MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 40
(Tien Kumalasari)
Rombongan itu sejak turun dari mobil sangat menarik perhatian semua yang hadir. Seorang laki-laki setengah tua berjalan dengan tongkat, dibimbing oleh seorang wanita yang sangat cantik berpakaian muslim dan kelihatan anggun, dibelakangnya berjalan seorang laki-laki muda ganteng yang ternyata banyak dikenal oleh sebagian besar tamu-tamu yang hadir. Mereka adalah pak Murti bersama Yessyta dan Gunawan.
Dengan sesekali menyalami orang-orang yang dilewatinya, Gunawan terus mengajak pak Murti dan Yessyta masuk.
Kedua orang tua Gunawan yang melihat segera berdiri dan menyambut mereka, lalu mempersilahkan duduk di kursi yang memang sudah dipersiapkan untuk mereka.
Suni dan Darman merangkapkan kedua tangan mereka tanda menghormati tamu-tamu tersebut. Lalu pak Kardi mengajak kedua mempelai turun mendekat ke arah pak Murti, dan mereka menyalaminya dengan sangat hormat.
“Lho, mengapa ini, ada pengantin malah turun dari atas pelaminan ?”
“Mohon doa restu, bapak..” kata Darman yang mendahului bersujud dihadapan pak Murti, diikuti Suni yang juga bersujud, dibantu oleh perias pengantin karena dengan kain yang agak ketat, sulit bagi Suni untuk bersujud lalu kembali berdiri.
“Mohon restu bapak…” kata Suni.
“Ya.. ya, harusnya aku yang kesana memberi salam. Baiklah, selamat ya, bahagia selamanya dan segera punya momongan,” kata pak Murti sambil menepuk-nepuk bahu kedua mempelai. Ketika mereka juga akan menyalami Yessyta, Yessy meminta keduanya berdiri.“Kita seumuran, jangan bersujud dihadapan aku,” kata Yessy yang justru menyambut mereka sambil berdiri. Kedua pengantin pun juga berdiri.
“Doakan kami ya bu Yessy..” kata Suni dan Darman hampir bersamaan.
“Iya.. iya, selamat dan bahagia untuk kalian ya.”
“Cepat dapat momongan ya,” kata Gunawan ketika menyalami pengantin.
“Iya, mas Gunawan juga, segera punya momongan ya," kata Suni.
“Saya mengucapkan terimakasih karena bapak telah membuat pernikahan anak saya jadi semeriah ini,” kata pak Kardi ketika menyalami pak Murti.
“Bukan, ini karena semua kebaikan Suni, dia seperti anak saya sendiri, cerewet dan menyebalkan kalau menyuruh saya minum obat,” canda pak Murti disambut tawa pak Kardi dan kedua mempelai.
“Sudah, kembalilah duduk di pelaminan, aku ingin melihat wayang,” kata pak Murti.
Dan seperti sudah mendapat aba-aba, gamelan segera bertalu dengan gencar, mengiringi kembalinya kedua mempelai ke pelaminan.
Sementara itu simbah yang sejak kedatangan rombongan pak Murti selalu menatap, seperti mengingat ingat sesuatu.
Ada yang diingatnya, laki-laki setengah tua memakai tongkat dan laki-laki ganteng yang mengiringinya.
“Lihat, bukankah dia orang-orang dermawan yang memberi aku uang seratus ribu?” gumam simbah sambil menoleh kearah Indri.
Tapi dengan heran dia melihat bahwa kursi disebelahnya telah kosong.
“Lhah, kemana dia? nDuuuk.. nduuuk.. dimana kamu ?” kata simbah sambil berdiri.
“Mencari siapa mbah?”
“Wanita yang tadi duduk disebelah aku. Kok tiba-tiba menghilang?”
“Tadi jalan kesana mbah, siapa sih dia?”
“Aduh, aku nggak pernah nanya siapa namanya dia…” gumam simbah sambil berjalan kearah yang ditunjuk orang tadi.
Beberapa orang menatap heran. Masa sih datang bersama tapi tidak tahu namanya? Aneh simbah itu,:
***
Ketika simbah kembali ke rumah Darman yang sudah sepi, dilihatnya Indri sedang
tidur di kursi yang dijajar-jajar. Entah dia benar-benar tidur, atau hanya
sekedar memejamkan mata, simbah mendekati dan menggoyang-goyangkan tubuhnya.
“Ada apa?” Indri membuka matanya.
“Mengapa tidur disini ? Kamu nggak ingin melihat wayang?”
“Aku ngantuk…”
“Kamu nggak ingin lihat wayang ? Sudah mulai tuh, dengar, gamelannya terdengar dari sini.’
“Aku mau tidur disini.”
“Bodoh, kalau begitu ayo masuk, ada kamar tidur disediakan untuk kita. Ayo masuk. Besok pagi-pagi kita pulang, sambil memunguti botol-botol bekas itu,” kata simbah sambil menarik Indri masuk kedalam.
“Nah, tidurlah disini, aku mau kembali kesana. Tapi dengar dulu, aku tadi melihat orang yang kemarin memberi aku uang didepan sebuah warung makan.”
Indri diam, ia merebahkan tubuhnya lalu memejamkan matanya. Ia sudah tahu siapa yang dimaksud.
“Aku ingin tahu siapa dia sebenarnya, orangnya ganteng, lalu laki-laki tua yang berjalan memakai tongkat itu, aku tahu dialah si dermawan itu. Apakah perempuan cantik yang bersamanya itu isteri dari si ganteng tadi ya?”
