Saturday, March 26, 2022

BUKAN MILIKKU 22

 

BUKAN MILIKKU  22

(Tien Kumalasari)

 

“Kok tiba-tiba datang sih,” gumam bu Siswanto sambil melangkah ke depan.

“Ibu …  Kori bawa cemilan enak nih Bu,” teriaknya lagi begitu melihat bu Siswanto mendekatinya.

“Ada apa, kok tiba-tiba datang?”

“Kangen sama Ibu,” katanya sambil duduk begitu saja di sofa.

“Yu Asih … buatin jus segar dong,” teriaknya lagi .

“Kamu datang endiri? Mana Sapto?”

“Mas Sapto sedang ke Semarang, katanya menemui pemesan di sebuah perusahaan yang baru atau entahlah, Kori tidak mengerti bisnis.”

“Sapto tahu, kalau kamu pergi ke Solo?”

“Tidak, Kori tidak bilang, Kori sangat kangen sama Ibu.”

“Seharusnya, seorang isteri itu kalau pergi kemanapun, harus bilang sama suaminya, tidak boleh semau-maunya begini.”

“Ya ampun Bu, kan Kori sudah bilang kalau Kori kangen sama Ibu.”

“Itu bukan alasan untuk tidak berpamit sama suami. Lain kali kamu tidak boleh begitu.”

“Ya,” jawabnya singkat menahan rasa kesalnya.

“Mana Yuuu,” teriaknya sambil berdiri menuju ke dapur, khawatir ibu mertuanya masih mngomelinya lagi. Wajahnya sangat gelap.

“Lama sekali sih Yu, katanya sesampainya di dapur, tapi wajahnya menjadi semakin gelap ketika mengetahui Retno ada di dapur juga.

“Eeh, ada pembantu baru,” ejeknya sambil tersenyum sinis.

“Jangan begitu, Bu Kori, ini kan juga isterinya pak Sapto,” kata Asih mengingatkan.

“Oh, iya aku lupa. Tapi mengapa ya, isteri mas Sapto berkutat di dapur seperti pembantu? Pasti ibu menyuruhnya karena memang sepantasnya dia juga melakukan semua pekerjaan pembantu,” lanjutnya sambil duduk di kursi yang ada di dapur itu.

“Ini bukan karena disuruh ibu, tapi kemauan bu Retno sendiri. Ibu bahkan melarangnya,” bela Asih yang kesal mendengar ejekan Kori yang dirasanya sangat kasar dan merendahkan, sementara Retno melanjutkan kesibukannya menumis bumbu, tanpa menjawab sepatah katapun.

“Kok kamu ngebelain dia sih Yu?”

Asih diam saja. Ia meletakkan jus jeruk di atas meja, dimana Kori duduk di depannya.

“Ini jus apa Yu?”

“Jus jeruk, Bu.”

“Aku maunya jus mangga,” katanya sambil menjauhkan gelas berisi jus itu dari hadapannya.

“Tidak ada jus mangga Bu, sedang tidak musim mangga, jadi tidak ada yang jualan mangga.”

Lalu Asih melanjutkan pekerjaannya menggoreng.

“Kamu ngapain duduk di situ Kori?” kata bu Siswanto.

“Ini, minta jus mangga, tapi Yu Asih tidak punya.”

“Minum  apa yang ada saja. Jangan mencari yang tidak ada. Lalu lebih baik kamu istirahat saja.”

Kori meneguk jus jeruk yang tadi ditolaknya, kemudian berdiri dan berjalan ke arah kamar tamu.yang memang disediakan untuk Kori dan Sapto apabila pulang ke Solo, tapi berbeda dengan kamar yang ditempati  Retno.

“Bapak kemana ni Bu, tanya Kori tanpa memandang ke arah mertuanya.

“Ke kantor, ini kan jam kerja.”

“Masih ke kantor juga, padahal sudah di serahkan ke Budi?”

“Suka-suka bapak lah, kan  bapak pemiliknua.,” jawab Bu Siswanto kesal.

Kori yang tak kurang kesalnya hanya diam saja, langsung masuk ke kamarnya dan menguncinya dari dalam.

***

“Kalau majikan yang satu itu datang, Yu Asih bawaannya kepengin marah saja,” omel Asih sambil menggoreng tahu.

