MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 26
(Tien Kumalasari)
Yessyta meletakkan sulak yang semula dipegangnya, lalu melangkah ke depan. Ia jarang sekali melihat mertuanya itu datang kerumah, yang kalau ditegur selalu mengatakan sungkan, karena menantunya kaya raya. Takut dikatakan minta sesuatu. Dan renovasi rumah itu juga bukan dirinya yang meminta, tapi adalah kemauan Anto sendiri.
“Ibu, sama siapa?” tanya Yessyta yang khawatir kalau ibunya datang bersama Anto. Tapi ia tak melihat siapapun.
“Sendiri nak.”
“Silahkan masuk bu, ayo..”
Tapi bu Darso menggeleng, memilih duduk di teras saja.
“Biarlah saya duduk disini saja nak. Maaf kalau mengganggu.”
“Tidak bu, sama sekali tidak mengganggu. Ibu mau minum apa?”
“Tidak usah nak, ibu hanya sebentar.”
“Ooh…” lalu Yessyta diam menunggu.
“Apa kabar pak Murti ?”
“Bapak sudah semakin sehat bu, sudah bisa bicara walau sedikit-sedikit.”
“Syukurlah, senang mendengarnya. Maafkan ibu tidak pernah bisa menjenguk.”
“Tidak apa-apa bu, do’a saja sudah cukup.”
“Ya, semoga pak Murti tidak sakit-sakit lagi ya nak.”
“Aamiin, terimakasih bu.”
Lalu bu Darso diam, tampak susah sekali mengeluaran kata-kata. Dan tiba-tiba saja air mata sudah mengalir disepanjang pipinya.
“Ibu, mengapa ibu menangis ?”
Bu Darso bersusah payah menahan keluarnya air mata, napasnya tampak terengah-engah. Tanpa diminta Yessyta mengambil minuman botol dari dalam, membukanya lalu memberikannya kepada bu Darso.
“Minumlah bu, dan tenangkan hati ibu, ya.”
Bu Darso meminumnya beberapa teguk, lalu menghela napas panjang.
“Wanita begini cantik, dan lembut, alangkah bodoh orang yang menyia-nyiakannya,” bisiknya lirih, lalu air matanya kembali berlinang.
“Ibu, maukah sekarang mengatakan apa yang terjadi?”
“Maafkan saya nak..”
“Mengapa ibu meminta maaf? Ibu tidak salah apa-apa.”
“Anto tidur dirumah saya, semalam…”
“Bersama… seorang wanita…” lanjutnya, karena Yessyta diam.
“Ya bu, lalu bagaimana ?”
“Ibu sangat sedih, mengapa kelakuan anak saya saperti itu nak..” bu Darso kembali menitikkan air mata.
Yessyta menghela napas.
“Ibu, mas Anto itu bukan anak kecil lagi. Dia berhak melakukan apa yang baik menurut dirinya.. Jadi ibu tidak usah terlalu memikirkannya.”
“Kalau anak saya melakukan hal yang tidak benar, apakah saya harus diam ?”
“Ketika dia masih kanak-kanak, ibu wajib menuntunnya, tapi ketika dia sudah dewasa, dia berhak melakukan apapun, dimana akibat dari semua perbuatannya adalah tanggung jawab dia sendiri. Ibu harus bisa melepaskan semua itu, supaya ibu tidak menjadi sakit. Sakit jiwa dan juga sakit raga. Ya kan bu?”
Bu Darso tak menjawab, menatap Yessyta dengan pandangan sayu. Barangkali takjub karena Yessyta bisa berpikir sangat matang, sementara Anto hanya bisa melakukan hal yang menyenangkan dirinya sendiri.
“Benar kan bu?” ulang Yessyta ketika bu Darso hanya diam menatapnya.
“Lalu.. bagaimana dengan nak Yessy? Saya kecewa dengan wanita itu. Sangat jauh bedanya dengan nak Yessy, yang sangat lembut dan baik.”
“Ibu, yang menjalani adalah mas Anto. Kalau dia dipilihnya, berarti dialah yang terbaik untuk dirinya.”
“Lalu bagaimana dengan nak Yessy?”
“Tak ada jalan lain bu, saya tidak ingin mas Anto terganggu. Biarlah kami memilih jalan kami masing-masing.”
“Ya Tuhanku… apakah itu berarti kalian akan bercerai?”