Indri tak menjawab. Pikirannya sedang dipenuhi perasaan tak menentu karena melihat Yessyta dan bapaknya serta Gunawan suaminya. Sungguh dia tak menyangka mereka akan datang. Lalu tiba-tiba terbayanglah wajah mempelai wanita dan priya itu. Indri ingat sesuatu.
“Bukankah itu pembantu Yessyta bernama Suni yang digalakinya tapi yang berani melawannya? Ya Tuhan.. mereka orang-orang yang aku kenal.. Aku punya niyat untuk meminta maaf, tapi bukan disini, aku tak berani menampakkan wajahku ditempat ini, sangat tidak nyaman. Tapi aku janji, aku pasti akan kerumah Yessyta, aku harus meminta maaf, agar bebanku terasa ringan.”
“Kamu ini benar-benar sudah ngantuk sampai tidak mendengar aku ngomong ya? Sebel ah, ya sudah, aku mau kembali kesana saja,” kata simbah sambil menjauh.
Indri bergeming. Membiarkan simbah pergi karena memang dia ingin bersembunyi. Ia mencoba memejamkan mata, dan menelusuri perjalanan hidupnya yang tak pernah mendapatkan apa yang diinginkannya. Tapi derita bertubi-tubi yang diterimanya, membuatnya kemudian ia ingin menebusnya. Biarlah tangannya cacat, biarlah ia menjadi pemulung, lalu ia akan meminta maaf kepada siapapun yang pernah dilukainya. Lalu ia juga teringat kepada ayah ibunya yang murka karena kelakuannya, bahkan tak mau menerimanya kembali.
“Bapak, ibu.. ijinkan aku pulang untuk bersimpuh di hadapanmu,” lalu air mata Indri mengucur deras, disertai isak perlahan, berbaur dengan suara gamelan ditabuh dan suara dalang yang mulai melakukan aksinya.
***
“Bapak, ini sudah malam, kita pulang ya”, kata Yessyta perlahan, ketika melihat ayahnya masih asyik menikmati wayang, dan kadang tertawa mendengar adegan goro-goro yang dimainkan ki dalang dengan kocaknya.
“Pulang? Jam berapa ini?”
“Hampir jam dua belas lho, nanti bapak kurang istirahat.”
“Ya sudah, baiklah, ayo kita pulang.”
Yessyta segera membantu pak Murti berdiri, lalu berpamit kepada yang punya rumah.
Ketika berjalan menuju kearah mobil, tiba-tiba pak Murti melihat seseorang.
“Bapak.. ayolah,” kata Yessyta ketika bapaknya tiba-tiba berhenti.
“Tunggu, aku melihat dia..”
“Siapa bapak?”
“Gun, lihat perempuan tua itu, yang sedang menikmati wayang itu, kamu ingat tidak, mata tuaku sering salah mengenali orang.”
Gunawan menoleh ke arah yang ditunjuk mertuanya. Dilihatnya seorang wanita tua sedang asyik menikmati wayang sambil bersandar di kursinya sementara kakinya diselonjorkan dengan santai.
“Iya kan? Dia kan? Pemulung yang kita temui didepan warung pecel.”
“Bapak ada-ada saja, masa sih dia bisa sampai kemari?” kata Yessyta sambil menarik tangan bapaknya.
Tapi pak Murti masih belum mau melangkah, kepada seorang kerabat pak Kardi yang mengantarkan, dia menoleh.
“Nak, perempuan itu siapa?”
“O, dia itu neneknya pengantin priya pak, namanya mbah Marto,” jawabnya.
“Tuh kan, bapak tuh..” kata Yessyta yang terus menarik bapaknya, tapi kemudian pak Murti menurut, sambil sebentar-sebentar menoleh kearah wanita yang sebenarnya memang simbah.
***
“Gun, menurut kamu, wanita itu seperti dia ya?” tanya pak Murti yang masih saja penasaran dalam perjalanan pulang.
“Iya mirip pak, tapi bukan, katanya dia neneknya Darman.”
“Bapak itu, nanti kalau Darman mendengar lalu bapak mengatainya sebagai pemulung pasti sakit hati deh.”
“Ya enggak, masa aku akan bilang begitu. Tapi persis ya Gun ? Iya nggak, bagaimana menurut kamu?”
“Iya pak, memang mirip sekali.”
“Didunia ini kan banyak wajah yang mirip pak.”
“Iya sih, mungkin karena aku sudah agak mengantuk. Tapi Gunawan kan juga bilang mirip, ya kan Gun?”
“Iya benar, mirip kok.”
“Mungkin saudaranya, siapa tahu,” kata pak Murti masih ngeyel.
“Iya, semua orang kan masih saudara pak,” canda Yessyta.
“Bener juga kamu Yes.”
“Nanti sampai dirumah langsung tidur lho pak, sudah larut nih,” kata Yessyta mengingatkan.
“Iya pastilah aku langsung tidur, masa mau jalan-jalan.”
“Nanti bapak masih membahas nenek-nenek itu lagi.”
Pak Murti dan Gunawan hanya tertawa.
***
Pagi itu Darman mengajak Suni pulang kerumah, untuk menemui simbah Marto yang sudah lama tidak datang menjenguknya. Tapi ketika sampai dirumah, orang tua Darman mengatakan bahwa simbah sudah pergi, bersama wanita yang datang bersamanya.
“Sudah pulang? Sepagi ini?”
“Pulang setelah mengangkut semua botol-botol plastik bekas yang berserakan dimana-mana,” kata ayahnya Darman.