“Yu Asih sungguh berani menjawab ocehan dia.”

“Lama-lama Yu Asih juga berani Bu. Bicara kok seenaknya.”

“Bagaimana kalau dia mengadu sama “ibu atau bapak, lalu Yu Asih dimarahi?”

“Ibu tidak akan memarahi Yu Asih, soalnya ibu sendiri juga tidak suka sama tabiatnya. Lagi pula Yu Asih kan bicara apa adanya. Kalau bapak sih, mungkin membelanya. Bapak kan sangat menyayangi bu Kori.”

“Ya sudah Yu, lebih baik aku segera masuk ke kamarku, takut ketemu sama dia, lalu dia ngomong macam-macam. Daripada nambahin dosa.”

“Ya sudah bu, kan sudah di masukkan semua bumbunya, nanti tinggal menambahkan santannya. Biar yu Asih yang melanjutkan.

“Terima kasih ya Yu, aku mau ke kamar dulu.”

“Ya Bu Retno, lebih baik Ibu istirahat saja. Ini kan hampir selesai. Sebentar lagi Yu Asih antarkan jus jeruknya ke kamar.”

“Nanti saja kalau sudah selesai Yu.”

“Sudah hampir selesai kan? Dan jusnya juga sudah siap kok.”

“Terima kasih ya Yu.”

Retno bergegas ke kamarnya, membersihkan diri dan beristirahat. Ia tak ingin bertemu Kori yang pasti hanya akan menyakitinya.

Sementara itu Kori di dalam kamarnya mengeluh dengan penuh kesal, karena ibu mertuanya selalu bersikap tak suka terhadapnya. Hanya pak Siswanto yang menyayanginya dan selalu menyenangkannya.

“Aku akan menelpon bapak saja. Supaya bapak cepat pulang dan ada yang membelaku. Aku yakin ibu mertuaku tak akan bersikap ramah kepadaku,” gumamnya sambil mengangkat telponnya dan memutar nomor kontak bapak mertuanya.

“Hallo, Kori?” sambut pak Siswanto begitu tahu bahwa menantu tersayangnya yang menelponnya.

“Iya Bapak, Ini saya ada di rumah.”

“Di rumah mana?”

“Di Solo Pak, cepat Bapak pulang ya. Sedih kalau Bapak nggak ada.”

“Aduh, ini Bapak lagi di luar kota. Sore baru bisa pulang.”

“Yaaah ….” keluh Kori kecewa.

“Tungguin Bapak ya. Kamu sama Suami kamu?”

“Tidak, Mas Sapto ke Semarang sejak kemarin.”

“O iya, ada pembicaraan penting dengan pelanggan besar di sana.”

“Bapak cepat pulang ya,” rengek Kori.

“Iya, akan Bapak usahakan. Tapi mungkin sore baru bisa pulang. Nanti Budi yang pulang duluan. Kalau kamu pengin jalan-jalan, ajak Budi saja.”

“Budi mana mau…”

“Kalau kamu ingin jalan, bilang sama Bapak, nanti Bapak yang akan memberitahu Budi agar mau mengantarkan kamu.”

“Baik Pak, paling agak siangan, pengin beli batik.”

“Ya, bilang kalau sudah mau berangkat, nanti Bapak yang akan memerintahkan Budi agar mau mengantarkan kamu. Dia tak akan menolak.”

“Baiklah Bapak, Kori mau tidur dulu sebentar, semalam tidur larut, dan tadi pagi-pagi sudah harus bersiap ke bandara.”

“Jangan terlalu capek, ya sudah tidur saja dulu, kalau mau jalan, kabari Bapak ya.”

“Baik Bapak, terima kasih.”

Kori tersenyum senang, lalu diletakkannya ponselnya dan berusaha tidur.

***

Bu Kartomo agak kesal, karena beberapa hari ini suaminya sering pergi malam-malam, dan pulang setelah larut. Pagi hari itu pak Kartomo juga tampaknya sudah bersiap akan pergi lagi, karena bangun lebih pagi dan langsung ke kamar mandi.

