Monday, April 28, 2025

ADA MAKNA 41

 ADA MAKNA  41

(Tien Kumalasari)

 

Ketika selesai makan, keduanya berebut mengantarkan. Emma ingin mengantarkan Feri, tapi Feri ingin mengantarkan Emma, kemudian dia memilih naik ojol untuk pulang setelahnya.

“Masa mau naik ojol sih? Biar aku saja yang mengantar kamu, kan aku yang bawa motor?”

“Tapi kemudian kamu pulang sendirian. Aku yang nggak enak jadinya. Nggak mau ah, biar kamu pulang lebih dulu saja. Kan letak jalannya lebih dekat ke rumah kamu.”

Akhirnya Emma mengalah, karena Feri bersikukuh untuk mengantarkan dirinya terlebih dulu dan setelahnya akan naik ojol untuk pulang.

Tapi ketika sampai di depan rumah Emma, mobil Ardi mau keluar dari halaman. Ia sedang bersama Kinanti.

Emma segera berteriak menghentikan mobil sang ayah.

“Bapak, berhenti dulu.”

“Eh, kamu mau apa?” kata Feri.

“Ayah dan ibuku mau keluar, biar kamu ikut bersama mereka saja.”

“Nggak ah, nggak mau. Kamu membuat aku sungkan saja,” kata Feri yang kemudian menyerahkan sepeda motor, lalu mengangguk ke arah mobil dan berjalan keluar dari halaman.

“Feri!! Tunggu!”

“Ada apa?” seru Ardi sambil melongok dari jendela mobil.

“Bapak, maukah Bapak mengantarkan Feri pulang sekalian Bapak keluar?”

“Di mana rumahnya?”

“Dia yang dulu Emma beri hadiah sepeda. Waktu kami masih SMA.”

“Oh, aku tahu alamatnya,” kata Ardi.

“Tolong Bapak, hihii.. terima kasih,” kata Emma gembira.

Ardi melajukan mobilnya, mengejar Feri yang sudah sampai di jalan besar.

Ia menghentikan mobilnya tepat di samping Feri berdiri.

“Ayo bareng aku,” kata Ardi.

Feri sangat terkejut. Emma nekat sekali. Masa menyuruh orang tuanya mengantarkan aku pulang? Kata batin Feri.

“Ayo, Nak.”

“Ti … tidak Pak, terima kasih banyak, saya mau naik ojol saja.”

“Sekalian aku antar kamu pulang, jangan sungkan.”

“Tt.. tapi … “

“Ayolah, kita pernah bertemu kan? Kami mengenal kamu sebagai teman Emma ketika kalian masih SMA. Naiklah.”

Feri tersipu, ia sudah memegang ponselnya dan nyaris memanggil ojol. Mau menolak rasanya sungkan. Kalau ojol sudah di depan mata, pasti lebih gampang menolaknya. Tapi dia kan baru akan memanggil ojol.

“Ayo, jangan sungkan. Aku sudah tahu di mana rumah kamu lhoh.”

Feri terpaksa membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya. Dari jauh, Emma yang mengamatinya merasa lega. Ia memasukkan motornya ke garasi, setelah mobil ayahnya menghilang dari pandangan.

***

“Kamu kuliah di mana?” tanya Ardi.

“Di Jogya,” jawab Feri pelan.

“Jurusan apa?”

“Tehnik.”

“Calon insinyur nih,” puji Ardi.

“Ini lagi liburan?”

”Ya, beberapa hari.”

“Tadi memang kencan ketemuan dengan Emma?”

“Tidak. Kami kebetulan saja ketemu di jalan.”

“Owh.”

“Kalau kebetulan pulang ke Solo, jangan sungkan mampir ke rumah.”

“Baik. Terima kasih, Om.”

Sejak tadi Kinanti terdiam. Ia tahu, Feri adalah anak Suryawan. Laki-laki yang nyaris menjadi suaminya, kalau saja anak-anak Suryawan tidak menentangnya.

Rupanya Feri masih mengingatnya, karenanya dia merasa sungkan. Wanita cantik yang duduk di depannya, hampir menjadi ibunya. Dia salah satu yang ikut menentangnya ketika itu. Itu sebabnya dia sebenarnya sungkan.