“Aduh, mengapa bapak tidak menahannya agar pulang agak siangan? Aku bermaksud mengantarkannya dengan pinjam mobil pak lurah,” sesal Darman.
“Tidak cuma aku yang menahannya, ibumu dan saudara-saudara lain yang menginap disini juga menahannya, tapi dia nekat pergi. Katanya supaya saya nggak malu punya bibi pemulung. Memang nenek kamu yang satu itu selalu menuruti kemauannya sendiri.”
“Semalam saya lihat simbah masih menonton wayang.”
“Benar, semalaman dia tidak tidur, menjelang pagi dia datang dengan mengusung karung berisi gelas-gelas bekas, lalu pergi. Disuruh minum sebentar saja tidak mau, katanya mau minum dirumah, banyak warung, gitu.”
“Simbah memang keterlaluan,” omel Darman.
“Itu simbahnya kamu mas?” tanya Suni yang sedari tadi diam.
“Simbah yang kemarin datang itu, adiknya simbahku almarhum, jadi terhitung bibinya bapak.”
“O.. mengapa tidak menunggu mas Darman datang ya?”
“Itulah yang aku sesali. Pasti sekarang sudah naik angkot kembali ke kota.”
“Mengapa dia mengambil botol-botol bekas?”
“Dia memang pemulung.”
Suni membelalakkan matanya.
“Pemulung?”
“Iya, pemulung, apa kamu malu punya kerabat pemulung?”
“Tidak.. tidak, dia sudah sangat tua, masih memulung?”
“Dia itu orang aneh. Tidak mau ikut saudara. Aku ajak tinggal bersama bapak disini, supaya tidak usah kerja, juga tidak mau. Dia memilih menekuni pekerjaannya memulung, dan melarang siapapun menghalangi kemauannya.”
“Ya ampuun..”
“Kamu tidak malu kan punya kerabat pemulung?” Darman mengulangi pertanyaannya, khawatir Suni kecewa.
“Tidak, sudah dibilang tidak kok masih nanya lagi sih mas. Aku justru kagum, sudah tua tidak mau merepotkan saudara, bahkan walau dengan memulung, hal itu dijalaninya.”
“Susah sekali kalau mau mengajak simbah.”
“Di kota tinggalnya di mana ?”
“Aduh, susah, masuk gang kecil, susah memberi ancar-ancar. Pada suatu hari nanti aku akan mengajak kamu menemuinya. Kamu mau?”
“Mau dong mas, aku ingin tahu seperti apa dia itu.”
“Tapi kalau kesana harus sore, soalnya dia biasa berangkat pagi-pagi, pulangnya sore, bahkan sampai malam. Itu yang dulu pernah dikatakannya.”
“Iya mas, aku mau kita menemui dia.”
“Terimakasih Suni, kamu memang isteriku yang sangat baik.”
Suni tersenyum bahagia ketika Darman merangkulnya.
***
“mBah, hari ini kita tidak usah pergi memulung ya?” kata Indri setelah sarapan.
“Mengapa? Kamu capek ?”
“Tidak, aku mau menemui seseorang.”
“Bekas suami kamu?”
“Bukan. Seseorang yang suaminya dulu pernah aku rebut.”
“Mau apa? Mengajak berantem?”
“Tidak mbah, aku mau minta maaf karena merasa bersalah sama dia.”
“Oh, anak baik.. itu perbuatan yang mulia. Aku suka mendengarnya.”
“Bolehkah nanti aku pinjam uang duapuluh ribu?”
“Pinjam? Tidak, tunggu.. “ kata simbah yang kemudian membuka almari bambu yang sudah reyot, dan mengambil sesuatu yang dibungkus semacam selendang atau apa.
“Ini, lihat, simbah ini jelek-jelek punya tabungan, bukan untuk simbah pergunakan bersenang-senang, coba hitung..” kata simbah sambil membuka ikatan selendang itu, dan menumpahkan isinya yang berupa lembaran-lembaran uang.”
“Wah, uang simbah banyak benar,” pekik Indri kagum. Pemulung renta punya tabungan begitu banyak .
“Ayo coba bantu hitung. Ini uang yang limaribuan keatas. Dan satu lembar ratusan ribu dari cah ganteng yang entah bagaimana caranya aku bisa melihatnya di pernikahan Darman.”
Indri membantu menghitung uang simbah.
“Banyak banget mbah. Nih, satu juta.. dua juta.. tiga juta.. seratus tujuh puluh ribu rupiah.”
“Lumayan banyak ternyata. Itu aku menabung selama bertahun-tahun. Sehari terkadang duapuluh ribu, terkadang limaribu, tapi terkadang tidak sama sekali, kalau penghasilanku sedikit.”
“Lalu untuk apa uang simbah ini?”
“Aku titipkan sama kamu.”
“Kok dititipkan sama aku sih mbah.”
“Tadi kamu mau pinjam berapa? Duapuluh ribu, jangan pinjam, ambil saja duapuluh ribu. Buat apa uang duapuluh ribu itu?”
“Aku mau naik angkot, karena rumahnya jauh dari sini.”
“Oh, baiklah, ambil yang duapuluh ribu, lalu bungkus lagi sisanya. Simpan oleh kamu, barangkali kamu membutuhkan sesuatu, atau aku juga butuh sesuatu, bisa dipakai uang itu.”
“Ya sudah kalau begitu simbah saja yang simpan.”
“Tidak, kamu yang simpan. Dibawah bantal kamu itu, atau terserah mau ditaruh dimana, pokoknya jangan aku, aku sudah tua, takutnya suatu hari aku akan lupa kalau punya uang.”