Bu Kartomo membawa sapu untuk membersihkan kamar suaminya. Sudah sejak menikahkan Retno, pak Kartomo dan bu Kartomo tidak tidur sekamar. Pak Kartomo lebih suka tidur sendirian di kamar, karena sekarang mempunyai kegemaran merokok. Bu Kartomo kesal karena kamar suaminya selalu berbau rokok.

Ketika menyapu itu tiba-tiba ia melihat selembar uang terjatuh di dekat kolong. Ia mengambilnya dan merasa heran, karena uang itu adalah uang ratusan. Ia mengamati uang itu dan berpikir darimana suaminya mendapatkannya. Tiba-tiba suaminya sudah selesai mandi dan masuk ke dalam kamarnya.

“Apa yang kamu lakukan?” hardik pak Kartomo.

“Aku sedang membersihkan kamar,” katanya sambil mengacungkan uang yang dibawanya.

“Kamu mengambilnya dari saku bajuku?” pak Kartomo melotot.

“Selamanya aku tidak pernah merogoh saku baju atau celama kamu. Ini tadi jatuh disitu dan aku menemukannya.”

Pak Kartomo meraih uang itu dengan kasar.

“Dari mana Bapak mendapatkan uang  itu?”

“Kamu tidak perlu tahu. Memangnya hanya kamu yang bisa mendapatkan uang?”

“Ibu khawatir itu uang yang haram.”

“Haram apa maksudmu? Aku mencuri?” tanyanya dengan mata melotot marah.

“Berjudi ?”

“Bodoh. Sudah jangan banyak tanya. Itu uang halal. Aku bukan penjudi dan bukan pencuri,” katanya sambil mengambil baju dari dalam almari.

Bu Kartomo berjalan keluar kamar. Beribu prasangka memenuhi benaknya. Tentu ia sama sekali tak tahu, bahwa masih banyak lembaran-lembaran serupa yang tersimpan didalam dompet suaminya.

“Aku hanya tak ingin bapak melakukan perbuatan dosa, Berlakulan sederhana seperti adanya, dan jangan berbuat yang tidak wajar,” katanya sebelum menutup pintu kamarnya.

“Dasar bodoh. Aku diberi besanku yang kaya itu. Tapi jangan harap aku mau memberikannya  sama kamu,” gumamnya sambil mengenakan pakaian. Ia lalu menyisir rambutnya dengan rapi. Hari ini dia berjanji akan mengajak tetangganya untuk makan pagi di warungnya yu Semi, janda cantik yang kalau tertawa kelihatan satu gigi emasnya. Tampaknya itu membuat pak Kartomo terpesona.

Bu Kartomo yang sedang menyapu di ruangan lain, heran mencium bau minyak wangi dari kamar suaminya.

“Aku mau pergi dulu,” kata pak Kartomo tiba-tiba. Ia sudah memakai celana hitam yang kemarin dibelinya di pasar, dan kaos merah menyala dengan gambar spiderman. Ia merasa menjadi anak muda kembali, atau kalaupun sudah setengah tua tapi masih tampak keren.

“Baunya wangi bener?”

“Aku baru beli kemarin di toko. Tapi jangan sekali-sekali kamu memakainya. Itu minyak wangi untuk pria.”

“Aku nggak suka pakai minyak wangi. Apalagi minyak wani seperti yang Bapak pakai. Pusing aku. Ya sudah kalau mau pergi, sebelum aku pingsan karena bau wangi yang bikin puyeng,” kata bu Kartomo sambil meneruskan menyapu.

“Dasar orang desa bodoh, bau minyak wangi begini segar kok bisa puyeng,” katanya sambil melangkah keluar. Ia memasukkan kedua tangannya ke saku. Rupanya pak Kartomo menirukan gaya seorang anak muda keren,  seperti yang dilihatnya di televisi. Aduhai.

***

“Bu Retno, saatnya makan siang, Ibu menunggu di ruang makan,” kata Asih ketika memasuki kamar Retno.

“Sebenarnya aku segan, tapi sungkan sama ibu,” kata Retno sambil bangkit dari ranjangnya.

“Ibu hanya sendiri, bu galak itu tidak ikut makan,” terang Asih.

“Baiklah Yu, aku segera ke sana.”

Retno merapikan bajunya, kemudian melangkah keluar, menuju meja makan. Memang benar, bu Siswanto sedang duduk menunggu, sendirian.

“Retno, ayo makan.”

