Thursday, May 5, 2022

ADUHAI AH 13

 

ADUHAI AH  13

(Tien Kumalasari)

 

Desy terpaku didepan pintu. Ponsel masih digenggamnya dan masih ada didepan telinganya.

“Apa?” tanyanya lirih.

“Kamu tidak dengar? Danarto itu sudah ditunangkan dengan Hesti sejak mereka masih kecil. Dan jangan coba-coba merusak rencana orang tuanya dengan merebut dengan seenaknya.”

“Ini … siapa?”

“Aku ibunya Hesti!” suaranya kasar, lalu menutup pembicaraan itu.

Desy melangkah masuk, kemudian terduduk lemas didepan meja prakteknya.

Jadi itu sebabnya, maka Hesti begitu berani mendekati Danarto, tanpa mengenal mundur untuk selalu mendekati dan meminta perhatiannya, walau Danarto mengacuhkannya?

Desy memijat keningnya yang terasa berdenyut. Belum lama dia memutuskan untuk menerima lamaran Danarto, tiba-tiba ada masalah perjodohan itu. Kendala pertama sebelum pernikahan itu terjadi. Hati Desy kembali menjadi ciut. Ada rasa sakit karena Danarto tak pernah menceritakan tentang perjodohan itu.

“Dokter, pasien sudah menunggu,” kata perawat pembantunya.

“Desy mengangkat wajahnya.

“Oh ya.”

“Bisa dimulai sekarang?” lanjut perawat itu.

“Ya,” katanya singkat, sambil meneguk minuman yang sudah tersedia di meja, dan berusaha menenangkan hatinya. Ia harus tenang karena menghadapi pasien-pasien yang butuh pengobatan. Desy menghela napas panjang, ketika pembantunya mulai mengukur tensi dan berat badan pasien pertamanya.

“Tenang … tenang … pasti ada jalan untuk keluar dari masalah,” bisiknya dalam hati, lalu bersiap membaca anamnesis yang sudah tersusun di mejanya atas pasien yang harus diperiksanya.

Desy bersyukur karena tugasnya bisa selesai dengan lancar, walau hatinya sangat gundah.

Ia tidak menunggu Danarto menjemputnya untuk makan siang. Ia langsung ke kantin dan bertemu Danis di sana.

“Desy, mana Danarto?” tanya Danis.

Desy hanya mengangkat bahunya.

“Hei, mengapa wajahmu itu?”

“Wajahku kenapa?”

“Kusut, jelek.”

Desy hanya memesan minuman. Lalu ketika ponselnya berdering dia enggan mengangkatnya, setelah tahu bahwa itu telepon dari Danarto.

“Nggak makan?” tanya Danis lagi ketika pelayan kantin hanya menghidangkan segelas teh panas.

“Nggak lapar. Eh, kamu tadi cerita apa? Tentang isteri kamu?”

“Ya, tampaknya pernikahanku akan segera usai.”

“Aduuh …”

“Aku yang seharusnya mengaduh.”

“Tak bisakah diperbaiki?”

“Dia sudah memutuskan. Dia mencintai bekas pacarnya.”

“Kamu biarkan dia?”

“Kalau cinta tak lagi bertaut, untuk apa diteruskan? Aku ikhlaskan dia. Setelah ini aku akan mengurus perceraian kami.”

“Bagaimana dengan anakmu?”

“Biar saja bersama dia. Mana bisa aku merawatnya sendirian?”

“Begitu mudahnya semua itu buat kamu?”

“Sebenarnya sudah agak lama aku mengetahui hubungan mereka. Aku pikir isteri aku tidak bersungguh-sungguh, ternyata itu keputusan dia.”

“Ya ampun,” kata Desy dengan wajah semakin muram. Begitu rumitkah sebuah pernikahan?

“Aku sudah ikhlas dan bisa menerimanya. Jangan sampai aku terbebani dengan peristiwa itu. Biarkan saja. Mungkin dia bukan jodohku,” kata Danis sambil meneguk minumannya, setelah menyelesaikan makannya.

“Kamu sendiri kenapa?” lanjut Danis.

