SANG PUTRI 10
(Tien Kumalasari)
“Yu Miraaah....” Bintang berteriak, dan kali ini sambil menangis.
Handoko kebingungan, ia melangkah kearah Bintang.
“Bintang, jangan menangis, sini.. ayo kita cari yu Mirah. Mungkin lagi belanja, ayo sayang, kita cari kedepan,” kata Handoko sambil menarik lengan Bintang.
“Nah, bangun ya, bapak kan belum bisa menggendong.”
“Mau pipis...”
“Oh ya, baiklah..” Handoko duduk disebuah kursi, meletakkan kruknya lalu melepas celana Bintang.
“Bisa pipis sendiri kan?”
“Yu Miraah..”
“Sebentar, yu Mirah sedang pergi, ayo kekamar mandi sendiri.. ma’af ya, bapak belum bisa menggendong Bintang.”
Bintang berjalan kearah kamar mandi. Handoko gelisah bukan alang kepalang. Ia kemudian memasuki kamar Mirah. Almarinya setengah terbuka, Handoko membukanya lebih lebar, dan ia benar-benar terkejut. Mirah membawa semua pakaiannya. Berarti Mirah pergi? Ia mencoba menelpon Mirah. Tapi ponselnya tidak aktif.
“Ya Tuhan...”
Handoko kembali duduk dikursi, dengan tubuh lunglai.
“Bapaaak, bajuku basah...” teriak Bintang..
Aduh, Handoko masuk kekamar Bintang, membuka almari dan mengambil baju serta celana lalu kembali duduk dikursi. Ia harus duduk karena satu kakinya belum bisa menopang tubuhnya.
“Sini Bintang, ini baju kamu.”
Bintang mendekati bapaknya, Handoko melepas bajunya yang basah dan menggantikannya.
“Mengapa bisa basah ?”
“Keguyur air.”
“Oh, baiklah.. nggak apa-apa..nih, bajunya sudah, sekarang celananya ya..”
“Bintang mau susu..”
“Oh, baiklah..”
Handoko menuju dapur, menghampiri meja tempat membuat minuman. Ia tak tahu berapa ukuran susu untuk Bintang, ia harus membaca dulu petunjuk dikalengnya, baru membuatnya, aduhai.. tidak mudah mengurus bocah bukan?
“Bapaaak, mana susu...” Bintang berteriak, sementara Handoko sedang mengaduk susunya. Ia melakukannya sambil duduk.
“Sebentar ya, ini sudah siap..” Handoko tertatih lagi mendekati Bintang.
“Ini sayang, sambil duduk dong, kalau minum. Nah begitu.”
Bintang menghabiskan susunya. Handoko bernafas sedikit lega. Tapi pikirannya benar-benar kacau. Rumah ini hanya Mirah yang bisa mengaturnya. Rapi tatanan perabotnya, rapi sa’at makan dan minum, rapi sa’at tidur dan terjaga. Sekarang apa? Baru mengurus Bintang saja Handoko sudah kebingungan.
Handoko mengajak Bintang keruang tengah.
“Bintang belum mandi..” celetuk Bintang lagi.
“Ya ampuun.. iya, sebentar ya Bintang..”
Handoko termenung bingung. Ia tak tahu harus berbuat apa. Ketika itulah Palupi muncul dari dalam kamarnya, masih dengan wajah kusut dan rambut awut-awutan.
“Dengar, Mirah sudah pergi, sekarang urus anakmu ini.”
“Oh, sudah pergi? Baguslah.. “
“Sekarang urus Bintang, dia belum mandi..”
“Ayo mandi bareng ibu...” ajak Palupi.
“Nggak mau,... nggak mau...” Bintang merengek.
“Apa maksudmu nggak mau? Aku ini ibu kamu. Mengerti ?” kata Palupi dengan nada tinggi.
Bintang merapat ke tubuh bapaknya.
“Bintang, mandi dulu sana, biar wangi..”
“Sama yu Mirah...” rengeknya lagi.
“Mirah jelek itu sudah pergi. Apa kamu tak akan mandi selamanya?”
Handoko mengeluh dalam hati. Merayu anaknyapun Palupi tidak sanggup.
“Bintang, yu Mirah sedang pergi, kamu mandi sekarang sama ibu ya?” Handoko berusaha membujuk. Tapi Bintang menggeleng dengan keras.