“Bukankah itu yang terbaik bu?”
“Nak, tolong maafkanlah Anto..”
“Saya sudah memaafkannya bu.”
“Janganlah kalian bercerai nak, saya akan mencoba membujuk Anto agar meninggalkan wanita itu.”
“Jangan bu, biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan.”
“Dia sedang khilaf nak, tolonglah, dia tak akan bahagia bersama wanita itu.”
“Bu, itu kan kata ibu. Sudahlah bu, ibu lepaskan saja, jangan memikirkan mas Anto, yang penting ibu sehat.”
“Apa nak Yessy tidak bisa menerima Anto kembali?”
“Maaf bu, kalau saya kembali pasti justru akan lebih tidak baik lagi. Biarkan kami memilih jalan hidup kami masing-masing.”
Bu Darso terisak.
“Saya tidak bisa hidup seatap dengan menantu seperti itu. Dia kasar dan tidak suka bekerja.”
“Mengapa mereka tidak ibu suruh mencari rumah sendiri saja? Sudah saatnya mereka tidak menyusahkan ibu lagi.”
“Gimana ya nak, satunya orang lain yang ibu tidak suka, tapi satunya anak ibu..” kata bu Darso sendu.
“Coba ibu bicara dengan mas Anto tentang keberatan ibu, pasti dia harus bisa mencari jalan keluarnya.”
Bu Darso mengangguk-angguk, sinar kesedihan semakin merebak melingkupi wajahnya. Ada rasa iba Yessyta melihatnya, tapi apa yang harus dilakukannya? Permintaannya terlalu berat untuk dipenuhi.
Bu, biarpun saya sudah berpisah dengan mas Anto, tapi tetaplah jadi ibu saya, ya.”
Bu Darso merangkul Yessyta dan menangis tersedu didadanya. Yessyta menepuk-nepuk punggungnya, dan tak urung ikut meneteskan air mata.
***
Ketika Gunawan memasuki rumah, dilihatnya Yessyta sedang duduk di sofa, yang kemudian mengusap air matanya begitu melihat Gunawan datang.
“Heiii… apa yang terjadi?” sapanya sambil duduk didepan Yessyta.
Yessy kembali mengusap air matanya. Bagaimanapun ia merasa trenyuh melihat penderitaan bu Darso. Yessy kemudian juga menyadari, bahwa ada yang hilang dari kehidupannya. Bukannya dia menyesal, tapi bagaimanapun sebuah kehilangan itu menyedihkan.
“Kecapekan mengepel lantai? Biar aku bantu?”
“Tidak.. tidak mas…”
“Apa yang terjadi?”
“Bu Darso barusan datang kemari.”
“Bu Darso? Itu ibunya Anto?”
Yessyta mengangguk, lalu ia menceritakan semua yang terjadi.
“Yah, aku bisa mengerti. Namanya orang tua juga pasti berharap anaknya menemukan kehidupan yang baik. Kalaupun itu gagal, memang harus dihadapi dengan ikhlas. Tapi mengapa kamu menangis? Memang perpisahan itu menyedihkan.”
“Bukan mas, aku merasa kasihan saja pada bu Darso. Dia juga menangis dan tampak sedih sekali.”
“Tadi bapak bilang, aku harus mengurus perceraian itu, tapi kalau kamu keberatan saya akan membatalkannya. Memang itu harus dipikirkan masak-masak, agar tak ada sesal di kemudian hari.”
“Mengapa mas mengatakan itu? Mana mungkin aku masih bisa hidup bersama dia?”
“Jadi kamu sudah mantap?”
“Sangat mantap mas.”
“Baiklah, aku sudah menghubungi pengacara, dan besok dia yang akan mengurusnya. Tapi masih ada waktu seandainya kamu ragu-ragu.
“Terimakasih mas, mas sudah melakukan yang terbaik untuk hidup aku.”
“Sekarang biarkan aku membantu kamu bersih-bersih rumah. Mana yang belum?”
“Jangan mas, itu pekerjaan perempuan.”
“Eeh, memangnya laki-laki tidak boleh bersih-bersih rumah?”
“Jangan mas, duduklah biar aku buatkan kamu minum,” kata Yessyta sambil berdiri. Tapi dengan cekatan Gunawan merebut sulak yang dibawa Yessyta.
“Jangan mas..”
