Tuesday, April 2, 2024

M E L A T I 14

 M E L A T I    14

(Tien Kumalasari)

 

Melati mundur beberapa langkah, ketika Harjo bangun dan turun dari atas tempat tidur. Tubuhnya gemetar mendengar Harjo mengajaknya ke kamar. Harjo tertawa senang melihat Melati tampak ketakutan.

“Ada apa denganmu? Kamu melihat hantu? Mana ada hantu cakep seperti aku?”

Cakep? Huah, ketika tertawa saja gigi depannya yang bolong membuat bulu kuduk merinding jijik.

“Melati, ayolah, pijitan kamu terasa sangat enak, aku jadi mengantuk. Kalau aku tidak kembali ke kamarku sendiri, bagaimana kalau aku ketiduran di kamarmu ini? Apa kamu lebih suka?” lagi-lagi Harjo tertawa, membuat Melati memalingkan muka.

“Kalau begitu … kalau begitu … tuan tidurlah ….”

“Mana bisa, kamu belum selesai. Aku hanya mau tidur ketika kamu memijit kakiku, kamu boleh pergi setelah aku tertidur,” katanya sambil melangkah menuju pintu. Tapi di depan pintu, Harjo membalikkan tubuhnya, menatap Melati yang masih terpaku.

“Hei, kamu tidak mendengar perintahku?”

Melati melangkah mengikuti dengan perasaan geram. Tapi ada juga perasaan takut, kalau tua bangka itu melakukan hal-hal yang di luar batas.

Ruangan kamar Harjo jauh lebih besar dari ruangan sebelumnya. Perabotnya semuanya mewah luar biasa. Ada televisi besar, sofa yang juga jauh lebih indah, dan tempat tidur yang besar. Tapi keharuman yang menyeruak, sama sekali tidak membuat Melati nyaman. Ia bahkan ragu-ragu mendekat ketika melihat Harjo sudah berbaring di tempat tidur.

“Melati, lakukan. Jangan takut, aku tidak akan melakukan apa-apa, aku hanya ingin segera tidur. Pijit lagi sampai aku terlelap,” perintahnya sambil menengkurapkan tubuhnya.

“Setelah aku tidur, kembalilah ke kamarmu, lalu kamu istirahatlah,” lanjutnya.

Mendengar permintaannya, Melati sedikit merasa lega. Hanya akan membuatnya tertidur? Baguslah, paling tidak dia hanya akan kelelahan.

Melati melangkah mendekat. Masih gemetar tangannya ketika menyentuh kaki Harjo yang gembur. Memang sih, dia memakai sarung tangan, tapi perbuatan itu sebenarnya membuatnya sangat muak.

Harjo tak berbicara. Tapi ia menahan seluruh gejolak yang membuatnya panas dingin, karena bagaimanapun Melati adalah gadis yang disukainya, dan diharapkan akan benar-benar menjadi miliknya. Tapi tidak sekarang. Harjo harus bisa bersabar dan terus menahan diri agar tidak membuat takut Melati pada awal-awal kedatangannya.

Karena itulah dia berusaha tidur, atau berpura-pura tidur, agar Melati segera bisa beristirahat dan tidak lagi ketakutan. Tentu saja Harjo merasakan, bahwa Melati gemetar ketika menyentuhnya.

Melati mendengar Harjo mendengkur, ia merasa lega. Berjingkat dia mundur, lalu keluar dari kamar, menuju ke arah kamarnya sendiri.

Melati duduk di sofa. Walau kantuk menyerangnya, ia enggan tidur di ranjang, di mana tadi Harjo seenaknya berbaring di sana. Ia hanya membaringkan tubuhnya di atas sofa, berusaha tidur. Tapi matanya tak hendak terpejam. Ketika jam dinding yang ada di kamar itu menunjukkan pukul setengah lima, dia bangkit dan mengambil wudhu.

Begitu dia melipat mukena, dan memasukkannya ke dalam tas, ia mendengar kunci diputar dari luar, dan pintu itu terbuka. Melati merasa lega karena yang datang adalah bibik pembantu.

