Tuesday, December 7, 2021

MELANI KEKASIHKU 44

 

MELANI KEKASIHKU  44

(Tien Kumalasari)

 

“Ayunan... ayunan...” Anindita berteriak riang, lalu duduk diatas ayunan dengan wajah berseri.

Anggoro setengah berlari mengejarnya, lalu mengayun ayunan itu pelan.

Melani melihatnya terharu. Ia kemudian duduk disebuah bangku yang ada dibawah pohon, diikuti Simbok dan Bibik.

Anindita tampak menikmati ayunan lembut itu. Tiba-tiba sesuatu melintas di kepalanya. Saat ayunan tiba-tiba menjadi cepat, lalu dia berteriak-teriak ketakutan.

“Jangaaan mas... jangaaan mas, pelan-pelan saja.. aku takut maaas..”

Tapi Anindita merasa ayunan itu berayun sangat pelan dan lembut. Iapun tersenyum.

“Mau lebih cepat ?” kata Anggoro menggoda.

“Jangan mas, aku takut...” pekiknya.

“Baiklah, ini pelan bukan ?”

Anindita mengangguk-angguk senang, ia mengangkat kedua kakinya dan membiarkan gaunnya melambai menyentuh tanah.

Bibik menatap rumah yang belum mereka masuki, kagum karena rumah itu persis dengan rumah lamanya sebelum mereka berpisah.

“Bapak sungguh luar biasa. Ini persis dengan rumah yang di Jakarta. Warnanya dan tatanan luarnya, termasuk ayunan itu. Entah bagaimana bagian dalamnya,”  kata Bibik yang membuat Melani kagum. Ayahnya telah membuat sesuatu yang semoga bisa membuat ingatan ibunya benar-benar menjadi pulih.

“Bik, ajak Melani masuk kedalam. Lihatlah, apa ada yang kurang dari tatanan rumah dan perabot yang aku siapkan,” perintah Anggoro kepada Bibik.

Bibik langsung berdiri sambil menarik tangan simbok. Melani mengikutinya dari belakang.

“Ya Tuhan. Benar-benar seperti pulang ke rumah. Bu Dita pasti senang,” gumam Bibik ketika memasuki ruangan. Bahkan semua perabotan persis seperti milik keluarga Anggoro sebelumnya. Ia membuka sebuah kamar.

“Aduh, ini kamar bapak sama ibu Dita... persis sebelumnya. Tatanannya, luasnya, perabotnya. Bukan main nak Melan,” kata Bibik sambil memeluk Melani.

Lalu Bibik mengajak mereka memasuki kamar disebelahnya. Ada box bayi disana. Dan tempat tidur yang besar, kalau Anindita atau Bibik sedang menemani si baby tidur.

“Apakah ini kamar bayi kecil Melani?” tanya Melani.

“Benar nak, ini kamarmu.”

“Ya Tuhan, punya kamar sebagus ini, lalu bersama Simbok menempati sebuah gubug,” keluh Simbok terharu.

Melani memeluk pundak Simbok.

“Biarpun gubug, tapi Melani bahagia besar  bersama Simbok.”

Simbok mengusap air matanya.

Lalu mereka memasuki sebuah kamar lagi.

“Ya ampun, ini kamar Bibik. Persis seperti dulu. Bapak telah membuat semuanya sama. Tapi ada tambahan satu kamar didekat kamar tamu. Pasti itu kamar untuk Simbok. Ayo kita melihatnya,” kata Bibik sambil mengajak mereka melihat-lihat semuanya.

“Mengapa aku diberikan kamar sebagus ini? Bukan, tidak apa-apa kalau aku harus tidur di dapur,” kata Simbok masih dengan linangan air mata.

“Tidak Mbok, itu memang kamar untuk Simbok,” tiba-tiba Anggoro muncul mengikuti Anindita yang lelah berayun, lalu memasuki rumahnya.

“Terimakasih Pak, ini terlalu baik untuk saya.”

“Itu untuk Simboknya anakku, dan tidak boleh dibantah. Besok semua sudah harus pindah ke rumah ini,” kata Anggoro tegas.

