ROTI CINTA 47
(Tien Kumalasari)
Pak Kusno saling pandang dengan isterinya. Tak mengira Nurdin akan mengucapkan kata-kata itu setelah menyia-nyiakan isterinya.
“Bapak, ibu, saya bersungguh-sungguh. Saya menyesal telah menyakiti hati Ningsih, juga menyakiti hati bapak serta ibu. Saya ingin merubah sikap saya, sifat saya, dan berjanji akan menyayangi Ningsih apapun keadaannya,” kata Nurdin sambil menatap pak Kusno dan bu Kusno berganti-ganti. Ucapannya tampak bersungguh-sungguh, dan dengan linangan air mata.
Pak Kusno diam sesaat. Ini sebuah niat baik dari orang yang telah menyesali perbuatannya, apakah dia tidak harus mendukungnya? Apalagi melihat ada air mata mengambang, wajahnya juga pucat karena berhari-hari berada dalam tahanan. Tapi ini bukan permintaan biasa. Sebuah perjodohan kembali, yang menyangkut hati ke dua belah pihak.
“Saya mohon, maafkanlah saya. Saya telah melakukan hal buruk kepada mertua saya, yang ternyata memiliki hati yang sangat mulia. Telah memaafkan saya dan tak membiarkan saya masuk penjara. Saya merasa sangat berdosa. Izinkanlah saya menebusnya dengan membahagiakan Ningsih ya pak, ya bu,” katanya tersendat.
Pak Kusno menata hatinya, dan mengucapkannya dengan sangat hati-hati, agar tak ada yang terlukai.
“Begini ya nak, saya berterimakasih sekali karena nak Nurdin telah membebaskan hutang saya kepada nak Nurdin.”
“Bukan pak, sesungguhnya bapak tidak pernah berhutang kepada saya, karena ketika membangun rumah ini adalah memang kemauan saya. Saya berdosa telah menyebutnya dengan hutang. Tidak pak, saya cabut sebutan hutang itu. Saya mengatakan bahwa ini adalah kemauan saya dan saya tak ingin bapak menggantinya.”
“Baiklah, apapun sebutannya, saya merasa terbebas dari beban yang sangat berat itu.”
“Benar pak, jangan sampai ini menjadi beban buat bapak dan ibu.”
“Sekali lagi saya mengucapkan terimakasih ya nak. Lalu mengenai keinginan nak Nurdin akan rujuk, saya minta maaf karena ini kan menyangkut Ningsih yang akan menjalani. Jadi saya juga harus bicara juga dengan Ningsih. Ya kan nak?”
“Iya pak, itu benar. Tapi saya percaya Ningsih masih mencintai saya. Dia wanita baik yang setia kepada perkawinannya. Sungguh saya menyesal telah menyia-nyiakannya.”
“Baiklah nak, permintaan nak Nurdin akan saya sampaikan kepada Ningsih, semoga Ningsih bisa menerimanya.”
“Kemana Ningsih ya pak, dari tadi saya tidak melihatnya?”
“Ningsih sudah sebulan lebih bekerja nak.”
“Oh, Ningsih bekerja? Kasihan isteriku, dia itu harus menjadi nyonya rumah yang benar-benar menjadi ratu rumah tangga. Nanti saya akan melarangnya bekerja dan membawanya kembali ke Padang. Bapak dan ibu tidak usah khawatir. Saya akan menjaga dan membahagiakannya.”
Pak Kusno menghela napas yang terasa sesak didada. Ada rasa kasihan melihat sikap Nurdin yang seakan sangat menyesali perbuatannya, Bahkan merasa yakin bahwa Ningsih masih mencintainya dan sangat yakin bahwa Ningsih pasti bisa menerimanya kembali. Tapi dia teringat pak pengacara yang tampaknya juga tertarik pada Ningsih anaknya.
“Nak Nurdin sabar ya, nanti kalau Ningsih sudah pulang, saya akan bicara. Kalau sekarang, saya belum bisa menjawabnya.”
“Jam berapa biasanya Ningsih pulang?”
“Biasanya juga jam segini sudah pulang nak.”
“Kalau begitu saya akan menunggu saja pak.”
“Saya buatkan minum dulu nak,” kata bu Kusno tanpa menunggu jawaban Nurdin, langsung beranjak kebelakang.
Sementara itu tiba-tiba terdengar mobil berhenti dihalaman.
