MELANI KEKASIHKU 45
(Tien Kumalasari)
“Katakan Bik, aku tidak mungkin melakukannya bukan? Jangan biarkan dia mengusir aku Bik.. kasihan bayi kecilku...” ratap Anindita sambil memeluk Bibik.
“Bu Dita, tenanglah, tak ada yang akan mengusir kita..”
“Ada apa?” tanya Anggoro heran. Ia meletakkan map coklat itu di meja, kemudian mendekati isterinya.
“Ini Pak, tiba-tiba bu Dita menangis.. minta agar jangan diusir, Bibik bingung..”
“Dita, ada apa?” Anggoro menepuk bahu isterinya, tapi Anindita justru berteriak sambil membanting-banting kakinya.
“Tidaak... bohong itu... bohooong... aku tidak melakukannya. Jangan mengusirku.. itu bukan aku... itu bukan akuuuuu....”
“Dita... aku tidak mungkin mengusir kamu.”
“Bohoong... mengapa kamu bawa lagi foto-foto itu? Itu bukan aku... bukaaaan...” teriaknya.
Melani yang baru saja selesai mandi ikut keluar, mendekati ibunya.
“Ibu... apa yang terjadi..?”
“Bayi kecilku... bayi kecilku... dia mengusir kita...”
Melani menoleh kearah bapaknya, yang agaknya mulai mengerti mengapa hal itu bisa terjadi. Rupanya Anindita masih teringat saat dirinya membawa sebuah map berwarna coklat dan berisi foto-foto yang sengaja dibuat oleh Santi untuk memfitnah dirinya.
“Tidak sayang, aku tidak akan mengusir kamu. Apa karena ini ?” Anggoro mengambil amplop itu dan ditunjukkannya kepada Anindita.
Anindita menjerit semakin keras.
“Itu bukan aku... bukaaan... bukan aku....”
Anggoro dengan sabar membuka amplop itu dan membukanya. Sebuah foto sepasang pengantin. Anggoro dan Anindita.
“Dita sayang, ini foto kita ketika menikah... lihat baik-baik..”
Anindita melirik kearah foto itu dan matanya terbelalak memandang. Ia mengusap air matanya.
“Ini aku bukan?”
“Tentu saja. Itu foto kamu, dan aku, saat menikah. Satu lagi, ini saat kita bulan madu ke Bali,” kata Anggoro sambil menunjukkan lagi sebuah foto, dua-duanya berukuran besar, tapi yang satunya berukuran lebih kecil.
“Ini aku...”
Anggoro mengangguk sambil tersenyum...
“Yang itu bukan aku... sungguh...” Anindita ingin menangis lagi.
“Jangan mengusir aku..” lanjutnya.
“Tidak mungkin aku mengusir kamu. Mana lagi? Lihat, ini semua foto-foto kita saat hari bahagia kita Dita...”
Dita memegang amplop coklat itu, dan tak menemukan lagi foto apapun disana.
“Aku baru saja memperbesarnya, dan di mobil sudah ada bingkai untuk memasang ini, nanti kita pasang di sudut ruangan ya?” kata Anggoro yang kemudian kembali ke mobil.
Saat mengambil bingkai itulah mobil Panji memasuki halaman. Panji dan Maruti turun lalu mendekati Anggoro.
“Sedang apa?”
Anggoro tersenyum.
“Baru saja hampir terjadi sesuatu yang heboh,” katanya sambil mengambil sebuah bingkai kayu yang lumayan besar. Tanpa diminta Panji membantunya.
“Heboh bagaimana ?” tanya Maruti.
“Baru saja aku datang, membawa amplop coklat berisi foto kami saat menikah, Dita menjerit-jerit ketakutan. Rupanya dia trauma ketika aku membawa foto-foto buatan Santi untuk memfitnahnya waktu itu.”
“Ya Tuhan, masih teringat dia?” kata Panji.
“Kejadian itu rupanya sangat membekas dan meninggalkan trauma. Aku merasa lebih berdosa karenanya,” kata Anggoro pilu.
“Lalu sekarang bagaimana ?” tanya Maruti khawatir.
“Dia sudah tenang, ketika aku mengeluarkan fotonya. Itu foto kami saat menikah dan saat bulan madu.
“Ah , syukurlah, aku masuk dulu ya?” kata Maruti yang segera melangkah masuk, meninggalkan Panji yang sedang membantu Anggoro membawa bingkai besar yang ada kaki-kakinya.