Ada perasaan tak enak, karena setelah putus hubungan dengan Kinanti, sang ayah tak mau mencari istri lagi. Cukuplah ia menjadi ayah sekaligus ibu bagi kelima anak-anaknya.

“Kakak kamu masih ada satu kan?”

“Iya, mbak Tia.”

“Dia sudah bekerja?”

”Ya. Sudah bekerja. Dan sekarang hampir menikah, kalau Tuhan mengijinkan.”

“Oh, syukurlah. Kakakmu cantik, pasti calon suaminya ganteng dan pintar.”

“Benar.”

“Jangan lupa undang kami ya.”

“InsyaaAllah,” jawab Feri pelan.

"Sudah hampir sampai di rumah kamu tuh.”

“Maaf, saya merepotkan. Emma yang memaksa saya.”

“Tidak apa-apa, aku memang harus melalui jalan ini, jadi tidak repot kalau harus mengantarkan kamu dulu.”

Ketika mobil berhenti di depan rumah, Kinanti memalingkan wajahnya ke arah jalanan. Ia melihat Suryawan duduk di teras rumah.

Feri turun setelah mengucapkan terima kasih, dan menyalami keduanya serta mencium tangannya.

“Terima kasih banyak, Om, Tante,” katanya pelan.

“Sama-sama, kami langsung ya,” kata Ardi dan Kinanti lagi-lagi terdiam.

Ketika mobil Ardi melaju, Feri melangkah mendekati rumah.

“Siapa yang mengantarkan kamu?” tanya sang ayah.

“Keluarganya tante Kinanti.”

“Apa? Kamu pergi ke sana?” tanya Suryawan, terkejut.

“Emma kan teman sekolah Feri waktu SMA? Yang dulu memberi hadiah sepeda ketika Feri ulang tahun.”

“Rupanya tadi kamu ke rumahnya?” tegur sang ayah.

“Tidak Pak. Feri mau ke rumah teman, tapi dia pergi ke luar kota. Ketika sedang jalan, kami bertemu. Tidak disangka, dia semakin cantik.”

“Apa?” tanya sang ayah curiga.

“Bapak kok kelihatan aneh begitu. Memangnya ada apa? Feri hanya memujinya cantik. Dan memang sejak SMA kami sudah dekat.”

“Jangan dulu pacaran. Fokus kuliah kamu.”

Feri tertawa, sambil duduk di depan sang ayah.

“Bu Kinanti juga masih cantik, seperti dulu.”

Suryawan tak menanggapi.

“Feri merasa berdosa, dulu menentang ketika Bapak_”

“Diam.” kata Suryawan keras, membuat Feri sangat terkejut.

Feri tak mengira ayahnya akan marah mendengarnya. Biarpun tidak sangat marah, tapi kelihatan sekali kalau sang ayah tidak senang mendengar perkataannya. Barangkali sang ayah teringat ketika dia dan kakaknya dulu menentang kemauannya, sehingga sang ayah gagal memperistri Kinanti.

“Maaf, Pak,” katanya pelan.

Suryawan diam. Barangkali kemudian dia sadar, bahwa kejadian itu tak harus selalu diingatnya. Ia tahu bahwa apa yang terjadi dalam kehidupannya adalah sebuah garis yang sudah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, yang tak seorangpun bisa mengingkarinya.

Kemudian wajahnya menjadi melembut, ketika menatap Feri yang menundukkan kepalanya.

“Tidak apa-apa. Hanya … sebaiknya kamu tidak usah mengulang kata-kata itu lagi.”

Feri mengangkat wajahnya, melihat wajah tua itu kembali teduh.

“Bapak bahagia bisa melewati susah dan senang bersama anak-anak bapak. Berjanjilah untuk bisa menyelesaikan sekolah kamu karena setelahnya akan ada adik-adikmu yang menunggu giliran.”

Feri mengangguk cepat dan dengan tandas dia mengatakan kesanggupannya.

“Bapak berharap, tak lama lagi kakakmu akan segera menikah, sehingga satu demi satu beban bapak akan teruraikan.”

Feri kembali mengangguk, lalu berdiri, dan memeluk sang ayah sebelum kemudian masuk ke dalam rumah.