Anindita dengan langkah ringan memasuki kamarnya, seperti pulang ke rumah sendiri.

“Bukankah ini kamarku?” tanya Anindita.

“Tentu Dita, ini kamar kamu. Kamu tidak lupa kan?”

“Aku mencium bau cat..”

“Oh, iya, kemarin aku mengecat semuanya supaya kelihatan bersih. Tapi bau catnya harum kan?”

Anindita mengangguk. Ia keluar dari kamar dan memasuki kamar Melani. Tak ada yang berubah disana.

“Melani, bayi kecilku sudah besar. Tempat kamu tidur tidak akan cukup lagi,” kata Anindita sambil mengelus box bayi yang masih teretak dikamar dengan posisi seperti sebelumnya.

“Karena bayi kecil kita sudah besar, nanti aku suruh orang untuk mengeluarkannya, supaya Melani tidur lebih nyaman.”

“Kakinya sudah panjang. Coba kamu tidur, apakah ranjang itu cukup untuk kamu?” perintah Anindita.

Melani tertawa, lalu membaringkan tubuhnya di ranjang.

“Ya, itu ranjang untuk kamu sekarang. Tapi jadi sempit kalau aku tidur disamping kamu,” keluh Anindita.

“Ibu, nanti Melani akan tidur disini. Bukankah ibu punya kamar sendiri?”

“Iya, benar... bagaimana kalau kamu rewel?”

“Melani sudah besar, tidak akan rewel lagi, Bu.”

“Bagus. Bibik tidak akan repot lagi,” kata Anindita yang kemudian duduk di ruang tengah, dimana Anggoro sedang menyalakan televisi.

“Bibik, aku haus..”

Bibi segera pergi ke dapur, diikuti Simbok. Dengan takjub Bibik melihat sudah ada persediaan untuk membuat minuman apapun disana, termasuk coklat dan cucu kesukaan majikannya. Ada termos yang sudah berisi air panas.

“Ya Tuhan, kapan bapak mempersiapkan semua ini? Semua perabotan dapur lengkap.”

Simbok membantu Bibik membuat coklat susu untuk semuanya, yang segera dihidangkan di meja, di depan Anindita duduk bersama Anggoro.

“Ini minumnya untuk bu Dita, untuk bapak, dan untuk nak Melan.”

“Terimakasih Bik, untuk Bibik sama Simbok juga kan?” kata Melani yang ikut duduk bersama ayah ibunya.

“Sudah nak, Bibik sama Simbok tidak suka susu. Kami sudah membuat teh.”

“Ada camilan di kulkas Bik, dan buah juga. Lakukan seperti dulu kamu melakukannya.”

“Baiklah pak, saya mengerti.”

“Sebentar lagi aku mau mandi,” kata Anindita.

“Bik, tolong Bibik siapkan baju ganti untuk bu Dita.”

Bibik tampak bingung, karena tadi sama sekali tidak membawa baju ganti.

“Di almari seperti biasa bik,” kata Anggoro.

Bibik masuk kedalam kamar dengan heran. Ia membuka salah satu almari, tapi almari itu terkunci. Lalu ia membuka yang satunya lagi, dan matanya terbelalak. Almari itu sudah penuh dengan pakaian, bahkan sampai pakaian dalam sudah ada. Ada almari yang lebih kecil, tempat menyimpan handuk dan selimut.

“Bukan main majikanku ini. Orang baik yang sebenarnya penuh cinta kasih kepada isterinya.  Ya Tuhan, ada iblis yang merusak semuanya sehingga seperti ini. Tapi aku bersyukur mereka sudah berkumpul kembali, semoga semuanya segera menjadi baik, kembali seperti dulu,” gumam Bibik sambil mengambil baju ganti untuk Anindita. Lalu dia membuka  almari  kecil, dan mengambil handuk disana.

“Bu, semuanya sudah Bibik siapkan, kalau Ibu mau mandi.”

Anindita mengangguk, sambil menghabiskan sisa coklat susunya. Semuanya seperti tampak biasa bagi Anindita, karena ia mengenal dengan baik rumah lamanya.