“Ibu kok sendirian?” kata Retno sambil duduk.

“Iya, Kori sudah dipanggil, tapi tidak menjawab. Mungkin tidur. Biar saja nanti makan sendiri.

Retno menyendokkan nasi untuk mertuanya.

“Biar sayurnya aku mengambil sendiri. Baunya sedap. Kata Asih, kamu yang memasaknya.”

“Iya, tadi coba-coba membumbui sendiri, nggak tahu rasanya bagaimana, karena tadi yang melanjutkan yu Asih.”

Bu Siswanto mencicipi sayur yang sudah dituangkan ke piringnya.

“Hm, enak Ret, rasanya pas. Enak sekali.”

“Masa sih Bu? Ibu hanya ingin menyenangkan saya kan?”

“Tidak, ini benar. Ya kan Sih?” kata bu Siswanto sambil memandang Asih yang duduk didekat pintu, disebuah kursi kecil yang selalu didudukinya setiap kali menunggui majikannya makan.

“Ibu tidak bohong. Masakan Bu Retno memang enak sekali,” kata Asih sambil mengacungkan jempolnya.

Retno tersenyum senang.

“Terima kasih Ibu, terima kasih Yu Asih,” kata Retno sambil menyendok makanannya. Ia memang merasa, masakannya enak. Dan itu membuatnya bersemangat.

“Sungguh enak, aku harus makan lebih banyak siang ini.”

“Ibu, kok aku tidak diajak makan sih?” tiba-tiba Kori masuk ke ruang makan, dengan rambut masih acak-acakan.

“Tadi Asih sudah membangunkan kamu, tapi rupanya kamu pulas tertidur,” kata bu Siswanto tanpa menghentikan menyendok makanannya.

“Masa sih? Bener Yu?” tanyanya sambil duduk begitu saja di kursi makan, berseberangan dengan Retno, yang diam tanpa menatapnya.

“Saya sudah teriak-teriak, bahkan mengetuk pintu keras, tapi Bu Kori tak menjawab. Jadi saya pikir ya tidur.

“Ya sudah, kalau mau makan ya makan saja.”

“Apa ini lauknya Yu?” tanya Kori kepada Asih.

“Sayurnya kare. Bu Retno yang memasak.”

Kori sudah mengambil nasinya sendiri, dan menyendok sayurnya.

“Wuah, ini makanan apa? Nggak ada rasanya,” pekiknya setelah menyendok sayur.

Bu Siswanto menatap menantunya kesal. Retno tak memperhatikannya, ia meneruskan makan dan berharap segera menyelesaikannya.

“Makanan begini enak kok dibilang nggak ada rasanya?” tegur bu Siswanto.

“Yu, minta garam sedikit. Bagi aku ini nggak ada rasanya.”

“Sudah ada garam di meja. Ini, kalau mau menambahi,” kata bu Siswanto sambil menyodorkan mangkuk kecil berisi garam yang memang selalu tersedia di meja makan.

Kori mengambilnya sedikit, lalu membubuhkannya di piringnya, lalu tampak dia mengernyitkan bibirnya. Memang sih, masakan sudah pas rasanya, masih ditambahi garam gara-gara ingin mengejek Retno, jadi akhirnya malah ke asinan. Tapi Kori tak mau mengatakannya. Malu mengakui kesalahannya.

“Ibu, bolehkah saya duluan pergi, badan saya agak nggak enak, ingin istirahat saja.”

“Baiklah, kamu kecapekan Retno. Cepat istirahat saja,” kata bu Siswanto sambil tersenyum.

Retno melangkah pergi kembali ke kamarnya.

Kori mencibir.

“Manja !” gerutunya sambil menambah kuah kare di piringnya, karena merasa ke asinan.

“Dia sama sekali tidak manja. Dia rajin dan sangat santun,” kata bu Siswanto sambil meneruskan makan.

Kori mencibir sekali lagi, lalu menyendok sayurnya yang sudah berkurang asinnya. Bu Siswanto mengacuhkannya.

***

Retno berbaring di ranjangnya, memejamkan matanya, mencoba meredam kekesalannya karena kehadiran Kori di rumah itu. Ia bukannya cemburu karena Kori isteri  Sapto, tapi ia kesal dengan setiap ucapan yang dilontarkannya. Kalau mungkin dia ingin membalasnya dengan dampratan yang keras, tapi ia tak ingin menghabiskan tenaga demi mengumbar kemarahannya.