“Simbah ada-ada saja. Aku simpan didalam sarung bantal saja ya.”
“Ya, bagus, taruh saja. Kamu mau berangkat kapan?”
“Sekarang mbah. Takutnya kalau kesiangan, nanti dia pergi.”
“Baiklah.”
“Simbah tidak usah memulung ya? Lagian semalaman tidak tidur, dan itu pendapatan botol kosong sudah banyak. Jadi sebaiknya simbah istirahat. Nanti kalau aku pulang, simbah aku belikan nasi.”
“Bagaimana uang duapuluh ribu, bisa untuk ongkos angkot, lalu beli nasi juga?”
“Aku masih punya sepuluh ribu yang simbah beri kemarin.”
“Nggak usah, aku saja ya beli nasi untuk nanti siang, supaya kamu tidak usah beli apa-apa nanti.”
“Aku belikan sekarang saja kalau begitu.”
“Tidak, biar aku sendiri yang beli, bawel,” omel simbah.
“Baiklah mbah, aku berangkat sekarang, setelah beli nasi simbah tidur ya.”
“Iya, iya.. aku letih sekali ternyata.”
“Salah sendiri, nonton wayang sampai pagi,” gerutu Indri sambil melangkah pergi.
Simbah tersenyum. Ia mengantarkan sampai kepintu, dan menatap punggung Indri sampai hilang di pengkolan jalan.
Simbah tersenyum. Ada bahagia pada rona wajahnya yang keriput. Ia merasa telah melakukan sesuatu yang sangat membuatnya senang. Menuntun seorang wanita yang kehilangan pegangan, sehingga bisa menjalani hidupnya dengan rasa tanpa sesal, walau kehidupan itu dianggap hina oleh sementara orang.
“Aku telah membangkitkan sifat baik darinya yang tersembunyi selama bertahun-tahun. Ini adalah bahagiaku,” gumamnya sambil merebahkan tubuhnya di bangku tempat dia tidur, tak jadi beli nasi karena kantuk kemudian menggayutinya.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah MCYT 40 sudah tayang
ReplyDeleteMatur nuwun mbk Tien,ADUHAI....
Sehat....sehat....sehat,Aamiin
Alhamdulillahi Robbil' alamiin....MCYT_40 sudah tayang.
DeleteTeriring doa :
*Bismillah....*
: لاَ بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ
الله
اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِيْ لاَ شِفَاءَ إِلاَّ شِفَاؤُكَ شِفَاءً لاَ يُغَادِرُ سَقَماً
“Ya Allah, Rabb pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah, saudara kami: Ibu R. Ayu Sudartini (Tien Kumalasari),
Engkau-lah Dzat Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan hanya kesembuhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sedikitpun penyakit.”
Aamiin yaa Mujibas Saailiin 🤲🤲🙏🏻🙏🏻
Aamiin allahumma aamiin
DeleteMatur nuwun mas kakek
Sehat dan ADUHAI jeng Nani
DeleteNyaosi bahan koreksi naskah MCYT_40, bu Tien :
Delete1. Dan seperti sudah mendapat "aba-apa", gamelan segera bertalu dengan gencar,.....
# Dan seperti sudah mendapat "aba-aba," gamelan segera bertalu dengan gencar,....#
2. Pikirannya sedang dipenuhi perasaan tak menentu karena melihat Yessyta dan bapaknya serta Gunawan "isterinya".
# Pikirannya sedang dipenuhi perasaan tak menentu karena melihat Yessyta dan bapaknya serta Gunawan "suaminya". #
3. Aku punya "niyat untuk meminta maaf, tapi bukan disini,....
# Aku punya "niat" untuk meminta maaf, tapi bukan disini,... #
4. “Bapak, ini sudah malam, kita pulang ya”, kata "Yessyca" perlahan,..
# “Bapak, ini sudah malam, kita pulang ya”, kata "Yessyta" perlahan,..#
5. Dilihatnya seorang wanita tua sedang asyik menikmati wayang sambil bersandar di kursinya sementara kakinya "diselonjorkan" dengan santai.
# Dilihatnya seorang wanita tua sedang asyik menikmati wayang sambil bersandar di kursinya sementara kakinya "di selonjorkan" dengan santai. #
6. “Bapak itu, nanti kalau Darman mendengar lalu bapak "mengataiya" sebagai pemulung pasti sakit hati deh.”
# “Bapak itu, nanti kalau Darman mendengar lalu bapak "mengatainya" sebagai pemulung pasti sakit hati deh.” #
7. “Didunia" ini kan banyak wajah yang mirip pak.”
# “Di dunia" ini kan banyak wajah yang mirip pak.” protes Yessyta.
8. “Di "kota" tinggalnya dimana ?”
# “Di kota," tinggalnya dimana ?” #
9. “Terimakasih Suni, kamu memang isteriku "ya" sangat baik.”
# “Terimakasih Suni, kamu memang isteriku "yang" sangat baik.”
10. “Banyak banget mbah. Nih, satu juta.. dua juta.. tiga juta.. seratus "tujuhpuluh" ribu rupiah.”
# “Banyak banget mbah. Nih, satu juta.. dua juta.. tiga juta.. seratus "tujuh puluh" ribu rupiah.” #
11. Sehari terkadang "duapuluh" ribu, terkadang "limaribu,"...
# Sehari terkadang "dua puluh" ribu, terkadang "lima ribu."....#
(menurut ibu benar, tp menurut ejaan bahasa indonesia,salah. Untuk itu saya pisah)
12. “Tadi kamu mau pinjam berapa? Duapuluh ribu, jangan pinjam, ambil saja duapuluh ribu. Buat apa uang duapuluh ribu itu?”