Tapi ketika mandi, Anindita berteriak, karena bajunya seperti bukan milik lamanya. Untunglah Bibik menunggu diluar kamar mandi, dan Anggoro sudah mengajarinya untuk menjawab, apabila Anindita merasa asing dengan bajunya.

“Apa ini bajuku ?” kata Anindita sambil keluar dari kamar mandi.

“Oh, iya bu, kemarin bapak mengambil semua baju-baju ibu yang sudah lama, untuk dibagikan kepada orang-orang yang kurang mampu. Kasihan mereka, kata bapak. Lalu bapak menggantinya dengan yang baru.”

“Kasihan mereka..”

“Iya, kan baju-baju bu Dita banyak yang sudah lama. Coba lihat, itu semua baju bu Dita yang baru,” kata bibik sambil menunjuk ke arah almari.

Anindita membukanya.

“Baru semua?”

“Baru semua. Karena bapak merasa kasihan kepada mereka.”

Anindita mengangguk, lalu duduk didepan kaca, menyisir rambutnya, menatap wajahnya yang tampak asing.

“Bibik bantu menyisir ya.”

Anindita mengangguk. Lalu Bibik membantu menyisir rambut Anindita yang panjang terurai. Sudah ada beberapa helai yang memutih. Bibik sudah sering melakukannya, saat Anindita masih bersamanya, karena Anindita tak pernah bisa merawat dirinya sendiri.

***

 “Aku senang. Mereka sudah sehari dirumah barunya,” kata Panji kepada isterinya.

“Aduh, aku malah belum kesana sendiri. Mas sudah melihat rumah itu kan?”

“Sudah, waktu rumah itu belum ditempati. Luar biasa Anggoro. Dia menciptakan rumah dan isinya, agar isterinya segera bisa mengingat masa lalunya. Dia bahkan mengisi almari Anindita dengan baju-baju, agar dia tak merasa aneh kalau melihat almarinya kosong.”

“Besok aku mau kesana mas, kalau mas bisa pulang saat makan siang, kita kesana bareng-bareng. Barangkali kita bisa makan disana rame-rame.”

“Nanti akan aku usahakan, sebelum saat istirahat aku pulang lebih dulu.”

“Bagus mas, besok aku mau masak biar bisa makan siang bersama.”

“Aku ingin tahu, bagaimana ya kesan Anindita atas rumah itu?” lanjut Maruti.

“Anggoro belum pulang kemari, barangkali dia masih sibuk membenahi yang kira-kira kurang sempurna.”

“Aku senang sekali mas, adikku sudah kembali, walaupun belum sepenuhnya dia sembuh. Tapi dia sudah mengingat aku dengan baik. Dia selalu bilang, ‘Maruti kakakku’. Itu luar biasa.”

“Ini gara-gara Melani yang cerdik dan berhasil menuntun ibunya ke arah masa sekarang, dan bukan tenggelam di masa lalu.”

“Akhirnya semua melegakan. Sekarang aku mau tidur, supaya besok bisa bangun lebih pagi dan menyiapkan masakan untuk keluarga Anggoro. Duh, lebih ramai karena ada tambahan Simbok ya mas.”

“Iya, Simbok mendapat kamar didekat kamar tamu. Besok kamu akan bisa melihat, ya seperti itulah rumah mereka di Jakarta sebelum berpisah.”

“Anggoro hebat. Sayangnya dulu dia terlalu cepat mempercayai bujukan setan. Terburu nafsu karena sangat cemburu,”

“Ini sebuah perjalanan hidup, apapun harus kita jalani dan kita syukuri. Kita harus percaya bahwa dunia terus berputar. Yang baik akan mendapat kebaikan, yang jahat akan mendapat hukuman. Tapi aku sangat prihatin, mungkinkah Sasa tidak terpengaruh oleh nasib ibunya yang meringkuk dalam penjara?”

“Entahlah, semoga saja tidak. Kan dia sudah tidak pernah bersama ibunya sejak kecil. Semoga dia baik-baik saja.”

***

Hari itu semua orang sibuk menata kamar masing-masing, setelah membawa barang-barang mereka dari rumah lama Bibik. Anindita tak begitu terpengaruh oleh suasana barunya, karena mengira dia pulang ke rumahnya sendiri.