“Itu seperti mobil nak Wondo..” gumam pak Kusno.
“Wondo siapa pak? Pengacara itu ?”
“Iya benar, pengacara itu.”
Nurdin menoleh ke arah mobil, dan terkesiap hatinya ketika Wondo membukakan pintu samping, dan melihat Ningsih turun dari dalamnya. Kok sikap pengacara itu begitu manis pada Ningsih? Nurdin mulai was-was. Seperti ada yang mengiris hatinya.
Ningsih mrlangkah ke rumah, Suwondo mengikuti di belakangnya.
“Ningsih..” sapa Nurdin.
“Ada tamu rupanya,” kata Ningsih pelan.
“Kok bisa bareng pak Suwondo ?”
“Iya, kebetulan pas kekantornya mas Dian, dan memang mau menemui bapak, jadi bisa bareng.”
Dan keterangan itu sedikit meredakan dada Nurdin yang gemuruh tak menentu.
Ningsih langsung masuk kedalam rumah, setelah Suwondo dipersilahkan duduk.
“Sudah lama pak Nurdin ?” tanya Suwondo.
“Lumayan, saya sedang menunggu Ningsih.”
“Ooh.. “
Sementara itu Ningsih yang masuk ke kamarnya, disusul oleh ibunya.
“Ning.. kamu tahu nggak kenapa Nurdin datang kemari?”
“Menagih uangnya ya bu ?”
“Tidak, dia justru mengatakan bahwa uangnya tidak usah dikembalikan.”
“Benarkah? Syukurlah..” kata Ningsih dengan gembira.
“Beban bapak akan terlepas ya bu, syukur alhamdulillah,” sambungnya.
“Tapi dengar dulu, dia ingin kembali rujuk sama kamu.”
Ningsih sangat terkejut. Ia jatuh terduduk di tempat tidurnya.
“Rujuk ?”
“Apa kamu bersedia? Dia berjanji tak akan menyakiti kamu lagi. Berjanji akan membahagiakan kamu.”
“Itu sebabnya dia membebaskan bapak agar tak mengembalikan uangnya?”
“Entahlah, ibu tidak tahu.”
“Tidak bu, Ningsih tidak mau kembali menjadi isterinya. Dia sudah menceraikan saya dan selesai.”
“Dia bilang sangat menyesal.”
“Tidak apa-apa bu, baguslah kalau orang bisa menyesali perbuatannya,” kata Ningsih yang melanjutkan langkahnya ke kamar mandi.
Bu Kusno bisa mengerti, Ningsih masih terluka. Barangkali susah melupakan peristiwa menyakitkan itu. Seteleh menyajikan teh untuk tamu-tamunya, bu Kusno beranjak ke belakang lagi.
“Bapak tidak meng ‘iya’ kan bukan ?” tanya Ningsih setelah keluar dari kamar mandi.
“Tidak, bapakmu bilang terserah kamu yang menjalani.”
“Baguslah bu,” kata Ningsih sambil berganti pakaian. Ketika selesai, didengarnya suara memanggil dari luar kamar.
“Ningsih...”
Wajah Ningsih muram seketika. Ia membuka pintu kamarnya dan melihat Nurdin menyusulnya ke belakang.
“Aku ingin bicara Ning,” kata Nurdin sambil menatap bekas isterinya lekat-lekat.
“Dududklah disini nak, tidak bagus bicara sambil berdiri,” kata bu Kusno sambil menunjuk ke arah kursi makan.
Nurdin mengangguk, lalu duduk di kursi yang ditunjuk bu Kusno.
“Ning, bicaralah, agar semuanya segera selesai. Ibu mau menemani bapakmu didepan,” kata bu Kusno sambil melangkah ke depan.
Ningsih duduk di depan Nurdin yang telah lebih dulu duduk menunggu.
“Ada apa?” tanya Ningsih dingin.
“Ning, aku mau minta maaf. Aku merasa berdosa telah menyia-nyiakanmu selama ini.”
“Ya, sudah aku maafkan.”
“Aku ingin menebusnya,”
“Maksudnya ?”
“Aku ingin kita rujuk,” kata Nurdin sambil terus menatap Ningsih.
“Untuk apa?”
“Aku ingin menebus semua kesalahan aku, aku akan membuatmu bahagia, aku tidak akan melukai kamu lagi.”
“Bukankah aku tidak akan bisa memberikanmu anak?”