# “Tadi kamu mau pinjam berapa? Dua puluh ribu, jangan pinjam, ambil saja dua puluh ribu. Buat apa uang dua puluh ribu itu?”
13. “Oh, baiklah, ambil yang dua puluh ribu, lalu bungkus lagi sisanya.
# “Oh, baiklah, ambil yang dua puluh ribu, lalu bungkus lagi sisanya. #
14. “Bagaimana uang duapuluh ribu, bisa untuk ongkos angkot, lalu beli nasi juga?”
# “Bagaimana uang dua puluh ribu, bisa untuk ongkos angkot, lalu beli nasi juga?” #
15. “Nggak usah, aku saja ya beli nasi untuk nanti siang, supaya kamu tidak usah beli apa-apa nanti.”
# “Nggak usah, aku saja yang beli nasi untuk nanti siang, supaya kamu tidak usah beli apa-apa nanti.” #
16. Simbah tersenyum. Ia mengantarkan sampai kepintu,....
# Simbah tersenyum. Ia mengantarkan sampai ke pintu,....#
Maaf bu rada akeh 16, soale setelah sata pindah ke WA ejaan ya saya betulkan bergaris merah diwahnya. Begitu saya pisah, garis merahnya hilang. Demikian untuk menjadi maklum.
Maaf kakek, "diselonjorkan" itu awalan 'di' jadi disatukan ya.
DeleteMaaf
DeleteDiselonjorkan sdh betul
(jd satu)
Assalamualaikum mbak Tien semoga selalu sehat. Aamiin YRA, shg karya penanya yg aduhai yang di tunggu banyak orang lancar terbit. Salam sehat salam aduhai ditunggu tutuge ... wassalam 🙏
DeleteAlhamdulillah MCYT 40 tayang
ReplyDeleteMksh bunda Tien sehat selalu doaku dgn setia menghibur kita2
Ayo kita baca bersama bgmn klnjtn Indri tar ketemu lg ma Yessyta,Gunawan,Suni
Waou pastinya seru deh dan selalu ADUHAI
Selalu ADUHAI jeng Maimun
DeleteWai mb Nani juara 1
ReplyDeleteBarusan nunul deh taunya tayang
Salam aduhai...
ReplyDeleteBunda Tien ...salam sehat
ADUHAI ibu Sriati
DeleteAlhamdulillah.. Semoga Ibu Tien sehat selslu
ReplyDeleteAamiin jeng Triniel
DeleteADUHAI
Alhamdulilah, sampun tayang smoga mbak,Tien sehat ya, salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteSalam ADUHAI jeng Sis
DeleteAlhamdulillah.
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien ....semoga semakin sehat nggih..Aamiin.
Aamiin ibu Susi
DeletePuji Tuhan jeng Tien sehat,,,semoga tetap sehat
ReplyDeleteAamiin Uti
DeleteAlhamdulillah... sudah sehat ya bu... 🤗🤗🤗
ReplyDeleteAlhamdulillah jeng dokter.
DeleteAtas doa jeng dokter dan semua saudara saya disini.
ADUHAI
Selamat malam mba Tien
ReplyDeletePuji Tuhan syukur alhamdulilah mba Tien sdh bisa beraktifitas kembali.
Semoga kondisi kesehatannya benar² sdh sehat pulih kembali seperti semulia.
Terima kasih mba MCYT episode 40 tayang malaml ini.
Salam sehat dan bahagia. 🙏🙏
Salam srhat bahagia dan ADUHAI ibu Yustinhar
DeleteEh, ADUHAI mas Yustikno.
DeleteNamanya mirip sih
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri RahayuHernadi , Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Keabsen sm bunda Tien aja bikin bahagia ky gini.. aduhaiii.. semoga bunda tien sehat selalu...
DeleteAlhamdulillah sudah tayang.. terima kasih ibu tien.. Semoga sehat wal afiat 🤲🏻
DeleteAlhamdulillah..MCYT 40 dah hadir
ReplyDeleteMatr nuwn Bunda Tien
Mugi tansah pinaringan sehat wal afiat
Aamiin...
Aamiin jeng Sumarni
DeleteADUHAI
KEPADA PARA PEMERHATI CERBUNG YANG SELALU MENYEMANGATI SAYA, YANG SELALU MENUMPAHKAN KASIH SAYANG BERLIMPAH, YANG MEMILIKI SEJAGAT CINTA UNTUK SAYA, HARI INI UNTUK KESEKIAN KALINYA SAYA MENGUCAPKAN TERIMAKASIH YANG PENUH RASA HARU, ATAS SEMUA YANG SUDAH ANDA2 BERIKAN, YANG BERUJUD MATERI DAN DOA SETINGGI LANGIT, PERHATIAN YANG TIADA TARA.
ReplyDeleteSEMOGA ALLAH MEMBALASNYA DENGAN KARUNIA YANG BERLIMPAH..AAMIIN ALLAHUMMA AAMIIN.
SELALU TETAPLAH MENJADI SAUDARA SAYA.
Aamiin 3x.sami2 bu Tien. Ttp berusaha sehat💪. Terima kasih utk tayangan MCYT 40, salam aduhai
DeleteAamiin
DeleteAamiin
Aamiin yaa rabbal alamiin
Semoga sehat selalu....
