiak berlanjut,” kata Dina.

“Iya Din, sebaiknya kamu temui dia dan menjelaskan semuanya. Sayang kalau persahabatan jadi retak hanya karena salah terima.”

“Kalau mau sekarang, bareng aku saja. Aku juga mau ke kantornya mbak Eny.”

“Kamu? Ngapain kesana?” tanya Dina.

“Aku mau menyerahkan surat lamaran pekerjaan. Katanya mbak Eny akan membantu.”

“Haa, kamu mau bekerja disana? Kuliah kamu bagaimana?”

“Justru aku mencari uang untuk membayar biaya ujuan dan lain-lain.”

“Wah, hebat kamu Fer, Bagus, aku suka semangat kamu. Baiklah, kalau begitu ayo bareng aku saja.”

“Tapi bagusnya nanti ketemunya gantian saja, nggak enak kalau aku mendengar pembicaraan kalian.”

“Iya, itu gampang. Selesaikan makanan kamu, lalu kita berangkat. Naik mobil aku saja, motor kamu tinggalin disini. Mas mau ikut ?”

“Nggak usah Din, nanti dia sungkan kalau ada aku, lebih baik aku melanjutkan pekerjaan aku.”

***

“Aku tidak mengira Eny akan sangat marah sama aku,” kata Dina dalam perjalanan ke kantor Eny.

“Namanya juga salah terima. Mungkin tadinya dia tidak mengira kalau mbak Dina jadian sama mas Rustanto.”

“Waktu itu belum. Baru beberapa hari lalu kami saling mengutarakan isi hati, dan mungkin kami akan segera menikah.”

“Wauuww.. secepat itu?”

“Aku kan sudah tua Fer, mas Rustanto juga kan diatas aku. Mau tunggu apa lagi, kami sudah saling mengetahui hati masing-masing. Sekarang lagi menunggu kesiapan orang tua mas Rustanto saja untuk datang ke keluarga aku.”

“Ikut senang mbak, semoga bahagia deh.”

“Terimakasih Fer.”

Tapi ketika sampai di kantor Eny, dan Dina menemui sekretaris, sang sekretaris bilang bahwa ibu Eny tidak bisa ditemui. Padahal sebelum Dina,  Ferry sudah lebih dulu menemuinya dan diterima.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

89 comments:

  1. Rocin lima puluh tayang

    Alhamdulillah yuk kita baca bersama
    Mksh bunda Tien yg telah mengaduk aduk hati selalu penasaran

    Bgmn dgn Dina dan Rustanto
    Ningsih dan mas Wondo

    Mungkinkah akhirnya Eni mlh jadian ma Ferry

    Hadeeh kok jd halu...
    Sehat selalu bunda salam hangat dari Jogja
    Dan ttp ADUHAI

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat buat penjaga gawang yang selalu berada didepan oven.
      Gak peduli "gerah" karena panasnya oven tetap tampil paling depan.
      Selamat sang juara 1.
      Selamat malam semuanya.

      Delete
    2. Alhamdulillah ROCIN_50 sdh tiba dirumah dengan selamat masih anget lagi.

      Terimakasih bu Tien.
      Pengin segera tahu oleh² dari perjalanan menghadiri pesta pernikahan Dian & Witri.......

      Yuk kita baca bareng².
      Salam ADUHAI, bu Tien.

      Delete
    3. Aku gak nunggu oven loh kakek sok tau aj

      Hbs slsai tlp tuh trus buka pas roti mateng

      Kan msh hangat jelas fresh
      Yg pntg ttp ADUHAI

      Delete
    4. Mbk Iin ki jian tenan.... Juara 1 terus

      Delete
    5. Soale njenengan sing ngalah....
      Coba jenengan ora usah woro² di WAG PCTK, juara 1 teyus setiap malam ... Hehehehe

      Delete
    6. Alhamdulillah, Rocin 50 sdh mateng siap disantap, makasih bu Tien. slm sehat tetap semangat

      Delete
  2. Replies
    1. Apa kabar mbah Wi.....
      Piye iki kok kalah terus karo jeng Iin? Hayo semangat mbah Wi......
      Salam aduhai

      Delete
  3. Alhamdulilah, terima kasih bu tien... roti cinta 50 sdh tayang semoga bu tien selalu sehat, dan selalu bahagia.. aamiin, salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  4. Terima kasih Bu Tien, Roti cinta sudah hadir kembali di tengah kami, salam aduhai

    ReplyDelete
  5. Asyiik Roti sudah lewat ,,,waduuhh Sik kebul kebul

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah rocin 50 sudah tayang ... Terimakasih Bu Tien

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun mbak Tien-ku, roti-nya sudah terhidang.

