ADA MAKNA 41
(Tien Kumalasari)
Ketika selesai makan, keduanya berebut mengantarkan. Emma ingin mengantarkan Feri, tapi Feri ingin mengantarkan Emma, kemudian dia memilih naik ojol untuk pulang setelahnya.
“Masa mau naik ojol sih? Biar aku saja yang mengantar kamu, kan aku yang bawa motor?”
“Tapi kemudian kamu pulang sendirian. Aku yang nggak enak jadinya. Nggak mau ah, biar kamu pulang lebih dulu saja. Kan letak jalannya lebih dekat ke rumah kamu.”
Akhirnya Emma mengalah, karena Feri bersikukuh untuk mengantarkan dirinya terlebih dulu dan setelahnya akan naik ojol untuk pulang.
Tapi ketika sampai di depan rumah Emma, mobil Ardi mau keluar dari halaman. Ia sedang bersama Kinanti.
Emma segera berteriak menghentikan mobil sang ayah.
“Bapak, berhenti dulu.”
“Eh, kamu mau apa?” kata Feri.
“Ayah dan ibuku mau keluar, biar kamu ikut bersama mereka saja.”
“Nggak ah, nggak mau. Kamu membuat aku sungkan saja,” kata Feri yang kemudian menyerahkan sepeda motor, lalu mengangguk ke arah mobil dan berjalan keluar dari halaman.
“Feri!! Tunggu!”
“Ada apa?” seru Ardi sambil melongok dari jendela mobil.
“Bapak, maukah Bapak mengantarkan Feri pulang sekalian Bapak keluar?”
“Di mana rumahnya?”
“Dia yang dulu Emma beri hadiah sepeda. Waktu kami masih SMA.”
“Oh, aku tahu alamatnya,” kata Ardi.
“Tolong Bapak, hihii.. terima kasih,” kata Emma gembira.
Ardi melajukan mobilnya, mengejar Feri yang sudah sampai di jalan besar.
Ia menghentikan mobilnya tepat di samping Feri berdiri.
“Ayo bareng aku,” kata Ardi.
Feri sangat terkejut. Emma nekat sekali. Masa menyuruh orang tuanya mengantarkan aku pulang? Kata batin Feri.
“Ayo, Nak.”
“Ti … tidak Pak, terima kasih banyak, saya mau naik ojol saja.”
“Sekalian aku antar kamu pulang, jangan sungkan.”
“Tt.. tapi … “
“Ayolah, kita pernah bertemu kan? Kami mengenal kamu sebagai teman Emma ketika kalian masih SMA. Naiklah.”
Feri tersipu, ia sudah memegang ponselnya dan nyaris memanggil ojol. Mau menolak rasanya sungkan. Kalau ojol sudah di depan mata, pasti lebih gampang menolaknya. Tapi dia kan baru akan memanggil ojol.
“Ayo, jangan sungkan. Aku sudah tahu di mana rumah kamu lhoh.”
Feri terpaksa membuka pintu mobil lalu masuk ke dalamnya. Dari jauh, Emma yang mengamatinya merasa lega. Ia memasukkan motornya ke garasi, setelah mobil ayahnya menghilang dari pandangan.
***
“Kamu kuliah di mana?” tanya Ardi.
“Di Jogya,” jawab Feri pelan.
“Jurusan apa?”
“Tehnik.”
“Calon insinyur nih,” puji Ardi.
“Ini lagi liburan?”
”Ya, beberapa hari.”
“Tadi memang kencan ketemuan dengan Emma?”
“Tidak. Kami kebetulan saja ketemu di jalan.”
“Owh.”
“Kalau kebetulan pulang ke Solo, jangan sungkan mampir ke rumah.”
“Baik. Terima kasih, Om.”
Sejak tadi Kinanti terdiam. Ia tahu, Feri adalah anak Suryawan. Laki-laki yang nyaris menjadi suaminya, kalau saja anak-anak Suryawan tidak menentangnya.
Rupanya Feri masih mengingatnya, karenanya dia merasa sungkan. Wanita cantik yang duduk di depannya, hampir menjadi ibunya. Dia salah satu yang ikut menentangnya ketika itu. Itu sebabnya dia sebenarnya sungkan.