“Entahlah. Ternyata tidak mudah menjalani sebuah pernikahan.”

“Apa maksudmu? Jangan menganggap bahwa kejadian yang menimpaku akan menjadikanmu cermin bagi rumah tangga kamu nantinya. Setiap orang memiliki nasib yang tidak sama.”

“Entahlah,” kata Desy yang hanya meneguk separuh minumnya, lalu berdiri.

“Dari tadi entahlah … entahlah. Kemarin Danarto bilang akan segera melamar dan menikahi kamu.”

“Aku mau pulang dulu ya.”

“Tunggu, aku boleh nebeng?”

“Kemana mobilmu?”

“Dibawa isteri aku. Aku berikan untuk dia, karena dulu aku beli juga atas nama dia.”

“Oh, ayuk. Kamu mau kemana?”

“Mengurus perceraian aku.”

“Yakin?”

“Sangat yakin.”

“Baiklah, antar saja aku pulang, kamu boleh membawa mobilku.”

“Nggak usah, ini merepotkan namanya.”

“Tidak, jangan banyak protes. Ayo siap-siap, aku tunggu di depan.”

“Kamu sudah ketemu Danarto?”

“Sudah, jangan banyak tanya,” kata Desy sambil bergegas keluar dari kantin setelah meletakkan selembar uang di meja kantin.

***

Tapi Danis yang masih penasaran mendesak Desy agar menceritakan sikapnya yang tampak tak bersemangat.

“Des, sebenarnya apa yang terjadi?”

“Nggak ada apa-apa, hanya lagi males saja.”

“Bohong.”

“Iya. Itu benar.”

“Sebentar lagi mau jadi pengantin, apa yang membuat kamu murung? Marahan lagi sama Danarto? Aduuh, jangan bilang ‘iya’ yaa.”

“Siapa yang mau jadi pengantin?”

“Danarto sudah mengatakan semuanya. Hari ini dia sudah membayar rumah yang mau dibelinya. Bukankah katanya kamu sudah setuju dan suka rumah itu?”

“Tadinya … ya.”

“Apa maksudmu ‘tadinya’?

“Ya semula aku suka.”

“Dan sekarang tidak? Tapi Danarto sudah membayarnya lho.”

“Bukan soal rumah.”

“Lalu …”

“Entahlah, sangat rumit.”

“Dari tadi entahlah … entahlah … sekarang malah ditambahi rumit. Ada apa sebenarnya? Aku sudah ikut merasa senang kalian akan segera menikah. Kekecewaan atas rusaknya rumah tangga aku terobati dengan hadirnya kebahagiaan untuk kalian.”

“Semuanya tidak semudah itu.”

“Maksudnya?”

“Ada kendala, dan itu membuat semangatku sudah patah. Mungkin lebih baik aku pergi jauh saja.”

Danis terkejut sekali.

“Desy, kamu bercanda kan?”

“Tidak, aku serius.”

“Katakan apa yang terjadi.”

“Nanti, lain kali aku akan cerita.”

Danis tidak mendesak karena mobilnya sudah memasuki halaman rumah Desy.

Ketika mobil itu berhenti, dilihatnya Tutut sedang duduk di teras sambil memegang buku.

“Bawa saja mobilku Danis, aku tidak akan kemana-mana. Bawa pulang juga sampai besok. Kan urusanmu pasti tidak bisa selesai hari ini.”

“Baiklah, benar nih, boleh aku bawa?”

“Benar. Memangnya aku bercanda?”

“Terima kasih Desy, tapi aku mau turun dulu, sudah lama tidak ketemu Tutut,” kata Danis sambil turun.

“Hallo, Tutut.”

Tutut berdiri dan terkejut menatap siapa yang menyapanya. Dia mengira kakaknya datang sendirian.

“Mas Danis?”

“Iya, lupa sama aku?”

“Enggak lah, masa lupa. Tumben bareng sama mbak Desy?”

“Iya, mau pinjam mobilnya nih.”

“Oh, gitu. Ayo duduk dulu Mas.”

“Mas Danis mau ada perlu penting Tut.”