Tapi diam-diam wajah Emma terbayang. Apakah dirinya suka? Kalau benar demikian, Feri hampir yakin kalau sang ayah akan menentangnya keras. Ketika masuk ke dalam kamarnya, wajah Feri menjadi muram.

***

Wahyu yang kemudian  sudah kembali ke rumah kost melihat Reihan dengan santai duduk dilantai sambil membaca buku.

“Mas dari mana?”

“Kan aku sudah bilang tadi, kalau aku menemui pak Suryawan.”

“Oh ya, sukseskah?” tanya Reihan sambil tersenyum menggoda.

“Alhamdulillah. Tapi kemana saja kamu?”

“Ke rumah teman. Pinjam buku,” katanya sambil menunjukkan buku yang dipegangnya.

“Kamu ditelpon berkali-kali, tapi tidak mau mengangkatnya,” tegur Wahyu kesal.

“Haa? Ponselku ketinggalan di kamar. Ini dia, aku malah belum sempat membukanya,” katanya sambil meraih ponselnya.

“Ya ampuun ketinggalan.”

“Waduh, banyak sekali panggilan masuk.”

“Emma mencari kamu, menunggu di teras sampai ban motornya bocor."

“Reihan benar-benar lupa. Ada apa mbak Emma mencari aku? Paling ingin ketemu mas Wahyu.”

“Kamu tuh ya, sukanya ngomong ngawur. Emma bilang mau ngajakin kamu jalan-jalan. Nggak tahu ke mana.”

“Itu alasan dia saja, sebenarnya dia ingin ketemu mas Wahyu.”

“Berhenti mengoceh yang enggak-enggak ya, aku sudah mau menikah.”

“Serius?” tanya Reihan dengan mata terbelalak.

“Sangat serius. Pak Suryawan berharap aku segera melamar secara resmi.”

“Syukurlah. Tapi bagaimana dengan ibu?”

Tiba-tiba kesedihan kembali merambah hati keduanya. Siapa yang mau kehilangan seorang ibu?

“Kita sudah berusaha,” kata Wahyu pelan.

“Yah, apa boleh buat.”

***

Pagi harinya, di kampus, Reihan lalu mendapat cubitan keras di lengannya.

“Ya ampuun, sakit tahu, Mbak,” keluh Reihan sambil merengut.

“Kamu kenapa? Nggak mau mengangkat telponku?”

Reihan tertawa.

“Kasihan, sampai ban motor kempes gara-gara menunggu aku?”

“O, mas Wahyu kan yang ngomong? Emang iya, mas Wahyu yang mengantarkan motor aku ke tukang tambal.”

“Maaf Mbak, ponselku ketinggalan di kamar.”

“Dasar.”

“Sebenarnya mbak Emma mau ngajakin aku ke mana?”

“Jalan-jalan saja, mumpung liburan sehari. Pengin beli rujak, pengin  beli bakso, pengin … macam-macam lah, dan yang bisa menemani aku hanya kamu.”

“Salah sendiri, nggak mau cari pacar.”

“Hmm, pacar …” gumam Emma. Tampak sekali ada nada kecewa dalam gumaman itu.

“Belum ada yang cocok?”

“Ada sih, tapi nggak usah dibahas, aku hanya akan ngobrol yang lainnya.”

“Baiklah, ngobrol soal apa? Kalau saja mbak Emma bukan kakakku, sudah aku pacarin sejak dulu-dulu.”

“Eeh … ada-ada saja,” lalu keduanya terkekeh geli.

“Apa benar, mas Wahyu melamar mbak Tia?”

“Tahu dari mana sih?”

“Iya kan?”

“Iya sih, tapi baru mau melamar secara resmi, barangkali secepatnya.”

“Syukurlah,” ada nada kecewa dalam ungkapan itu.

“Nanti jadi pengiring penganten sama aku ya?”

Ketika itulah ponsel Emma berdering.

Emma mengangkatnya sambil tersenyum.

“Ya Fer?”

"Kami baru saja bicara tentang mbak Tia yang mau segera menikah. Masih menunggu lamaran resminya sih, tapi sudah ada rencana-rencara yang enteng-enteng dulu, begitu.”

"Rencana enteng itu apa?”

“Misalnya … tentang pengiring pengantin, aku usulkan nanti pengiringnya aku sama kamu?”