“Nggak mauuu.. nggak mau....”
“Nanti habis mandi lalu makan ayam goreng. Itu yu Mirah yang menggoreng lho Bin.. enak pastinya.”
“Sama yu Miraaah...”
“Yu Mirah sudah minggat ! Kamu nggak tahu ya?”
Tak tahan melihat sikap Palupi, Handoko membentaknya.
“Diam kamu!! Mengambil hati anak saja tidak becus !!” kata Handoko tandas.
“Ayo.. mandi sama bapak saja ya? Bareng bapak ya?” katanya kepada Bintang.
Bintang mengangguk. Handoko membawanya masuk kekamar. Ada bangku disana, Mirah yang menyiapkannya, agar mudah bagi Handoko setiap kali mandi karena ia selalu melakukannya sambil duduk.
Handoko menarik bangku itu kedalam kamar mandi.
“Ini untuk apa?” tanya Bintang.
“Kaki bapak kan masih sakit, jadi kalau mandi harus sambil duduk, belum kuat kalau berdiri.”
Bintang melepas semua pakaiannya. Handoko membantunya sambil duduk, lalu ia mengisi air kedalam bathup.. lalu membiarkan Bintang masuk kedalamnya. Bathup nya cukup besar, sehingga mereka bisa berendam berdua. Bintang senang bukan alang kepalang. Ia bercanda saling menyiramkan air sambil terkekeh-kekeh. Sejenak rasa kehilangan Mirah terlupakan.
Palupi mendengar celoteh dan tawa mereka di kamar mandi, wajahnya gelap bagai tertutup mendung. Tak ada yang benar yang dilakukannya. Selalu saja dia dianggap salah. Lalu ia masuk kekamar makan, membuka tudung saji, mencomot sepotong paha ayam goreng lalu berjalan kearah teras, mengunyah paha ayamnya sambil menyilangkan kaki.
Benarkah kepergian Mirah akan membuatnya menjadi sang putri dirumah itu?
***
Handoko melayani makan Bintang sendirian . Palupi duduk diteras, belum mandi dan belum rapi, sementara anak dan suaminya sudah wangi. Handoko masih berfikir tentang Mirah, sementara tangannya meladeni anak gantengnya makan.
“Ayamnya harus dipotong-potong?” tanya Handoko.
“Iya bapak. Dipotong-potong.”
Biasanya Mirah melakukannya, memotong-motong ayam untuk Bintang dan untuk dirinya, tapi kali ini Handoko yang melakukannya. Sambil mengiris ayam, maka batinnyapun seakan ikut teriris.
“Mengapa yu Mirah lama sekali?” Bintang mulai merengek setelah selesai makan,
“Nanti ya.. coba ditunggu sebentar lagi..” kata Handoko yang tak yakin bahwa Mirah akan kembali.
“Mau main sama yu Mirah...”
Bintang mulai rewel.. sementara Palupi tak peduli. Gemas Handoko menyaksikan Palupi duduk tanpa beban.
“Lupi, sekali lagi aku mau bilang dan ini yang terakhir. Apa kamu mau mengurus rumah tangga kamu atau tidak?”
“Apa sih mas, kaget aku.”
“Kamu senang Mirah pergi, lalu siapa yang mengurus rumah ini? Rumah berantakan, anak tidak diurus.. apa mau kamu?”
“Aku kan sudah melakukannya, tapi dia tidak mau. Harus bagaimana lagi?”
“Kalau begitu bersihkan rumah dan cuci piring-piring kotor.”
“Aku sudah minta tolong teman aku untuk mencarikan pembantu, sabar lah mas.”
“Aku tidak mau pembantu. Aku mau kamu yang melakukannya.”
“Enak saja.. aku nggak mau. Aku ini isteri kamu.”
“Kamu rupanya tidak mengerti juga bagaimana tugas seorang ibu rumah tangga. Baiklah, aku akan mengajak Bintang mencari Mirah.”
“Apa?”
“Bintaaang...” Handoko melangkah kebelakang, menemui Bintang yang sedang bermain mobil-mobilan.
“Bapak.. aku mau yu Mirah... “
“Baiklah, ayo kita cari yu Mirah.”
Handoko memanggil taksi, lalu pergi bersama Bintang kekampungnya Mirah.