“Aku tidak akan memikirkannya lagi. Aku sangat menyesal. Nanti kita akan mengadopsi dari panti asuhan dan menyayangi seperti kepada anak sendiri.”
“Tidak.”
Nurdin membulatkan matanya.
“Apa kamu tidak mencintai aku lagi? Aku tahu kamu seorang wanita yang baik, yang setia kepada pernikahan kita.”
“Tidak. Aku bukan wanita yang baik. Lebih baik lupakan saja keinginan kamu itu.”
“Kamu menolaknya?”
“Kamu sudah menceraikan aku. Surat itu sudah turun sejak aku masih ada dirumah kamu. Dan aku sudah melupakan kamu. Marilah kita hidup di jalan masing-masing, semoga kamu mendapatkan ganti wanita yang lebih baik, dan bahagia besamanya.”
“Tapi Ning, sesungguhnya aku masih mencitai kamu.”
“Lupakan saja kata-kata itu mas, aku sudah mengatakannya bahwa aku tidak mau.”
“Apakah karena laki-laki tadi? Pengacara yang membela keluarga kamu mati-matian?” kata Nurdin dengan nada agak tinggi.
“Bukan karena siapa-siapa. Sejak aku menginjakkan kembali kakiku dirumah orang tuaku, aku sudah berjanji pada diri aku sendiri, bahwa aku akan menjalani hidup seperti sebelum ketemu kamu. Jadi lupakan saja keinginan kamu itu. Aku minta maaf, aku lelah sekali,” kata Ningsih sambil berdiri dan kembali masuk ke dalam kamarnya.
***
Nurdin kembali ke depan, dan melihat bahwa pengacara itu sudah pergi.
“Nak Wondo masih ada keperluan lain, dia minta agar aku memintakan pamit kepada nak Nurdin,” kata pak Kusno ketika Nurdin kembali duduk.
Nurdin hanya mengangguk.
“Sudah ketemu Ningsih dan bicara sama dia?”
“Sudah pak.”
“Lalu bagaimana?” tanya pak Kusno yang sesungguhnya sudah tahu jawabannya ketika melihat wajah Nurdin saat keluar dari dalam rumah.
“Ningsih menolaknya,” kata Nurdin lesu.
“Nak Nurdin harus sabar. Barangkali dia masih terluka.”
“Saya tidak bisa memaksanya. Semuanya memang salah saya.”
“Nak, mohon dimaafkan Ningsih ya. Nanti nak Nurdin pasti akan mendapatkan gantinya, yang lebih baik dari Ningsih.”
Nurdin hanya mengangguk, lalu berdiri.
“Saya mohon pamit.”
“Ini diminum dulu nak,” kata bu Kusno.
Nurdin duduk lagi sebentar, lalu menghirup teh yang nyaris dingin dimeja tamu.
“Nak, tentang uang itu, nanti aku akan berusaha,” kata pak Kusno yang mengira bahwa Nurdin menolak uang itu karena berharap bisa kembali bersama Ningsih. Setelah Ningsih menolak, pastinya Nurdin akan tetap memintanya.
“Bukankah saya sudah mengatakan bahwa bapak tidak usah mengembalikannya?”
“Jadi..”
“Ya sudah, kita lupakan saja masalah uang itu. Dosa saya akan bertambah kalau saya tetap menerima uang itu,” kata Nurdin sambil berdiri, kemudian mencium tangan pak Kusno dan bu Kusno dengan air mata berlinang. Lalu dia membalikkan tubuhnya dan melangkah pergi dengan gontai.
“Terimakasih ya nak,” pak Kusno sempat mengucapkannya lagi sebelum Nurdin pergi.
Bu Kusno mengangkat gelas-gelas kosong sambil menghela napas lega. Lega karena suaminya tak jadi mencari-cari uang untuk mengembalikan uang Nurdin, tapi ia merasa iba melihat Nurdin pulang dengan kecewa.
“Kasihan ya pak..”
“Benar, kasihan, tapi kita bisa apa? Ini kan menyangkut perasaan. Kalau Ningsih sudah nggak mau, bagaimana lagi,”
***
“mBak Ningsih, saya ikut senang karena pak Nurdin tidak jadi meminta uang yang sekian puluh juta itu,” kata Witri malam itu.
“Iya Wit, bapak juga sekarang sudah merasa lebih lega, karena semuanya berjalan baik, dan tampaknya Nurdin tidak menaruh dendam atas penolakan aku.”