Ada perasaan tak enak, karena setelah putus hubungan dengan Kinanti, sang ayah tak mau mencari istri lagi. Cukuplah ia menjadi ayah sekaligus ibu bagi kelima anak-anaknya.
“Kakak kamu masih ada satu kan?”
“Iya, mbak Tia.”
“Dia sudah bekerja?”
”Ya. Sudah bekerja. Dan sekarang hampir menikah, kalau Tuhan mengijinkan.”
“Oh, syukurlah. Kakakmu cantik, pasti calon suaminya ganteng dan pintar.”
“Benar.”
“Jangan lupa undang kami ya.”
“InsyaaAllah,” jawab Feri pelan.
"Sudah hampir sampai di rumah kamu tuh.”
“Maaf, saya merepotkan. Emma yang memaksa saya.”
“Tidak apa-apa, aku memang harus melalui jalan ini, jadi tidak repot kalau harus mengantarkan kamu dulu.”
Ketika mobil berhenti di depan rumah, Kinanti memalingkan wajahnya ke arah jalanan. Ia melihat Suryawan duduk di teras rumah.
Feri turun setelah mengucapkan terima kasih, dan menyalami keduanya serta mencium tangannya.
“Terima kasih banyak, Om, Tante,” katanya pelan.
“Sama-sama, kami langsung ya,” kata Ardi dan Kinanti lagi-lagi terdiam.
Ketika mobil Ardi melaju, Feri melangkah mendekati rumah.
“Siapa yang mengantarkan kamu?” tanya sang ayah.
“Keluarganya tante Kinanti.”
“Apa? Kamu pergi ke sana?” tanya Suryawan, terkejut.
“Emma kan teman sekolah Feri waktu SMA? Yang dulu memberi hadiah sepeda ketika Feri ulang tahun.”
“Rupanya tadi kamu ke rumahnya?” tegur sang ayah.
“Tidak Pak. Feri mau ke rumah teman, tapi dia pergi ke luar kota. Ketika sedang jalan, kami bertemu. Tidak disangka, dia semakin cantik.”
“Apa?” tanya sang ayah curiga.
“Bapak kok kelihatan aneh begitu. Memangnya ada apa? Feri hanya memujinya cantik. Dan memang sejak SMA kami sudah dekat.”
“Jangan dulu pacaran. Fokus kuliah kamu.”
Feri tertawa, sambil duduk di depan sang ayah.
“Bu Kinanti juga masih cantik, seperti dulu.”
Suryawan tak menanggapi.
“Feri merasa berdosa, dulu menentang ketika Bapak_”
“Diam.” kata Suryawan keras, membuat Feri sangat terkejut.
Feri tak mengira ayahnya akan marah mendengarnya. Biarpun tidak sangat marah, tapi kelihatan sekali kalau sang ayah tidak senang mendengar perkataannya. Barangkali sang ayah teringat ketika dia dan kakaknya dulu menentang kemauannya, sehingga sang ayah gagal memperistri Kinanti.
“Maaf, Pak,” katanya pelan.
Suryawan diam. Barangkali kemudian dia sadar, bahwa kejadian itu tak harus selalu diingatnya. Ia tahu bahwa apa yang terjadi dalam kehidupannya adalah sebuah garis yang sudah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, yang tak seorangpun bisa mengingkarinya.
Kemudian wajahnya menjadi melembut, ketika menatap Feri yang menundukkan kepalanya.
“Tidak apa-apa. Hanya … sebaiknya kamu tidak usah mengulang kata-kata itu lagi.”
Feri mengangkat wajahnya, melihat wajah tua itu kembali teduh.
“Bapak bahagia bisa melewati susah dan senang bersama anak-anak bapak. Berjanjilah untuk bisa menyelesaikan sekolah kamu karena setelahnya akan ada adik-adikmu yang menunggu giliran.”
Feri mengangguk cepat dan dengan tandas dia mengatakan kesanggupannya.
“Bapak berharap, tak lama lagi kakakmu akan segera menikah, sehingga satu demi satu beban bapak akan teruraikan.”
Feri kembali mengangguk, lalu berdiri, dan memeluk sang ayah sebelum kemudian masuk ke dalam rumah.
Tapi diam-diam wajah Emma terbayang. Apakah dirinya suka? Kalau benar demikian, Feri hampir yakin kalau sang ayah akan menentangnya keras. Ketika masuk ke dalam kamarnya, wajah Feri menjadi muram.