***
Palupi yang tetap tak mengerti apa sebenarnya yang salah dalam hidupnya, menelpon Danang. Danang dianggapnya selalu bisa menenangkan hatinya.
“Danaaang..” panggilnya ketika menelpon.
“Ada apa mbakyuku yang cantik..”
“Nanti pulang kantor samperin aku ya..”
“Lho, mau kemana?”
“Aku lagi suntuk.. mas Handoko sama Bintang pergi..”
“Kenapa nggak ikut sekalian.. malah ngajakin aku..?”
“Ogah, mereka pergi menjemput Mirah.”
“Memangnya Mirah kemana ?”
“Minggat !”
“Yaah, seneng dong pesaing sudah minggat.”
“Hiih, ngapain... aku bukan pesaing dia. Enak aja, jauh lah aku sama Mirah.”
“Iyaa, tentu saja..”
“Kenapa kamu selalu bilang bahwa aku pesaing dia?”
“Hehe... ma’af deh.. maksudku dalam merebut hati mas Handoko.”
“Itupun aku tidak bersaing,, Dia itu perusak.”
“Baiklah, aku jemput sa’at istirahat kantor saja ya..”
“Buruan, itu lebih baik..”
“Iya.. aku tahu, kan mbakyuku ini ngangenin.. kalau boleh semalam aku nggak akan mulangin kamu lho mbak.”
“Ooo.. ketagihan ya..”
Danang tertawa lalu menutup pembicaraan itu. Palupi beranjak kebelakang. Dimeja makan semua makanan masih tertata, tapi sup sudah dingin. Palupi memanaskannya, lalu duduk makan dengan lahap.
“Nggak enak.. kata siapa masakan begundal itu enak?” Palupi berdiri, lupa bahwa ia menghabiskan semangkuk sup dan sepotong ayam goreng besar.
“Aduuh, siapa yang akan mencuci piring dan mangkuk kotor ini?”
Palupi mengangkat piring-piring kotor dari atas meja, tapi hanya diletakkannya didalam bak cucian.
“Biar saja, sisa makanan juga biar disitu saja. Kelamaan mengurusnya. Kapan aku mandi?” gumamnya sambil melangkah kedalam kamar mandi.
Ada orang yang peduli ketika orang lain mengkritiknya, lalu berusaha untuk memperbaiki langkahnya. Tapi ada juga orang yang tak peduli akan suara apapun, dan terus melakukan hal yang disukainya. Palupi merasa semua orang menyalahkannya. Tak ada kebaikan pada dirinya, dan itu hanya membuatnya sakit hati, bukan kemudian berusaha memperbaiki diri. Ia ingin disanjung, dipuji, dan itu didapatkannya dari Danang yang sesungguhnya juga hanya ingin mencari kesenangan.
***
Siang itu Ryan mengajak Widi makan siang disebuah restoran. Sesungguhnya Ryan kecewa karena pak Tarman belum memberikan ijin untuk mereka pacaran. Mereka ketemuan hanya dengan berkencan disuatu tempat. Widi merasa bapaknya menganggapnya masih anak kecil yang belum pantas pacaran.
“Tahun depan kuliahmu selesai bukan?” tanya Ryan.
“Iya.. in shaa Allah..”
“Apakah mungkin bapak akan mengijinkan setelah kamu selesai kuliah?”
“Semoga ya mas.. Mas harus sabar..aku sudah minta tolong kepada mas Handoko untuk bicara sama bapak, cuma ..ya.. sa’at ini kan mas Handoko lagi sakit, dan kayaknya rumah tangganya lagi kacau begitu..”
“Iya aku tahu..”
“Kemarin kan mbak Lupi marah-marah karena menuduh mas Handoko selingkuh.”
“Aku kok nggak percaya.”
“Iya, dan kalaupun iya, itu kan salah mbak Palupi sendiri. Aku tidak bisa menyalahkan mas Handoko.”
“Iya sih.. tapi.. lihat siapa yang barusan masuk ..” kata Ryan tiba-tiba.
Widi menoleh kearah pintu masuk, dan melihat Palupi bergandengan tangan dengan Danang.
“mBak Lupi sudah gila..” desis Widi geram.
“Itu selingkuhannya Palupi?”
“Itu adiknya mas Handoko, mas Danang.”