Pagi itu dia asyik berayun di ayunan, sambil menatap bunga-bunga cantik yang bermekaran di sekelilingnya.

Simbok sibuk menata dapur dan mempersiapkan semuanya karena sebentar lagi Bibik yang pergi ke pasar akan mengajaknya memasak bersama.

Sambil berayun itu, beberapa kejadian melintas di kepala Anindita. Ada banyak yang diingatnya. Tentang bayinya yang dia sadari bahwa sekarang sudah besar, Lalu ada suami yang sejak kemarin mengayunkan ayunan saat dia duduk disitu.

“Kenapa sekarang dia tidak ada?” pikirnya

Sebenarnya Anggoro sudah berpamitan tadi, cuma saja Anindita kurang memperhatikannya.

Bibik yang datang dengan membawa belanjaan, senang melihat Anindita berayun di ayunan sendirian.

“Kamu dari mana ?”

“Dari belanja bu. Ibu tadi bilang mau dimasakin pepes dan sayur bobor kan?”

“Iya, kelapanya harus muda itu, jangan yang tua.”

“Iya bu, sudah. Seperti pesan ibu, kelapanya agak muda. Kalau ketuaan nanti kasar di mulut.”

“Iya, kamu pintar. Awas jangan ke asinan nanti dikira kamu pengin kawin,” kata Anindita  sambil tersenyum.

Bibik tertawa kecil. Selalu itu yang dikatakan majikannya setiap berpesan untuk memasak sesuatu.

“Bibik ke belakang dulu. Kalau ibu butuh sesuatu, panggil Bibik ya.”

“Ya. Masak yang enak. Melani sedang mandi, ingatkan agar jangan lama-lama berendamnya, nanti masuk angin.”

“Baiklah,” kata Bibik sambil berlalu.

Anindita mengayunkan sendiri ayunan itu, perlahan.  Tiba-tiba dia sangat mengharapkan kedatangan suaminya. Ada sesuatu yang terasa manis ketika ayunan itu digerakkan oleh tangan kekarnya.

“Mengapa dia perginya lama? Kemana dia?”

Tiba-tiba rasa kesal mulai merayapi hatinya. Kakinya lelah mengayun, Ia ingin berdiri dan masuk kedalam rumah, ketika sebuah mobil memasuki halaman.

Anindita urung melangkah. Dilihatnya Anggoro turun dari mobil, dengan membawa amplop coklat yang agak besar.

Mata Anindita terbelalak. Sesuatu yang buruk melintas. Anggoro datang membawa amplop berisi foto-foto dirinya, lalu marah-marah tak terkendali.

Anindita berlari masuk kedalam rumah sambil menangis. Bibik yang masih berada didapur menghambur keluar dengan terkejut.

“Bibik... bibik.. tolonglah.. jangan biarkan dia mengusir kita.. “ tangisnya sambil memeluk Bibik.

“Siapa yang akan mengusir kita Bu?”

“Aku tidak melakukannya. Sungguh aku tidak melakukannya.. katakan .. aku tidak melakukannya..” katanya sambil memeluk semakin erat.

Bibik terpana. Dari luar dilihatnya Anggoro memasuki rumah sambil membawa sebuah amplop besar berwarna coklat.

***

Besok lagi ya

105 comments:

  1. Replies
    1. Mba Wahyu juara.. horreeeey..
      Terimakasih bunda Tien sayang.. smg sehat sll dan terus berkarya utk kami penggemar setiamu.. salam cinta dan penuh Aduhaaaai ❤️😘🙏

      Delete
    2. Selamat jeng Wahyu Istiqomah, menjadi juara 1 balapan
      menyongsong eMKa_44. Lamongan aman? Gak banjir???

      Matur nuwun bu Tien, sugeng dalu. Salam sehat dan tetap ADUHAI menghibur penggemarnya.

      Delete
    3. Ah seperti biasa. Beliau2 ini selalu comment teratas. Terima kasih bu Tien, amplop coklat...dokumem pengusiran ya....?

