Monday, October 11, 2021

ROTI CINTA 49

 

ROTI CINTA  49

(Tien Kumalasari)

 

Sejenak Rustanto termangu, lalu menatap Dina yang juga sedang menatapnya. Pertemuan dua tatapan mata itu sama-sama menggetarkan hati mereka. Kalau memang cinta, mengapa tak hendak bicara ? Rustanto melihat senyum dibibir Dina, hatinya semakin luluh. Apa arti pandangan mata dan senyum itu? Begitu bodohnya Rustanto sehingga tidak bisa menangkap arti semuanya. Atau sesungguhnya dia tahu tapi pura-pura tidak tahu ?

“Ada apa mas? Kok menatap aku seperti itu ?”

“Tahukah kamu bahwa ucapan adalah doa?” pertanyaan ini mengingatkan Dina pada Dita adiknya. Kalau ucapan adalah doa, maka apakah keduanya saling berdoa agar bisa menjadi pasangan suami isteri? Rustanto pernah mengucapkannya, demikian pula Dina.

“Berarti mas Rustanto dan aku sama-sama pernah mendoakan itu,” kata Dina sambil masih dengan senyuman manisnya.”

“Apa kamu mengerti, betapa takutnya aku?”

“Oh ya? Aku menakutkan ya?”

“Kalau aku berharap, nanti dikira pungguk merindukan bulan.”

“Jadi.. mas Rustanto benar-benar tak berani berharap?”

“Berharap.. boleh kan, tapi sudahlah.. nanti saja kita bicara lagi, tuh ditungguin pelayan toko, kamu mau beli yang mana?”

“Kan tadi aku yang nanya, mas Rustanto mau yang mana?”

“Ya sudah, dari pada nggak selesai-selesai, terserah kamu saja.”

“Baiklah, biru kehitaman ini ya mas. mBak, coba yang ini, tapi mas Rustanto kan harus ngepas dulu.”

“Yang ini ya mbak, baiklah, nanti kalau tidak cocok masih ada ukuran yang lainnya kok. Mari mas, silahkan,” kata pelayan sambil membawa setelan jas yang dipilih Dina, lalu mengantarkannya ke kamar pas.

Dina tersenyum senang. Dia merasa agak nekat tadi, apakah itu memalukan? Tampaknya Rustanto juga cuma senyum-senyum saja. Apakah hati mereka akan bisa bertaut?

Dina berjalan ke arah deretan kebaya yang dipajang. Semuanya indah. Tadi Dita minta agar Dina memilihkan mana saja yang disukai Dina.

Dina  menunjuk kearah kebaya warna biru muda dengan kembang-kembang melingkar di bawahnya, dan juga disepanjang dadanya. Warnanya serasi dan tampak anggun. Dina memotretnya, lalu mengirimkan kepada Dita.

“Dita, kalau yang ini kamu suka nggak?” tanyanya pada pesan singkat yang dikirimkan kepada Dita.

Beberapa saat kemudian Dita menjawab.

“Ini bagus mbak.”

“Kamu suka?”

“Kalau mbak suka, aku juga suka.”

“Jangan terpaksa dong, kamu sendiri suka nggak?”

“Suka mbak.. kalau ukuran tubuhku sama mbak Dina kan tidak jauh berbeda?”

“Baiklah, aku juga suka.”

Dari jauh Dina melihat Rustanto sudah keluar dari kamar pas, masih dengan pakaian yang barusan dicobanya.

“Bagaimana ? Ini yang kedua, yang tadi agak kekecilan.”

“Bagus mas, pas sekali untuk mas..” kata Dina yang diam-diam mengagumi Rustanto. Alangkah gantengnya laki-laki ini.

“Baiklah, kalau begitu ini saja.”

Sekarang giliran Rustanto menunggu Dina yang sedang mengepas pakaiannya. Rustanto menghela napas panjang. Setelan jas yang dipilih Dina harganya sangat mahal. Rustanto tak ingin bersorak kegirangan karena itu. Ia justru merasa tak enak karena Dina membayar baju itu dengan uangnya.