“Wah.. benar-benar gila dia. Ayo kita segera pergi saja, sudah kan makannya?”
“Iya, untunglah mereka tidak melihat kita dan duduk agak jauh dari kita.”
Ryan dan Widi keluar dari rumah makan.
“Aku akan bilang pada bude, mas Danang itu keterlaluan, dan mbak Lupi juga kebangetan.”
“Apa sekarang kamu aku antar kerumah bude?” tanya Ryan yang sudah tahu siapa yang dimaksud dengan bude.
“Iya mas, nggak apa-apa, kalau itu keterusan kasihan mas Handoko.”
“Apa tidak sebaiknya ke mas Handoko saja dulu? Kasihan nanti bude kaget.”
“Gimana ya enaknya?”
“Ke mas Handoko saja.. mungkin kita bisa bicara lebih enak.”
Tapi ketika sampai dirumah Handoko ternyata rumah itu kosong.
“Kemana ya mas Handoko? Jalan-jalan sama Bintang barangkali. Coba aku tilpon.”
“Ya Widi?” sapa Handoko ketika menerima telpon Widi.
“Mas dimana? Aku kerumah sama mas Ryan nih. Jalan-jalan sama Bintang ya? Aku susul ya.”
“Bukan, aku lagi mau kerumah Mirah.”
“Kerumah yu Mirah? Mengantar yu Mirah pulang kampung?”
“Tidak, Mirah pergi dari rumah, Bintang rewel nih.”
“Haaa, yu Mirah pergi? Ada apa sebenarnya?”
“Palupi lah penyebabnya..”
“Diusir sama mbak Palupi ?”
“Tidak secara langsung. Mirah mendengarnya, pagi-pagi ketika aku bangun dia sudah nggak ada. Aku nggak tahan nih, Bintang rewel.. lalu aku ajak dia mencari Mirah.“
”Ya ampuun, sampai segitunya ya. Ya sudah mas, agak sore saja aku kerumah.”
Widi menutup ponselnya dengan menampakkan raut muka sedih.
“Kenapa ?”
“Yu Mirah pergi,”
“Kemana?”
“Nggak pamit, pergi begitu saja. Tampaknya mendengar mbak Lupi ngomong apa, gitu.”
“Kasihan Bintang.”
***
Tapi sesampai dirumah orang tua Mirah, ternyata Mirah tak ada disana. Bintang menangis sepanjang perjalanan pulang.
“Yu Mirah mana.. yu MIrah mana.. aku mau yu Mirah...”
“Bintang, nanti kita cari yu MIrah ditempat lain ya.. diamlah, nggak malu tuh.. nangis terus.. kan Bintang sudah besar.. katanya sudah mau sekolah..?”
“Nggak mau sekolah.. maunya yu Mirah...”
“Ya.. ya, baiklah.. tapi Bintang harus diam dulu dong..”
“Mana yu Mirah.. aku mau yu MIrah..”
“Sayang.. ayo kita cari yu Mirah. Tapi jangan nangis ya. O.. bapak tahu, bagaimana kalau kita beli es krim dulu.”
“Nggak mau.. Bintang mau yu Mirah..”
Handoko memeluk Bintang, ia juga ingin menangis. Kepergian Mirah membuat hatinya kosong, seakan ada yang hilang, seakan ada yang kurang.
Hari sudah sore ketika itu, Handoko masih dalam perjalanan bersama Bintang yang merengek tak henti-hentinya.
Handoko juga tak mengajak Bintang berhenti untuk makan pada siangnya karena Bintang menolak sambil menangis keras.
“Nggak mau makan.. mau makan sama yu Mirah.. sama yu Mirah..”
Handoko kehabisan kata-kata untuk menghentikan tangis Bintang, ia hanya memeluknya erat sambil menitikkan air mata.
Untunglah tak lama kemudian Bintang tertidur. Handoko sedikit lega. Sesampai dirumah Handoko menidurkannya dikamar dengan hati-hati. Untunglah tukang taksi tadi membantunya menaikkan Bintang dalam gendongan.
***
Mirah memang belum pulang ke kampungnya. Dengan membawa tas yang berisi pakaiannya, ia berhenti disebuah mushola. Bersujud disana dan mengadukan perjalanan hidupnya yang terasa pedih kepada Sang Pemilik Kehidupan ini.