“Ini bagus dipasang di sudut ruangan.”
“Benar mas, aku sedikit terlambat memikirkannya. Kalau saja aku memasangnya sebelum dia datang, pasti tak akan membuat dia menjerit-jerit seperti tadi.”
“Ya, sudahlah, semuanya adalah proses. Proses menuju kesembuhan yang lebih sempurna. Semoga semuanya segera membaik,” hibur Panji.
***
Ketika Maruti masuk, dilihatnya Anindita sedang memandangi foto-foto dirinya bersama suaminya, berganti-ganti, sedangkan Melani menatapnya sambil tersenyum senang.
“Aduuh, yang cantik itu siapa yaaa..?” kata Maruti sambil mendekat.
“Maruti kakakku?” kata Anindita pelan.
“Tentu Dita, aku adalah kakakmu. Siapa yang cantik itu?” kata Maruti sambil menunjuk ke arah foto yang dipegang erat oleh Anindita.
“Ini benar-benar aku.”
“Duuuh, cantiknya, sama siapa tuh ?” tanya Maruti menggoda.
“Ini suami aku. Dia tidak mengusir aku...”
“Tentu saja tidak Dita. Suami kamu sangat mencintai kamu.”
Anindita mengangguk. Lalu dilihatnya Panji dan Anggoro menggotong bingkai besar.
“Melan, tolong singkirkan meja disudut itu, bingkai ini akan aku letakkan disitu.
“Baiklah Pak.”
Melani berteriak memanggil Bibik untuk membantu memindahkan meja. Kecil sebenarnya, tapi karena dibuat dari kayu pilihan jadi terasa berat. Mereka hanya menggesernya sedikit.
Lalu Panji mengambil kaca yang masih tertinggal di luar.
“Untunglah mas Panji datang, jadi bisa membantu aku.”
“Dita, foto pengantin ini akan dipasang disana oleh suami kamu,” kata Maruti.
“Disana ?”
“Ya, pasti kelihatan indah, dan kamu bisa memandanginya dari kejauhan.”
“Iya.”
Anggoro mendekat, mengambil satu foto pengantin dirinya yang masih dipegang Anindita.
“Ini dipasang disana ya?”
Anindita mengulurkan foto-foto itu.
Mereka menunggu Anggoro dan Panji yang sibuk memasang foto itu. Anindita terus memandanginya, sampai pekerjaan itu selesai.
“Selesai....” pekik Panji gembira.
Foto itu tampak begitu megah terletak di sudut ruangan.
Anindita tersenyum senang. Pandangannya tak pernah beralih dari foto yang sudah dipasang.
“Adikku cantik sekali, suaminya ganteng sekali... duuuh...” puji Maruti berkali-kali.
“Dia baik.. tidak mengusir aku..”
“Mana mungkin mengusir isteri yang dicintainya? Kamu harus bahagia Dita, ada suami dan bayi kecilmu yang sudah besar, mereka akan terus bersamamu, bahagia bersamamu.”
“Bayi kecilku sudah besar, tak mau lagi tidur bersamaku.”
“Iya Dita, karena sudah besar, dia lebih suka tidur sendiri.”
“Dia tidak ngompol...”
Melani tertawa.
“Ibu, bayi yang sudah besar tidak akan mengompol,”
“Bau apa ini? Bibik masak apa ya..?” celetuk Maruti tiba-tiba, karena mencium bau masakan.
“Bibik masak pepes. Beri tahu jangan keasinan, nanti dikira minta kawin..” kata Anindita sambil menuding ke arah dapur.
“Iya, nanti aku kasih tahu. Ini aku juga bawa lauk, nanti kita makan bersama-sama, biar ramai,” kata Maruti sambil membawa bungkusan rantang yang dibawanya.
“Biar Melani saja yang menata, Bude. Bude duduk saja disini menemani Ibu,” kata Melani sambil meminta tentengan yang dibawa Maruti.
***
“Tumben kamu makan siang di rumah Bi,” tanya pak Cokro saat Abi pulang untuk makan siang bersama ayah ibunya.
“Iya, cuma mau mengingatkan Bapak sama Ibu.”
“Mengingatkan apa?”
“Kapan mau melamar Melani?”
“Lhah, Bapak sama Ibu justru menunggu kamu. Sekarang malah nanya,” kata bu Cokro.