***

“Mas Rustanto jangan sekali-sekali merasa tak enak atas baju itu. Aku kan sudah bilang bahwa itu bukan dari aku, tapi dari perusahaan karena mas sangat berjasa menjadikan warung kita begitu maju pesat perkembangannya,” kata Dina dalam perjalanan kembali ke warung.

“Apa kamu yakin bahwa akan mengajak aku ke Jakarta dalam acara pernikahan saudara kamu?”

“Tentu saja aku yakin mas. Aku tak bisa datang tanpa seseorang, sementara Dita akan datang bersama pacarnya.”

“Seseorang itu aku ?”

“Ya, seseorang yang sangat istimewa buat aku.”

Rustanto menata batinnya yang sejak tadi gemuruh tak menentu.

“Tapi aku sungkan pada keluarga kamu.”

“Mengapa sungkan ? Aku sudah cerita banyak kepada keluarga aku, tentang mas Rustanto.”

“Apa? Apa saja yang kamu ceritakan?”

“Banyak, semuanya baik.”

“Aku hanya orang kampung.”

Memangnya kenapa kalau orang kampung? Sekarang juga aku minta mas Rustanto mengatakan kepada aku, apa yang mas Rustanto pikirkan tentang aku.”

“Apa maksudnya?”

“Katakan saja, menurut mas, aku ini gadis yang bagaimana. Yang tidak sopan, norak, semaunya, atau bagaimana.”

Lagi-lagi Rustanto menghela napas panjang.

“Kamu gadis yang cantik, baik, bersemangat.”

“Apa mas suka?”

“Sangat suka,” kata Rustanto yang kemudian kawatir kalau ucapannya dinilai lancang.

“Terimakasih ya mas. Selain suka apa lagi?” Dina semakin nekat.

“Apa?”

“Katakan saja apa yang ada dalam hati mas. Ada banyak rasa. Suka, benci, muak, sebel, cinta. Mas punya rasa yang mana?”

“Apa?” Rustanto benar-benar kelimpungan. Suka, sudah dikatakannya. Benci... tidak dong, muak, tentu saja tidak, sebel.. mana mungkin. Cinta..? Hanya tinggal satu kata. Rustanto menimbang-nimbang, apakah itu artinya dia cinta? Astaga, Dina sedang menguji keberaniannya untuk mengucapkan cinta. Lalu Rustanto merasa bahwa dia adalah seorang laki-laki. Ia seharusnya tak takut apapun. Iya sih, melakukan apapun dia berani asalkan dia benar, tapi mengucapkan cinta?

“Ya ampun mas, lama benar jawabnya,” kata Dina yang tak sabar menunggu. Dia sudah banyak memancing-mancing untuk mendalami isi hati Rustanto yang sebenarnya, tapi laki-laki itu tetap bergeming.

“Ya sudah, kalau diam berarti benci,” sambung Dina dengan mulut cemberut.

“Tidak, tidak.. mana mungkin aku benci sama kamu?”

“Lalu apa?”

“Dina, mm.. aku minta maaf kalau kamu menganggap aku lancang..” akhirnya Rustanto berani mengatakannya. Ia harus mengatakannya, dengan akibat apapun yang akan diterimanya.

“Ya, katakan saja..”

“Sebenarnya, aku benar-benar...”

“Benar-benar apa?” sebel banget ya menunggu hanya sebuah kata, benci atau cinta..

“Benar-benar cinta sama kamu,” katanya pelan kemudian wajahnya menatap kearah jalan raya siang itu.

Dina menatap kearah Rustanto.

“Mas serius?”

“Maafkan aku. Tapi aku selalu mengatakan apa yang ada didalam hati aku.”

“Terimakasih mas, jadi lain kali mas Rustanto tidak usah ragu-ragu kalau seandainya bertemu dengan seseorang, lalu memperkenalkan aku sebagai calon isteri kamu.”

“Ah.. ya, kamu tidak marah. Aku lancang bukan?”

“Sebuah ucapan cinta bukan seuatu yang dianggap lancang, apabila terucap dari hatinya yang paling dalam. Tidak, aku tidak marah.”