***
Wahyu yang kemudian sudah kembali ke rumah kost melihat Reihan dengan santai duduk dilantai sambil membaca buku.
“Mas dari mana?”
“Kan aku sudah bilang tadi, kalau aku menemui pak Suryawan.”
“Oh ya, sukseskah?” tanya Reihan sambil tersenyum menggoda.
“Alhamdulillah. Tapi kemana saja kamu?”
“Ke rumah teman. Pinjam buku,” katanya sambil menunjukkan buku yang dipegangnya.
“Kamu ditelpon berkali-kali, tapi tidak mau mengangkatnya,” tegur Wahyu kesal.
“Haa? Ponselku ketinggalan di kamar. Ini dia, aku malah belum sempat membukanya,” katanya sambil meraih ponselnya.
“Ya ampuun ketinggalan.”
“Waduh, banyak sekali panggilan masuk.”
“Emma mencari kamu, menunggu di teras sampai ban motornya bocor."
“Reihan benar-benar lupa. Ada apa mbak Emma mencari aku? Paling ingin ketemu mas Wahyu.”
“Kamu tuh ya, sukanya ngomong ngawur. Emma bilang mau ngajakin kamu jalan-jalan. Nggak tahu ke mana.”
“Itu alasan dia saja, sebenarnya dia ingin ketemu mas Wahyu.”
“Berhenti mengoceh yang enggak-enggak ya, aku sudah mau menikah.”
“Serius?” tanya Reihan dengan mata terbelalak.
“Sangat serius. Pak Suryawan berharap aku segera melamar secara resmi.”
“Syukurlah. Tapi bagaimana dengan ibu?”
Tiba-tiba kesedihan kembali merambah hati keduanya. Siapa yang mau kehilangan seorang ibu?
“Kita sudah berusaha,” kata Wahyu pelan.
“Yah, apa boleh buat.”
***
Pagi harinya, di kampus, Reihan lalu mendapat cubitan keras di lengannya.
“Ya ampuun, sakit tahu, Mbak,” keluh Reihan sambil merengut.
“Kamu kenapa? Nggak mau mengangkat telponku?”
Reihan tertawa.
“Kasihan, sampai ban motor kempes gara-gara menunggu aku?”
“O, mas Wahyu kan yang ngomong? Emang iya, mas Wahyu yang mengantarkan motor aku ke tukang tambal.”
“Maaf Mbak, ponselku ketinggalan di kamar.”
“Dasar.”
“Sebenarnya mbak Emma mau ngajakin aku ke mana?”
“Jalan-jalan saja, mumpung liburan sehari. Pengin beli rujak, pengin beli bakso, pengin … macam-macam lah, dan yang bisa menemani aku hanya kamu.”
“Salah sendiri, nggak mau cari pacar.”
“Hmm, pacar …” gumam Emma. Tampak sekali ada nada kecewa dalam gumaman itu.
“Belum ada yang cocok?”
“Ada sih, tapi nggak usah dibahas, aku hanya akan ngobrol yang lainnya.”
“Baiklah, ngobrol soal apa? Kalau saja mbak Emma bukan kakakku, sudah aku pacarin sejak dulu-dulu.”
“Eeh … ada-ada saja,” lalu keduanya terkekeh geli.
“Apa benar, mas Wahyu melamar mbak Tia?”
“Tahu dari mana sih?”
“Iya kan?”
“Iya sih, tapi baru mau melamar secara resmi, barangkali secepatnya.”
“Syukurlah,” ada nada kecewa dalam ungkapan itu.
“Nanti jadi pengiring penganten sama aku ya?”
Ketika itulah ponsel Emma berdering.
Emma mengangkatnya sambil tersenyum.
“Ya Fer?”
"Kami baru saja bicara tentang mbak Tia yang mau segera menikah. Masih menunggu lamaran resminya sih, tapi sudah ada rencana-rencara yang enteng-enteng dulu, begitu.”
"Rencana enteng itu apa?”
“Misalnya … tentang pengiring pengantin, aku usulkan nanti pengiringnya aku sama kamu?”
“Aku?”
“Iya. Kamu mau kan? Siapa tahu besok-besok jadi kesampaian,” kata Feri sambil tertawa.