Gunawan berlari mengitari meja tamu sambil mengacungkan sulak yang berhasil direbutnya.
“Mas, bersih-bersih itu pekerjaan aku.”
“Aku juga mau.”
“Besok kalau aku punya suami lagi, aku tak akan mengijinkan dia ikut membersihkan rumah.”
“Enak dong, lalu apa pekerjaan suami?”
“Cari uang, menyenangkan isteri..”
“Haaa.. itu aku mau,” kata Gunawan, yang lagi-lagi sadar telah kelepasan bicara.
“Maaf, aku hanya bercanda,” lanjutnya untuk meralat apa yang sudah dikatakannya.
Yessy sama sekali tak merasa bahwa itu memang isi hati Gunawan yang kelepasan meluncur begitu saja dari mulutnya. Dan Gunawan mengerti bahwa belum saatnya dia mengetahui isi hati Yessyta terhadapnya.
Lalu Gunawan mulai mengayunkan sulaknya untuk membersihkan debu yang masih melekat. Yessyta hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Percuma berebut dengan Gunawan, tubuhnya lebih tinggi besar dan kokoh. Akhirnya Yessyta hanya pergi kebelakang menyiapkan minuman untuk Gunawan.
***
“Mas, aku tidak suka tinggal dirumah ibu kamu,” keluh Indri ketika mereka makan siang di rumah makan.
“Memangnya kenapa?”
“Ibu kamu itu galak dan ketus, sama sekali nggak ada ramah-ramahnya.”
“Kamu sebagai orang muda harus bisa mengambil hatinya dong.
“Susah mas, menghadapi orang seperti itu. Sejak pertama kali melihat aku, dia sudah menunjukkan rasa tidak sukanya sama aku. Jadi susah untuk melakukan hal baik, paling juga tidak akan kelihatan baik. Begitu kalau orang pada dasarnya sudah memendam rasa tidak suka.”
“Kamu belum mencobanya sudah mengeluh.”
“Pokoknya aku nggak suka mas.”
“Tapi saat ini, dirumah ibu adalah satu-satunya jalan.”
“Carilah rumah sendiri, itu baru aku suka.”
“Kita kan tidak punya uang cukup. Kamu maunya bersenang-senang. Makan juga harus di restoran.”
“Lho mas, namanya orang hidup ya sudah pasti harus mencari kesenangan dong.”
“Semua itu kan harus disesuaikan dengan kemampuan kita.”
“Pokoknya aku tidak suka, kamu harus mencari rumah sendiri. Mengontrak dulu juga tidak apa-apa. Syukur bisa membeli.”
“Bagaimana kalau mobil itu kita jual saja, lalu kita pakai untuk uang muka ..”
“Apa maksudmu mas?”
“Kita akan membeli rumah secara kredit, mobil itu kita jual.”
“Jadi kita harus naik apa kalau ke kantor lalu ingin pergi kemana-mana?”
“Ya naik motorlah, sebagian kita belikan motor.”
“Ya malu dong, tadinya naik mobil kemudian harus berboncengan pakai motor?”
“Kalau memang harus begitu? Itupun kita masih harus berhemat, mengurangi pengeluaran, untuk mencicil harga rumah itu.”
“Aduuh.. aduh.. aduuuuh… susah amat cuma ingin hidup senang saja..”
“Sudahlah, jangan mengeluh saja. Hanya itu yang bisa kita lakukan.”
“Tapi ingat ya mas, jangan sekali-sekali memakai uang gaji aku. Itu akan aku buat untuk bersenang-senang sendiri.”
Anto menghembuskan napas kesal. Ia juga menyesal. Apa yang dilaluinya sangat jauh dari yang pernah diimpikannya. Mendapatkan isteri seperti Indri juga sangat disesalinya. Ia hanya menggairahkan saat berada di tempat tidur, tapi dalam mengarungi bahtera rumah tangga, ia sama sekali bukan wanita impian. Lalu terbayang bagaimana Yessyta melayaninya, menghargainya, menghormatinya.
“Mengapa diam? Aku serius nih, jangan sampai kamu memakai uang aku untuk kebutuhan apapun.”
“Terserah kamu saja,” kata Anto singkat.
***
“Ibu sedang apa.. mengapa duduk sendirian disini?” kata Anto menyapa ketika melihat ibunya duduk termenung di ruang makan, malam itu.