“Bagaimana dengan diri kamu ? Apakah kamu membenci aku setelah aku mengatakannya? Kalau begitu anggap saja aku tidak pernah berkata apapun.”

“Tidak, aku mau bilang, bahwa lain kali aku tidak akan ragu-ragu lagi mengucapkan bahwa mas adalah calon suami aku.”

Mereka berpandangan, sekilas, karena Rustanto sedang mengemudikan mobilnya. Tapi yang sekilas itu cukup bagi mereka untuk memahami hati mereka masing-masing. Dina tidak mengatakan cinta, tapi mengatakan bahwa dia tak akan ragu-ragu memperkanalkan Rustanto sebagai calon suaminya. Aduhai. Ternyata banyak cara untuk saling mengucapkan isi hati.

***

“Bapak, bolehkah nanti kalau ke Jakarta Dina mengajak seseorang?” kata Dina kepada ayahnya. Ternyata biarpun sudah mengajak Rustanto tapi Dina belum bilang kepada orang tuanya.

“Boleh saja. Siapa ?”

“Mas Rustanto.”

“O, partner kamu membuka warung itu ?”

“Bapak kan sudah mengenalnya?”

“Ya, tentu saja. Tampaknya dia istimewa untuk kamu?”

“Apakah bapak tidak suka?”

“Bukan, kamu sudah dewasa, jadi kamu sudah bisa memilih yang terbaik untuk hidup kamu.”

“Berarti bapak setuju?”

“Setuju untuk apa?”

“Kalau mas Rustanto menjadi pacar.. eh.. calon suami Dina?”

“Kamu serius ?”

Dina mengangguk dan menampakkan wajah yang bersungguh-sungguh.

“Kalau kamu merasa dia yang terbaik untuk kamu, mengapa tidak ?”

“Dia berasal dari kampung.”

“Apa itu masalah ?”

“Kalau bapak mengijinkan, aku akan bahagia sekali.”

“Kalau kamu bahagia, bapak juga akan bahagia,” kata Leo sambil mengembangan tangannya, siap memeluk anak gadisnya. Lalu Dina kemudian jatuh kedalam pelukan bapaknya dan menangis disana.

“Ada apa ini ?” tanya Rina yang kemudian datang dan duduk diantara mereka.

“Tuh, ibu bertanya, katakan sekarang.”

“Ada apa Din? Pakai nangis segala? Minta sesuatu pada bapak ?”

“Minta ijin bu..” kata Dina yang kemudian juga memeluk ibunya, lalu menceritakan semuanya.

“Sudah saatnya anak ibu menemukan seorang pendamping yang dicintainya. Semoga kamu bahagia  nak,” kata Rina terharu.

***

Sudah beberapa hari Witri tidak lagi bekerja, karena saat pernikahan sudah semakin dekat. Suwondo yang merasa mendapat angin karena tak ada penolakan setiap dia datang, setiap sore atau setiap malam saat Ningsih pulang dari bekerja, memerlukan menjemputnya. Itupun Ningsih tidak menolaknya.

Sore itu Suwondo mengajak Ningsih ke rumahnya untuk memperkenalkan anaknya yang baru berumur dua tahun.

Ada rasa iba dihati Ningsih, ketika melihat anak kecil berjalan tertatih mendekati ayahnya yang baru datang sambil tertawa-tawa sumringah.

“Raka sayang, apa kabar hari ini?” kata Suwondo yang kemudian mengangkat Raka tinggi-tinggi, dan membuat si kecil terkekeh-kekeh.

“Semuanya baik-baik kan bik?” tanyanya kepada pengasuh Raka.

“Baik pak. Mas Raka juga tidak rewel..”

“Syukurlah. Bisa tolong buatkan minum untuk ibu Ningsih bik?”

“Oh iya, tentu saja pak.”

“Silahkan duduk Ning. Oh ya Raka, ayo, kasih tangan sama ibu Ningsih.. ayo dong, jangan malu-malu,” kata Wondo sambil mengacungkan tangan Raka yang dipangkunya, kearah Ningsih.