“Mereka sudah pindah dirumah mereka sendiri, jadi silahkan saja, kapan Bapak sama Ibu mau kesana.”
“Bagaimana kabar calon mertua kamu itu Bi? Maksud Bapak, ibunya Melani yang katanya sakit ingatan,” kata pak Cokro.
“Sudah lebih baik kok. Bu Dita senang sekali sama Abi. Abi dipanggilnya mas ganteng,” kata Abi sambil tertawa.
“Memang anakku kan ganteng?”
“Banyak yang ganteng bu, tapi hanya Abi yang dipanggil mas ganteng.”
“Kalau begitu Ibu siapkan saja apa yang harus dibawa, atau mungkin kita harus mengajak kerabat yang lain.”
“Iya, masa sih melamar hanya kita berdua sama Abi. Soalnya kita akan berbicara ke masalah yang lebih serius sekalian. Ya kan pak?”
“Benar.”
“Benar, Abi sudah pengin nikah nih bu,” kata Abi sambil tertawa.
“Biar ibumu mempersiapkan semuanya, dan mengajak siapa yang akan diajak.”
“Bagaimana kalau Abi mengajak Indi ?”
“Mengapa Indi ? Kamu ada-ada saja. Dia itu pernah dijodohkan sama kamu,” cela bu Cokro.
“Indi sama Abi berteman baik kok. Dia pasti suka. Maksud Abi, kalau dia melihat acara lamar melamar, siapa tahu dia juga pengin segera ada yang melamar. Dia itu kan orangnya susah jatuh cinta, makanya nggak segera punya pacar.”
“Mungkin dia merasa terlalu cantik, terlalu pintar, jadi agak susah mencari yang bisa mengalahkan dia. Biasanya wanita seperti itu selalu menginginkan laki-laki yang lebih pintar.”
“Tidak Pak, dia tidak suka laki-laki yang sibuk. Itu yang dikatakannya.”
“Yah, barangkali memang belum ketemu jodohnya,” kata pak Cokro.
“Terserah kamu saja, kalau dia mau,” akhirnya kata bu Cokro.
“Indi kan ingin Abi jodohkan sama sahabat Abi. Barangkali mereka cocog.”
“Ya, terserah kamu saja. Ibu mau mengabari saudara-saudara yang mau kita ajak.”
“Tapi Bapak sama Ibu harus ingat, bu Dita belum bisa bicara normal. Mungkin dia akan diam saja, atau bicara apa saja, tapi jangan dianggap sesuatu yang mengganggu.”
“Iya, Bapak sama Ibu mengerti.”
***
“Haaa... ikut keluarga kamu? Sungkan ah..” kata Indira ketika Abi mengajaknya bersama keluarganya mengunjungi keluarga Maruti. Saat itu mereka sedang makan siang bersama. Abi memang sengaja mengajak Indi siang itu.
“Aku sudah bilang sama ibu, nggak apa-apa kok.”
“Kenapa sih, kamu mengajak aku ? Bukankah kerabat kamu juga banyak?”
“Tidak apa-apa. Bukankah kamu sahabat aku?”
“Benar, tapi ini acara melamar, artinya yang ikut haruslah keluarga.”
“Supaya kamu juga punya keinginan segera dilamar,” kata Abi seenaknya.
“Gila. Aku nggak ingin sama sekali, tahu.”
“Makanya aku ajak kamu, supaya kamu ingin” kata Abi ngeyel. Sebenarnya dia masih ingin mendekatkan Indi dan Andra sahabatnya, tapi tidak dikatakannya. Abi berharap didalam pertemuan keluarga nanti mereka bertemu lagi dan bisa lebih dekat. Mana Abi tahu kalau Andra sudah menjatuhkan cintanya kepada gadis lain?.
“Tolong datanglah,” pinta Abi sekali lagi.
“Tapi aku sungkan Bi.”
“Kamu ini sabahat atau bukan sih?”
“Baiklah... baiklah... tapi aku nggak janji lhoh.”
“Janji dong.”
Indi cemberut. Sebenarnya dia enggan bertemu Andra, tanpa tahu bahwa Abi memang sengaja mempertemukan mereka. Tapi apa boleh buat, Abi sangat memaksa.
***
“Nak ganteng...” teriak Anindita ketika melihat Abi datang sore itu.
“Selamat sore Ibu. Ibu sedang apa?”