“Biasanya ibu juga sendirian..”
“Bu< Anto tahu ibu sangat marah sama Anto..”
“Tidak, ibu tidak marah. Ibu berusaha melepaskan semua beban. Apa yang kamu lakukan adalah tanggung jawab kamu sendiri.”
“Iya bu, Anto tahu. Anto telah salah langkah. Anto mengejar sesuatu yang ternyata hanya bayang-bayang.”
“Ibu hanya ingin, jangan membawa dia ke rumah ini.”
“Tapi bu..”
“Meskipun tidak merepotkan, tapi ibu tidak nyaman melihatnya setiap hari.”
“Intinya.. ibu tidak suka sama dia?”
“Terus terang.. iya. Maaf ya, ibu hanya suka menantu seperti Yessyta, tapi dia sudah tak sudi kembali lagi sama kamu.”
“Maaf ya bu.”
“Sudah, tidak usah minta maaf. Semua sudah terjadi, jalani hidupmu, hidup pilihan kamu. Bukankah setelah dewasa kamu bisa memilih mana yang terbaik untuk hidup kamu?”
“Bu, Anto akan berusaha menjadi baik.”
“Kalau kamu masih bersama perempuan itu, kamu tak akan menemukan kebaikan itu. Percayalah pada ibu.”
Anto merangkul ibunya, dan menangis disana.
“Sebuah sesal memang selalu datang terlambat. Tapi sepertinya semuanya sudah hancur. Bersiaplah menerima akibat dari semua perbuatan kamu. Memohon ampunlah kepada Allah, kalau itu masih bisa kamu lakukan.
***
“Yessyta, kamu .. bboleh pulang ke rumah kkamu.. sendiri..” kata pak Murti ketika Suni sudah datang kembali.
“Tidak bapak, Yessy akan selalu mendampingi bapak dirumah ini. Hanya kalau ingin saja Yessy akan pulang kerumah.”
“Bapak… kan sss..sudah sembuh?”
“Iya, tapi Yessy nggak mau meninggalkan bapak sendiri.”
“Nn.. nanti kam.. kkamu juga akan.. ppunya.. ss suami lagi.. tt.. tidak hh.. harus.. bb.. berss..sama bapak.. tter.. terus.”
“Ya, tapi kan masih nanti, Yessyta belum memikirkan itu. Kegagalan ini membuat Yessyta sangat takut.”
Pak Murti menggoyang-goyangkan tangannya, sambil mengerutkan keningnya.
“Cc..cari ss..suami yang..beb..baik.. ss..seperti.. pil..pilihan bbapak..”
Yessyta memandang tajam ayahnya. Lalu ia teringat ketika dulu ayahnya ingin agar dia menikah dengan Gunawan. Apakah ayahnya masih mengharapkan itu? Tiba-tiba Yessyta teringat ketika Gunawan selalu salah bicara, dan cara pandang Gunawan .. apakah itu berbeda? Tiba-tuba juga hati Yessyta berdebar. Gunawan memang tidak mengecewakan. Dia ganteng, baik hati, santun, sangat menyayangi ayahnya. Tapi cinta? Apakah ada cinta dihati Yessyta?
“Bb..bagai..mmana?”
“Aapaa, bapak?” Yessy mendadak sangat gugup.
“Ggunawan ss..sudah bicara.. ssama kka..kamu?”
“Tidak bapak, belum pernah, tapi biarkanlah Yessyta mengendapkan perasaan dulu. Belum memikirkan itu pak.”
Pak Murti menggoyang-goyangkan jari telunjuknya.
“Tidak ..bb..boleh .. llama..lama..”
“Ya bapak, akan Yessyta pikirkan.”
“Bb.. buat.. bapak.. ssenang.. ya.”
“Tentu bapak. Oh ya, besok bukankah bapak harus kontrol ke dokter?”
“Haa…”
“Besok Yessyta antarkan ya pak, karena mas Gunawan sedang mengerjakan proyek barunya diluar kota.”
“Haa… bb.. boleh..bb..boleh..”
***
Siang itu memang hanya Yessyta yang mengantarkan pak Murti kontrol di rumah sakit. Dokter yang menangani terus memuji semangat pak Murti yang membuat sakitnya semakin membaik.
“Bagus sekali. Selalulah semangat ya pak.” Kata dokternya.