“Assalamu’alaikum sayang..” sapa Ningsih sambil tersenyum ramah, lalu menerima tangan kecil Raka yang kemudian menciumnya.

“Anak pintar. Sini sama ibu Ningsih..” pinta Ningsih sambil mengacungkan kedua tangannya. Dan yang membuat Wondo senang adalah ketika Raka mau dipangku Ningsih, tanpa berontak sedikitpun.

“Ya ampun mas, menyenangkan sekali Raka ini,” kata Ningsih sambil menciumi pipi Raka dengan gemas.

“Itu sebabnya, aku selalu kangen kalau keluar sebentar saja. Aku harus bisa menjadi ayah, sekaligus ibu bagi Raka.”

“Mas memang seorang ayah yang baik.”

“Maukah Ningsih menjadi ibunya Raka?” Nah, ini juga tembakan langsung setelah sering jalan dan belum pernah mengutarakan isi hati mereka.

“Apa aku pantas mas?” padahal manggilnya sudah tanpa ‘mbak’ dan Ningsih bukan lagi memanggil ‘pak’ tapi ‘mas’.

“Mengapa tidak? Lihat, Raka begitu nyaman dalam pangkuan Ningsih, pasti dia mengira Ningsih itu ibunya.”

“Silahkan diminum bu,” kata bibi sambil meletakkan segelas es sirup di meja tamu.

“Terimakasih bik.”

“Bibik, lihat, bukankah pantas kalau Raka punya ibu seperti bu Ningsih ?”

“Iya pak, mas Raka tampaknya senang berada dipangkuan ibu Ningsih.”

“Semoga dia benar-benar bisa menjadi ibunya ya bik.”

“Aamiin, bibik ikut senang pak,” kata bibik sambil beranjak ke belakang.

“Terimakasih bik.”

“Ayo diminum Ning..”

“Ya mas..”

“Bagaimana jawaban kamu ?”

"Mas sudah tahu aku itu siapa dan bagaimana keadaan aku?”

“Tentu saja aku tahu, sejak awal kita bertemu.”

“Ningsih takut, suatu hari nanti mas menyesal kemudian membuang Ningsih seperti sampah.”

“Astaga, mana mungkin aku melakukannya? Aku suka sama kamu sejak pertama melihat kamu. Aku bayangkan suatu hari nanti Raka akan mendapatkan seorang ibu seperti Ningsih.”

“Nanti akan aku pikirkan lagi mas, yang jelas aku suka sama Raka. Anak ini sangat menggemaskan.”

“Berarti satu langkah aku sudah mendapatkan harapan. Semoga langkah selanjutnya adalah kesediaan kamu untuk mendampingi aku.”

“In shaa Allah..”

Suwondo begitu lugas dalam menyatakan isi hatinya, dan Ningsih menerimanya tanpa ragu akan kebaikan hati Suwondo. Harapan akan menemukan kebahagiaan bersama Suwondo itu ada, tapi ia harus memikirkannya lagi. Ia harus yakin bahwa Suwondo benar-benar tidak akan mencampakkannya ketika pada suatu saat ingin mendapatkan anak lagi.

***

Siang hari itu Eny turun dari mobilnya lalu berjalan sambil melihat-lihat di deretan warung dan restoran, tapi belum ada yang menarik hatinya. Ia sangat lapar dan sesungguhnya ingin sekali makan bakso, tapi dia belum menemukan warung bakso disitu.

Ke Bakso Cinta saja? Rasanya ogah. Setelah penolakan Rustanto hati Eny masih terasa sakit.

“mBak Eny !!”

Eny menoleh, dan melihat Ferry berhenti dipinggir jalan tak jauh dari dia berjalan.

“Ferry.. mau kemana kamu?”

“mBak Eny mau kemana?”

“Cari makan nih..”

“Ayo ke warungnya mas Rustanto saja, nggak jauh dari sini kan?”

“Ah..” Eny ingin menolaknya, tapi Ferry seperti memaksa.

“Ayo mbak, aku boncengin, mau nggak ?”

“Wah, kelihatannya menarik nih. Oke, baiklah, sekali-sekali boceng sepeda motor,” kata Eny gembira.