“Syukurlah kalau dia bisa mengerti mbak. Salah siapa dulu pakai menceraikan segala, sekarang baru sadar kalau ternyata masih cinta.”
“Yang membuat saya lega adalah karena dia menyadari kesalahannya, dan bapak kemudian juga merasa lega karena tidak ada permusuhan diantara kami dan dia.
“Semoga mbak Ningsih bisa menemukan jodoh yang lebih baik dan bisa membuat mbak Ningsih bahagia.”
“Aamiin, terimakasih ya Wit, kamu sahabat terbaik aku.”
“Tapi ngomong-ngomong ada yang naksir mbak Ningsih nih..”
“Ah, siapa?”
“Apa mbak Ningsih belum tahu, atau pura-pura tidak tahu ?”
“O, pak Wondo ?”
“Tuh kan, berarti sudah tahu,” kata Witri dengan senyum menggoda.
“Nggak, bapak yang bilang, tapi bapak cuma menduga-duga, karena akhir-akhir ini pak Wondo sering datang kerumah, terus pernah menanyakan apakah aku sudah punya pacar lagi, gitu, tapi nggak kok, dia belum pernah mengatakan apa-apa. Sudah, jangan pikirkan.”
“Tapi menurut aku, itu memang benar lho mbak.”
“Apanya yang benar?”
“Pak Wondo naksir sama mbak Ningsih.”
“Ngaco ah,”
“Mas Dian yang bilang. Pak Wondo mengatakannya pada mas Dian bahwa dia suka sama mbak Ningsih.”
“Aku kan harus tahu diri sih Wit, nggak berani lagi aku, nanti dia kecewa, aku sakit lagi.”
“Masalah mandul itu? Tampaknya pak Wondo tidak mempersoalkannya kok.”
“Masa sih..”
“Benar, yang penting mbak Ningsih bisa menerima enggak?”
“Nggak Wit, aku tidak berani.”
“Padahal mas Dian minta, besok kalau kami menikah, ia minta..pendamping pengantinnya mbak Ningsih sama pak Wondo,.”
“Apa ?”
***
Besok lagi ya
Akhamdulillah tayang
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien atas kirimannya ROTI CINTA
DeleteSalam ADUHAI.
Selamat jeng Isti, kliwatan gak dapat kesempatan kunjungan pa Djoni sarimbit....malam ini jadi juara1.
DeleteMatur nuwun bu Tien.
Salam SEROJA dan tetap ADUHAI...
“Nggak Wit, aku tidak berani.”
Delete“Padahal mas Dian minta, besok kalau kami menikah, ia minta..pendamping pengantinnya mbak Ningsih sama pak Wondo,.”
“Apa ?”
Bgmn sih Ningsih, sdh ada calon suami yang sdh mapan, yang mau membahagiakannya kok kurang yakin...takut.... Ayo Ningsih, jangan terlalu lama mikirnya...
Selamat malam Ibu....Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah dah tayang ROCIN 47
ReplyDeleteAlhamdulilah, terima kasih bu tien... roti cinta 47 sdh datang semoga pak Tom segera sehat kembali demikian pula bu tien selalu sehat, dan selalu bahagia.. salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteAlhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir.....
Matur nuwun bu Tien..
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin..... .
Salam ADUHAI... dari bumi NUSAKAMBANGAN
.
Alhamdulillah no 4
ReplyDeleteAsyiik nyegat Roti gak terlambat ,,,,
ReplyDeleteAlhamdulillah .... terimakasih bu tien, semoga sehat selalu
ReplyDeleteLuar biasaaa rotinya enaaak
ReplyDeleteAlhamdulillah tayaangg..
ReplyDeleteMakasih Bundaa... Sehat2 selalu njih..
Alhamdulilah, kesuwun injih mbakyu Tienkumalasari dear, smoga sehat² ya, salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteSugeng dalu Bu Tien, matur nuwun kiriman Roti Cintanya, salam hangat dan salam aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteAlhamsulillah Rocin dah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda sekeluarga selalu sehat
Salam sehat dan aduhai
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman,
Presensi
DeleteHadir bu... ✔
Semoga bu Tien dan keluarga sehat selalu..
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani,
Slmt mlm mbak Tien smg sht sll dan alhamdullilah Rocin 47 sdh hadir.. Slmseroja dan Aduhai dri skbmi unk mbak Tien.. ππ
ReplyDeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Ayo mBak Ningsih kamu bisaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa !!!!