“Iya Tut, lain kali aku main deh. Kamu sudah tampak lebih dewasa, lebih cantik lhoh.”

Tutut tertawa renyah.

“Terima kasih Mas.”

“Aku pergi dulu, maaf agak tergesa,” kata Danis sambil membalikkan tubuhnya, kembali ke arah mobil.

“Sampaikan maafku sama bapak dan ibu ya, nggak sempat menemui,” katanya kepada Desy.

“Iya, nanti aku sampaikan.”

“Dan ingat, kamu masih hutang cerita sama aku. Harus kamu ceritakan nanti,” kata Danis sambil masuk ke dalam mobil lalu menjalankannya perlahan, keluar dari halaman.

“Kok tumben pinjam mobil Mbak? Mobil dia kemana?”

“Dipakai isterinya, dia sedang ada perlu, makanya Mbak suruh pakai mobil itu dulu. Kasihan dia.”

“Memangnya kenapa ?”

“Nggak apa-apa, ayuk makan, apa semua sudah makan?”

“Baru mau makan, Mbak ganti baju sana, aku lihat simbok sudah selesai atau belum.”

***

Tapi ketika makan itu Tindy melihat wajah Desy yang tampak muram tak bersemangat. Itu sebabnya setelah makan Tindy memanggil Desy untuk bicara.

“Duduklah dulu disini. Kamu kelihatan capek?”

“Iya Bu.”

“Tak biasanya kamu pulang awal seperti hari ini. Tidak karena sakit kan?”

“Tidak Bu.”

“Ada apa?”

“Tidak ada apa-apa, Desy hanya ingin segera istirahat saja.”

“Desy, kemarin kamu baru mengatakan bahwa Danarto akan segera melamar. Apa ada sesuatu yang terjadi diantara kalian?”

“Ternyata dia sudah dijodohkan.”

“Apa?”

“Dia sudah dijodohkan sejak masih kecil.”

“Mengapa dia tidak mengatakannya?”

“Entahlah Bu. Hal ini membuat hati Desy kembali ragu untuk melangkah. Baru mau mulai, sudah ada kendala. Dan soal perjodohan itu, kenapa mas Danar tidak terus terang sama Desy.  Desy jadi takut.”

“Mengapa kamu takut? Bukankah semua itu tergantung Danarto?”

“Desy takut kehidupan rumah tangga kami akan menjadi tidak tenteram. Hal itu tentu akan sangat mengganggu, mengingat orang tua si gadis itu sudah mendesak Desy agar menjauhi mas Danarto.”

“Ya Tuhan.”

“Desy kira lamaran itu harus di tunda. Desy tak mau semakin sakit,” kata Desy sambil berdiri, kemudian melangkah masuk ke kamarnya.

Tindy menghela napas berat. Rupanya Desy benar-benar dihantui oleh kegagalan berumah tangga. Dan masalah perjodohan itu menjadikannya semakin ketakutan untuk melangkah.

***

Desy membaringkan tubuhnya perlahan. Tutut belum masuk ke kamar, dan itu membuat Desy merasa sedikit lega. Ia ingin menelpon Lala, kakaknya yang ada di Amerika.

Lama sekali ia menunggu dan belum juga tersambung. Ketika kemudian tersambung, Lala menjawab dengan suara mengantuk.

“Hei, ada apa. Aku sudah tidur, tahu,” omelnya pelan. Mungkin suaminya sedang tidur di sebelahnya.

“Maaf, aku tak tahan untuk menunggu besok.”

“Ada apa? Ada yang penting?”

“Iya sih.”

“Kabarnya Danarto sudah mau melamar kamu.”

“Nanti dulu Mbak, aku belum siap.”

“Gimana sih kamu? Katanya sudah siap?”

“Aku ragu untuk melanjutkan hubungan ini.”

“Apa maksudmu?”

“Mas Danar sudah dijodohkan ternyata,” kata Desy pilu.

“Ya ampun. Lalu ? Apa Danarto memilih gadis yang dijodohkan itu?”