“Haa.. sse..semangat..” kata pak Murti sambil mengangkat tangannya yang ditekuk, menunjukkan bahwa dia kuat.
Yessyta ikut tersenyum ketika melihat dokternya tertawa keras.
“Yessy, buat bapak selalu senang ya?”
“Siap dpkter,” kata Yessyta sambil mengacungkan jempolnya.
Yessyta sedang mendorong kursi roda ayahnya menuju keluar, ketika sebuah brankar tiba-tiba melintas. Sekilas Yessyta melirik, tapi ia merasa seperti mengenalnya. Ia kemudian mengunci kursi roda ayahnya.
“Bapak, tunggu sebentar ya,” kata Yessyta yang kemudian membalikkan tubuh mengejar brankar yang didorong kearah UGD.
Begitu dekat, Yessyta terkejut.
“Bu Darso ?”
***
Besok lagi ya.
Terima kasih mbak Tien MCYT 26 sdh tayang.
ReplyDeleteADUHAIIIIII
Salam dari Yogya.
Selamat Mas Yowa Juara 1
DeleteKedahuluan Pak Yowa g pp
DeleteMatr nuwn Bunda Tien
MCYT sdh hadir
Mantaff bi..dh ngantuk g jd.mau bc dulu...aduhaii
DeleteDuh jd gk sabar nunggu lanjutannya...π€π€
DeleteLembar bahan koreksi naskah MCYT_26.
Delete1. Lalu bu Darso diam, tampak susah sekali mengeluaran kata-kata.
# Lalu bu Darso diam, tampak susah sekali mengeluarkan kata-kata. #
2. “Ibu sangat sedih, mengapa kelakuan anak saya saperti itu nak..”
# “Ibu sangat sedih, mengapa kelakuan anak saya seperti itu nak..” #
3. Bu, biarpun saya sudah berpisah dengan mas Anto, tapi tetaplah jadi ibu saya, ya.”
# "Bu, biarpun saya sudah berpisah dengan mas Anto, tapi tetaplah jadi ibu saya, ya.” (dpn Bu ..krg tanda petik)
4. Tiba-tuba juga hati Yessyta berdebar.
# Tiba-tiba juga hati Yessyta berdebar.#
5. “Siap dpkter,” kata Yessyta sambil mengacungkan jempolnya.
# “Siap dokter,” kata Yessyta sambil mengacungkan jempolnya.#
Hanya 5 yang berhasil kutemukan, tolong sahabat, barangkali ada yang terlewat.
Matur nuwun Bu Tien.
Saya gk tau apa itu "sulak".. bisa diganti kata yg umum? Tks
DeleteSulak itu pembersih debu yg terbuat dari bulu ayam
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteWauuw dah tayang mcyt26
ReplyDeleteLina....yuk gabung ke WAG PCTK
DeleteInggih kakek Habi no wa nya berapa nggih kakek, mohon info
DeleteIbu Nani 082116677789
Delete_........Tapi tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Yessyta mengira Gunawan menyusulnya, tapi ternyata tidak. Didepan pintu, bu Darso, ibunya Anto berdiri. Wajahnya tampak pucat dan memelas, seperti habis menangis. (MCYT_25)_
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT_26 sdh tayang. Matur nuwun .... ternyata hari ini bunda sdh mulai kerja lagi.
Yuk kita baca......
Bu Tien memang oye.. salam ADUHAI dari Bandung.
*****
Oye oye bandung
DeleteADUHAI KAKEK
MCYT 26 tayang nih...mantab
DeleteMksh bunda Tien sehat selalu doaku
Siap menghibur kita2 penggemar cerbung bunda
Bgmn lanjutan ibunya Anto yg udah dtg krmh Yessyta
Rasanya kok malu tmbh nano2 deh
Waou bnr2 ADUHAI
Selamat tayang MCYT-26
ReplyDeleteBu Tien, semoga sehat selalu.
Salam *Aduhai*
Selamat mas Yowa penjaga gawang MCYT_26
ReplyDeleteSalam sehat selalu bunda Tien ,terimakasih MCYT 26 telah hadir
ReplyDeleteAduhai...
ReplyDeleteHadir
ReplyDeleteAlhamdulillah....salam aduhai bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT 26 sdh hadir. Semakin seru.Trm ksh Bunda Tien ttp semangat menghibur kita2 ya, smg tambah sehat dan salam ADUHAI
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang cerbungnya
ReplyDeleteTerimakasih bunfa Tien
Dalam sehat fan aduhai
Alhamdulillah, akhirnya tayang juga.....