Tapi di warung bakso mereka tidak menemukan Rustanto maupun Dina.

“Kemana bu Dina ?” tanya Ferry kepada pelayan setelah mereka memesan bakso.

“Bu Dina sama pak Rustanto sedang pergi ke Jakarta, mas.”

“Ke Jakarta? Ngapain ?” tanya Eny.

“Itu, saudaranya bu Dina mau menikah, jadi semuanya pergi ke sana.”

“Pak Rustanto juga ikut?” tanya Eny tak percaya.

“Iya sih bu, mereka berdua.”

“Sudah kuduga,” kata Ferry tiba-tiba.

“Apa yang sudah kamu duga?”

“Mas Rustanto dan mbak Dina, akhirnya mereka pasti jadian.”

“Apa?”

“Iya, emang benar kan mas?” tanya Ferry kepada pelayan yang menghidangkan pesanan. Tapi pelayan itu hanya tersenyum, mana berani membicarakan majikan sendiri.

Tapi wajah Eny tiba-tiba menjadi merah padam.

“Dina memang keterlaluan. Dia mempermainkan aku,” katanya geram.

Ferry menatapnya heran.

***

Besok lagi ya

 

 

93 comments:

  1. Replies
    1. Alhamdulillah Rocin 49 tayang

      Mksh bunda Tien moga sehat selalu doaku

      Penasaran deh bgmn lanjutan Rustanto setelah kena thor..thor

      Yuk kita baca bersama

      Salam sayang yg selalu ADUHAI dan ADUHAI

      Delete
    2. *LEMBAR KOREKSI:*

      1. “Berharap.. boleh kan, tapi sudahlah.. nanti saja kita bicara lagi, tuh ditungguin _peayan toko,_ kamu mau beli yang mana?”
      # “Berharap.. boleh kan, tapi sudahlah.. nanti saja kita bicara lagi, tuh ditungguin *_pelayan toko, _* kamu mau beli yang mana?” #

      2. “Tentu saja aku yakin mas. Aku tak bisa datang _tenpa seseorang,_ sementara Dita akan datang bersama pacarnya.”
      # “Tentu saja aku yakin mas. Aku tak bisa datang *_tanpa seseorang,_* sementara Dita akan datang bersama pacarnya.” #

      3. Sebuah ucapan cinta bukan _seuatu yang dianggap lancang,_ apabila terucap dari hatinya yang paling dalam. Tidak, aku tidak marah.”
      # Sebuah ucapan cinta bukan *_sesuatu yang dianggap lancang,_* apabila terucap dari hatinya yang paling dalam. Tidak, aku tidak marah.” #

      4. ...tapi mengatakan bahwa dia tak akan ragu-ragu _memperkanalkan Rustanto sebagai calon suaminya._
      # ...tapi mengatakan bahwa dia tak akan ragu-ragu *_memperkenalkan Rustanto sebagai calon suaminya._* #

      5. Ada rasa iba dihati Ningsih, ketika melihat anak kecil berjalan tertatih mendekati ayahnya _yang beru datang_ sambil tertawa-tawa sumringah.
      # Ada rasa iba dihati Ningsih, ketika melihat anak kecil berjalan tertatih mendekati ayahnya yang *_baru datang_* sambil tertawa-tawa sumringah. #

      6. Harapan akan _menemkan kebahagiaan_ bersama Suwondo itu ada, tapi ia harus memikirkannya lagi.
      # Harapan akan *_menemukan kebahagiaan_* bersama Suwondo itu ada, tapi ia harus memikirkannya lagi. #

      7. _Eny menolah,_ dan melihat Ferry berhenti dipinggir jalan tak jauh dari dia berjalan.
      # *_Eny menoleh,_* dan melihat Ferry berhenti dipinggir jalan tak jauh dari dia berjalan. #

      Lho...lho.. bu....kok sampek 7, gak dibaca lagi ya? Gara-2 ada request nasi goreng cinta buatan mantan pacarnya???
      Akhirnya didahar nganti telas po ra?
      Lha wong wis direwangi uplek nang pawon mosok ora ditelaske??