Aamiin Allahumma Aamiin
DeleteAamiin yra.
DeleteSami2 bu Tien,
Terima kasih jg krn Ibu telah menghibur dgn karya2 yg sangat bagus. Smg Ibu selalu sehat.
Aamiin ya Robb
DeleteAlhamdulillah, matur nuwun Bu Tien.
ReplyDeleteMugi2 tansah pinaringan sehat wal afiat.
Aamiin ya rabbal alamiin
Alhamdulillah MCYT40 sudah tayang. Salam aduhai mb Tien
ReplyDeleteMaturnuwun bunda Tien...setelah sekian hari..akhirnya tayang lagi...
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayang, terima kasih bunda Tien. Semoga bunda selalu diberikan kesehatan dan keselamatan.
ReplyDeleteSalam aduhai
Alhamdulillah terima kasih... semoga sehat trs mbu tien.. ceritanya aduhai trs....
ReplyDeleteAamiin Ya Robbal Alamiin
DeleteADUHAI pak Zimi
Selamat tayang MCYT-40. Bu TIEN.
ReplyDelete*SALAM ADUHAI*
Salam ADUHAI.pak Budiyanto
DeleteAlhamdulillah MCYT 40 sdh tayang.
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien moga sehat sll.
Aamiin.
ReplyDeleteADUHAI jeng Wiwik
Alhamdulillah, sudah tayang MCYT 40. Terimakasih Bu Tien, semoga sehat selalu
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, mcyt-40 sudah hadir. Bukan main, SEHAT - SEMANGAT - MANTAP.
ReplyDeleteAyo segera minta maaf, balasannya bukan main, diluar dugaan. Berkat Simbah yang super hebat, menghasilkan orang hebat juga.
Tapi jangan lupa, yang hebat sebenarnya penulisnya.
Salam penuh hormat dan sehat untuk mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.
Mb Tien , sugeng dalu . Salam sehat n aduhai ...kangen cerita kok lama ga muncul . Semoga mb Tien sehat selalu ya .
ReplyDeleteSalam aduhai . Yuli Semarang
Alhamdulillah MCYT Eps 40 sudah tayang, matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSemoga mBak Tien tetap sehat bahagia sejahtera bersama keluarga dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam sehat dan salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah mb Tien sdh sehat kembali
ReplyDeleteSmg sll sehat njih mb Tien
Salam sehat ADUHAI ,..
Alhamdulillah.... Bu Tien sudah sehat. terimakasih, Salam aduhai
ReplyDeleteWaouw akhirnya yang ditunggu datang juga MCYT...
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, love you full
Alhamdulillah.. semoga b Tien terus sehat, terus berkarya
ReplyDeleteTetap dan selalu ADUHAI
SALAM SEHAT PENUH SEMANGAT DARI REWWIN...🌿
Sehat selalu Bu Tien ...
ReplyDeleteSalam aduhai...
Alhamdulillaj, bersyukur selali.bosa.naca kelanjutan Si.Indri ...seaihus.pertanda Mbak Tien tambah semangat, sehat bajagia ...Salam ADUHAI
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT~40 sudah bisa hadir.. , maturnuwun Bu Tien, semoga panjenengan benar² sudah sehat dan tetep sehat . Aamiin 🙏
ReplyDeleteIbu tien sehat sehst mcyt 40 tsysng good good good terima kasih alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien MCYI 40
Semoga bunda selalu sehat
Salam sehat dan aduhai
Alhamdulilah, sehat selalu bunda. Salam aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah... mbak Tien sdh sehat eps 40 hadir. Smg mbak tien sehat selalu dan semakin Aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah bunda sudah sehat dan dapat berkarya lagi. Terimakasih bunda semoga sehat selalu.
ReplyDeleteAlhamdulilah...matur nuwun bu Tien..mugi tansah sehat
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT40 tayang ..Salam sehat selalu dan aduhai buat Bu Tien .. Semoga saja pertemuan Indri dan Yessyta bisa berlangsung dalam suasana yang haru dan Yessita bisa memaafkan perbuatan yg dilakukan Indri...😊😊😀🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah Bunda sudah sehat dan bisa beraktivitas kembali.
ReplyDeleteMakasih Bunda untuk MCYT 40 nya .
Met malam dan met istirahat Bunda.
Alhamdulillah mbak Tien sudah sehat dan sudah berkarya lagi. Salam sehat selalu dan salam aduhai mbak Tien. Semoga tetap sehat ya
ReplyDeleteAlhamdulillah, sudah tayang kelanjutannya. Terima kasih b. Tien, semoga Allah selalu menjaga kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan panjenengan dan kita semua. Aamiin YRA.
ReplyDeleteSlmt mlm mbak Tien.. Alhamdullilah mbak Sdh sembuh dan sht kembali.. Shingga bisa menghibur kami penggemar cerbung mba Tien.. Jgnterlalu cape y mbak.. Kitasemua sll mendoakan mba Tien spy sht sll dan tetap dpt berkarya.. Jgkesehatan y mbaqu.. Salamseroja dan tetaap aduhai dri sukabumi.. 🥰🥰
ReplyDeleteSalam ADUHAI dari Kediri.
ReplyDeleteSalam aduhai ....mbak Tien.
ReplyDeleteSemoga sehat senantiasa. Aamiin.
Tks mbak Tien episode 40 sdh tayang dan mbak Tien sdh sehat lagi.
ReplyDeleteSemoga mbak Tien sehat2 selalu dlm lindungan Tuhan.Amin.