“Aku?”

“Iya. Kamu mau kan? Siapa tahu besok-besok jadi kesampaian,” kata Feri sambil tertawa.

“Nantilah, masih lama kan?”

“Yang penting kamu bersedia dulu.”

“Baiklah.”

“Ini kamu di mana?”

“Di kampus.”

“Eh, maaf. Pulang jam berapa?”

“Jam dua kira-kira.”

“Aku jemput ya, aku mau pinjam mobil mbak Tia.”

“Terserah kamu saja.”

Ketika ponsel ditutup, Reihan menatapnya heran.

“Siapa? Kelihatannya mbak Emma senang benar.”

“Ada yang minta agar aku jadi pengiring pengantin.”

“Lhoh, aku kan sudah minta duluan?” sergah Reihan.

“Kamu nanti jadi pengiring aku, kalau aku jadi pengantin,” canda  Emma.

“Apaaa?”

***

Hari yang berjalan, serasa berlari. Pembicaraan tentang perjodohan sudah usai, hari pernikahan sudah sampai di ujungnya.

Kedua mempelai sudah selesai ijab kabul. Emma begitu gembira bisa mengiringi pengantin dari orang yang  dikaguminya. Wajah cantiknya tak kalah menarik dari pengantin wanita yang didandani begitu apik.

Bukan hanya Feri yang seringkali menatap wajah Emma, tapi Suryawan juga selalu menatapnya. Wajah Emma adalah wajah Kinanti saat muda. Hal itu membuat ingatannya kembali ke arah kenangan bertahun-tahun silam, ketika hatinya berlabuh pada seseorang yang diharapkan bisa menjadi ibu bagi anak-anaknya, kemudian buyar berkeping ketika anak-anak tak ada yang mendukungnya.

Tapi ingatan getir itu perlahan lenyap, ketika sepasang mempelai bersujud bergantian di pangkuannya. Sederet doa kemudian dilantunkannya pelan, untuk anak dan menantunya.

Para undangan bergantian menyalaminya. Gemetar tangan Suryawan ketika sebuah tangan lembut menyalaminya.

“Selamat berbahagia, Mas," itu suara lembut Kinanti.

Suryawan mengucapkan terima kasih dengan suara lirih. Lalu sebuah jabat erat dan hangat dari suami Kinanti disambutnya dengan senyuman tipis.

“Trima kasih banyak …”

Entah siapa yang mengundangnya, sehingga Kinanti dan suaminya hadir dalam perjamuan yang diadakan begitu sederhana.

Tapi ketika perjamuan itu usai, Wahyu melihat serangkaian mawar merah di meja di depan pelaminan, berjejer dengan rangkaian bunga yang disiapkan sebelumnya.  Entah sejak kapan diletakkan di meja itu, setelah sebelumnya tak ada,

Tia meraihnya, lalu membaca tulisannya bersama suaminya.

‘WALAU KAMU MEMBENCI AKU, TAPI AKU TETAP MENSYUKURI KEBAHAGIAAN KAMU’.

“Dari siapa ini?” seru keduanya.

***

Besok lagi ya.

63 comments:

  1. Alhamdulillah ADA MAKNA~41 telah hadir.. maturnuwun.Bu Tien 🙏
    Semoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
    Aamiin YRA 🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Djodhi

      Delete
  2. Semoga bunda Tien selalu sehat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Salamah

      Delete
  3. 🌹🌻🌹🌻🌹🌻🌹🌻
    Alhamdulillah 🙏💝
    Cerbung ADA MAKNA 41
    sampun tayang.
    Matur nuwun Bu, doaku
    semoga Bu Tien & kelg
    selalu sehat, tetap
    smangats berkarya &
    dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin.Salam aduhai 💐🍃
    🌹🌻🌹🌻🌹🌻🌹🌻

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun jeng Sari
      Aduhai

      Delete
  4. Alhamdulillah
    Terima kasih Bu Tien

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah AaeM_41 sudah hadir, ditandai menikahnya

    Wahyu dan Tia....

    Kinantikah yang kirim bunga mawar 🌹🌹🌹?

    Terima kasih Bu Tien, salam SEROJA dan tetap ADUHAI .