ReplyDeleteAlhamdulillaah.. Roti Cinta sudah hadir..,
ReplyDeleteMatur nuwun ibu Tien,
Semoga ibu dan keluarga sehat selalu
Aamiin yaa Robbal’alamiin
Salam SeRoJa... ADUHAI...
Matur nuwun bunda Tien...RC hadir awal buat teman malam minggu..π
ReplyDeleteRocin 47 sdh mateng
ReplyDeleteTrmksh mb Tien smg sehat sll
Salam seroja ADUHAI selalu
Alhamdulillah yg ditunggu dah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien πππ
Rocinnya alhamdulilah sdh tayang...smg Nurdin bener2 insyaf dan Ningsih tdk kena teror krn menolak rujuk. Smg keberuntungan ditangan p Suwondo.. dan tentu sj hari bahagia Witri segera terwujud dn Dian sbg imammnya..termksh mb Tien untuk Rocinnya.. smg p Tom sdh bugar kembali.. slm seroja utk mb Tien dan para pctkπ€
ReplyDeleteSuwun mb Tien Rocin47 sudah tayang...salam aduhai
ReplyDeleteAlhamdulilah. Mksh
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh hadir yg ditunggu tinggu.. Terimakasih bunda Tien sayang ❤️π i love you bunda dan salam Aduhaaaai ❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah...malem minggon sama Roti Cinta...
ReplyDeleteSuwun mba Tien...salam sehat semangat dan bahagia selalu
Alhamdulillah, terima kasih b Tien RC 47 yg semakin menarik... Salam sehat selalu dan salam Aduhaiiii...
ReplyDeleteAlhamdulillah Rotinya dah tayang.Makasih Bunda sehat dan tetap semangat.
ReplyDeleteSalam semangat mas Bambang
DeleteMatur nuwun Ibu Tien..Rocin sudah tayang
ReplyDeleteMugi Ibu sekeluarga tansah sehat
Alhamdulillah rocin tayang buat malming..Matur muwun bu Tien.
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Matur nuwun mbak Tien-ku, roti-nya sudah diantar langsung.
ReplyDeletePak Pengacara, tembak langsung aja itu Ningsih, supaya segera tenang hatinya.
Tinggal menunggu undangan nih... banyak yang mau nikah.
Salam sehat penuh semangat untuk mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Alhamdulillah kiriman Rocinnya gasik ... Terima kasih Bu Tien ... Semoga Bu Tien selalu sehat ... Salam seroja tuk semuanya πππ
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Semoga bu tien sehat2 n selalu dalam lindungan Allah SWT
Alhamdulillah Rocin~47 telah hadir... maturnuwun bu Tien..π
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien
Salam kejora mbak Tien , salam sehat
ReplyDeletePenuh semangat ,,
Salam kejora ibu Utami
DeleteAlhamdulillah.. terima kasih
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien , ROCIN 47 sdh datang ... Salam Seroja & Aduhai buat Mbak Tien & PCTK semua .
ReplyDeleteSalam seroja dan ADUHAI ibu Enny
ReplyDeleteAlhamdulillah ROCIN 47 sdh tayang, matursuwun mbakTien...
ReplyDeleteSalam sehat selalu dr Bekti. Aduhai selalu buat mbak Tien anggota grup PCTK
Selamat malam bu Tien Kumalasari.
ReplyDeleteAlhamdulillah dan terimakasih Roti Cinta sudah tayang.
Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Salam hangat mas Dudut
ReplyDeleteTrimakasih mbak Tien RC47nya..
ReplyDeleteLiat Nurdin tulus ga sih..klo tulus ya kasian..tp tiwas Ningsih mau udh dibw jauh2..ntar terulang lg..bener ding Ningsih tolak aja..toh udh ada yg naksir..duda pengacara anak satu..paslah..hehe..maunya..π€
Semoga sj berjodoh...π€²
Sebentar lg undangan Witri&Dian..π
Juragan bakso kemana nii..udh rame pelanggan..semoga Sumi ga bikin onar lagi..π
Bian sibuk kerja..Dita sibuk belajar biar cpt Lulus..ππππ»
Besok lagiiii...
Salam sehat selalu dan aduhaii mbak Tien..ππ⚘
Alhamdulillah RC.47 telah tayang, terima kasih bu Tien, sehat n bahagia selalu.