“Nantilah, masih lama kan?”
“Yang penting kamu bersedia dulu.”
“Baiklah.”
“Ini kamu di mana?”
“Di kampus.”
“Eh, maaf. Pulang jam berapa?”
“Jam dua kira-kira.”
“Aku jemput ya, aku mau pinjam mobil mbak Tia.”
“Terserah kamu saja.”
Ketika ponsel ditutup, Reihan menatapnya heran.
“Siapa? Kelihatannya mbak Emma senang benar.”
“Ada yang minta agar aku jadi pengiring pengantin.”
“Lhoh, aku kan sudah minta duluan?” sergah Reihan.
“Kamu nanti jadi pengiring aku, kalau aku jadi pengantin,” canda Emma.
“Apaaa?”
***
Hari yang berjalan, serasa berlari. Pembicaraan tentang perjodohan sudah usai, hari pernikahan sudah sampai di ujungnya.
Kedua mempelai sudah selesai ijab kabul. Emma begitu gembira bisa mengiringi pengantin dari orang yang dikaguminya. Wajah cantiknya tak kalah menarik dari pengantin wanita yang didandani begitu apik.
Bukan hanya Feri yang seringkali menatap wajah Emma, tapi Suryawan juga selalu menatapnya. Wajah Emma adalah wajah Kinanti saat muda. Hal itu membuat ingatannya kembali ke arah kenangan bertahun-tahun silam, ketika hatinya berlabuh pada seseorang yang diharapkan bisa menjadi ibu bagi anak-anaknya, kemudian buyar berkeping ketika anak-anak tak ada yang mendukungnya.
Tapi ingatan getir itu perlahan lenyap, ketika sepasang mempelai bersujud bergantian di pangkuannya. Sederet doa kemudian dilantunkannya pelan, untuk anak dan menantunya.
Para undangan bergantian menyalaminya. Gemetar tangan Suryawan ketika sebuah tangan lembut menyalaminya.
“Selamat berbahagia, Mas," itu suara lembut Kinanti.
Suryawan mengucapkan terima kasih dengan suara lirih. Lalu sebuah jabat erat dan hangat dari suami Kinanti disambutnya dengan senyuman tipis.
“Trima kasih banyak …”
Entah siapa yang mengundangnya, sehingga Kinanti dan suaminya hadir dalam perjamuan yang diadakan begitu sederhana.
Tapi ketika perjamuan itu usai, Wahyu melihat serangkaian mawar merah di meja di depan pelaminan, berjejer dengan rangkaian bunga yang disiapkan sebelumnya. Entah sejak kapan diletakkan di meja itu, setelah sebelumnya tak ada,
Tia meraihnya, lalu membaca tulisannya bersama suaminya.
‘WALAU KAMU MEMBENCI AKU, TAPI AKU TETAP MENSYUKURI KEBAHAGIAAN KAMU’.
“Dari siapa ini?” seru keduanya.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah ADA MAKNA~41 telah hadir.. maturnuwun.Bu Tien 🙏
ReplyDeleteSemoga Bu Tien tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
Aamiin YRA 🤲
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Djodhi
Alhamdulillah
ReplyDeleteNuwun jeng In
DeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu sehat
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Salamah
🌹🌻🌹🌻🌹🌻🌹🌻
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏💝
Cerbung ADA MAKNA 41
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien & kelg
selalu sehat, tetap
smangats berkarya &
dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin.Salam aduhai 💐🍃
🌹🌻🌹🌻🌹🌻🌹🌻
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun jeng Sari
Aduhai
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
Sami2 bu Sukardi
DeleteAlhamdulillah AaeM_41 sudah hadir, ditandai menikahnya
ReplyDeleteWahyu dan Tia....
Kinantikah yang kirim bunga mawar 🌹🌹🌹?
Terima kasih Bu Tien, salam SEROJA dan tetap ADUHAI .
Salam dari mBandung
Matur nuwun mas Kakek
DeleteSalam dari Solo
Matur suwun bu Tien
ReplyDeleteSami2 pak Indriyanto
DeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " ADA MAKNA 41 "
ReplyDelete🌷🌹 🙏🙏🙏Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin 🤲🤲🤲🙏
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Herry
Alhamdulillah, Suwun Bu Tien Ada Makna 41 nya
ReplyDeleteSehat sll Ibu ….🤝🙏
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun Mbah Wi
Alhamdulillah Matur nwn bu Tien, salam sehat selalu dari mBantul🤲
ReplyDeleteSami2 pak Bam's.