Hanya satu yang membuatnya berat melangkah pergi, yaitu Bintang. Bintang sangat dekat dengannya. Ia pasti menangis dan mencari-cari dirinya. Makan, mandi, tidur, selalu bersamanya. Bagaimana kalau kemudian Bintang sakit?
“Mas Bintang, kasihanilah yu Mirah ya mas, kalau dirumah terus yu Mirah merasa amat tersiksa. Ibu menghendaki yu Mirah pergi, dan yu Mirah tak ingin menjadi duri dalam daging bagi ibu. Biarkan yu MIrah pergi ya mas Bintang. Jangan rewel, jangan mencari yu Mirah lagi. Jadilah anak baik dan penurut, sebentar lagi mas Bintang kan mau sekolah. Sekolah yang pintar ya mas. Lupakan yu Mirah. Cintailah ibu dan bapak. Yu Mirah berharap mereka bahagia.”
Mirah membiarkan air matanya terurai deras. Melepaskan segala duka yang menyesak dadanya. Itu sebabnya ia belum ingin pulang, agar nanti orang tuanya tak melihat tangisnya yang berderai tak henti-hentinya. Sampai sore Mirah belum berhasil menuntaskan tangisnya. Ia lupa makan dan minum, hanya duduk ditangga mushola dan hanya beringsut dari sana ketika Adzan tiba.
***
Handoko terus menerus membujuk Bintang, dari ketika dia bangun dan rewel, mandi rewel, tapi sa’at makan Handoko sangat memaksanya agar mau makan karena siangnya Bintang sama sekali belum makan.
“Sekarang Bintang harus makan dulu, besok kita cari yu Mirah lagi. Oke?”
“Benar?”
“Benar.. tapi makan dulu ya. Setelah itu tidur. Apa Bintang mau tidur bersama bapak?”
“Dikamar bapak?”
“Iya dikamar bapak.”
“Apa bapak bisa mendongeng?”
“O, bisa dong.. nanti bapak mendongeng, tapi Bintang nggak boleh rewel, ya.”
“Besok mencari yu Mirah lagi kan?”
“Iya.. bapak janji. Tapi sekarang makan dulu ya?”
Handoko senang ketika Bintang menurut ketika diajak makan.
Tapi malam itu ketika sedang menemani Bintang tidur, dan sedang memikirkan sebuah dongeng, ponselnya berdering. Berdebar Handoko membaca dilayar ponselnya. Dari Mirah.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah...habis dilongok langsung nongol...matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSeeer ,, mirah telpon,, dada jd bergemuruh,,,, ahaaayyyy ,, rinduuu nih yee 🤣🤣🤣🤣
DeleteTerima kasih ... MBak.Tien Kumalasari. Dirantos part 11 nya
DeleteHadir kembali...mksh b Tien...salam sehat slalu
ReplyDeleteWah cerbungnya makin membuat penasaran
ReplyDeleteTerima kasih jeng tien
Matur nuwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat dari Batang
Alhamndulillah.... Terimakasih mbak tien. Senantiasa diberi kesehatan, Aamiin
ReplyDeleteWao senangnya pas ngintip SP 10 sudah siap untuk dibaca.
ReplyDeleteKadihan Si Bintang mencari pengasuhnya... apakah Keluarga Handoko masih bisa ketemu lagi dengan Mirah?.
Salam sehat dan bahagia mbak Tien.
Terima kadih mbak Tien
Alhamdulillah Sang Putri sdh dateng. Suwun mbak Tien
ReplyDeleteSalam sehat, semangat berkarya. Met rehat nggih mbak Tien
Besok lagi ya
Seneng sekali ... Yu Mirah dah muncul ....
ReplyDeleteMatur nuwun mbak tien-ku ...sudah 'terbit' cerbung nya.
ReplyDeleteNaa...Danang klo keterusan bisa berresiko loh...
Mirah baiknya memang ngumpet dulu, biar ada *affair* ...yg buruk biar tampak keburukannya...he he he ...
Salam sehat mbak Tien , dari Sragentina
Palupi tidak sadar juga meski Mirah sudah pergi
ReplyDeleteTeria kasih bu Tien .saya baru meraba raba hubungan Palupi dan Danang
Alhamdulillah.......