Retno hampir terlelap, ketika tiba-tiba merasakan elusan lembut di pipinya. Ia membuka matanya, dan terbelalak ketika melihat siapa yang datang.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

61 comments:

  1. Replies
    1. Aku di jalan sinyalku Jreeeeng...juara 1

      Delete
    2. This comment has been removed by the author.

      Delete
    3. This comment has been removed by the author.

      Delete
    4. Terima kasih oleh2nya, enak sekali
      ADUHAI jeng Dewi

      Delete
  2. Alhamdulillah...
    Matur nuwun Mbak Tien ... 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah .... terimakasih bunda, iseng2 ngintip ini td

    ReplyDelete
  4. Trimakasiih bu Tien..BM22nyaa...

    Horee tayang sore..👏👏

    Mantu kesayangan pak Siswanto nyebelin bener..😠
    Smoga Sapto bs tegas sm istrinya..

    Salam sehat selalu dan aduhaii bu Tien...🙏🌷
    Mohon maaf tdk bisa gabung acara di Solo..🙏😘

    ReplyDelete
    Replies
    1. Padahal karo silahturahmi ke Delanggu , lho..... Cedak wisan

      Delete
  5. Alhamdulillah,
    Makasih bu Tien, semoga bu Tien sekeluarga sehat selalu.

    ReplyDelete
  6. Matur nuwun mbak Tien-ku, Bukan Milikku tayang sore.
    Makin asyik dibacanya, Sapto 'terjebak' apa tidak ya oleh Kori.
    Nunggu nasib Yudi yang makin dekat dengan Wuri.
    Salam sehat dari Sragentina mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  7. Ma kasih bu Tien bm tayang gasik. Takut g konsentrasi ya, hehehe

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien.
    Selalu sehat wal afiat, bahagia . .

    ReplyDelete
  9. Wow kereeeen bu tien ..tayang gasik maturnuwun bu tien ..salam sehat 👅👍👍👍

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah yg di tunggu2 udah hadir
    Trims Bu. Tien

    ReplyDelete
  11. BM tayang sore bonus... trmksh mb Tien gantinya td mlm menunggu smp ketiduran🤗... smg sore dan mlm ini seterusnya cerah stlh sempat turun hujan sore td ... galabo menunggu ... happy dinner with pctk gathering...🤲😘🌺

    ReplyDelete
  12. Terimakasih bu Tien, yang selalu di tunggu² datang 👍👍

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah.jaga sehat&tetap semangat nggih Mbak.u/hari bahagia ini.Maturnuwun

    ReplyDelete
  14. Alhamdulilah....akhirnya yg ditunggu hadir...suwun bunda Tien...

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah BM hadir.. Matur nuwun ibu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  16. Akhirnya BM 22 tayang juga....BM 23 nti malam ya, bu Tien ? Sehat selalu

    ReplyDelete
  17. Makasih Bunda, baru plg dari Yogya macet maklum malam Minggu
    Plg dari Yogya jam 15.00 sp Solo jam 18.00

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk BMnya
    Sabar ya Retno,,,siapa yg ngelus pipi ya,, mungkin Sapto kah

    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    Salam ADUHAAII 🤗💖

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah BM~22 telah hadir .. maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  21. Akhirnya yg di tunggu hadir.....Maturnuwun bu bu Tien salam sehat selalu

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat malam selamat ber istirahat semoga Bu Tien selalu sehat, selalu dalam perlindungan Allah SWT... Salam aduhai 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  23. 𝐌𝐀𝐓𝐔𝐑 𝐒𝐔𝐖𝐔𝐍 𝐁𝐔 𝐓𝐈𝐄𝐍 𝐀𝐊𝐇𝐈𝐑𝐍𝐘𝐀 𝐁𝐌22 𝐓𝐀𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐆𝐀𝐒𝐈𝐊...𝐒𝐀𝐋𝐀𝐌 𝐒𝐄𝐇𝐀𝐓 𝐒𝐄𝐋𝐀𝐋𝐔 𝐁𝐔𝐀𝐓 𝐁𝐔 𝐓𝐈𝐄𝐍 𝐃𝐀𝐍 𝐊𝐄𝐋𝐔𝐀𝐑𝐆𝐀.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah... tayang gasik sdh kangen lanjutannya. Matur nuwun bu Tien

    ReplyDelete
  25. Matur nuwun Bu Tien. Bukan Milikku sudah tayang. Semoga Bu Tien selalu sehat. Aamiin.