ReplyDeleteMakasih Bu Tien....
Sudah banyak yg gemes nih....
Salam sehat salam aduhai
Alhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir,
Matur nuwun.....
Mugi Bunda Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Salam ADUHAI
Aamiin....
Terima kasih bunda
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna ,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Alhamdulillah...MCYT 25 sudah tayang
DeleteMaturnuwun mbk Tien sudah disempat2ke nulis walaupun repot dan tetep menghibur kita
Maaf MCYT 26
DeleteAlhamdulillah akhirx tanyang juga maturnuwun mbak tien
ReplyDeleteKEPADA PARA SAHABAT, SAUDARA, PECINTA DAN PENYEMANGAT SAYA, PEMILIK SEJAGAD CINTA, TAK MAMPU SAYA MENGUCAPKAN APAPUN ATAS KASIH SAYANG YANG BERLIMPAH RUAH, KECUALI RASA HARU DAN TERIMAKASIH YANG SANGAT MENDALAM, DAN DO'A UNTUK SEMUANYA, AGAR ALLAH SWT. MEMBALASNYA.DENGAN KARUNIA YANG MENGALIR TAK HENTI2NYA, MENGANUGERAHKAN REJEKI BERLIMPAH DAN KESEHATAN YANG PENUH BAROKAH. AAMIIN.
ReplyDeleteTETAPLAH ADUHAI DAN MENJADI SAUDARA SAYA.
Aamiin Yaa Robbalalamin
DeleteAamiin Yaa Rabb...
DeleteSama2 mbk Tien,ADUHAI
Aamiin allahuma aamiin..
DeleteAamiin ... Aamiin ...Aamiin.
DeletePokoke....SEDULURAN SAK LAWASE ....
DeleteWalau belum pernah tatap muka...... jauh dimata tapi dekat dalam doa...
dan.....
Selalu dekat dihati
Aduhai... Selalu ADUHAI
Aamiin Yra, sami2 bu Tien.
Delete...jauh di mata, tp dekat di doa....(kok familier bgt ya kalimat ini...π)
Ooohhh, aku merindu, rindu bertemu Bu Tien...ππ
Alhamdulillah akhirnya yg ditunggu² datang jugs
ReplyDeleteSelamat malam.
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah terbit.
Matur nuwun b Tien.
Salam sehat dan aduhai dari Rewwin πΏ
Alhamdulillah...mcyt26 udah tanyang...salam aduhai mb Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, makasih Bun Tien MCYT 26 dah tayang.
ReplyDeletewadoooooh bu Darso diapain tuh ama si Indri ???...
ReplyDeleteDi racun
DeleteBarangkali
Semakin menarik saja
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien MCYT 26...haduh bu Darso kenapa ya ...kasian bu Darso..
ReplyDeleteMatur.nuwun mbk Tien salam dn doa, sehat berkah ... Aduhai
ReplyDeleteHidup adalah pilihan..itulah yg dijalankan anto, dia memilih hidup yg akan menyusahkan dirinya juga orang lain termasuk ibunya...ada apakah dengan bu Darso? Apa ada masalah dengan indri?
ReplyDeleteKita tunggu lanjutannya besok bersama bunda Tien,
Cerita semakin menarik ,dan membuat baper, dan tentunya semakin Aduhai
Semoga selalu sehat bunda Tien dan semakin ADUHAI
Aduh bu darso ...
ReplyDeleteJangan ngganggu pikiran yesita dong ....
Biarkan yesi bahagia dengan gunawan ...
Bu darso bahagia bersama anto dan indri ..
Itu pilihanmya lho ...
Aduhay bu darso ....bu darso....
Asyik MCYT 26 hadit πππ, u bu Tien sehat selalu ..sipp bacaaa cepat eng ieng
ReplyDeleteSalam ADUHAI Bu Tien, tksh mcyt 26 sdh tayang. Smg sehat selalu..
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, mcyt-26 sudah hadir.
ReplyDeleteBu Darso sakit, mungkin karena banyak pikiran ya.
Bagaimana Yessi ini, tidak peka dengan keadaan ... Gunawan sangat menunggu kamu Yess.