“Itu... nonton teve.”
Abi langsung duduk di depan Anindita, sambil matanya mengawasi ke sekeliling ruangan. Pastilah, sangat berbeda dengan rumah sewanya Bibik.
“Lho... ada Abi rupanya,” kata Anggoro yang baru saja keluar dari kamarnya setelah mandi.
“Iya om,” jawab Abi tersipu karena langsung duduk tanpa dipersilahkan.
“Mau ketemu Melani kan?”
“Iya... tapi juga mau ketemu Bapak sama Ibu,” Abi kembali tersipu.
“Melani....” Anggoro berteriak memanggil.
Melani keluar dengan wajah cerah begitu melihat Abi ada dihadapan ke dua orang tuanya.
“Sudah lama mas? Aku baru selesai mandi,” jawab Melani yang kemudian juga ikut duduk diantara mereka.
“Iya, kelihatan kok,” jawab Abi sambil menatap kagum kekasihnya. Ia selalu tampil cantik mempesona.
“Bibiik... buatkan minum, ada tamu nih,” teriak Anggoro.
“Iya Pak,” jawab Bibik dari arah belakang.
“Sebenarnya saya ingin bilang, bahwa dalam waktu dekat, orang tua saya akan datang kemari,” kata Abi hati-hati.
Anindita menatap Abi, tak mengerti.
“Oh ya? Itu tentang hubungan kalian kan?” tanya Anggoro.
“Ya Pak,” kata Abi yang mengganti panggilannya dari ‘Om’ menjadi ‘Pak’.
“Melani, kamu mengerti kan, Abi akan datang bersama keluarganya untuk melamar kamu.”
Melani tersenyum, lalu menundukkan wajahnya.
“Melamar itu apa?” tanya Anindita.
“Nak ganteng ini, akan mengambil Melani sebagai isterinya.”
Tiba-tiba mata Anindita terbelalak. Ia menatap Abi dengan tatapan tajam.
“Benar Ibu,” kata Abi lirih, agak berdebar melihat sikap Anindita yang tiba-tiba berubah tidak bersahabat.
“Tidaaaak. Tidak boleh !!”
Teriakan itu membuat semuanya terkejut.
***
Besok lagi ya.
Makasih bu...
ReplyDeleteSelamat jeng dr. Dewi juara 2 di episode ke 45.
DeleteTerimakasih bu Tien sehat selalu dan tetap ADUHAI
Ucapan terimakasih & penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada :
Delete1. Ibu Rosen Rina (blogger);
2. Ibu Nina Setianingsih (blogger/PCTK);
3. Ibu Enny Rose (blogger);
4. Ibu Yati Sri Budiarti (blogger);
5. Ibu Farida Zubir (blogger;
6. Bpk Troeno Danardana (blogger);
7. Ibu Yetty Srijeti (blogger);
8. Ibu Maria Christina (bu Sukardi) blogger;
9. Ibu Idayati, (blogger);
10. Ibu Dartini Dunak (blogger);
11. Ibu Siti Munawaroh, (blogger);
12. Ibu Endah Priyambodo Bojonegoro;
13. Ibu Indiyah Murwani, (blogger/PCTK);
14. Ibu Endah RS, (blogger);
15. Muhanik, (blogger);
16. Bpk. Suyanto Priyambodo (blogger);
17. Ibu Sapti Maini (blogger);
Yang telah memberikan donasinya untuk biaya perbaikan LAPTOP ACER BU TIEN (Cinderamata dari WAG PCTK) yang terbakar mainboardnya & ganti kabel fleksibel.
Semoga Allah mengganti dengan rezeki yang lebih banyak dan barokah.
Aamiin ya Robbal'Alamiin.
This comment has been removed by the author.
DeleteWeh jeng dokter juara deh, pertahankan prestasinya ya! Hehe. Bu Tien bikin semakin konflik ya. Salam aduhai
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteBu Dewi nyalip di tikungan terakhir
ReplyDelete🤭🤭
DeleteSehat selalu njih mbak Tien .