“Mbak Melati, sudah saya duga, Mbak sudah bangun. Ini minuman untuk Mbak,” katanya sambil meletakkan gelas di atas meja, lalu mengambil gelas yang sudah kosong, diletakkannya di atas nampan.

“Mengapa Ibu repot-repot terus?”

“Ini tugas saya. Sebentar lagi tuan bangun, mbak Melati harus menyiapkan minum dan sarapan pagi.”

“Katakan, apa yang harus saya lakukan.”

“Minumlah dulu, setelah itu lalu ke dapur.”

Melati meneguk minuman hangat itu dengan nikmat, setelah semalam tidak bisa tidur sama sekali. Kemudian dia mengikuti bibik pembantu ke dapur.

Si bibik mengajari, minuman apa yang disukai Harjo, dan sarapan apa yang harus disiapkan untuknya.

“Tidak harus memasak?”

“Tuan Harjo hanya minum kopi pahit dan setangkup roti bakar, yang berisi selai nanas atau kacang. Mudah bukan?”

Melati mencoba membuatnya, seperti ditunjukkan si bibik. Tidak sulit, batin Melati. Setelah menyediakan minum dan sarapan pagi di meja makan, dia akan pulang.

Ketika ia sedang meletakkan semuanya di meja, tiba-tiba Harjo muncul. Tampaknya dia sudah mandi. Tapi ia masih memakai celana pendek dan kaos rumahan. Aroma sabun menyeruak, Melati pergi menghindar ke belakang.

“Ini kamu yang membuat?”

Langkah Melati berhenti. Ia tak bisa menghentikan debar ketakutan setiap berdekatan dengan Harjo.

“Iya, apakah ada yang kurang?”

Harjo duduk, dan menghirup kopinya, kemudian mengacungkan jempolnya.

“Tolong siapkan baju ganti untuk ke kantor.”

“Apa?”

Bibik pembantu menarik lengan Melati, diajaknya memasuki sebuah ruangan yang berisi almari-almari besar.

“Ini tempat apa pula?”

“Baju ganti tuan Harjo ada di sini. Siapkan semuanya di atas meja.”

Lalu bibik memberikan contoh baju, yang untunglah hanya baju luar, berupa hem lengan panjang dan setelan jas, beserta dasi. Semua harus sesuai warnanya.

Hmh, sudah tua, pesolek, bukannya tambah tampan, tapi semakin menyebalkan. Gerutu Melati dalam hati.

“Apakah Mbak sudah mengerti? Letak baju-baju di sini, dan di sini adalah sepatu tuan.”

Melati mengangguk. Bagaimanapun itu akan menjadi pekerjaannya, jadi dia memperhatikannya dengan seksama.

Setelah semuanya selesai, ia kembali ke meja makan, dan melihat Harjo sedang menghabiskan roti yang tadi disiapkannya.

“Tuan, semuanya sudah saya lakukan. Saya mau pulang sekarang.”

“Hei, tunggu sampai aku berganti pakaian." 

“Kamu sarapan dulu, minta kepada bibik apa yang kamu suka, lalu boleh pulang.”

“Saya tidak biasa sarapan. Tadi sudah minum, jadi lebih baik saya pulang saja,” kata Melati sambil masuk ke dalam kamarnya, lalu keluar sambil membawa tasnya.

Karena keinginannya untuk segera keluar dari rumah itu, Melati sampai lupa berpamit kepada bibik. Ia segera keluar, dan melihat sepedanya bersandar di pos ronda. Ketika ia akan mengambil sepedanya, ia berpapasan dengan Kabul, yang menatapnya sambil menyeringai. Entah apa yang dipikirkannya, Melati tak peduli. Ia hanya ingin segera sampai di rumah, dan membuat ibunya lega karena ia pulang dengan selamat.

***

Karti bernapas lega ketika melihat Melati memasuki rumah. Walau begitu Karti bisa menangkap wajah pucat anaknya, dan matanya yang tampak kuyu.