Salam aduhai dr Tegal
Waaah sdh tayang MCYT40, matur suwun bunda Tien, semoga bunda selalu sehat, salam Aduhai bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteSampun sehat mb Tien...??
Mugi enggal pulih njih mb Tien....teriring doa saking Kediri
Biar kembali aduhaiii...lagi 🙏🙏👍👍❤️❤️❤️
Salam sehat selalu 👍👍👍💪💪💪
Alhamdulillah ,sdh tayang,semoga bu tien sll sehat dan sll dlm lindungan Nya, aamiin ya rabbal'alamiin,salam kenal dr kediri,salam sehat🙏
ReplyDeleteSemoga sehat selalu bu Tien biar cerbung lanjut terus
ReplyDeletePuji Tuhan Bu Tien sdh sehat kembali. Salam Dr Jogja ,bu...
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien sdh sehat, semangat dan kembali produktip setelah beberapa hari libur. MCYT40 yg kami penggandrung rindukan hadir dgn tetap bikin penasaran.
ReplyDeleteSemoga kedatangan Indri untuk minta maaf menyatakan pertobatannya kpd Yessy mendapat sambutan baik dari Yessy yg memang orang baik.
Perantaraan simbah pemulung yg hdp bahagia Indri ketularan jadi insan baik. Semoga bahagia ke depannya.
Monggo ibu Tien dilanjut aja. Matur nuwun berkah Dalem. SALAM ADUHAI SEHAT SEGER WARAS...
Alhamdulillah Bu Tien sdh sehat kembali
ReplyDeleteTerima kasih Bu.. MCYT 40 sdh hadir
Semoga Ibu sehat selalu.
Salam ADUHAI dari Bekasi
Alhamdulillah. Bu Tien sdh menulis lagi
ReplyDeleteSemoga sehat selalu ibu...
Salam sehat dari Magelang
Alhamdulillah, sdh tayang mcyt 40. Semoga bu Tien benar2 sdh sehat
ReplyDeleteTetap semangat bu Tien. Salam sehat selalu..
Alhamdulillah mba Tien sudah sehat dan dapat beraktifitas kembali. Semoga tetap sehat dan semangat.
ReplyDeleteTerima kasih mba Tien. Salam hangat dan Aduhai.
Haloo mbak Tien...
ReplyDeletePuji syukur mbak Tien udh sembuh..🙏
Trimakasih mcyt40nya..
Msh ada besok lg yaa..
Penasaran dgn Indri kerumah Yessyta..
Salam sehat selalu dan aduhai mbak Tien..🙏😘⚘
Alhamdulillah bu Tien sudah sehat... Dan sudah berkarya lagi... Terima kasih ibu.. Salam sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah,Mugi tansah pinaringan sehat..Bu Tien,Aamiin.
ReplyDeleteAduhai akhirnya muncul juga,matur suwun Bu Tien,salam sehat semangat 🙏🙏🙏💪💪💐💐💐😍😍
ReplyDeleteAlhamdulilah bunda Tien sampun sehat.
ReplyDeleteMatur nuwun bunda masih menyempatkan menghadirkan MCYT40..
Semoga bunda enggal pulih sehat njih bun...
Dan semakin ADUHAI...🙏
Terima kasih mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah bunda Tien sdh sehat kembali...Terimakasih sdh berkarya lagi menghibur kita semua....Salam ADUHAI & sehat² Selalu...dari Bandung...Aamiin
ReplyDeleteSi Indri kini memang mulai menata diri dan ingin menebus dosa masa lalu. 😭
ReplyDeleteAkankah hal yg tersulit ditempuh Si Indri dgn ikhlas. 🙏
Itulah #inti pesan bijak yg ingin disampaikan Bu Tien Kumala Sari. Bernas sungguh. ❤️
Alhamdulillah - Wasyukurillah. ☘️
Alhamdulillah..
ReplyDeleteKemarin absen lama... Ternyata gerah..
Sehat2 terus ibu... ❤️❤️❤️
Sdh hadi MCYT 40, sudah sehat to bu Tien. Selamat istirahat u bu Tien.salam aduhai ya bu Tien🤲🤲💐❤
ReplyDeleteAlhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir,
Matur nuwun bu......
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin.....
Salam ADUHAI..
Alhamdulillah, mbak Tien sehat ya, jangan di forsir. Beberapa hari gak muncul bikin khawatir saja. Jaga diri dan tetap semangat...
ReplyDeleteAlhamdulillah tayang terimakasih bude, mudah2an Alloh paring sehat selalu panjang umur yg barokah, salam aduhai dr Depok
ReplyDeleteAssalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
ReplyDeleteSelamat pagi bu Tien, Alhamdulillah sampun dangan njih, smg Ibu selalu dalam lindungan Allah SWT, Aamiin yra.
Terima kasih, MCYT dh hadir kembali, hapuskan rindu yang beberapa hari ini tertahan...😊
Perjalanan hidup Indri stlh bertemu simbah pemulung benar2 bs menyadarkan Indri. Dy ingin memulai kehidupn barunya dgn meminta maaf pd semua org yg pernah disakitinya, dan berharap bs diterima lg oleh kedua ortunya. Semoga niatmu terlaksana Indri, bener2 jd org baik. Mungkinkah dy kembali ke Sony dan istri barunya? Keduanya jg org baik, yg mau menolong dan berbagi dg Indri. Keadaan lah yg memaksa Sony menikah lagi....tak kan ada asap klw ga ada api...🤭
Penasaran...hehehe jdnya berandai-sendiri...yg pastinya gmn kelanjutan hidup Indri ada di episode2 selanjutnya...setia menunggu kok...