ReplyDeleteMatur suwun
𝑴𝒂𝒕𝒖𝒓 𝒔𝒖𝒘𝒖𝒏 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝑴𝑲45 𝒔𝒂𝒎𝒑𝒖𝒏 𝒌𝒂𝒕𝒂𝒎𝒑𝒊 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒖𝒕𝒌 𝒊𝒃𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂...𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨.🙏🙏🙏
ReplyDeleteMaturnuwun mbakyu, mugi2 mbak Tien tansah pinaringan sehat. Aamiiiin
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien... 🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulillahn
ReplyDeleteSyukron Mbak Tien
Alhamdulilah , tks bu tien sayang
ReplyDeleteAlhamdulillah Melani sudah hadir.. maturnuwun & salam sehat kagem bu Tien.. 🙏
ReplyDeleteAlhamdulilah.. bisa ketemu lagi dg melani..
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien..
Semoga bu Tien sehat dan bahagia selalu
Salam aduhai dari sukabumi 🙏🙏❤
Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah berkunjung di rumah.
ReplyDeleteAlamdulillah...
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
Salam ADUHAI dr Cilacap
Alhamdulillah hiburan sdh tayang
ReplyDeleteSalam hangat buat mb Tien, smg sehat sll
Salam ADUHAI
Terima kasih, mbak Tien...bisa lebih awal ini...hehehe...
ReplyDeleteYeyyy... Melani udah hadir lagi. Suwun Bu Tien.. 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah MK 45 sdh hadir, matur nuwun mb Tien,
ReplyDeleteSalam sehat selalu, dan tambah semangat
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun.....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Assalamualsikum wrwb ,,,
ReplyDeleteAsyik
Dikunjungi Melani kagi ,,👍🙏🏻
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Alhamdulillah,melani sdh hadir , maturnuwun Bu Tien 🙏, salam sehat tetap semangat dan ADUHAI selalu
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda untuk Melani nya
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat, sukses selalu dan bahagia bersama keluarga tercinta
Sami2 mas Bambang
DeleteADUHAI
Matur nuwun bu Tien, smg bu Tien sehat terus njih
ReplyDeleteSami2 ibu Wiwikwisnu
DeleteAamiin
Alhamdulillah melani sudah hadir, terimakasih mbak Tien salam sehat untuk mbak Tien dan semuanya...
ReplyDeleteSami2 ibu Nanung
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Mbahti Tt, terimakasih banyak,
ReplyDeleteSalam ADUHAI.
Lama nggak komen sih?
Terima kasih Mbak Tien ... MK 45 udh tayang ... Smg happy & sehat sll ya ... Salam Aduhai ...
ReplyDeleteSami2 ibu Enny
DeleteAamiin
Alhamdulilah MK sudah tayang..matur nuwun sanget Ibu Tien.
ReplyDeleteCerita makin seru..kapan Melani bisa bahagia bersama Abi..
Kesabaran menunggu pulihnya Anin?
Mugi Ibu tansah sehat
Sami2 ibu Moedjiati
DeleteAamiin
Ucapan *_Terimakasih & Penghargaan setinggi-tingginya_* kepada:
ReplyDelete1. Ibu drg. Isdarmirah Daly, PCTK;
2. Ibu Enchi Sri Rahayu, PCTK;
3. Ibu Umi Iswardono, PCTK;
4. Bpk. Antonius Sardjo, PCTK;
5. Ibu Marheni, PCTK,;
6. Ibu Nani Nur'aini Siba, PCTK;
7. Bpk. Djoko BS/Kakek Habi, PCTK;
8. Ibu Iyeng Santoso; PCTK ;
9. Bpk. Bambang Subekti, PCTK;
10. Ibu Kusumawati Prayogo, PCTK;
11. Ibu Jalmi Rupindah, PCTK;
12. Ibu Eny Libra, PCTK;
13. Ibu dr. Dewiyana Sp.P(K), PCTK;
14. Ibu Roesmiyati, PCTK;
15. Ibu Tingting Hartinah, PCTK;
16. Ibu Salamah, PCTK;
17. Ibu Ismudiyati, PCTK;
18. Ibu Mundjiati Habib, PCTK:
19. Ibu Debora Ratna Hariani, PCTK;
20. Ibu Sriati Siregar, PCTK;
21. Ibu Susi Herawati, PCTK;
22. Mbah Tt (Indiyah Tuti, blogger);
Atas partisipasinya ikut membantu biaya perbaikkan LAPTOP ACER (cindera mata WAG PCTK ke bu Tien) yang terbakar mainboardnya.
Semoga Allah mengganti dengan
rezki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin ya Robbal'alamin.
Aduhai Mbak Tien. jadi pinisirin bingit cerita MK ini.Matur nuwun sanget.
