MELANI KEKASIHKU 43
(Tien Kumalasari)
Andra menutup ponselnya, lalu menatap Sasa yang seakan tak memperdulikan saat dia bertelpon.
Beberapa sendok lagi makanan mereka akan habis, dan mereka harus bergegas kembali ke kantor. Bukan karena Indi mau ke kantornya, tapi karena Anggoro akan datang untuk membicarakan rumah yang ingin di bangunnya, yang sesuai dengan keinginannya.
Sasa melirik ke arah piring didepan Andra, masih tersisa dan Andra sudah menutup sendok nya. Lalu meraih sisa minumannya, es beras kencur yang tampak menyegarkan.
“Kok nggak dihabisin sih ?” tanya Sasa.
“Siang ini sambalnya terasa pedas,” jawab Andra.
“Enggak ah, menurutku biasa saja.”
“Kok beda sih?”
“Beda perasaan ‘kali..”
“Beda perasaan gimana sih ?”
“Perasaan ya perasaan. Saat makan perasaan kamu bagaimana, jadi rasa makanan yang kita makan itu berbeda-beda pada setiap orang. Misalnya... lagi lapar... ya makanannya terasa enak. Lagi nggak lapar... biasanya biasa saja. Lagi suntuk... rasanya jadi nggak enak. Lagi kesal... sambalnya terasa sangat pedas,” kata Sasa sambil terus menyendok nasinya yang tinggal sedikit saja.
Andra tersenyum tipis. Dia memang sangat kesal pada Indi. Akan ada yang dirubah lagi, apanya? Kenapa tidak membangun sendiri saja rumah seperti keinginannya sehingga tidak merepotkan orang lain. Memang sih dia membayar, tapi kalau terlalu banyak perubahan, bikin kesal saja.
“Sok tahu,” sambung Andra singkat, sambil meneguk minumannya sampai habis.
“Sepertinya lagi kesal nih,” kata Sasa sambil memasukkan suapan terakhir ke mulutnya.
“Indi mau merubah lagi bangunan rumahnya.”
“Merubah lagi? Apanya yang akan dirubah?”
“Nggak tahu, aku lama-lama capek meladeni dia.”
Sasa berdehem.
“Benar. Tapi kita harus segera kembali ke kantor. Bukan karena Indi, tapi karena om Anggoro mau datang. Ini lebih aku pikirkan, karena ada hubungannya dengan kesehatan tante aku.”
“Oh, kalau begitu ayo, aku juga sudah selesai,” kata Sasa sambil menghirup sisa jus alpukatnya.
***
“Bapak nanti mau tidur disini kan ?” tanya Melani setelah mengajak makan siang ayahnya.
“Sepertinya merepotkan kalau aku tidur disini,” kata Anggoro sambil melirik ke arah isterinya, yang sejak tadi tak banyak bicara, tapi kelihatan sangat menikmati makan siangnya.
“Bapak kan bisa tidur sama ibu, di kamar.”
Sekarang Anindita mengangkat wajahnya, menatap Melani dengan tatapan bingung.
“Boleh kan bu, nanti ibu tidur sama bapak?”
Anindita geleng-geleng kepala.
“Aku tidur bersama bayi kecilku yang sudah besar, kasihan kalau berdesakan,” katanya sambil kembali menyendok nasinya.
“Melani mau tidur diluar saja.”
“Tidak, nanti kamu kedinginan.”
Melani tersenyum. Memang tidak bisa memaksa ibunya untuk sesuatu yang ‘tiba-tiba’. Harus ada waktu untuk membujuknya. Baiklah....
“Ibumu benar Melani, dia harus tidur bersama kamu. Bapak akan membuat kamar yang lebih besar, agar ibumu merasa nyaman. Seperti rumah kami dulu.”
Anindita kembali mengangkat wajahnya, dan menatap Anggoro. Tampaknya dia ingin mengucapkan terimakasih atas pengertiannya, tapi ungkapan itu tak diucapkannya.
“Lalu bapak mau tidur dimana ?”
“Bapak mau ke rumah bude kamu saja, barang-barang bapak juga masih disana.”
Melani tersenyum mengerti.
“Baiklah, bapak boleh tidur di rumah bude Maruti.”
“mBak Maruti, kakakku..” celetuk Anindita.