Salam sehat, hangat dan ADUHAI selalu🙏
Alkhamdulillah sudah tayang bag.40 nya
ReplyDeleteTrimakasih bu..semoga ibu tien sehat selalu Aamiin salam Aduhai...
Puji Tuhan,mbak Tien sdh sehat kembali,banyak istirahat dulu mbak,jangan forsieren dulu ya.
ReplyDeleteBtw terimakasih MCYT nya sdh tayang.
Salam aduhai selalu.
Alhamdulillah Bu Tien sudah dapat melanjutkan MCYT yang semakin Aduhai. Semoga Allah segera memberi kesembuhan dan kesehatan yang prima kepada Ibu....aamiin yaa rabbal alamiin.
ReplyDeleteAlhamdulillah bu tien sdh bisa menayangkan lanjutan cerbung mcyt 40, semoga bu tien semakin sehat dan pulih kembali seperti sedia kala, bisa beraktifitas kembali dan selalu dalam lindungan Allah SWT ...... aamiin yaa rabbal'alamiin
ReplyDeleteSalam sehat dan aduhai selalu
Alhamdulillah Bu Tien sudah sehat, semoga tetap sehat, tetap semangat dan tetap aduhai.....terima kasih Bu Tien...🙏😊
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Alhamdulillah Sdh terbit mcyt eps 40. Maturnuwun dan teriring do'a, in syaa Allah Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat kembali, bahagia bersama keluarga tercinta. Aamiin Yaa Robbal'alamiin. Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAssalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT 40 hadir, jazaakillahu khairan bu Tien
Tambah sehat wal'afiat ya bu🙏
Masya Allah LAA QUAWWATA ILA BILLAH
Bu Tien berhati mulia tercermin dari simbah yg telah menyadarkan kesalahannya n membuat lehih berarti hidup Indri,,super Aduhaaii 👍👍👍
Salam dari Clusters Cendana Bintara 🙏🤗☘️🌸
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah rahayu wilujeng sedoyonipun....
Di pernikahan Suni Indri menghindar dan pura" tidur
ReplyDeleteKarena dia tahu siapa yg datang.
Tapi pada akhirnya dia mau ke rmh Yessy untk meminta maaf.
Bersama simbah pemulung smg Indri sadar atas dosa"nya selama ini.
Dan juga tahu bahwa hidup itu penuh perjuangan, tidak hanya ongkang" kaki, makan enak di raetoran, sana sini naik mobil mewah.
Bagaimana tanggapan Yessy dan keluarganya saat nanti Indri datang untuk meminta maaf....
Yukkk sama" kita nantikan episode selanjutnya.
Apa kabar bunda Tien,semakin sehat nggih...
Jadi kangen beberapa hari ndak jumpa walau hanya lewat blogg. He he
Salam sehat dan aduhai dari Bojonegoro.
Alhamdulillah mbak Tien sudah sehat. Yg membuat saya senang karya2 mbak Tien itu karena pesan morslnya, sangat kuat dan yg bersalah selalu bertaubat. Semoga sehat terus mbak Tien. Aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah Bunda Tien sudah sehat, semoga terus sehat bunda. Aamiin
ReplyDeleteSehat selalu njeh bu Tien..tks episode 40 sdh tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah bu Tien sudah dapat menulis lagi lanjutan MCYT 40 ..terima kasih ibu .semoga sehat selalu..aamiin.
ReplyDeleteIbu mengajarkan filosofi hidup yang penuh makna..semoga akhir cerita MCYT berakhir bahagia.
Indri mendapatkan maaf dan dapat melanjutkan hifup yg lebih baik dan bermakna..aamiin. Salam aduhai
Alhamdulillah Mbak Tien sdh muncul lagi ...MCYT 40 sdh tayang ... Smg sehat n bahagia selalu Mbak Tien ... SalamAduhai buat semua ...
ReplyDeleteAlhamdulillah bu tien sdh bisa berkarya lg, smoga sehat seterusnya
ReplyDeletePuji Tuhan.
ReplyDeleteBunda Tien sudah sehat kembali.
Tetap sehat ya bunda.
Salam Aduhai...
Alhamdulilahirobiil'alamiin. Akhirnya bersua lg dg MCYT 40. Semoga Bunda Tien sehat selalu dan juga para pembaca semuanya. Salam sehat dan aduhai
ReplyDeleteAlhamdulillah bu Tien sampun sehat. Matur nuwun bu.
ReplyDeletealhamdulilah sudah tayang lagi epsd. 40
ReplyDeletesemangat Bu Tien ku setia menanti ceritamu
Alhamdullilah MCYT ke 40 sdh tayang kembali salam sehat ya bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, mbakyu sayang sampun dangan...
ReplyDeleteSalam Aduhai penuh cinta njih mbak Tien..
Puji Tuhan,, terima kasih Bunda,, sdh tayang MCYT 40 yg semakin aduhai. dan memberi bnyk skli pelajaran hidup,, smg Bunda selalu sehat,, dan terus berkarya n mnjadi berkat bagi sesama melalui karya2 nya. Salam aduhai.. dr tgr.
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh sehat mbak Tien.tetap semangat dan berkarya salam aduhai dari Palembang
ReplyDeleteOh paling mumpluk sing crigis..
ReplyDeleteyah.. semua tokoh mengangankan harapan apalagi dengan tujuan baik, bermartabat. Semoga..
Kemana njih episode 43 mengais cinta terserak loer
ReplyDelete