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu sudah hadir gasik
Matur nuwun sanget Ibu Tien,
Semoga sehat selalu dan tetap semangat.
Salam seroja (sehat rohani jasmani) dari Cilacap.
Pas ngintip langsung nongol SP 10,dibaca terasa baru sebentar sudah besok lagi.
ReplyDeleteSemoga yu Mirah mau balik lagi,kasian Bintang dan Bpk nya.
Terasa kejam mendoakan yg tdk baik buat Palupi nih hihihi habis Palupi yg tdk bertanggung jwb sebagai ibu RT.
Semakin seru nih mbak Tien,salam seroja buat mbak Tien dr Tegal.
Kasihan Bintang hhh ..Palupi tak pantas jd ibu..ihh ikutan emosi nih ...trimakasih bu Tien Sp sdh tayang gasik ..semoga bu Tien selaly sehat dan semangat dlm berkarya ..Ýayuk Klaten
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Mks mbak Tien ..SP 10. Telah hadir..sedikit dongkol sampe lubuk hati yg paling terdalam ...melihat tingkah DANANG & PALUPI.. kok teganya si DANANG dg kakak Kandung mengkhianati ya..padahal satu pringkel..kalo PALUPI jelas Orang Lain..gak masuk Rumusan... 🤭🙏🙏. Bikin Baper aja Mbak Tien. 👍
DeleteMatur nuwun bu Tien. Mau dongkol apa yang didongkolin... mau nggak ikutan dongkol kasihan Bintang dan Handoko. Mau doain Palupi segera sadar..... susah matanya sdh gelap... sampai ipar sendiri juga diembat....
DeleteBu Tien sedikit koreksi, kelamaan tekan caps Lock, sehingga masih terulis Mira jadi MIra, Bintang jadi BIntang. tapi anehnya jika Handoko, Danang, Palupi benar nulisnya, hanya sekali Handoko tertulis Hndoko. Sekali lagi Matur Nuwun.... ceritanya tambah seru.
Salam sehat selalu dan selalu sehat ya.....
Kita sudah punya grup WA lho. adminnya jeng Nani Nur'Aini Siba dari SRAGENTINA lho, anggotanya sdh 9 orang. Hayo gabung sahabat-2 cerbung, kapan kita ketemu darat.
Nanti ya..... biarlah Covid-19 minggat dulu baru kita ketemu FANS.
Salam SEROJA.
Trimakasih Bu Tien, tmbh gemeeeesh sm Palupi.. Sehat selalu utk Bu Tien serta penggemar cerbung... Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteAlhamdulillah SANG PUTRI 10 sudah tayang.
DeleteMatur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Terima kasih Bunda Tien, sehat terus ya Bunda,, Aamiin 😍😍😍
DeleteDo'a Yu Mirah...
DeleteMas Bintang, kasihanilah yu Mirah ya mas, kalau dirumah terus yu Mirah merasa amat tersiksa. Ibu menghendaki yu Mirah pergi, dan yu Mirah tak ingin menjadi duri dalam daging bagi ibu. Biarkan yu MIrah pergi ya mas Bintang. Jangan rewel, jangan mencari yu Mirah lagi. Jadilah anak baik dan penurut, sebentar lagi mas Bintang kan mau sekolah. Sekolah yang pintar ya mas. Lupakan yu Mirah. Cintailah ibu dan bapak. Yu Mirah berharap mereka bahagia.”
Aamiin YRA....
Terimakasih mba, semakin seru ceritanya. Salam semoga sehat slalu, aamiin
DeleteAlhamdulillah...terimakasih cerbungnya sdh terbit, semoga bu Tien sehat selalu. Aamiin yaa Robbal 'Allamiin
ReplyDeleteMirah kembali lagi... Makasih mba Tien . Salam sehat selalu
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien semakin rumit... Smg mbk tien sehat jasmani rohani ekonomo berkreasi dg ridho Allah
ReplyDeletePas ngelongok. Ada... Alhamdulillah.
ReplyDeleteCuma mau tanya nih eyang uti, kan mas handoko sakit kakinya, kok bisa bawa bintang tertidur ke kamarnya..
Maaaf eyang...
Salam sehat buat eyang uti sekeluarga.
Kan Bintang juga bisa naik ke ranjang bapaknya?