      Delete
  2. Terima kasih Bu Tien...... semoga sehat selalu...


    ReplyDelete
  3. Alhamdulilah, terima kasih bu tien... roti cinta 49 sdh tayang semoga bu tien selalu sehat, dan selalu bahagia.. aamiin, salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah ROCIN49 sdh tayang.
    Matur nuwun bu Tien sugeng dalu, salam ADUHAI.

    ReplyDelete
  5. Terimakasih bunda Rocin 49 nya.. salam sehat sll penuh Aduhaaaai ❤️😘

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah,, Rocin 49 sudah datang,,,😊😊😊
    Terima kasih bunda Tien 😘

    Salam aduhai dan salam sehat sehat selalu,,,🥰🥰🥰

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillah Roti Cinta~49 sudah siap di hadapanku.. maturnuwun bu Tien.. 🙏

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun Bunda
    Semakin seru dan menarik.
    Sehat dan sukses selalu buat Bunda

    ReplyDelete
  9. AlhamdulillahRocin 49_dudah tayang....tambah seru crita nya...salam aduhai mb Tien

    ReplyDelete
  10. Matur nuwun mbak Tien-ku, roti-nya sudah sampai.

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah Rocin 49 dah tayang
    Twrimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien sekeluarga selalu sehat walafiat
    Salam sehat dan aduhai dari Purworejo

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah RC dah tayang
    Terimakasih bunda Tien 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  13. Trima kasih Bu Tien , roti cintanya sedang kami nikmati, salam sehat n tetap Aduhai

    ReplyDelete
  14. Mks bunda sudah hadir awal. Salam sehat.....

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah....Eni merasa dipermainkan Dina....hemt..tambah seru....salam aduhai bunda Tien..

    ReplyDelete
  16. Terimakasih mba Tien, senangnya dapet roti cinta yg masih anget
    sehat selalu mbak Tien...
    salam aduhaiiii

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah Rocin 49 sdh mateng kemebul

    Trmksh mb Tien smg sehat sll

    Salam AFUHAI

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah.salam sehat wal afiat nggih Bunda.Nuwun

    ReplyDelete
  19. Matur nuwun bu Tien... Rocin 49. Salam sehat

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah... Terima kasih mbak Tien... Selamat rehat. Salam Seroja makin aduhai

    ReplyDelete
  21. Terimakasih.. Smg mbak Tien sehat selalu ...ditunggu bagaimana kemarahan Eny

    ReplyDelete
  22. Ternyata Eny malah mendendam Dina. Belum selesai juga ceritanya. Tapi ada Ferry yang dapat melihat secara objektif. Nah coba jadi penengah antara Dina dan Eny .
    Salam sehat penuh semangat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  23. Terima kasih mbak Tien cerbungnya. Mudah²an keinginan saya yaitu ferry dan enny berjodoh. Salam sehat² selalu.

    ReplyDelete
  24. Ahamdulillah, terima kasih bTien RC49, semakinkomplit dan enaak, salam sehat selalu dan Aduhai..

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah ... Terima kasih Bu Tien ... Semoga Bu Tien selalu sehat ... Salam seroja tuk semuanya 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah, matursuwun ROCINnya yg semakin ADUHAI
    Salam sehat selalu mbak Tien dr Bekti ( Bekasi Timur )

    ReplyDelete
  27. Alhamdulilah dr tadi dah ngintip Rocin 49..... Kini telah hadir.
    Matur nuwun alias terima kasih untuk Bu Tien semoga selalu diberi keberkahan umur,bahagia dan sehat wal'afiat.