    Salam dari mBandung

    ReplyDelete
  6. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " ADA MAKNA 41 "
    🌷🌹 🙏🙏🙏Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin 🤲🤲🤲🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Herry

      Delete
  7. Alhamdulillah, Suwun Bu Tien Ada Makna 41 nya
    Sehat sll Ibu ….🤝🙏

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah Matur nwn bu Tien, salam sehat selalu dari mBantul🤲

    ReplyDelete
  9. Alhamdulilah sampun tayang AM 41, maturnuwun bu Tien, semoga bu Tien dan pak Tom sll sehat dlm lindungan Allah SWT aamiin yra , salam hangat dan aduhai aduhai bun 🤩🤩❤️❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Sri
      Aduhai 2x

      Delete
  10. Alhamdulillah ada makna sudah tayang
    terima kasih bunda Tien
    Semoga selalu sehat walafiat

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Endah

      Delete

  11. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung *ADA
    MAKNA 41* sdh hadir...
    Semoga sehat dan . bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Wedeye

      Delete
  12. Matur nuwun mbak Tien-ku Ada Makna sudah tayang

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillaah " Ada Makna- 41 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin Yaa Robbal' Aalaamiin🤲
    Salam Aduhai Bunda Tien...

    ReplyDelete
  14. Terima kasih Bunda Tien Kumalasari, kira² dari siapa ya ? Kita tinggu besok jawabannya, sehat selalu bersama keluarga Bunda , Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Mundjiati

      Delete
  15. Alhamdulillah AM 41sdh tayang bun....selamat malam....smg bunda dan bpk beserta kelrg sll sehat, sll dlm lindundgan Allah Ta' ala...aamiin yra,🤲🤲🙏🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Supriyati

      Delete
  16. Matur nuwun Bu Tien, tetap sehat njih Ibu...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Reni

      Delete
    2. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun ibu Reni

      Delete
  17. Alhamdulillah, ADA MAKNA (AM),41 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.

    ReplyDelete
  18. Terima kasih bu Tien ... A M ke 41 sdh tayang ... Smg bu Tien dan keluarga sll sehat dan bahagia ... Salam Aduhai

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillaah, AM 41 SDH dibaca, apakah bunga mawar 🌹 itu dr Wanda

    Matur nuwun Bu Tien, salam sehat wal'afiat ya, semoga pak Tom Widayat semakin membaik ya, Aamiin 🙏🤗🥰💖

    ReplyDelete
  21. Terima kasih Bunda, cerbung Ada Makna 41..sampun tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.

    Salam Samawa buat Wahyu dan Tia.

    Pak Suryawan terpana menatap Emma dan Kinanti. Anak dan Emak...sama2 cantik nya...😁😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Matur nuwun pak Munthoni

      Delete
  22. Mawar merah itu dari Emma kah?...
    Kapan Guntur dimunculkan?...
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  23. Mawar merahnya dari Wanda kalee...

    ReplyDelete
  24. Krn Wahyu...adalah putra nya Wanda

    ReplyDelete
  25. Pengumuman bahwa malam ini Emma, Reihan, dan Feri LIBUR TAYANG (Ada Makna 42) sebab di rumah bu Tien sedang banyak tamu bezoek Pak Tom, bu Tien gak sempat nulis.
    Demikian harap maklum.
    Mohon doanya besuk pagi Pak Tom kontrol ke RS Dr. Muwardi, semoga hasilnya bagus.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Trimakasih infonya Kakek Habi... Semoga pak Tom besok hsl kontrolnya bagus, dan cepet pulih serta fit kembali. Aamiin 🤲

      Delete
  26. Hatur nuhun Kakek Habi informasinya,,Semoga Pak Tom sehat seperti sedia kala Aamiin Allahumma Aamiin

    ReplyDelete
  27. Terima kasih Bu Tien...Semoga Bu Tien tetap sehat dan Pak Tom semakin sehat menuju sembuh dan pulih Barokalloh

    ReplyDelete
  28. Kejora pagi tak terbit malam ini. Apakah masih ada mendung yang menyelimutinya?

    ReplyDelete

ADA MAKNA 42

  ADA MAKNA  42 (Tien Kumalasari)   Wahyu saling pandang dengan sang istri. Tia mengambil seikat mawar itu lalu membawanya ke kamar penganti...