“Mel, kamu baik-baik saja?”

Melati menghampiri ibunya dan mencium tangannya, kemudian menampakkan senyuman manis.

“Saya baik-baik saja Bu, tidak ada yang perlu ibu khawatirkan.”

“Apakah dia mengganggu kamu? Atau melakukan hal yang tak pantas?”

“Tidak, hanya menyuruh menyiapkan minum dan sarapan, lalu Melati pulang.”

“Tapi wajahmu pucat.”

“Melati hampir tidak bisa tidur semalaman. Bagaimanapun Melati takut. Tapi dia tidak melakukan apa-apa.”

“Berapa lama kamu harus bekerja seperti ini?”

“Sembilan puluh hari, dan itu berarti hutang almarhum bapak akan lunas.”

“Sembilan puluh hari? Lama sekali,” keluh ibunya.

“Hanya ini yang bisa kita lakukan Bu, setelahnya kita akan hidup tenang,” kata Melati sambil menepuk tangan ibunya.

“Minumlah, ibu buatkan kamu susu hangat, agar kamu merasa lebih segar.”

“Terima kasih Bu.”

“Apa kamu juga akan bekerja hari ini?”

“Melati tetap harus bekerja Bu. Tapi Melati ingin tidur sebentar saja. Ibu bangunkan Melati setelah satu jam ya.”

“Baiklah. Habiskan dulu susunya.”

Melati menghabiskan susunya, kemudian pergi mandi. Dia enggan mandi di rumah Harjo. Setelah itu ia menyimpan surat perjanjiannya dengan Harjo, lalu tidur.

Karti merasa iba. Ia melihat Melati tampak letih, sementara masih harus bekerja. Tak sampai hati rasanya ia melihat sang anak jatuh bangun demi hutang almarhum suaminya.

***

Melati memang harus tetap bekerja, karena ia harus mencukupi kebutuhannya bersama ibunya. Ia tak mau bergantung pada pekerjaan ibunya menjahit, karena menjahit hanyalah pekerjaan sambilan. Ia juga tak mau sang ibu terlalu lelah.

Melati sudah duduk di kursi kerjanya, melakukan apa saja yang menjadi tugasnya. Ada pemesan-pemesan baru yang harus segera ditangani, dan mencatat pengeluaran uang belanja serta pemasukannya.

Tapi dalam bekerja itu, ia selalu membayangkan sore harinya, saat dia nanti harus bekerja di rumah tuan Harjo. Kalau seperti semalam itu memang pekerjaannya tidak terasa berat. Tapi rasa was-was yang terus menghantui membuatnya kelelahan. Bagaimana kalau nanti dia menyuruhnya memijit lagi, lalu tidak segera tidur, lalu ada lagi yang diinginkannya?

Di rumah itu tak ada orang yang bisa menolongnya. Ada bibik pembantu yang melakukan sesuatu hanya yang diperintahkan tuannya. Apa yang bisa diharapkannya?

Lelah bekerja, dan lelah berpikir untuk menyelamatkan diri, Melati terkulai di meja. Ia tertidur.

Entah berapa lama dia terlelap, sayup terdengar orang memanggil namanya.

“Melati ….”

Suara itu begitu lembut. Melati merasa mendengar sebuah panggilan yang manis, sedang menyentuh nuraninya. Melati tersenyum dalam tidurnya, tapi kemudian dia tersentak, ketika sebuah sentuhan hinggap di pundaknya.

“Mbak, ada tamu tuh.”

Melati bangkit dan membuka matanya. Dilihatnya Ana sedang berdiri di sampingnya, tersenyum lucu.

“Mbak Melati ketiduran, semalam mengerjakan apa?”

“Oh, eh … maaf.”

“Ada tamu tuh.”

Melati menatap seseorang sedang berdiri di depannya, dan tersenyum memikat. Melati mengusap wajahnya, dan tersenyum malu.

“Maaf. Saya mengantuk sekali.”

Ana segera pergi, setelah mempersilakan tamu Melati duduk.