    ReplyDelete
  28. Mantap 2 porsi sekaligus roti cintanya, bisa tidur nyenyak makasih Bu Tien

    ReplyDelete
  29. Alhamdulillah,,mateng juga,,dari tadi dintip blm Ada,,, ROTI CINTA 49,,

    Matur nuwun bu Tien,,salam Sehat wal'afiat,,smg Pak Tom juga tambah membaik n sehat wal'afiat ,, pokoke Aduhaaii 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  30. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman,

    ReplyDelete
  31. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Umi Iswardono,

    ReplyDelete
  32. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  33. Wow..bu cantik memang top markotop membuat pasangan cinta..indah sekali.. salam sehat selalu bu cantik Amin YRA 🙏 Mr.wien

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah, roti cinta sudah muncul makin seru ceritanya. Eny gigit jari 😀😀

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah....suwun ibu
    Mugi ibu tansah pinaringan sehat

    ReplyDelete
  36. Matur nuwun bunda Tien dtas hadirnya Rocin 49...🙏

    ReplyDelete
  37. Rocin 49 hadir..trimakasih bu Tien ...mesti tambah rame Dina ma Rustanto jadian ha ha ha nikah2 .weeeesss

    ReplyDelete
  38. Makasiii mbak Tien RC49nyaa..

    Waah ada yg berbunga 🌷🌷
    Adayg terharuu..
    Ada jg yg kaget dan dendam...

    Udah aja Eny sm Ferry...hehehe..
    Gimana mbak Tien yaaa..😊😊

    Besook lagiii...semoga semua bahagia dengan lika likunya...top dah mbak Tien..👍👍👏👏💕💕

    Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..🙏😘⚘

    ReplyDelete
  39. Rocin 49 telah hadir.. smg kebahagiaan Dian-Witri.. menulari banyak pasangan Dina-Rustanto, Dita-Abian, Ningsih-p. Suwondo dan semoga juga pasangan yg blm ada komitmen antara Ferry dan Eny... Semua crt bahagia ini berada ditangan mb Tien dan kami para pctk akan selalu menunggu kelanjutan crt ini... Slm seroja selalu utk mb Tien dan para pctk dimanapun berada. Slm aduhai 🤗

    ReplyDelete
  40. Terima kasih mbak Tien
    Ceritanya bagus sekali

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah.....
    Mtur nuwun bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
    Tambah aduhai....

    ReplyDelete
  42. Makasih mba Tien.
    Roti cinta nya semakin wow...
    Salam sehat dan tetap aduhai

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah RC 49 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  44. Alhamdulillah, menanti roci cinta hingga ketiduran waduh baru kebaca niiii….
    Terima kasih bu Tien sehat selalu…..
    Bahagianya rasa hati ini dengan kata cinta yang terucap dalam cerita sesuai hatiku menanti cerita bu Tien…..🥰😊 aduhaiiii indahnya….

    ReplyDelete
  45. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  46. Alhamdulillah semua sdh dapat pasangan ...Apakah Eny akan nembak Ferry juga kits tunggu Bu Tien saja pasti ADUHAI. Salam sehat selalu Bu Tien.

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah,siip..roti cinta,aduhai sekali..terima kasih Bu Tien,senantiasa sehat..,Aamiin.

    ReplyDelete
  48. Alhamdulillah, makasih bu Tien, semoga bu Tien sehat selalu. Aamiin 🤲

    ReplyDelete
  49. Wooooooiiiii ... 2 pasangan yg ADUHAI serasa .... trimakasih mbak Tien

    ReplyDelete
  50. Tks bu Tien, salam sehat selalu,Berkah Dalem

    ReplyDelete
  51. Alhamdulillah Roti Cinta Episode 49 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari. Semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam sehat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  52. Akhirnya kesampaian juga mengungkapan pernyataan sikap mereka berdua semacam -mou- begitulah, jadi lebih dalam kebersamaan mereka berdua, mantap ikut mode show diantara kerabat mudah menanggapi, Dina cerdas yaa.. lebih cantik lagi kata pak Iskandar, beruntungnya Rustanto ..

    Ningsih mendapatkan mainan baru yang membuat selalu ingin memeluknya meluapkan kerinduan pada Raka..

    ADUHAI...

    EniAkhirnya kesampaian juga mengungkapan pernyataan sikap mereka berdua semacam -mou- begitulah, jadi lebih dalam kebersamaan mereka berdua, mantap ikut mode show diantara kerabat mudah menanggapi, Dina cerdas yaa.. lebih cantik lagi kata pak Iskandar, beruntungnya Rustanto ..