Selanjutnya ngikut saja , tulisan yang selalu disisipkan norma , susila, bagi kebaikan hidup yang berlaku dalam masyarakat kita.
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.
Alhamdulillah, suwun mb Ten
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah pinaringan wilujeng sedoyonipun...
Puji Tuhan ibu Tien merasa sehat, terus semangat dan produktip shg MCYT 26 hadir tetap bikin gemes dan penasaran bagi kami para penggandrungnya.
ReplyDeleteIbu Darso sakit hati krn ulah Anto anaknya yg menyebabkan sakit raganya juga. Semoga cepat sembuh. Yessy minta agar tetap jadi ibunya. Pasti Yessy peduli jg dgn ibu Darso yg sedang sakit.
Monggo ibu dilanjut aja, sy menunggu dgn penasaran... Matur nuwun, berkah Dalem.
Salam ADUHAI...
Alhamdulilah MCYT 26 sudah terbit...matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteCeritanya ..semakin seru...bu Darso sakit?
Salam aduhai dari Tangsel
Makasiih mbak Tien mcyt26nya...
ReplyDeleteSemoga yg tetbaik buat semua..tp knp bu darso...jgn2 sm indri...duuh..gunawan sedang memetik buah kepahitan..
Mbenjing malih nggih mbak Tien..
Salam sehat selalu dan aduhai..ππ₯°⚘
Alhamdulillah MCYT Eps 26 sudah tayang, matur nuwun ya mbak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSalam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Terima kasih Bunda MCYT udah tayang.
ReplyDeleteSalam sehat buat Bunda, met malam dan met istirahat
Alhamdulillah matur nuwun Mbak Tien. Melihat Bu Darso masuk UGD pasti pembaca berburuk sangka dengan Indri, yang pasti menghalalkan segala cara untuk memenuhi keinginannya. Tapi jangan sampai ujung2nya merubah keinginan Yessita untuk bercerai ya. Tapi semua itu ada dalam benak Mbak Tien yang belum tertumpah dalam bentuk tulisan. Do'a kami semua semoga Mbak Tien tetap sehat selalu.... Aamiin Ya Rabbal Aalamiin...
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT25 terbit tapi sepertinya akan ada kasus baru tentang Bu Darso ... Wah makin seru saja apakah ini yang akan terjadi dengan kehidupan Yessyta??? Mungkinkah Yessyta akan bersatu lagi dgn Anto gara2 Bu Darso sakit dan Anto sadar akan kesalahannya..??? Kita tunggu saja karena hanya Bu Tien yang tahu..he..he...memang ADUHAI benar alur ceritanya.
ReplyDeleteSalam sehat untuk Bu Tien semoga selalu ADUHAI...πππππππΈπΌπΊ
MCYT26 ππsalah ndumuk.
DeleteKasihan Bu Darso... Semakin seruu..
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Sehat selalu mba. Salam aduhai
Slmt pgii mbak Tien.. Smgtetap sehat y.. Mksih MCYT sdh tayang.. Seruuu mba.. Aduuhrupanya sdh dkt2 mau happy ending Yessyta dgn Gunawan y mbak.. Ygpenting mba Tien hrus tetap sht dan tetap beraktivitas dan menghibur penggemarnya.. Semangaaty mba Tienπͺπͺsalam serojadan tetap Aduhaai.. Muuaacchhπ₯°π₯°π
ReplyDeleteAlhamdulillah..senantiasa sehat Bu Tien,Aamiin.
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien... Ditunggu lanjutannya yg semakin ADUHAI. Sehat selalu ya mbak tien lahir batin
ReplyDeleteAssalamualaikum wrwb bu Tien, sugeng enjang...
ReplyDeleteBangun tidur langsung nyari lanjutan MCYT, matur nuwun...langsung kepanggih dg MCYT 26...Alhamdulillah...!
Yessy hatinya berdebar klw ingat candaan2 Gunawan...bukankah itu sebuah tanda2 cinta...smg aja nggih bu Tien.
Tak sabar q menunggu MCYT 27...π€
Salam hangat yg selalu ADUHAI...π
Alhamdulillah MCYT~26 telah selesai aku baca, maturnuwun dan salam sehat Bu Tien...π
ReplyDeleteMaaf saya awam dengan kata "Sulak"..
ReplyDeleteBisa diganti dg kata yg umum..?