DeleteSalam sehat dari Solo
Alhamdulilah sampun tayang AM 41, maturnuwun bu Tien, semoga bu Tien dan pak Tom sll sehat dlm lindungan Allah SWT aamiin yra , salam hangat dan aduhai aduhai bun 🤩🤩❤️❤️
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Sri
Aduhai 2x
Alhamdulillah ada makna sudah tayang
ReplyDeleteterima kasih bunda Tien
Semoga selalu sehat walafiat
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Endah
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *ADA
MAKNA 41* sdh hadir...
Semoga sehat dan . bersama keluarga
Aamiin...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Wedeye
Matur nuwun mbak Tien-ku Ada Makna sudah tayang
ReplyDeleteSami2 pak Latief
DeleteAlhamdulillaah " Ada Makna- 41 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin Yaa Robbal' Aalaamiin🤲
Salam Aduhai Bunda Tien...
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ting
Sehat selalu mbak Tien dan pak Tom
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Anie
Terima kasih Bunda Tien Kumalasari, kira² dari siapa ya ? Kita tinggu besok jawabannya, sehat selalu bersama keluarga Bunda , Aamiin
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Mundjiati
Alhamdulillah AM 41sdh tayang bun....selamat malam....smg bunda dan bpk beserta kelrg sll sehat, sll dlm lindundgan Allah Ta' ala...aamiin yra,🤲🤲🙏🙏
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Supriyati
Matur nuwun Bu Tien, tetap sehat njih Ibu...
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Reni
Alhamdulillah, ADA MAKNA (AM),41 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Uchu
Terima kasih bu Tien ... A M ke 41 sdh tayang ... Smg bu Tien dan keluarga sll sehat dan bahagia ... Salam Aduhai
ReplyDeleteAamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Enny
Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat selalu
Sami2 ibu Umi
DeleteSalam sehat juga
Alhamdulillaah, AM 41 SDH dibaca, apakah bunga mawar 🌹 itu dr Wanda
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, salam sehat wal'afiat ya, semoga pak Tom Widayat semakin membaik ya, Aamiin 🙏🤗🥰💖
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun ibu Ika
Terima kasih Bunda, cerbung Ada Makna 41..sampun tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Salam Samawa buat Wahyu dan Tia.
Pak Suryawan terpana menatap Emma dan Kinanti. Anak dan Emak...sama2 cantik nya...😁😁
Aamiin Yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun pak Munthoni
Mawar merah itu dari Emma kah?...
ReplyDeleteKapan Guntur dimunculkan?...
Terimakasih Mbak Tien...
Nanti di akhir episode
DeleteTerima kasih Mas MERa
Mawar merahnya dari Wanda kalee...
ReplyDeleteSaya juga beranggapan seperti itu....
DeleteMatur nuwun Bu Tien....
Benarkah, ibu Ismi?
DeleteSami2 pak Apip
DeleteKrn Wahyu...adalah putra nya Wanda
ReplyDeletePengumuman bahwa malam ini Emma, Reihan, dan Feri LIBUR TAYANG (Ada Makna 42) sebab di rumah bu Tien sedang banyak tamu bezoek Pak Tom, bu Tien gak sempat nulis.
ReplyDeleteDemikian harap maklum.
Mohon doanya besuk pagi Pak Tom kontrol ke RS Dr. Muwardi, semoga hasilnya bagus.
Trimakasih infonya Kakek Habi... Semoga pak Tom besok hsl kontrolnya bagus, dan cepet pulih serta fit kembali. Aamiin 🤲
DeleteAamiin yaa rabbal alamiin
DeleteHatur nuhun Kakek Habi informasinya,,Semoga Pak Tom sehat seperti sedia kala Aamiin Allahumma Aamiin
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien...Semoga Bu Tien tetap sehat dan Pak Tom semakin sehat menuju sembuh dan pulih Barokalloh
ReplyDeleteKejora pagi tak terbit malam ini. Apakah masih ada mendung yang menyelimutinya?
ReplyDelete