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah Rocim t0 masih kebul-2 heemm uenak anget-2

    Trmkah mb Tien Rocin nya

    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  9. Alhamdullilah sdh tayang rocin 50...mksih mbak Tien.. SalamSeroja dan Aduhai dri skbmi

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah Rocin 50 sudah tayang....

    Matur nuwun Bu Tien semoga sehat selalu....

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien....rocin nya siap santap...
    Salam sehat selalu....

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah....
    terima kasih Bu Tien.... semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah... Terima kasih mbak Tien... Salam aduhai

    ReplyDelete
  14. Matur nuwun bunda Tien Rocin sdh tayang..

    Sehat selalu njih bun.

    dan tetep ADUHAI...

    ReplyDelete
  15. Sabar Dina...hati eny masih terbakar..biar mengendap dulu ...
    Trm.kasih bu Tien sehat sehat dan sehat

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah ....
    Yang ditunggu tunggu telah hadir.....
    Matur nuwun bu Tien..
    Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
    Aamiin..... .

    Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
    .

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah,roti cinta..matur nuwun Bu Tien,tansah pinaringan sehat,Aamiin.

    ReplyDelete
  18. Horeee RoCin sdh hadir ,makasih bunda Tien ,semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah....masih marah Eny nya .smg bisa berlapang dada...salam seroja dari Gawok

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah RC.50 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah Terima kasih bunda Tien Roti Cinta 50 semoga sehat walafiat 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  22. Weleh..weleh...mBak Eny ternyata cemen........

    ReplyDelete
  23. Terima kasih roti cinta nya sangat mengasikan aduhai bener2 manis

    ReplyDelete
  24. Assalamu alaikum bu Tin.
    Terima kasih Rocin part 50 sdh hadir.
    Smg bu Tin selalu sehat.

    Salam aduhai

    ReplyDelete
  25. Terima kasih Mbak Tien , Rocin 50 udh dtg ... Salam SEROJA buat Mbak Tien & seluruh PCTK ...

    ReplyDelete
  26. Wow semakin menggemaskan saja rocin 50 ini, terima kasih Bu Tien....

    ReplyDelete
  27. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman,

    ReplyDelete
  28. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Umi Iswardono,

    ReplyDelete
  29. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  30. Masih ada 'garapan' lagi, Eny yang belum bisa move on. Mudah-mudahan jadian sama Ferry boleh aja.
    Kalau yang lain sudah oke segera saja sebar undangannya.
    Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  31. Trimakasih mbak Tien..RC50nya..

    Eny ga brani hadapi Dina?😒

    Yg lain bikin mèsem2..😊😊

    Besok lg yaa..

    Salam sehat dan aduhaiii mbak Tien..🙏🥰⚘

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah sudah terbit, Eny lagi.. Cemburu dia...
    Mbak Tien sehat selalu ya... Salam ADUHAI...

    ReplyDelete
  33. Ambyarrrr..rupanya Eny malu bertemu dengan Dina..apakah persahabatan ini harus berakhir ??? Moga2 saja tidak semudah itu putusnya persahabatan. Semoga Eny cepat sadar nanti setelah Dina berbicara langsung dengan nya. Salam sehat selalu utk Bu Tien Dan Keluarga.🙏🙏👍👍

    ReplyDelete
  34. Alhamdulilah Rocin sudah tayang....màtur nuwun Ibu..mugi Ibu Tien tansah sehat

    Cerita yg penuh catatan khusus

    Kata adalah doa..untuk itu kita harus berkata baik2..
    Kebencian..........petuah Ferry untuk Eny..
    Semoga Eny sadar ...dan menemukan cintanya

    Aduhai

    ReplyDelete
  35. Matur nuwun Bunda untuk ROCIN 50nya.
    Sehat terus dan tetap semangat dalam berkarya.

    ReplyDelete
  36. Aduh...
    Cerita semakin seru..
    Terima kasih mbak Tien

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  38. Wa'alailum salam warahmatullahi wabarakatuh.
    Sami2 ibu Herlin

    ReplyDelete
  39. Maturnuwun bu Tien atas hadirnya Roti Cinta~50..🙏

    ReplyDelete
  40. Akirnya sudah dapat pasangan semua ,gelagatnya hampir berakir nih cerbung,Yg buat saya senang baca cerbung mbak Tien berakhir happy ending.Kalau sudah tamat segera muncul judul baru lagi yg selalu di tunggu2.
    Tks mbak Tien salam aduhai dari Tegal.