“Iya, tentu. Dia kakak kamu, berarti kakak ipar aku,” kata Anggoro sambil tersenyum menatap isterinya.
“Dia kakak yang baik, yang sangat mencintai keluarganya, termasuk kamu,” lanjut Anggoro.
Anindita mengangguk, matanya berbinar.
“Dia suka masak rendang...” gumam Anindita.
“Ibu ingin makan rendang lagi? Kemarin tante Laras juga membawa rendang kemari.”
“Tidak, aku sudah makan sayur bening sama bandeng presto.”
Melani tersenyum, lalu mengelus punggung ibunya, yang duduk di sebelahnya.
“Siang ini aku mau ke kantor Andra,” kata Anggoro lagi
“Siang ini?”
“Ya, sehabis makan. Mau bicara soal rumah.”
“Bapak kembali kemari bukan?”
“Bapak mau langsung pulang ke bude kamu, sepulang dari rumah sakit kami belum bertemu.”
“Oh, baiklah. Besok Bapak kemari lagi?”
“Bapak usahakan datang kemari setiap hari. Kalau rumah itu jadi, kita akan pindah ke rumah baru.”
Wajah Melani berseri. Mimpinya untuk berkumpul dengan keluarganya segera terwujud.
***
“Andra....” suara nyaring itu tiba-tiba saja menyeruak ke dalam ruangan, hanya beberapa detik setelah terdengaar ketukan di pintu.
Sasa dan Andra langsung menatap ke arah datangnya suara. Didepan pintu, Indi berdiri tegak, menunggu pemilik ruangan mempersilahkannya. Wajah yang selalu cantik dan anggun, dengan senyuman memikat yang sangat mempesona.
“mBak Indi, silahkan duduk, langsung dengan mas Andra,” kata Sasa yang menyambutnya dengan keramahan yang selalu ditunjukkannya.
“Terimakasih Sasa,” kata Indi yang langsung menuju ke arah meja Andra.
“Aduh, susah sekali menghubungi kamu Ndra..”
“Iya, maaf. Ada apa lagi nih.”
“Ndra, aku akan mengganti konsep yang pernah aku ajukan kemarin dulu,” kata Indi sambil membuka tasnya, dan mengeluarkan secarik kertas.
“Ganti lagi?”
“Ibuku kurang setuju, tunggu, aku akan menerangkannya secara detail lagi. Sebelum terlanjur Ndra.”
“Sudah terlanjur aku berikan kepada arsiteknya sih.”
“Tapi bisa disusulkan lagi kan ?”
“Tapi berjanjilah bahwa ini yang terakhir Ndi, nggak bisa berkali-kali ganti seperti ini.”
“Baiklah, baiklah... ini yang terakhir,” kata Indi yang agak tersinggung akan sikap Andra yang terasa kurang ramah siang itu.
Sasa hanya diam di kursinya, sambil melanjutkan pekerjaannya. Ia sama sekali tak mempedulikan keduanya yang berbicara serius, dan merasa lega karena hatinya tak lagi merasa terganggu. Itu karena Andra sudah menyatakan cinta, dan menampakkan rasa ketidak senangannya akan Indi yang seperti terus menerus mengganggunya.
“Baiklah, aku mengerti maksud kamu. Tapi seperti kataku tadi, ini yang terakhir ya.”
“Iya, aku yakin ini yang terakhir. Jam berapa kamu pulang?”
“Mungkin masih agak lama, karena aku menunggu om ku yang juga mau bicara soal rumah siang ini.”
“Aduh, sebenarnya aku pengin pulang bareng kamu.”
“Maaf Indi, aku mungkin masih lama. Kalau kamu mau, biar sopir perusahaan mengantar kamu, bagaimana?”
“Aduh, nggak usah deh.”
“Atau saya antar saja sekalian mbak Indi, kebetulan saya mau keluar beberapa menit lagi.”
“Oh, iya... Sasa mau ke bank sebelum keburu tutup. Mau bareng sekalian?” tawar Andra.
“Ya sudah, tidak usah saja, aku bisa naik taksi. Aku harus mengambil mobilku di kantor Abi, tadi aku tinggalkan disana karena Abi mengajak makan siang bersama,” kata Indi sambil berdiri.
“Benar mbak Indi nggak mau bareng saya?”