DeleteMatursuwun Bu Tien salam dri magelang
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu sdh datang ...terima kasih bu Tien ...
ReplyDeleteSalam.sehat selalu kagem bu Tien and fans
Waaa makin seruuu , mksh Bu Tien salam sehat selalu
ReplyDeleteTrima kasih bu Tien... Sehat" Dan tetap semangat .. Ingin segera esok tuk menikmati kelanjutan ceritanya.. 😀😀
ReplyDeleteAlhamdulillah selesai dibaca sudah episode-10.
ReplyDeleteMengapa ditanah-ku terjadi bencana? Kata Ebiet G Ade. Korban ego para orang tua, yaitu Anak-anak tak berdosa. Semoga Mirah kembali, dan Bintang bahagia kembali ya, Naaak...
Selamat beristirahat. Semoga Bunda Tien senantiasa diparingi ALLAH dengan kesehatan yang baik dan bahagia lahir dan batin.
Nite nite. 🇦🇺😴😗
Trimakasih bu tien...., yg ditunggu sdh terbit..
ReplyDeleteYakinnn..., yu Mirahpun tdk tega hati meninggalkan bintang, mk mencari tau kbrnya lwt handoko...
Makin baper aj..., sgr pengin tau kelanjutannya...
Antara gemes, kesel, sedih campur aduk semua. Bu Tien emang paling bisa mengaduk aduk emosi pembaca nya
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah tayamg episode 10
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin Kutunggu kelanjutannya
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo
Alhandulilah sdh hadir dan sdh bisa mengikuti SP 10.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien SP 10 sudah tayang. Ada yg membuat saya bingung, diperjalan mencari Mirah, Bintang tertidur dan sesampainya di rumah Handoko menidurkannya. Yang saya tidak habis pikir, gimana cara Handoko mengangkat/menggendong Bintang? Untuk berdiri sendiri aja masih susah dan harus dengan bantuan kruk.
ReplyDeleteoke, Mbak Tien, tapi saya sudah puas SP 10 sudah hadir. Selalu menunggu dengan tidak sabar kelanjutannya.
Semoga Mbak Tien selalu diberi kesehatan. Salam seroja dari Semarang.
Lebih realistis minta bantuan pak sopir, ya mbak ...
DeleteMakasih Bunda untuk SP 10.
ReplyDeleteHarapan dan doa kami semoga Bunda sehat wal'afiat tak kurang suatu apa dan terus semangat dalam berkarya
Trimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteSP10...makin greget sm lupi yg lupa sm suami..
Semoga mirah kembali..
Lanjuut mbak Tien..
Salam sehat buat mbak Tien dan keluarga.
Makasih Bu Tien, semoga sehat selalu, dilancarkan & dimudahkan dlm menghibur kami dg tulisan²nya...
ReplyDeleteYg selalu membuat sedih "besok lagi ya..." 😂😂😂
Matur suwun Bu Tien,salam sehat,dan masih menunggu episode selanjutnya😀🙏🙏
ReplyDeleteMtrnwn mb Tien sp 10 nya...smg Mirah mau kembali.. tdk tahu julukan Sang Puteri lbh pantas utk siapa? Palupikah? Atau Mirah? Mb Tien yang tahu.. kami tunggu sp 11 esok hari... Slm seroja utk kita semua
ReplyDeleteAlhamdulillah SP 10 sudah hadir
ReplyDeleteKasihan Bintang kalau Mirah pergi
Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu
Salam hangat dari Bekasi
Alhamdulilah udah hadir...kasihan bintań punya ibu yg tidak peduli dgn anak kok bs ya....
ReplyDeleteSälam sehat bu tien dari jogja
Alhamdulillah ,,matur swn bunda,,,
ReplyDeleteAlhamdulillah Eps 10 terbit...Kasihan nih Bintang kelayu sama Mirah. Apakah Palupi bisa segera sadar ya??? Kita tunggu saja moga2 ada yg mengingatkan bhw perbuatannya itu salah. Sugeng enjang Bu Tien semoga selalu sehat bersama keluarga..Aamiin
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien....menunggu kelanjutan critanya,salam hangat sll
ReplyDeleteSerrr...batin ikut berdegup
ReplyDeletePenasaraaan ...abis terputus...selalu mulut menganga
Salam.sehat mb Tien
Salam.drYuliSlemasendowo
Halow mbak Tien smg sehat selalu wah skr bintangnya Mirah yee kemana ibunya palupi..salam sehat dari Pejaten, Pasar Minggu
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh baca sp 10 ..... trimakasih bu tien kita tunggu tayangan sang putri episode berikutnya, semoga bu tien n kelg selalu sehat2 ..... aamiin yra
ReplyDeleteSalam sehat dari arif - mojokerto
Apakah yu Mirah tdk mau kembali..