“Entahlah, aku tidak tahu. Yang membuat aku semakin ragu, mas Danar tidak pernah mengatakan tentang perjodohan itu.”

“Kamu mengenal gadis itu?”

“Gadis itu masih sangat muda, baru awal masuk kuliah, tapi sama mas Danar selalu ingin dekat. Mas Danar bilang nggak suka gadis itu, tapi gadis itu bersikap begitu mungkin karena sudah yakin mas Danar itu jodohnya. Kesal aku, mas Danar tidak mau mengatakannya.”

“Lalu apa yang akan kamu lakukan?”

“Bolehkah aku menyusul kemari?”

“Apa?”

“Aku mau melanjutkan study ku disini saja.”

“Kamu lari dari dia?”

“Sebagian … ya.”

“Pikirkan dulu masak-masak, dan tanyakan pada Danarto, bagaimana dia bersikap. Kamu selalu begitu. Grusa-grusu dalam bertindak.”

“Aku tidak tahu harus bagaimana.”

“Seperti kataku, bicara dulu sama Danarto.”

Desy terdiam beberapa saat.

“Pikirkan semuanya masak-masak, baru mengambil keputusan. Sekarang tengah malam, aku mau tidur, besok aku telepon kamu.”

Desy terpaksa mengakhiri pembicaraan itu. Ia mengerti saatnya kakaknya istirahat.

“Telepon siapa? Mbak Lala?” tiba-tiba Tutut masuk ke kamar.

“Iya.”

“Ini kan tengah malam di sana? Pasti sudah tidur deh mereka.”

“Iya, aku lupa.”

“Tadi Mbak dipanggil ibu ada apa? Pasti bicara soal lamaran itu kan?”

“Tidak,” kata Desy sambil membalikkan tubuhnya, menghadap ke dinding.”

“Mbak.”

“Aku lelah sekali, biarkan aku tidur ya,” katanya sambil mematikan lagi ponselnya. Tadi ia melihat di layar ponselnya, Danarto berkali-kali menelponnya, dan sampai saat ini Desy belum ingin bicara.

“Ya ampun, tumben sekali. Mbak tidak sakit kan?”

Desy menggeleng, kemudian menutupi kepalanya dengan bantal. Tutut merengut, karena merasa kakaknya tak ingin banyak bicara.

***

“Kenapa Bu, kok seperti lagi bingung begitu?” tanya Haryo kepada isterinya.

“Desy tuh, katanya Danarto sudah mau melamar, dan dia sudah siap. Ini tadi kelihatannya ragu-ragu pula.”

“Ragu-ragu bagaimana?”

“Nggak tahu tuh anak.”

“Tadi Ibu bicara soal apa?”

“Kan tumben anak itu pulang awal, wajahnya juga kelihatan muram. Ibu tanya kenapa, katanya Danarto itu sebenarnya sudah dijodohkan sejak masih anak-anak.”

“Lhoh, mengapa Danarto tidak mengatakannya?”

“Itulah yang mungkin membuat Desy ragu-ragu. Anak itu kan lama sekali baru merasa yakin bahwa siap menjadi isteri Danarto. Ee, ada lagi tuh kendalanya. Masalah perjodohan.”

“Sikap Danarto bagaimana?”

“Menurut Ibu, Danarto bersedia melamar, pasti karena dia tidak suka perjodohan itu. Tapi Desy merasa ragu.”

“Dia itu sudah lama sekali takut menikah.”

“Sekarang ada berita begitu, semakin takut dia.”

“Ya sudah, kita itu orang tua bisa apa. Biarkan Desy menentukan apa yang menjadi pilihannya. Kalau Danarto memang jodohnya, pasti juga akan menjadi jodoh.”

Tapi pikiran seorang ibu pastilah berbeda. Kesedihan anak akan sangat dirasakan oleh ibunya. Demikian juga kebahagiaan. Tapi dalam hal ini memang Tindy tak bisa melakukan apa-apa kecuali pasrah pada keadaan.

***

“Danis, kamu di mana?” tanya Danarto ketika menelpon Danis.

“Lagi di jalan. Kenapa?”