“Terimakasih Sasa, aku naik taksi saja. Aku balik sekarang ya, terimakasih Andra, Sasa,” katanya sambil melangkah keluar.
Andra menghela napas lega.
“Sa, ini catatan yang diberikan Indi tadi. Aku sudah bilang, ini yang terakhir,” kata Andra sambil menyerahkan kertas yang tadi diberikan Indi ke hadapan Sasa.”
“Baiklah, nanti akan aku berikan kepada pak Anton. Tapi kenapa kamu nggak kelihatan ramah tadi? Kasihan dia sudah susah-susah kemari. Bukankah tadinya kamu suka?”
“Suka, karena dia menarik, cantik. Tapi sebagai pasangan aku tidak cocog. Dia type wanita pengatur dan tidak mau mengalah. Susah maladeni keinginannya. Mungkin karena dia kelewat pintar. Dan barangkali juga dia tidak suka sama aku, karena aku laki-laki yang susah diatur.”
Sebuah ketukan dipintu terdengar, dan Anggoro muncul sesaat setelah Andra mempersilahkannya.
Andra tersenyum senang, melihat wajah Omnya tampak segar dan bersemangat.
“Silahkan duduk Om, kami sudah menunggu,” sambut Sasa.
“Terimakasih nak.”
Anggoro duduk didepan Andra, lalu Sasa mengambilkan sebotol minuman untuk Anggoro.
“Terimakasih Sasa.”
“Saya senang, melihat Om tampak segar siang ini.”
“Om baru saja makan siang bersama tante dan adik kamu dirumah bibik.”
“Wah, ini sangat membahagiakan, semoga semuanya segera membaik.”
“Aamiin.”
“Lalu apa rencana Om selanjutnya?”
“Begini Ndra, aku bermaksud meminta tolong sama kamu. Buatkan aku rumah yang semuanya persis seperti rumah kami di Jakarta sebelum kami berpisah.”
“Ide bagus Om. Bukankah Om bermaksud membangun ingatan tante dengan hal-hal yang mengingatkan masa lalunya?”
“Benar Ndra. Semuanya sudah Melani lakukan dengan baik. Hebat adik kamu itu, bahagia sekali punya anak cerdas seperti dia.”
“Ya Om, Melani melakukan banyak hal demi kembalinya ingatan ibunya.”
“Dan aku akan menyempurnakannya dengan membuatkan rumah seperti yang dulu pernah kami tinggali dengan bahagia.”
“Baiklah om, mari kita bicarakan semuanya, dan Om pilih nanti lokasinya. Andra punya beberapa tempat yang siap bangun.”
“Kamu luar biasa Ndra, bersemangat dan pintar seperti mas Panji. Ayo kita mulai.”
***
“Bi, aku mau mengambl mobilku,” kata Indi ketika tiba diruang kantor Abi.
“Kok cepet banget, aku belum lama sampai di kantor aku.”
“Cuma bicara sedikit.”
“Kamu diantar Andra?”
“Tidak, Andra sedang menunggu tamu. Sasa mau mengantar aku, tapi aku merasa lebih baik naik taksi saja.”
“Jadi kamu naik taksi? Kalau tahu cuma sebentar aku tungguin kamu tadi.”
“Aku juga ingin lebih lama, tapi Andra sepertinya sangat sibuk.”
“Ah iya. Lalu bagaimana ?”
“Ya sudah, aku mau kembali ke kantor saja.”
“Sekarang ?”
“Besok...” Lalu keduanya tertawa bersama.
Sesungguhnya tak ada yang bisa menyenangkan Indi. Ganteng, kaya, itu tidak cukup. Barangkali seperti gurauan Abi beberapa waktu lalu. Carilah pengangguran. Ah.... tidak juga, masa pantas laki-laki menganggur. Tapi adakah laki-laki sempurna seperti yang diimpikannya?
“Jadi kamu tidak membicarakan apapun sama Andra tadi, selain rumah yang ingin kamu bangun?”
“Mau bicara apa lagi?”
“Soal cinta, barangkali...”
“Ah... tidak terlalu mudah rupanya. Terkadang aku berpikir untuk hidup sendiri saja selamanya,” kata Indi sambil berdiri dan beranjak keluar.
“Apa?” Abi terkejut.