“Mas Daniel, ada apa kemari?”

“Bagaimana kamu bisa ketiduran? Semalam lembur apa?”

“Ah, maaf. Saya sering tidak bisa tidur.”

Tiba-tiba terbersit sebuah ide dalam benak Melati.

“Bisakah Mas Daniel memberikan saya obat tidur?”

“Apa maksudmu? Minum obat tidur itu tidak bagus.”

“Tolonglah, beberapa butir saja. Saya tersiksa kalau tidak bisa tidur.”

“Kamu sering begini?”

“Ya. Tolong ya Mas.”

“Tidak mudah meminta obat tidur, tapi aku akan minta tolong kepada salah seorang dokter, agar mau memberikan resepnya.”

“Benarkah? Terima kasih ya Mas, nanti obatnya akan saya ambil di rumah, atau di rumah sakit? Mas dinas jam berapa?” kata Melati riang.

“Nanti sore aku antar kemari saja, sebelum kamu pulang.”

“Baiklah, sekali lagi terima kasih ya Mas, saya sangat membutuhkannya. Lalu Mas datang kemari untuk apa?"

“Kedatangan saya kemari adalah untuk minta brosur paket makanan, untuk acara rumah sakit bulan depan.”

“Oh, baiklah. Terima kasih lagi, kalau nanti perusahaan katering kami diperkenankan untuk melayani,” kata Melati sambil mengambilkan buku brosur di almarinya, lalu menyerahkannya kepada Daniel.

“Acara apa Mas?”

“Pergantian pimpinan baru di rumah sakit kami, karena yang lama akan dipindahkan ke luar kota.”

“Oh, begitu?”

“Ini saya bawa dulu, nanti saya berikan ke bagian konsumsi.”

“Ya Mas, silakan. Jangan lupa nanti sore ya.”

Daniel mengangguk, kemudian berlalu. Melati berdebar. Obat tidur. Tiba-tiba saja terbersit keinginan itu. Obat tidur akan membuat Harjo tidur, sehingga tidak akan mengganggunya. Entah berhasil atau tidak, Melati mempunyai cara untuk menghindar dari perintah-perintah Harjo yang akan membahayakan kehidupannya.

***

Sore itu, seperti sore kemarin, Melati sudah berangkat ke rumah tuan Harjo. Ia membawa obat tidur yang tadi diberikan oleh Daniel, dengan alasan dirinya tak bisa tidur setiap malam.

Ketika Melati memasuki rumah, bibik pembantu sudah menyambutnya dengan senyum.

“Senang melihat Mbak Melati kembali.”

“Saya masih akan bekerja di sini, entah berapa lama lagi.”

“Tadi pagi mbak Melati tidak sarapan, saya juga tidak tahu kapan Mbak Melati pulang,” kata bibik pembantu sambil mengikuti Melati ke kamarnya.

"Maaf, saya tergesa-gesa."

“Hari ini tuan Harjo akan pulang agak sore.”

Melati berdebar.

“Jadi Mbak harus menyiapkan minuman dan untuk makan malam juga.”

“Baiklah, ajari saya. Tapi saya akan shalat maghrib dulu.”

“Silakan, saya menunggu di dapur.”

Setelah shalat, Melati mengambil sebuah jeruk dari dalam kulkas.

“Bu, saya akan membuat jus jeruk untuk tuan Harjo ya.”

“Pasti tuan akan senang kalau Mbak memperhatikannya.”

Melati tersenyum. Bibik pembantu pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Melati mengaduk jusnya dengan sesuatu yang diambil dari saku bajunya. Lalu memasukkan segelas jus itu ke dalam kulkas.

Seperti kata bibik pembantu, Harjo datang tidak terlalu malam. Melati sedang membantu bibik menyiapkan makan malam.

“Melati ….”

“Melati menyunggingkan senyuman manis. Harjo senang menatap senyuman itu. Ia senang, dan merasa bahwa sikapnya sebelum ini telah menghilangkan rasa takut dalam diri Melati.