      Delete
  2. Assalamualaikum wrwb ,,
    Aduhai mbak Tien trrima kasih sudah mbawa Melani ke rumah saya ,, salam sehat aduhai dari Kuta Bali,,🥰🥰

    ReplyDelete
  3. Makasih Bunda
    Luarbiasa sore2 dah tayang.Makasih Bunda.
    Met malam dan met istirahat Bunda

    ReplyDelete
  4. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah...
      Yang ditunggu tunggu telah hadir
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap

      Delete
  5. Matur nuwun Bu Tien. Semoga Ibu sekeluarga selalu sehat penuh barakah, aamiin

    ReplyDelete
  6. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,

    ReplyDelete
  7. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  8. Baru ini bisa masuk 15 besar..😂😂
    Salam sehat Bu Tien 😘

    ReplyDelete
  9. Maturnuwun mb Tien. Salam sehat.
    Yuli Suryo
    Semarang

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah, terima kasih bu tien smg bu tien sekeluarga sll sehat. Salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  11. Sami2 ibu Yuli
    Salam Aduhai nan sehat

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah, terima kasih mbak Tien, salam sehat sejahtera...

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah, suwun mb Tien

    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah,Melani..Aduhai sekali
    Terima kasih Bu Tien,senantiasa sehat..Aamiin.

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah
    Terima kasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    ReplyDelete
  17. Horeee... MK 44 sdh tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga sehat & bahagia selalu
    Salam aduhaii... 🙏🙏❤

    ReplyDelete
  18. 𝑨𝒑𝒂𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒚𝒈 𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 𝒑𝒂𝒅𝒂 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂...𝒌𝒐𝒌 𝒕𝒊𝒃𝒂2 𝒕𝒊𝒅𝒂𝒌 𝒎𝒂𝒖 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒊 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒓𝒐..??

    𝑷𝒂𝒅𝒂𝒉𝒂𝒍 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒓𝒐 𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒂𝒎𝒑𝒍𝒐𝒑 𝒄𝒐𝒌𝒍𝒂𝒕 𝒊𝒔𝒊𝒏𝒚𝒂 𝑺𝒆𝒓𝒕𝒊𝒇𝒊𝒌𝒂𝒕 𝑻𝒂𝒏𝒂𝒉 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒐𝒏𝒕𝒓𝒂𝒌 𝒑𝒆𝒎𝒃𝒆𝒍𝒊𝒂𝒏 𝒓𝒖𝒎𝒂𝒉 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒓𝒖...𝒉𝒆..𝒉𝒆.

    𝑲𝒊𝒕𝒂 𝒕𝒖𝒏𝒈𝒈𝒖 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝒌𝒆𝒍𝒂𝒏𝒋𝒖𝒕𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝒅𝒂𝒓𝒊 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝑨𝑫𝑼𝑯𝑨𝑰.

    𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒖𝒂𝒕 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂...𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨...🙏🙏🙏👍👍👍

    ReplyDelete
  19. Terima kasih Bu Tien... Melani sudah hadir. Sehat selalu Bu Tien... amin

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah Melani sudah hadir, maturnuwun bu Tien, semoga tetap sehat dan semangat.. aamiin 🤲

    ReplyDelete
  21. Wuah gasik temen mbakyu suwun² injih salam aduhaaai dari Cibubur mau kopdar besok dirumah Sis

    ReplyDelete
  22. Terima kasih Bu Tien semoga selalu sehat dan tetap semangat, salam aduhai dari pasuruan

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah MELANI teko gasik
    Salam sehat selalu mbak Tien yang selalu ADUHAI

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah sudah tayang
    Terima kasih bu Tien

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillaah dah tayang
    Salam sehat dan salam aduhai

    ReplyDelete
  27. Trmksh mb Tien MK 43 sdh hadir.. slm seroja utk mb Tien dan kita semua para pctk🤲🙏

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah MK 44 nya sudah hadir terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  29. Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah sampai di alamat.
    Sebentar lagi Dita sudah normal kembali. Ndang mantu ...
    Salam sehat selalu mbak Tien, tetap ADUHAI.