    ReplyDelete
  26. alhamdulillah. sudah tayang
    maturnuwun bu Tien, sehat selalu
    bu aduhai....

    ReplyDelete
  27. Terima ksih cerbung tayang gasik semoga no 23 bosa tayang malam ini menunggu Senin ga sabar.

    ReplyDelete
  28. Maturnuwun, mb Tien. BM dtg gasik.
    Kmrn ngintip trus....
    Tp sebel sama Kori
    Salam manis nan aduhai
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  29. Matursuwun mbak Tien...BM malam ini tayang gasik...
    Alhamdulillah
    Semakin seru...

    Bersabar nggih...besok HR Minggu libur😁

    Selamat berkumpul ria para anggota PCTK...happy happy dan sehat semuaaanya 😍

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yuuks merapat udh di Solo nih mau bertemu ria dengan mbakyu Tienkumalasari yg tercinta, salam aduhaai dari jl Slamet Riyadi, Solo

      Delete
  30. Alhamdulillah..
    trims bunda tien..

    ReplyDelete
  31. Matur tengkiu Mbak Tien .. Salam ADUHAI jangann lupa bahagia

    ReplyDelete
  32. Jebul sampun awit sonten nggih..

    Matur nuwun.buuu

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah maturnuwun Bu Tien 🙏, sehat selalu beserta keluarga,dan semakin ADUHAI ceritanya

    ReplyDelete
  34. Terimakasih bu Tien, semoga ibu selalu sehat..

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah BM 22 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillaah tayang
    Makadih bunda sehat selalu

    ReplyDelete
  37. Alhamdulilah dari kemaren malam sudah tengak tengok eh sekarang muncul. Makasih M Tien moga sehat selalu dan lancar terus

    ReplyDelete
  38. Menanti episode 23.... Ditunggu ya hu Tien... Semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah BM sdh terbit kembali setelah libur 😊...suwun Bu Tien....
    Semoga sehat selalu....Aamiin

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah, suwun bu Tien BM22nya. Suka banget alurnya semakin ADUHI
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah baru ngintip ee ternya kok dah tayang ...terimakasih Bu Tien semoga selalu sehat dan selalu berkarya

    ReplyDelete
  42. Makasih mba Tien.
    Sehat selalu mba. Aduhai

    ReplyDelete
  43. ✍️ ^Pantun utk Bu Tien Kumalasari :
    "Duduk melamun ditepi pantai,
    Memandang langit membiru kelabu...
    Selamat Ultah Bu Tien Kumalasari,
    Karya mu selalu ditunggu para penggemarmu. 🙏

    ReplyDelete
  44. Alhamdulillah sdh smp rmh stlh diberi kesempatan ikut acr jumpa fans pctk di Hotel Loji Solo, 27 Maret 2022... Slm aduhai utk mb Tien yg selalu cantik dan bikin kangen dg cerbungnya.. dan mb Nur'aini nwn sdh dpt tiket pengganti serta slmt jln utk seluruh pctk yg akan kondur ketempat domisili msg2...trmksh juga utk mb Irma lumpianya 👍... terakhir slm seroja utk semuanya🤗

    ReplyDelete
  45. Sugeng ambal warso bu Tien. Mugi pinaringan yuswo kakatun ingkang barokah. Aamiin.... ya Rabb.

    ReplyDelete
  46. Wahyudi
    Terima kasih cerbungnya bu Tien Kumalasari

    ReplyDelete
  47. Assalamualaikim wrwb
    Aduhai..
    Susah sekali masuk..����

    ReplyDelete
  48. Hore,, alhamdulilah busa masuk
    Lagi,,🤲🤲

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 40

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  40 (Tien Kumalasari)   Listyo terpana. Bukankah Dewi menyebut nama Satria? Bukankah Satria mengatakan bahw...