Sulak= komoceng( terbuat dari bulu ayam)
DeleteSemoga ga awam dg kata "kemoceng" ya Kang Idih...π€maaf
Wah ada apa lagi dengan Bu.Darso??
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien..π
Tetap sehat2 njih bun dan selalu ADUHAI
Aamiin ya rabbal alamin
ReplyDeleteMatur suwun bu Tien episode 26 nya
Semoga ibu selalu sehat. Dimudahkan utk lanjut ke episode2 yg lain. Menghibur kami semoga dicatat Allah sebagai amal yg baik
Salam aduhai dr magelang.
Ada apa dengan bu Darso?
ReplyDeleteApakah akibat perbuatan Indri?
Salam sehat selalu mbak Tien
Alhamdulillah tdk terasa sdh episode 26...mudah mudahan sakitnya Bu Darso, tdk sampai mempengaruhi niat Yessy untuk cerai dgn Anto. Ingat Yessy, kesehatan dan kebahagiaan Pak Murti hrs menjadi fokus utama dan segera saja memenuhi keinginan Pak Murti yg ingin sekali mengambil Gunawan sbg menantunya.Cukup do'akan untuk kesembuhan Bu Darso. Mhn maaf Bu Tien ini kan hanya uneg uneg saya. Maturnuwun Bu Tien, dgn cerita MTYT ini, banyak yg bisa di ambil hikmahnya. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat, tetap semangat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede..
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien, pagi2 dapat sarapan mcyt 26 ..... sdh habis dilahap n nunggu episode selanjutnya dgn sabar
Semoga bu tien sekelg selalu sehat2 & dalam lindungan Allah SWT .... Aamiin yra
Salam aduhai selalu
Nak tolong maafkanlah Anto....
ReplyDeleteBetul dugaanku bu Darso memohon pada Yessyta dan berharap jangan ada perceraian....
Jangan berubah pikiran Yess kamu berhak bahagia dg suami yg tulus menyayangimu
Bukan spt si brengsek Anto yg sejak awal memang hanya mengincar hartamu saja.
Biar gigit jari dia....
Sekarang hidup bersama istri durhaka.
Btw kenapa lagi bu Darso itu....
Sakit apa dia....
Sudah Yess jangan ditunda lagi...
Biar kamu tetap baik dan hormat sama ibunya Anto, tapi gugatan cerai harus tetap jalan.
Gunawan.... gerak cepatlah kamu...
Jangan sampai Yessyta jatuh kepelukan Anto lagi.
Trimakasih bunda Tien...
Moga sehat sll
Salam aduhai dari Bojonegoro.
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT 26 nya,,,
Gunawan sabar ya,penantianmu mendapat Yessyta,,,
Bisa saja bu Tien bikin penasaran , Aduhaaii banget,dg kehadiran Bu Darso di RS ,,
Salam Sehat wal'afiat & Salam ADUHAAII bu Tien π€πΏπΌπΏπ
Alhamdulillaah dah ada sambungannya, gak sabar menunggu, mudah2an Gunawan jadi ya sama Yessyta...bagus..Yessyta tegas jg....di tunggu selalu ya Bu Tien lanjutan nya
ReplyDeleteADUHAI...
ReplyDeleteSalam sehat, mbak Tien.
Kasihan bu Darso semoga tidak terjadi sesuatu yang berat shg bisa disembuhkan. Penyesalan Anto tak ada gunanya, ibarat beras sudah jadi bubur, kedelai sudah jadi tempe...jalani saja spa yang sudah terjadi. Anto jadi laki laki koq mudah dirayu oleh Indri yang matre, malas dan tidak menghormati orang tua. Terima kasih bu Tien..cerbernya tambah aduhai
ReplyDeleteAlhamdulilah. Walau terlambat untuk membaca namun tetap ingin terus membaca MCYT 26 dan karena sdh jam segini pingin langsung tahu kelanjutan MCYT 27.
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda Tien semoga sehat selalu dan tak lupa salam ADUHAI.
Alhamdulilah. Walau terlambat untuk membaca namun tetap ingin terus membaca MCYT 26 dan karena sdh jam segini pingin langsung tahu kelanjutan MCYT 27.
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda Tien semoga sehat selalu dan tak lupa salam ADUHAI.
Alhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir,
Gasik......
Matur nuwun bu......
Mugi Bunda Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Salam ADUHAI
Aamiin....