“Sejak siang kamu sudah pulang. Kamu ketemu Desy?”

“Desy pulang bareng aku, ini aku bawa mobilnya.”

“Apa? Memangnya kenapa? Aku menghubungi Desy berpuluh kali tapi tidak nyambung. Tadi tidak diangkat, sekarang ponselnya mati.”

“Sebenarnya ada apa sih kalian?”

“Lhoh, kok kamu nanyanya begitu sih? Aku justru ingin bertanya, mengapa Desy tidak bisa aku hubungi?”

“Waduh, ini kok banyak banget teka teki. Aku juga bingung, tadi Desy ke kantin hanya minum segelas teh, lalu pulang bareng aku, malah mobilnya aku bawa, dia yang menyuruhnya, soalnya aku nggak bawa mobil.”

“Memangnya mobil kamu kemana?”

“Dibawa isteri aku.”

“Memangnya dia tidak ngomong apa-apa?”

“Aku desak juga tidak mau ngomong. Tampaknya dia mau pergi jauh.”

“Apa?”

***

Besok lagi ya.

50 comments:

  1. Replies
    1. Selamat Jeng dokter...juara 1
      Jaga gawang ya Jeng

      Delete
    2. Alhamdulillah.. Terimakasih bunda Tien.. sehat sll ya ❤️😘
      Selamat ya bu dokter Dewiyana juara 1 ya.. horreeey👍👍

      Delete
    3. Selamat buat jeng Dewiyana juara 1

      Delete
    4. Gak jaga gawang koq... jaga in cerbung nya bu Tien... 😄😄

      Delete
    5. Betislah... Beda tipis bu dokter. Met lebaran bu Tien

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku ADUHAI AH sudah tayang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tampaknya Desi akan 'menghindari' masalah, belajar ke luar negeri. Ide yang bagus.
      Bagaimana Danarto, ini merupakan ujian kesetiaan, apa serius dengan Desi apa pilih Hesti.
      Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI AH.

      Delete
  3. Alhamdulillah AD...AH_13 yang ditunggu, sudah tayang.


    Terima kasih bunda Tien Kumalasari.
    Taqobbalallohu Minna Wa Minkum. Barakallahu fiikum.
    Selamat Hari Raya Idhul Fitri 1443H/2022.

    ReplyDelete
  4. Manusang bu Tien, Met Id Fitri 1 Syawal 1443 H, Mohon maaf Lahir & bathin

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah udah tayang kembali, terima kasih Bunda

    ReplyDelete
  6. Maturnuwun mbak Tien Kumalasari, semoga sehat2.
    Heppy Ending, akhir cerita jangan ngambang

    ReplyDelete
  7. Horeee....akhirnya yg ditunggu2 hadir....AA 13....matur nuwun bunda Tien...selamat hari raya idul fitri 1443 H mhn maaf lahir dan batin...

    ReplyDelete
  8. alhamdulillah, maturnuwun bu Tien
    Selamat hr raya Idul Fitri, mohon maaf lahir batin...🙏

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah ADUHAI-AH 13 telah tayang , terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  10. Ngaturaken Sugeng Riyadi bu Tien Taqoballahi mina wa minkum taqoballahu ya kariim

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah ADUHAI AH~13 sudah hadir.. maturnuwun bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  12. Terima kasih bu tien, selamat hari raya idul fitri minal sidin wal faizin , mohon maaf lahir batin ya bu

    ReplyDelete
  13. Matur juwun bunda Tien..akhirnya AA 13 hadir jg...

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah ADUHAI-AH 13 telah hadir, terima kasih mbak Tien semoga sehat n bahagia selalu. Aamiin.

    ReplyDelete
  15. 𝐓𝐞𝐫𝐢𝐦𝐚 𝐤𝐚𝐬𝐢𝐡 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 𝐞𝐩𝐢𝐬𝐨𝐝𝐞 13 𝐭𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠.
    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐈𝐛𝐮 𝐝𝐚𝐧 𝐊𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚...🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  16. Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda selalu sehat
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah.... Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah ADUHAI AH 13 sdh hadir
    Terima kasih Bu Tien..
    Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1443 H
    Taqobbalallahu mina waminkum, barakallahu fikum.
    Mohon maaf lahir dan batin🙏

    ReplyDelete
  19. Salem(Boston), Kamis 22 Mei 2022, Waaaah terima kasih bunda Tien sdh tayang lagi niiih saya langsung membacanya.......seru sekali bun! Sekali lagi Terima kasih banyak!