ReplyDeleteUR.T411653L
Puji Tuhan Rocin 47 tayang gasik.
ReplyDeleteSangat bersyukur karena ada pertobatan dari Nurdin.
Semoga Ningsih hidup bahagia bersama pengacara Wondo. Senangnya lihat/ dengar kabar orang2 meraih bahagianya...
Monggo dilanjut, tetap penasaran. Matur nuwun Berkah Dalem. Salam ADUHAI...
ππ©π° Roti & Bakso π CINTA Aduhai enaknya
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Alhamdulillah, matur nuwun bu tien, salam sehat selalu dan aduhai banget
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteRoti cintanya selalu enak.
Salam sehat dan selalu aduhai mba
Besok tayang lagi ya mbak Tien.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Alhamdulillah, masih kebagian Rocin....
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien....
Salam sehat selalu....ππ
Terima kasih Bu Tien, rocin 47 sudah datang, saya tunggu 48 ...... dalam dr tugiman bandung
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMakasih bu Tien rocinnya, semoga bi Tien sehat selalu. Aamiin π€²
Aamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Alhamdulillah ..swmoga sehat selalu u Ibu Tien dan Rocin nya di tunggu
ReplyDeleteAamiin
DeleteSiyaap ADUHAI ibu Yanti
Alhamdulillah Rocin 47 sdh tayang. Dan biasanya yang ditunjuk sebagai pendamping pengantin nantinya akan berjodoh..Ayo ningsih tetap semangat dan kamu pasti bisa bangkit lagi....ADUHAI salam sehat utk Bu Tien dan keluarga.
ReplyDelete,,ππππΌπΊ
ADUHAI pak Indriyanto
DeleteAlhamdulillah..... Rocin 47 nya sudah tayang. Semoga Bu Tien selalu sehat.
ReplyDeleteAamiin
DeleteADUHAI ibu Yati
Alhdulillah akhirnya Ningsih mrmutuskan untuk.menolak Nurdin. Semoga gayung bersambut, ketertarikan Suwondo pada Nimgsih disbut Ningsih dengan suka cita..Wah rame nih..bu Tien akan membuat ending cerita yang bahagia ..paling tidak ada 4 pasangan yaitu Dian dan Witri, Dita dan Abian, Dina dan Rustanto serta Ningsih dan Suwondo..Hebat deh bu Tien jadi mak comblang
ReplyDeleteAsyiik.. jadi mak comblang
DeleteADUHAI ibu Noor
Alhamdulillah,roti cinta.. untuk sarapan,terima kasih Bu Tien..senantiasa sehat Bu,Aamiin.
ReplyDeleteADUHAI IBU Rini
DeleteAlhamdulillah ROCIN 47 buat sarapan pagi,sugeng injing Bu Tien maturnuwun π, sehat selalu tetap ADUHAI...
ReplyDeleteSugeng enjing dan ADUHAI Yangti
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Mudah mudahan Ningsih berjodoh dgn Wondo. Maturnuwun Bu Tien, pagi pagi sdh bisa menikmati RC, yg semakin seru ceritanya. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon, wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dan semangat dari Pondok Gede....
ReplyDeleteMantaap rotinya...
ReplyDeleteEnak dan menyenangkan...
Salam sehat mbak Tien
Saam Aduhaiii...
Terima kasih mbak Tien, cerita nya banyak pelajaran berharga.
ReplyDeleteSemua dpt jodoh, tinggal ferry dan eni yg belum dpt. Bagaimana kl mbak tien jodohkan ferry dan eni? He5x.
Alhamdulillah sdh tayang.
ReplyDeleteSemoga eyang Tien Kumalasari
Diberikan kesehatannya yg tetap prima.Aamiin yRa.
Terima kasih Eyang Tien Kumalasari - Bpk Wahjudi
ReplyDeleteMudah2an malam ini adacRoti Cinta..
ReplyDeleteAlhamdulillah! Rotinya udah nyampe lampung dengan penuh cinta. Nah, ini baru contoh seorang wanita yang tegas. Ningsih, jangan tolak pak wondo ya. Terima kasih bunda Tien. Selamat malam. Salam seroja. Dan tetap aduhai!
ReplyDeleteMakasih mb.Tien , rocinnya udah datang mumpung rotinya masih anget langsung dak habisin , semoga mb. Ningsih dan P. Wondo bisa menjadi pendamping pernikahannya Witri dan ms. Dian, Aamiin.
ReplyDelete