Melati pergi ke arah kulkas, mengambil segelas jus yang telah disiapkan, lalu meletakkannya di meja.

“Tuan pasti capek, saya buatkan jus untuk Tuan.”

Harjo menatap sekilas jus itu.

“Kamu saja yang minum, aku tidak suka minum jeruk. Lambungku bermasalah.”

Melati terpana.

***      

Besok lagi ya.                                                                                       

 

 

72 comments:

  1. 🪴🌼🪴🌼🌹🦋🌹🪴🌼🪴🌼

    Alhamdulillah Melati_14 sdh tayang gasik.
    Terima kasih bu Tien, semoga bu Tien sehat selalu dan selalu sehat.
    Salam ADUHAI. Aamiin.......

    Aduh.... Bu Tien bikin aku jadi deg-2an..... Piye jal? Yen Melati dipaksa minum jusnya, di depan Harjo? Kan senjata makan tuan seperti USMAN, makan ISTIANA
    Aku takut......


    🪴🌼🪴🌼🌹🦋🌹🪴🌼🪴🌼

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun mas Kakek.
      Jangan takut, kan ada bu Djoko

      Delete
  2. 🍄🪴🍄🪴🍄🪴🍄🪴
    Alhamdulillah 🙏🦋
    MELATI 14 sdh tayang.
    Ayooo Daniel, smangaats
    kamu pasti bisa...cepetan
    deh Melati cantik dipinang
    sblum disantap bandot tua.🤦🏻‍♀️
    Ketahuan gak ya jus jeruk
    utk Harjo diksh obat tidur?
    Semoga Melati aman2 aja,
    krn disuruh minum jus jeruk
    yg ada obat tidurnya. 🙏
    Matur nuwun Bu Tien
    yang baik hati. Selalu
    bikin penisirin deh...🤔
    Semoga Bu Tien tetap
    sehat & smangaats.
    Salam aduhai...😍🤩
    🍄🪴🍄🪴🍄🪴🍄🪴

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Sari

      Delete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku Melati tayang

    ReplyDelete

  4. Alhamdullilah
    Cerbung *MELATI 14* telah. hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat bahagia bersama keluarga
    Aamiin...
    .

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  5. Hamdallah...cerbung Melati 14 telah tayang

    Melati oh Melati...kasihan kamu di sarang Buaya. Buaya nya minta pijat komplit nih...he...he...
    Semoga kamu bisa menjinakkan buaya tsb

    Terima kasih Bunda Tien

    Sehat selalu nggeh Bunda. Salam Ramadhan penuh Berkah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  6. Alhamdulillah . Terima kasih bunda Tien semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Endah
      Aduhai hai deh

      Delete
  7. Matur nuwun ,,,semangat terus berkarya

    ReplyDelete
  8. Maturnuwun bu Tien Melati 14 sdh hadir ... smg bu Tien sll sehat dlm lindungan Allah...

    Melati semoga selamat dari bencana

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah sdh ada MELATI 14 Semoga bu Tien sehat selalu ...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Endang

      Delete
  10. Alhamdulillah, MELATI 14 telah tayang, terima kasih bu Tien, salam sehat, sejahtera dan bahagia selalu bersama keluarga. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Uchu

      Delete
  11. Jurus pertama gagal total, si buaya buntung tidak suka jus jeruk. Terus apa rencana berikutnya...
    Daniel perlu gerak cepat loh, kalau tidak ingin kecewa.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Latief

      Delete
  12. Alhamdulillah MELATI~14 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga tetap sehat semangat & bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  13. Alhamdulillah ..
    Syukron nggih Mbak Tien ... meski harus nunggu besok sambil deg2-an ... 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  14. Terimakasih bunda Tien melati 14
    Semoga bunda Tien selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  15. Alhamdulillaah
    Waduh,,,,piye iki senjata makan tuan nih kl diminum,, Melati,,, Melati 🤩
    Sabar yo nduk, ditumpahkan saja