“Daaag Abi...” kata Indi sambil melambaikan tangan, lalu menutup pintunya.
Abi geleng-geleng kepala.
“Wanita secantik dan sepintar dia, memutuskan ingin sendiri selamanya?”
***
Hari terus berjalan, seminggu, sebulan, dua bulan. Persidangan tentang penculikan dan banyak kejahatan yang dilakukan Santi dan Boni sudah selesai, setelah sebelumnya terasa melelahkan bagi semua yang terlibat. Mereka mendapat hukuman berat. Dan keluarga Anggoro tidak mengacuhkannya. Bahkan Sasa, anak kandung Santi, tak tampak terluka mendengar vonis berat atas ibunya.
Anggoro sibuk meneliti rumah barunya yang sudah sempurna jadi, seperti keinginannya. Rumah seperti rumah lamanya, baik bentuk, warna maupun luasnya. Hanya ada tambahan satu kamar lagi untuk bibik, didekat kamar tamu, tapi itu tidak merubah estetika yang sudah digariskan.
Hari itu Anggoro membawa mobil Panji kerumah bibik.
“Selamat siang semuanya,” sapanya riang.
“Bapak.. ayo makan sekalian, kami sedang makan sama gudeg rebung masakan Simbok dan Bibik.”
“Waduh, pasti enak, tapi bapak sudah kenyang, tadi makan sama pakdemu dirumah sana. Lha ini sudah makan semuanya kan?” kata Anggoro ketika masuk ke ruang makan.
“Baru saja selesai Pak.”
“Bapak mau mengajak kalian semua siang ini.”
“Siang ini ? Semua?”
“Semua, kamu, ibu kamu, Simbok dan Bibik.”
“Aduh, kemana, Pak?”
“Pokoknya dandan semuanya, Bapak tunggu didepan. Kita akan melihat sesuatu.”
Walau dalam hati masih bertanya-tanya, sambil menduga-duga Melani segera mengajak ibunya berganti pakaian, dan meminta Simbok sama Bibik agar bersiap juga. Anindita yang sudah tidak banyak membantah, menurut saja apa yang diminta anaknya.
Anggoro tersenyum senang membawa mobil penuh penumpang, dan semuanya adalah orang-orang yang dikasihinya.
“Kita akan melihat bioskop?” tanya Anindita dalam perjalanan.
“Tidak Dita, kita akan melihat sesuatu yang sangat indah,” jawab Anggoro sambil tersenyum.
“Bunga-bunga?”
“Ada banyak bunga disana,” jawab Anggoro lagi.
Melani menebak sesuatu, tapi tak berani mengungkapkannya. Ia duduk disamping ibunya dan Simbok, sementara Bibik duduk disamping kemudi.
Setengah jam kemudian mobil itu memasuki sebuah halaman yang cukup luas, lalu berhenti dibawah sebuah pohon jambu yang rindang. Melani berdebar, karena yang terjadi seperti yang ada didalam benaknya. Rumah baru Ayahnya.
Ia membantu ibunya turun, lalu tiba-tiba Anindita melihat sebuah ayunan agak disamping pintu masuk, dikelilingi bunga-bunga bermekaran.
“Ayunan... ayunan...” tiba-tiba Anindita berteriak sambil setengah berlari mendekati ayunan.
Anggoro dan bibik berpandangan sambil tersenyum.
***
Besok lagi ya.
Ucapan terimakasih & penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada :
ReplyDelete1. Ibu Rosen Rina (blogger);
2. Ibu Nina Setianingsih (blogger/PCTK);
3. Ibu Enny Rose (blogger);
4. Ibu Yati Sri Budiarti (blogger);
5. Ibu Farida Zubir (blogger;
6. Bpk. Troeno Danardana (blogger);
7. Ibu Yetty Srijeti (blogger);
8. Ibu Maria Christina (bu Sukardi) blogger;
9. Ibu Idayati, (blogger);
10. Ibu Dartini Dunak (blogger);
11. Ibu Siti Munawaroh, (blogger);
12. Ibu Endah Priyambodo Bojonegoro;
13. Ibu Indiyah Murwani, (blogger/PCTK);
14. Ibu Endah RS, (blogger);
15. Ibu Muhanik, (blogger);
16. Bpk. Suyanto Priyambodo (blogger);
Yang telah memberikan donasinya untuk perbaikkan LAPTOP ACER bu Tien (Cinderamata dari WAG PCTK),
Semoga Allah mengganti dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah.