ReplyDeleteNdak bisa membayangkan bagaimana saat Anindita diusir dari rmh oleh suaminya...
ReplyDeleteNgeri... ngeri...
Karenanya Anggoro ingin menebus semua kesalahan itu dg berbagai upaya...
Moga Dita bisa sembuh total
Dengan dikelilingi oleh orang"yg mengasihinya,lambat tapi pasti moga Dita bisa sembuh 100%.
Saya kira dah mau ending nih bunda,tapi ternyata ada gara" lagi.
Rupanya Dita blm bisa menerima kalau Melani dilamar orang.
Karena yg ada dlm pikirannya adalah bayi kecil yg sekarang sdh menjadi besar tapi Dita msh memperlakukan spt anak kecil...
Bagaimanakah sikap Dita selanjutnya.....
Jangan" saat Abi dan keluarganya datang melamar malah membuat Dita menjerit histeris....
PR nya Anggoro kalau sampai terjadi demikian.
Trimakasih bu Tien, moga bu Tien dan keluarga sehat sll
Salam aduhai dari Bojonegoro.
Sami2 ibu Wiwik
DeleteADUHAI deh
Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien MK sdh tayang.....
ReplyDeleteSemakin seru sepertinya....😊
Salam sehat selalu...🙏
Sami2 pak Prim
DeleteSalam seru
Semakin seru saja..Bu cantik memang aduhai.. salam sehat selalu Bu cantik dan bahagia bersama keluarga Amin YRA 🙏 mr wien
ReplyDeleteSalam sehat dan bahagia, mr Wien
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMksh bunda akhirnya rmh udah tertata
Cuma sayang skli kshn Anindita gak berkenan Melani mw di lamar nak ganteng
Tunggu bsk aj deh bgmn lanjutan nya
Yg jelas ttp sehat doaku buat bunda Tien
ADUHAI...ADUHAI...ADUHAI
Sami2 ibu Maimun
DeleteADUHAI
Alhamdulillah.. MK Eps 44 sudah tayang.
ReplyDeleteTerima kasih mBak Tien Kumalasari, Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.
Sami2 mas Dudut
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien..
ReplyDeleteSenantiasa sehat,bahagia bersama keluarga tercinta,Aamiin.
Sami2 ibu Rini
DeleteAamiin
MK 45 udah hadir trims Bu Tien sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia
DeleteAamiin
Terima lasih Bunda
ReplyDeleteSami2 ibu Mundjiati
DeleteUdah keburu ngebet pake banget mulai mengulik cita-cita yang tertunda.
ReplyDeleteSebagai tanda terimakasih mau di dekatkan sang pesaing beratnya yang mengundurkan diri dari audisi menjadikan dia melenggang tanpa perlawanan, sampai Bu Cokro Sasmito pun heran kenapa Indi diajak berkunjung ke rumah Melani pada saat acara lamaran, bisa heboh nich; Indi yang idealis ada kemiripan dengan Santi bisa diteriakin Anin, pergi!
Atawa Anin yang masih ingin berlama-lama menimang bayinya yang sudah besar terganggu bisa lho malah nyuruh 'nak ganteng' nikah saja sama Indi.
ADUHAI
Juragan muda ini malah lupa kan baru masa percobaan, keburu peraturan jadi undang-undang kerepotan lho bos.
Kan saking banyaknya memori yang hilang seenaknya merubah, asal yang dimilikinya tidak lepas dari dirinya.
Nah lho ..
Dalam mesin pencari nya loading menahun nggak ketemu², nggak pernah di update lagi; ini kan baru adaptasi
Anggoro aja masih berusaha memasang aplikasi² untuk mendukung supaya file² yang hilang bisa terisi semangat kebersamaan dalam format keluarga yang saling menyayangi bahagia bersama, nanti kalau sudah berjalan, dan sistem itu bekerja sebagaimana kehidupan berkeluarga tentu Anin pasti mengijinkan 'bayinya yang sudah besar' lepas darinya.
mbok sabar to 'nak ganteng', itu yang enak
Terimakasih Bu Tien,
Melani Kekasihku yang ke empat puluh lima sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Sami2 Nanang
DeleteTerimakasih uraiannya yang panjang lebar sampai mblabar
Sudah sedia kapur tulis dari Bu Guru
DeleteTetep mblobor
kertasnya kebanyakan campuran merang nya
Sami2 pak Zimi
ReplyDeleteWaduh, ada heboh lagi. Mas ganteng tdk boleh ambil melani, salah omong rasanya anggoro, jadi salah paham lagi
ReplyDeleteKetika hati sudah berbunga2, ketemu dg suami yang dicintai, baby kecil yg mengobati dan datang kumbang yg mau meminang bayi kecilnya yg sudah dewasa langsung histeris tdk mau kehilangan ke dua kalinya lagi. Srnjata apakah yg akan digunakan Melani intuk menenangkan dan memberi pengertian pada Bunda Cantiknya.....