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah ADUHAI AH Episode 13 sudah tayang, matur nuwun mbak Tien.
    Semoga tetap sehat, bahagia bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Alamiin.

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, Desy sdh selesai liburannya.....
    Makasih Bu Tien....
    Salam sehat selalu...😊🙏

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah....
    ADUHAI AH 13 dah tayang kembali, terima kasih Bu Tien selamat malam selamat beristirahat semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah AA sudah kembali tayang. Matursuwun, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  24. Yang diarep arep sdh muncul. Matur nuwun, bu Tien

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, Selamat Lebaran Mohon Maaf Lahir Dan Batin u Bu Tien juga semua pembaca setia Cerbung bu Tien..wah wah Amrik Desy melarikan diri Danarto akankan dgn setia menunggu.cinta Danar setia u Desy .jangan atuh terpisah..ibunya Hesti ini salah Danar suka Desy.tp semoga kesetian Danar terjaga...🤲🤲🤲🙏

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah akirnya muncul juga ....
    Terimakasih bu Tien, semoga bu Tien sehat selalu.

    ReplyDelete
  27. Waduh Desy
    Ya semoga tetep tegar.

    Ati né gampang runtik malah di ithik-ithik Sriani.

    Kagol wis, wegah ngomong wis.
    Carané mercon mêjên.
    Angèl surungané, brêbêt ora muni².

    Eh belum tentu itu telepon dari Sriani, siapa tahu akal-akalan Endah si tukang gorengan; setelah ada info dari Hesti.

    Yå sudah gimana lagi.
    Danarto tinggal gimana kamu, perjuanganmu. lha wong Desy biasané ngambang kampul kampul, bayangané ngåmbrå² apa manèh krungu tantangan; ngono waé wis mutung kesarung.

    Wadhuh bisa jadi artis majalah anak-anak; bibi-tutup-pintu.

    Lhadalah selama ini dengan ringan Desy sering bareng makan di kantin sama Danis
    sang duda isih kebul-kebul.

    Yang énak buat curhatan Desy, tanpa beban.
    Wah bisa jadi ada konfrontasi diantara teman.

    Danarto diuji kesabaranmu, masih ada nggak si sabar dihatimu.
    Masihkah mau sesuai dengan rencana awal yang nyata sudah tahu Desy mu tidak menolakmu

    Yang tidak gampang itu mengetahui apa penyebab perubahan sikap Desy, dia susah berterus-terang.
    Hanya sama Danis yang selama ini dia sering bareng bicara.


    Terimakasih Bu Tien,
    ADUHAI AH yang ke tiga belas sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku,
    Sedjahtera dan bahagialah bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  28. Desi tidak berfikir panjang ya sebelum ambil keputusan.
    Makasih mba Tien.
    Salam sehat selalu.
    Aduhai ah

    ReplyDelete
  29. Desy dipikirkan dulu sebelum bertindak.....trims Bu tien

    ReplyDelete
  30. Trmksh mb Tien AA sdh tayang ... Smg Danarto mendukung keinginan Desi dan sklh bareng di LN stlh mrk halal tentu sj. Slm seroja utk mb Tien dan para pctk🤗

    ReplyDelete
  31. Terima ksih bunda Tien AA 13 nya..makin genes tuh dgn yg neror let tlp ke Desi..jdi desi ragu2 lgi..slm 😍😘 🙏

    ReplyDelete
  32. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo, Bam's, Tjoekherisubiyandono

    ReplyDelete
  33. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP, Suprilina, Endang Mashuri, Rin, Amethys,

    ReplyDelete
  34. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem, Boston Massachusetts, Bantul, Mataram, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...