    ReplyDelete
  41. alhamdulillah, jumpa lagi RC edisi 50, mksh b Tien salam sehat dan hangat serta Aduhai.

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah ROCIN 50 sdh tayang maturnuwun Bu Tien 🙏,mugi Bu Tien tansah sehat, semangat dan ADUHAI selalu

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah, ROCIN 50 ,,uenak tenan,semua dapat pasangan ,, walaupun Eny sedikit galau ,tp seperti nya berjodoh dg Ferry,,pokoke Aduhaaii bener deh , 👍👍👍

    Matur nuwun bu Tien,,Salam sehat wal'afiat n ADUHAAII,,,,🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  44. Alhamdulillah, makasih bu Tien, semoga bu Tien sekeluarga sehat selalu. Aamiin 🤲

    ReplyDelete
  45. Wah Eny bener2 marah sama Dina nih. Buktinya dia gak mau ditemui Dini. Ah... cinta bener2 membuat orang jadi buta... buta hati juga. Semoga semua permasalahan bisa segera selesai.
    Terima kasih Mbak Tien Rocinnya selalu membuat penasaran. Yang penting Mbak Tien selalu sehat. Salam ADUHAI selalu dari kota lumpia.

    ReplyDelete
  46. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat
    Salam sehat fan qduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah
    Terima kasih bu tien, semoga bu tien sehat2 selalu

    Salam aduhai

    ReplyDelete
  48. Trmksh mb Tien RC sdh hadir. Perhelatan nikah Dian dan Witri sdh selesai smg samawa,tinggal pasangan yg akan menyusul jd pengantin.. kira2 siapa dulu ya.. tunggu sj di episode berikutnya..slm seroja utk mb Tien dan para pctk.. 🤗

    ReplyDelete
  49. Semoga semua berakhir bahagia.
    Modal utama bahagia adalah menjadi orang baik bagi sesama...

    Penasaran, monggo dilanjut ibu Tien. Matur nuwun, Berkah Dalem Salam ADUHAI.

    ReplyDelete
  50. Maturnuwun ibu Tien, semoga selalu sehat se klrg, salam aduhai

    ReplyDelete
  51. Terima kasih RoCin 50 hadir pas bangun eee dah banyak yg komen juga...semangat u bu Tien sehat selalu ..Aamiin..eee Eny lg marah dan cemburu sama Dina...ha ha ha ha Leala Rustanto yg menyebabnya ..Dina seh lugu sok keluguan n ngemas hahaha nih cerita buat ramee n geumes..semangat dan salam aduhai

    ReplyDelete
  52. Alhamdulillah ... Terima kasih kiriman Rocinnya Bu Tien ... Semoga Bu Tien sehat selalu ... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  53. Subhanallah..maturnuwun bu Tien.
    Selamat menanti waktu subuh..
    Sy sdg di solo, mau sowan tpi ga tau alamatvnu Tien.
    Pangapunten bu
    Salam sehat dan ADUHAI selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam ADUHAI jeng Nien.
      Solo nya dimana

      Delete
    2. Satu mbakyu di Sumber dan satunya lagi di Colomadu bu Tien...
      Dua2nya penggemar setia tulisan ibu..
      Matur nuwun, diparingi karya2 panjenengan.
      Insyaallah barokah.

      Delete
  54. Matur nuwun Rocinnya Bu Tien. Semoga Ibu sekeluarga dan Bapak-ibu semua sehat dan bahagia selalu, aamiin...

    ReplyDelete
  55. Alhamdulillah Rocin 50 adh tayang..bisa untuk sarapan.pagi. Pernikahan Dian dan Witri sudah berjalan lancar, akan disusul Ningsih dan Suwondo, kemudian Dina dan Rustanto..Semoga Eny bisa lapang dada dan kembali bersahabat dg Dina..aamiin

    ReplyDelete
  56. Assalamualaikum wr wb. Wah, rupanya Eny msh marah terhadap Dina. Mudah mudahan persahabatan mereka tidak retak karena cinta. Maturnuwun Bu Tien sdh menyajikan cerbung yg semakin menarik dan mengandung filosofi kehidupan. Semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir batin dan bahagia. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  57. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
    Aamiin Allahumma aamiin.
    Terimakasih pak Mashudi.

    ReplyDelete
  58. Wah, kayaknya si eni sengaja menghindari dina ya? Udah deh, ikhlasin aja rustanto. Kan masih ada feri. Makasih bunda tien. Ceritanya makin aduhai. Salam seroja buat bunda tien beserta keluarga.

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...