ReplyDeleteSelalu bikin penisirin untuk menanti lanjutan MK 46.
Matur nuwun Bu Tien selalu dan lancar terus.
Alhamdulillah MK45 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Alhamdulillah.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, salam sehat selalu.
Makasih mba Tien
ReplyDelete𝙏𝙚𝙧𝙞𝙢𝙖𝙠𝙖𝙨𝙞𝙝 𝙢𝙗𝙖𝙠 𝙏𝙞𝙚𝙣
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteMaturnuwun mbak Tien MK45nya..
ReplyDeleteWaduuuh..piye iki Dita kok triak2..apa.msh anggap Melani bayi ya..ato msh takut berpisah dgn Melani..
Semoga ada yg menjelaskan da akhirnya boleh..kasiaan ya Dita..😥
Udh besok lagiii...setia menungguu..😊
Salam sehat selalu mbak Tien..dan aduhaiii...🙏😘🌹
Sami2 ibu Maria..
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSalam ADUHAI...
Sami2 ibu Padmasari
DeleteSalam ADUHAI
Terima kasihBu Tien.
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteADUHAI..
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Alhamdulillah ... matursuwun mbak Tienq sayang yang semakin ADUHAI, semoga sehat selalu. Aamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Umi.
DeleteAamiin Allahumma aamiin
Assalamualaikum wr wb. Memang tdk mudah membawa seseorang yang sdh mempunyai pengalaman yg traumatis kepada kehidupan nyata. Ada hal yg kecil yg kita duga tdk mengganggu kejiwaannya, ternyata membangkitkan pengalaman traumatisnya. Semoga Anggoro, Abi terutama Melani bisa memberikan jawaban yg menyejukkan kondisi kejiwaan Anindita, ibunya. Maturnuwun Bu Tien yg telah begitu apik menata cerita yg membawa pembaca larut dlm situasi ceritanya. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan tetap semangat dlm berkarya. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede.....
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteAamiin ya robbal alamiin.
Selalu sehat ya pak Mashudi, jangan sakit2 lagi.
Terimakasih selalu perhatiannya.
Mari kita pembaca cerbungnya Bu Tien, saling mendoakan agar senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan dlm lindungan Allah Swt. Aamiin Allohumma aamiin...
ReplyDeleteSelamat pagi mbak Tien, iya ya gak koment, tp tetap ngikutin kok, rugi klo tidak walau tidak tiap hari, eh malah nyuwun pangapunten, itu cerbung saya share ke teman, banyak yg suka, sampai ke Jepang lho cerbung ya. Maaf²🙏.
ReplyDeleteSalam sehat penuh semangat dan aduhai.
Pagi ibu Tuti, semoga sehat selalu ya, jangan jatuh2 lagi. Nggak apa2 dikirim ke teman2.
ReplyDeleteTerimakasih perhatiannya.
ADUHAI...
Sore mb tt
DeleteTerimakasih mbak Tien, MK 45 semakin seru....
ReplyDeletesehat2 selalu mbak Tien
salam aduhaiii 🙏
Nggih p nanang..
ReplyDeleteLha gene wis ana asmané
DeleteKenå nggo crigis
månggå kaaturan crigis(koment)
pun niku tukulane pun genah
Terima kasih bunda Tien MK 45 nya.. Slmsehat dan aduhai dri sukabumi🥰
ReplyDeleteMenanti Dita makin pulih....yuhuuuyy
ReplyDeletehmmm
ReplyDeleteAlhamdulillah MK 46 sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien srlalu sehat
Salam sehat dan aduhai
Alhamdulillah pas nanti lamaran kumat ..aduh jgn rame2 ini aja mulai takut 👍👍😇😇😇semoga aman2 aja ..
ReplyDelete