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah. Matur nuwun. Salam sehat kagem Ibu.🙏👍

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat beristirahat semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  32. Alhamdullilah bunda Tien.. MK 44 sdh tayang.. Slmtmlm dan slm sehat sll dri skbmi.. 🥰🥰

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah MK 44 sudah tayang sebelum tidur. terima kasih bu Tien sudah menyajikan cerita yang sarat akan makna kehidupan. Anindita merasa di rumah lamanya..sayangnya gara gara Anggoro bawa amplop coklat yang tentunya bukan foto foto yang di rekayasa Santi maka Dita jadi ketakutan diusir. akankah besok Melani bisa menenangkan ibunya..?Semoga saja. aamiin. Salam sehat dan semangat berkarya untuk penggemar

    ReplyDelete
  34. Wow..Bu cantik memang Top markotop bisa mengembalikan orang yang lupa ingatan hem.. salam sehat selalu Bu cantik Amin YRA 🙏 mr wien

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah MK Eps 44 sudah hadir.
    Matur nuwun mBak Tien Kumalasari, salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  36. Waah... makin asyiik trs ceritanya,... semoga anin sembuh.... trmkash Mbu Tien....

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien
    Srmoga bunda Tien selalu sehat
    Salam srhat dan aduhai

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah MK44 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  39. Anggoro memang luar biasa, dia bisa menciptakan suasana seperti dulu lagi sebelum huru hara menerpanya.
    Siapa orangnya yg tidak menjadi gila, suasana seperti itu tiba" dihempas oleh si iblis Santi yg tidak berperi kemanusiaan
    Tapi sekarang semua sdh kembali,smg tidak ada lagi yg mengusiknya.
    Smg Melani bahagia bersama Abi.
    Sasa bahagia bersama Andra.Apa yg terjadi thd ibu kandungnya moga tidak nempengaruhi psikologisnya Sasa.
    Yg penting happy ending nggih bu Tien.
    Smg bu Tien sekeluarga sehat sll
    Salam aduhai dari Bojonegoro.

    ReplyDelete
  40. Maturnuwun mbak Tien..MK44nya..

    Duuh..rasanya spt ikut melihat rmh baru Anggoro yg persis rmh lama di Jkt..dan pastinya ck ck ck...kagum..👍👍👍
    Perjuangan suami utk mendapatkan cinta sang istri kembali...semoga Dita segra pulih ingatan..Melani pasti bs menerangkan bhw amplop yg dibawa ayahnya bukan amplop yg dulu..ternyata foto pengantin mrk biar Dita full ingatannya pd Anggoro.. (ngarang dewe)..hehe..😁

    Eeh..besok lagiiii...

    Salam sehat dan aduhaii sekali mbak Tien..🙏😘🌹

    ReplyDelete
  41. Matur nuwun... Mbak Tien! Anggoro kan berpisah dg Dita seumur Melani apakah mereka msh sah suami isteri atau bercerai? Mengingat Anggoro jg menikah dg dr Santi. Apakah ada proses nikah ulang antara Anggoro dan Anindita. Bagaimana komen mbak Tien?

    ReplyDelete
  42. Alhamdulillah, terimakasih Bu Tien...
    Salam sehat selalu....🙏

    ReplyDelete
  43. Makasih mba Tien.
    Jangan sampai Dita kambuh lagi sakitnya.
    Salam hangat selalu aduhai

    ReplyDelete
  44. Menyembuhkan trauma masa lalu, memang susah yah. Mudah²an anin segera pulih dgn datangnya Maruti kerumah.
    Terima kasih mbak Tien cerbung nya. Semoga mbak Tien sehat²selalu.

    ReplyDelete
  45. 𝘛𝘦𝘳𝘪𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘮𝘣𝘢𝘬 𝘛𝘪𝘦𝘯

    ReplyDelete
  46. Maturnuwun bu Tien, mugi2 panjenengsn tansah pinaringan kesarasan.

    ReplyDelete
  47. Seneng nya rona bahagia membuncah
    angan kebersamaan nampak didepan mata,
    kenangan indah jadi nyata.