    Matur nuwun Bu Tien,
    Salam sehat wal'afiat selalu 🤗🥰🌿💖

    ReplyDelete
  16. Bacanya sambil deg2an takut melati dimakan bpk tua.semoga melati berjodoh sama Daniel.ada malaikat penolong.makasih bu Tien cerbungnya

    ReplyDelete
  17. Terima kasih, ibu Tien...Melati belum cerita ke Daniel tentang kerjaannya yg terikat hutang ayahnya...makin deg-degan nih...😅

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah.semoga Bunda selalu sehat wal afiat _Melati kisah hidupmu bikin aku dag dig dug👍 Maturnuwun 🌹🌹🌹🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  19. Matur nuwun Bu Tien, tetap sehat njih Bu....

    ReplyDelete
  20. Aamiin Yaa Robbal Alamiin
    Matur nuwun ibu Reni

    ReplyDelete
  21. Ooh...baca ulang baru ngeh kl mngkn Harjo curiga jus jeruk buatan Melati sdh dibubuhi sesuatu...kan bnyk CCTV di setiap sudut rumahnya? Bukan krn takut sakit lambung, krn waktu bikinnya kan bibik tdk melarang. Tunggu besok deh...ide bu Tien.👍👍

    ReplyDelete
  22. Aduh...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien MELATI.nya smg mewangi seharum melati
    Sehat dan semangat ya Bun. Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  24. Kasihan Melati... pengen 😭lihat jalan hidupnya. Semoga Melati terhindar dr bahaya. Terimakasih bunda Tien , semoga selalu sehat lahir batin

    ReplyDelete
  25. Woro-woro.
    Malam ini MELATI_15 mohon ijin tidak hadir menyapa para penggemar nya, penulisnya (ibu Tien) sedang kurang sehat.
    Untuk itu mohon doa kesembuhan buat bu Tien Kumalasari.
    Terima kasih banyak atas perhatian dan kebersamaannya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga ibu. Tien kumalasari segera sembuh, sehat n bisa beraktifitas seperti sedia kala .... aamiin yaa rabbal'alamiin

      Delete
  26. Semoga Bu Tien diberikan kesehatan oleh Allah Swt sugeng istirahat bu Tien🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  27. Moga2 Bu Tien segera sembuh.
    Selamat beristirahat Bu Tien.

    ReplyDelete
  28. Smg mb Tien cepet sehat kembali bs menyapa penggemarnya

    ReplyDelete
  29. Semoga mbak Tien segera sembuh, sehat dan beraktivitas seperti sedia kala, aamiin.

    ReplyDelete
  30. Smg sgra sehat kembali bunda Tieb

    ReplyDelete
  31. Syafakillahu syifa an ajilan Bu Tien.
    Untuk saudaraku di grup PCTK ...semoga sehat selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  32. Semoga Bu Tien segera sembuh.
    Selamat beristirahat Bu Tien

    ReplyDelete
  33. Bunda Tien semoga segera diberikan kesembuhan,, Aamiin YRA

    ReplyDelete
  34. Cepat sembuh bunda Tien dan bisa beraktifitas seperti biasanya... Aamiin3x Yaa Rabbal Alaamiin 🤲🤲🤲

    ReplyDelete
  35. Semoga lekas sehat nggih buuu..aaamiin

    ReplyDelete
  36. Semoga mba Tien cepat sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasa.
    Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin

    ReplyDelete
  37. Semoga mba Tien cepat sembuh dan dapat beraktifitas seperti biasa kembali.
    Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin

    ReplyDelete
  38. Syafakallah Mba Tien ....semoga lekas sembuh .....
    Laa Ba'sa Thohuruun in Syaa Allah 🤲🤲

    ReplyDelete
  39. Semoga cepat sembuh Bu Tien

    ReplyDelete
  40. Semoga Mbak Tien sembuh...
    Kasian juga Melati nanti diapa²in Harjo, menderita lagi tu Daniel...

    ReplyDelete
  41. Semoga cepat sembuh .... dan bisa beraktifitas kembali

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...