    Ningsih mendapatkan mainan baru yang membuat selalu ingin memeluknya meluapkan kerinduan pada Raka..

    ADUHAI...

    Eni meradang merasa disalib ditikungan alla ValRos oleh Dina, sampai berondong Feri yang ada didepannya itu bengong, terabaikan; sebagai penerima kemanfaatan juteknya, sayang..

    Witri mempersiapkan diri akan jadi episentrum kebahagiaan, perhatian para kerabat dan para tamu yang hadir ...


    Terimakasih Bu
    Tien mereka sudah mendapatkan roti cintanya yang ke empat puluh sembilan sesuai porsinya masing-masing.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta. 🙏

    ReplyDelete
  53. Alhamdulillah sarapan ROCIN 49, hehehe, maturnuwun Bu Tien 🙏, semoga Bu Tien sekeluarga diberi kesehatan dan umur yg barokah aamiin ya rabbal'alamiin

    ReplyDelete
  54. Salam sehat semangat dan tetap ADUHAI..

    ReplyDelete
  55. Salam sehat semangat dan tetap ADUHAI...

    ReplyDelete
  56. Akhirnya kesampaian juga mengungkapan pernyataan sikap mereka berdua semacam -mou- begitulah, jadi lebih dalam kebersamaan mereka berdua, mantap ikut mode show diantara kerabat, mudah menanggapi mereka berdua sudah memiliki password bila ada pertanyaan Dina cerdas yaa.. lebih cantik lagi kata pak Iskandar, beruntungnya Rustanto ..

    Ningsih mendapatkan mainan baru yang membuat selalu ingin memeluknya meluapkan kerinduan pada Raka..

    ADUHAI...

    Eni meradang merasa disalib ditikungan alla ValRos oleh Dina, sampai berondong Feri yang ada didepannya itu bengong, terabaikan; sebagai penerima kemanfaatan juteknya, sayang sekali..

    Witri mempersiapkan diri akan jadi episentrum perhatian para kerabat dan para tamu yang hadir...

    Terimakasih Bu
    Tien mereka sudah mendapatkan roti cintanya yang ke empat puluh sembilan sesuai porsinya masing-masing.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta. 🙏

    ReplyDelete
  57. Assalamualaikum wr wb. Selalu aduhai kalau ceritanya tentang cinta yg sedang bersemi antara Rustanto dgn Dina. Mudah mudahan kecemburuan Eny tdk memutuskan persahabatannya dgn keduanya. Maturnuwun Bu Tien, semakin seru saja....semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  58. Jam 9 malam diinceng masih blm tayang.. e.. ditinggal tidur malah Rocin hadir. Ya wis baca paginya.
    Terima kasih Mbak Tien, Rocin selalu membuat kami penasaran. Salam sehat Aduhai selalu dari Semarang.

    ReplyDelete
  59. Matur nuwun bu Tien..akhirnya Dina biaa menaklukkan Rustanto.. Wah Eny sepertinya tidak terima kalau Rustanto jadian sama Dina...wadhuh..bisa rumyam persahabatan antar keduanya.. Semoga bu Tien dapat mendamaikan..aamiin.

    ReplyDelete
  60. Mantaaaap 😍
    Selalu menyenangkan
    Smoga Eny sadar...rasa cinta tidak bisa dipaksakan
    Salam sehat mbak Tien
    Salam Aduhaiii

    ReplyDelete
  61. Assalamualaikum selamat siang bunda tien. Waduh! Ketinggalan aku. Nah, sama feri aja si eni. Enak kan jadi milik pribadi. Jadi gak perlu buang-buang waktu untuk bersungut-sungut. Tambah aduhai aja ini ceritanya. Salam seroja bunda tien. Dan selalu semangat melanjutkan cerbung-cerbungnya.

    ReplyDelete
  62. Terima kasih mbak Tien.. Slmseroja dan afuhai dri skbmi

    ReplyDelete

KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH 02

  KETIKA BULAN TINGGAL SEPARUH  01 (Tien Kumalasari)   Arumi berlarian di pematang sawah sambil bersenandung. Sesekali sebelah tangannya men...