    Anggoro berhasil mengumpulkan anggota keluarganya yang sempat terpisah berjauhan membuat Anin tertekan hampir tidak bisa mengontrol diri, ada bibik Asih yang mendampingi penuh rasa sayang.
    Duplikasi rumah yang pernah mereka huni dan hidup bahagia ingin segera diwujudkannya
    Semoga mempercepat kesembuhan ibunya Melani.

    Wow beda juga ya..
    kelihatan pulang bawa amplop coklat langsung samber
    terbayang lembaran² bernuansa merah di dalam nya.
    Teringat selalu akan senyum mu ingin ku bertemu

    ADUHAI

    Ini Anin malah masih terbayang di bentak² memelas temen, bonus di usir lagi, peka sekali kalau ketemu benda amplop cokelat
    Kenangan yang membuat suasana hati berbeda


    Terimakasih Bu Tien,
    Melani Kekasihku yang ke empat puluh empat sudah tayang.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  48. 😭....

    Matur nuwun bunda Tien...🙏

    ReplyDelete
  49. Salam aduhai.
    Anindita berteriak ketakutan dan berlari saat melihat kedatangan Anggoro. Kasihan Anindita meskipun tampak sehat pada penampilannya tapi masih ada sisa trauma masa lalu. Terpicu atas kedatangan Anggoro yang membawa sesuatu menyebabkan muncul kembali ingatan buruk masa lalunya.
    Semoga lekas teratasi. Salam sehat dan bahagiabak Tien. MK 44

    ReplyDelete
  50. Sami2 Nanang
    Kemarin kok nggak ada?

    ReplyDelete
  51. Assalamualaikum wr wb. Mhn maaf Bu Tien, saya sdh empat episode tdk mengikuti, krn kesehatan sedikit terganggu. Alhamdulillah pagi ini sdh sehat kembali dan bisa menggeber baca empat episode sekaligus. Bersyukur Anindita sdh bisa kembali sehat, walaupun kadang msh sedikit trauma. Salut kpd Bu Tien yg begitu cerdas berfungsi sebagai psikolog, yg mampu membawa Anindita yg traumatis kpd kehidupan yg nyata, semoga di episode berikutnya, Anindita sdh bisa mulai menikmati kehidupan yg nyata yg tdk menggoncangjan kondisi psikologisnya. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya mengharukan tapi enak diikuti. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
      Pak Mashudi sakit apa? Tapi alhamdulillah kalau sudah membaik. Semoga selalu sehat.
      Aamiin Allahumma Aamiin

      Delete
  52. Trims bu tien....
    Sehat selalu beserta keluarga

    ReplyDelete
  53. Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
    Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien MK 44 nya,,,👍

    Sehat wal'afiat semua ya bu Tien & Salam ADUHAAII 🤗🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
      Sami2 ibu Ika.
      Aamiin

      Delete
  54. Ucapan terimakasih & penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada :

    1. Ibu Rosen Rina (blogger);
    2. Ibu Nina Setianingsih (blogger/PCTK);
    3. Ibu Enny Rose (blogger);
    4. Ibu Yati Sri Budiarti (blogger);
    5. Ibu Farida Zubir (blogger;
    6. Bpk Troeno Danardana (blogger);
    7. Ibu Yetty Srijeti (blogger);
    8. Ibu Maria Christina (bu Sukardi) blogger;
    9. Ibu Idayati, (blogger);
    10. Ibu Dartini Dunak (blogger);
    11. Ibu Siti Munawaroh, (blogger);
    12. Ibu Endah Priyambodo Bojonegoro;
    13. Ibu Indiyah Murwani, (blogger/PCTK);
    14. Ibu Endah RS, (blogger);
    15. Muhanik, (blogger);
    16. Bpk. Suyanto Priyambodo (blogger);
    17. Ibu Sapti Maini (blogger);

    Yang telah memberikan donasinya untuk biaya perbaikan LAPTOP ACER BU TIEN (Cinderamata dari WAG PCTK) yang terbakar mainboardnya & ganti kabel fleksibel.
    Semoga Allah mengganti dengan rezeki yang lebih banyak dan barokah.
    Aamiin ya Robbal'Alamiin.

    ReplyDelete
  55. Loo kenapa yaa Anindita trauma dgn amplop coklat...siang Bu Tien

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...