Aamiin ya Robbal'Alamiin
Alhamdulillah.... Lanjut yg PCTK kek
DeleteYes...MK tayang
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah berkunjung
ReplyDeleteAlhamdulillah ibu
ReplyDeleteMygi tansah sehat njih.
Matur nuwun Bu Tien, mugi tansah pinaringan kasarasan, aamiin
ReplyDelete𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐬𝐝𝐡 𝐭𝐚𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐌𝐊43 ..𝐦𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐬𝐮𝐰𝐮𝐧 𝐛𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧.
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien, semoga bunda sehat selalu
ReplyDeleteSalam sehat nggih Mbak Tien
ReplyDeleteAduhai semangat bingit.Maturnuwun
Sami2 pak Herry
DeleteADUHAI
Alhamdulullah MK 43 sudah tayang
ReplyDeleteMatur nuwun mb Tiwn
Matur nuwuun
ReplyDeleteSalam sehat dari Rewwin...🌿
Assalamuslaikum wrwb ,,,
DeleteAlhamdulillah yang ditunggu datang 🥰🥰
Terima kasih Mbak Tien , yg di tunggu2 sdh datang ... smg Mbak Tien / kelrg happy & sehat sll ... Salam Aduhai ...
ReplyDeleteSami2 ibu Enny
DeleteADUHAI
Alhamdulillah MK 43 tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien, mugi Bunda sehat² kemawon.
Sami2 ibu Isty
DeleteAamiin
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,
Alhamdulullah MK~43 sudah hadir
DeleteMaturnuwun bu Tien 🙏
Sami2 pak Djodhi
DeleteHallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah Melani Kekasihku 43 sdh tayang. Trimakasih bu Tien moga sehat sll.
ReplyDeleteBagaimana ya kira" sikap Andra menghadapi Indi
Sepertinya Indi makin nekat mengejar Andra. Sudah diacuhin juga nggak kerasa.
Kasihan Sasa dibuat cemburu terus...
Apa memang Indi itu beneran suka sama Andra atau hanya penasaran krn tilponnya ndak di angkat" ataukah hanya sebatas hubungan kerja..
Bikin penasaran deh...
Yukkk kita baca sama"....
Trmksh mb Tien
ReplyDeleteSalam sehat sll
ADUHAI BANGET
Salam ADUHAI BANGET Yangtie
DeleteLuar biasa Bu cantik..indah dan syahdu.. salam sehat selalu Bu cantik Amin YRA 🙏 mr wien
ReplyDeleteSalam sehat Aduhai mr. Wien
DeleteAlhamdulillah MK43 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteAkhirnya yg ditunggu tunggu hadir.
ReplyDeleteTerima kasih bu tien. Salam sehat
Sami2 pak Anton, salam sehat
Deletealhamdulillah terimakasih bunda tien
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteSami2 KP LOVER
DeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTasikmalaya menyimak
ReplyDeleteAlhamdulillaah bisa baca malam hari
Salam sehat dsn aduhai
Salam sehat untuk Tasikmalaya
DeleteAlhamdulillah, MK Eps 43 sudah tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun mBak Tien Kumalasari, semoga mBak Tien tetap sehat dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam hangat dari Tangerang.
Aamiin
DeleteMatur nuwun mas Dudut
Alhamdulillah,Melani semakin Aduhai...
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien,senantiasa sehat..,Aamiin.
Alhamdulillah Bunda Tien.....Anindita semakin membaik.....Salam Aduhai....
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Noer
DeleteAyunan cinta Anggoro telah tercipta. Bunga2 bermekaran mengingatkan Cinta Anindya. Keceriaan dan jeritan akan bunga-bunga sebagai obat sembuhnya Anindya. Tulang2 yg lama berpisah sesaat lg akan berkumpul di Istana baru Anggoro. Jadi tak sabar menanti kisah berikutnya .