ReplyDeleteKasihan Bintang....
Masihkah Palupi terhanyut dg kesenangannya....
Salam sehat selalu mbak Tien
Bu Tien... salam nya sudah saya sampaikan ya... salam kembali untuk bu Tien dan pak Tom (katanya pak Widayat di panggil nya begitu). Waalaikumussalam
ReplyDeleteTerimakasih jeng dokter..
DeleteIya.. teman2nya memanggilnya Tom Widayat, jeng.
DeleteNjih...mtur swun Bun...
ReplyDeleteAlhamdulillah..
Mugi2 tansah rahayu..
Kasian Handoko harus mengutus Bintang dg kondisi kaki yg belum sembuh ..
ReplyDeletembok minta tolong dulu sama Widi atau bu Ismoyo..biarkan Mirah pulang dulu sebelum.pwrmasalahan rumah tangga Handoko jelas ... jangan sampai Mirah di cap sebagai perusak rumah tangga majikan
Aduuuhhh sport jantung mb Tien......trmksh smg sehat sll salam dr blora 🙏
ReplyDeleteTerima kasih bunda ...salam sehat
ReplyDeleteYu miraaahhh...... Sang putri ,uhuk uhuk uhuk..... Semakin seruuuu Buuuu.... Uhuk uhuk ikutan nangis melu Bintang
ReplyDeleteUntunglah tak lama kemudian Bintang tertidur. Handoko sedikit lega. Sesampai dirumah Handoko menidurkannya dikamar dengan hati-hati.
ReplyDeleteBerhubung kaki Handoko masih belum pulih cederanya, mungkin lebih masuk akal kalau tulisannya begini :
Untunglah tak lama kemudian Bintang tertidur. Handoko sedikit lega. Sesampai dirumah, dengan bantuan sopir taksi Handoko menidurkannya di kamar dengan hati-hati.
Maaf mbak Tien...sedikit koreksi.
Maturnuwun ceritanya mengasyikkan sekali.
Semoga sehat selalu..salam dari :
Iyeng Sri Setiawati di Semarang
Nah..cocok dg sy kan...
DeleteYa.. matur nuwun jeng. Jawabannya ada di seri berikutnya.
DeleteSaya terlalu tergesa-gesa menulisnya. Sambil ngantuk.
Delete(Halaah.. alesan)
Sudah saya coba menetralisir. Masih kelihatan 'wagu' nggak ya.
Saya malah gak melihat keanehannya, menurut sy jalan cerita dan bahasanya mengalir wajar2 saja
DeleteMatur nuwun ibubTien
Naaah ini maksud saya.
DeleteMksiih bu iyeng..
Salam sehat selalu yaaa...
Bagi saya alurnya oke oke aja. Cuma kalau bisa tiap episode rodok dowo sitik Bunda hi...hi...hi....semoga sehat selalu. Aamiin..
ReplyDeleteMbak Tien sayang...wah hebat, langsung disempurnakan tulisannya. Tidak ada yang wagu mbakyu...baguus kok. Hihi..."tukang taksi"..saya juga sering menyebut demikian..
ReplyDeleteSiap menanti episode 11. Semoga gak lama lagi diupload...ihhiirr..
Iyeng Sri Setiawati Semarang
Matur nuwun
ReplyDeleteHallo SP 11... kapan dirimu hadir... kutunggu dan kutunggu selalu.
ReplyDeleteBelum hadir rupanya...
ReplyDeleteIya
ReplyDeleteAda apakah
Gerangan
Semoga Jeng Tien sehat walafiat dan lancar semua urusan
ReplyDeleteMdh2an M Tien Skrg sehat. Sudah hari Jum'at kok SP 11 belum bisa mengikuti. Kasihan Handoko mengurus Bintang senduri dalam kondisi dia sendiri masih perlu bantuan .
ReplyDelete