ReplyDeleteAlhamdulilah dan terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu dan lancar terus semuanya. .,,🙏🙏🙏
Sami2 ibu Rochmah
DeleteAamiin atas doanya
Alhamdulillah, seperti ud lama ga ketemu Melani....😊
ReplyDeleteMakasih Bu Tien, salam sehat selalu....🙏🙏
Salam sehat dan ADUHAI pak Prim
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Sami2 wo
DeleteAamiin
Matur nuwun bunda MK sdh tayang setelah cuti 2 hari..😍
ReplyDeletetp makin ADUHAI aja ni bun...
Sami2 ibu Padmasari
DeleteADUHAI
Makasih Bunda untuk Melani nya, rasanya libur 2 hari kok kelihatan lama banget ya nunggu nya.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya.
Salam ADUHAI........
Salam ADUHAI mas Bambang
DeleteAamiin
Makasih bu Tien... Setelah 2 hari menanti😍
ReplyDeleteSami2 ibu Hestri
DeleteADUHAI
Maturnuwun mbak Tien..MK43nya..
ReplyDeleteDuuh bahagianga Anggoro sdh memboyong kelgnya utk melihat rumah baru..semoga Dita cepat pulih dan ingat kembali utk semuanya dan hidup bahagia..Amiiin🤲
Lanjuut besok lagii..
Salam sehat mbak Tien setelah acara 2hr...dan aduhaii sekali..🙏😘🌹
Salam sehat
Sami2 ibu Maria
DeleteAamiin
ADUHAI DUA KALI
Alhamdulillah, suwun mbak Tien... smg sehat selalu, aamiin
ReplyDeleteAamiin
DeleteSami2 ibu Umi
Alhamdulillah, MK43 telah tayang, 2 hari menanti seperti ud lama ga ketemu Melani....😊
ReplyDeleteMakasih mb Tien, salam Aduhai dan sehat selalu ....🙏🙏
Trmksh mb Tien Mk 43 nya..
ReplyDeleteSmg Anggoro berhsl memboyong keluarga kecilnya dg sukses
Smg Andra tetap keukeuh dg Sasa..
Utk Indi smg ada pria lain yg bs memenuhi kriteria idealnya
Slm seroja utk kita semua dan salam aduhai tentu saja utk mbak Tien🥰🤲🙏
Alhamdulillah, sudah hadir.
ReplyDeleteSemoga bu Tien sehat selalu, terimakasih bu Tien.
Aamiin
DeleteSami2 ibu Sri
Puji Tuhan, MK sdh hadir
ReplyDeleteMaturnuwun mb Tien
Salam sehat nan aduhai
Yuli Semarang
Sami2 ibu Yuli
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah.... MKnya telah hadir, terima kasih Bu Tien semoga selalu sehat.
ReplyDeleteAamiin
DeleteSami2 ibu Yati
Aduhaai ....
ReplyDeleteADUHAI pak Pri
DeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
ReplyDeleteADUHAI
Alhamdllah... terima kasih... sehat² trss Mbu Tien... ditunggu part selqnjutnya
ReplyDeleteSami2 pak Zimi,
DeleteAamiin
Salam Aduhai bu Tien sehat selalu dan semangat yaa bun...dan semangat
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Yanti
DeleteTerima kasih bu tien, alhamdulilah mk sdh tayang, semoga bu tien sekeluarga sehat... salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteDua hari serasa berhari-hari. Sunyi sepi tanpa Melani. Alhamdulillah sdh hadir kembali. Matur nuwun Bu Tien ..🙏👍
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Sehat selalu mba dan tetap aduhai
ReplyDeleteSami2 ibu Sul,
DeleteTetap ADUHAI
Assalamu'alaikum
ReplyDeletewarrahmatullahi
wabarakatuh
Alhamdulillah,,, Matur nuwun bu Tien MK43 nya
Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Salam ADUHAAII 🙏🙏🙂🌿🌸
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteSami2 ibu Ika Laksmi
Aamiin
Dag dig dug
ReplyDeleteMK 43 udah hadir trims bu tien
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia
DeleteAduhaiiiii.... Matur nuwun, Mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat dari kota kretek.
Sami2 ibu Purwani
DeleteSalam sehat juga
Terima kasih mbak Tien. Mbak selalu menyajikan ending yg bahagia utk kita semua.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien sehat² selalu. Salam sejahtera.
Sami2 pak Andrew
ReplyDeleteAamiin
Salam sejahtera dan ADUHAI