SANG PUTRI 11
(Tien Kumalasari)
Gemetar tangan Handoko ketika mengangkat ponselnya. Dalam hati dia harus memaksa Mirah supaya kembali.
“Hallo, Mirah...” tapi Handoko terkejut ketika yang terdengar adalah suara laki-laki.
“Ini dengan bapak Handoko ?”
“Iya benar.. ini siapa ya?”
“Saya salah seorang pengurus Mushola Al Hikmah. Saya ingin memberitahu bahwa seorang gadis pingsan didepan mushola. Saya menemukan kontak bapak dari ponsel gadis itu.
“Pingsan ? Bagaimana sekarang ?”
“Sudah saya bawa kerumah sakit. Rumah Sakit Pusat pak”
“Baiklah..terimakasih informasinya pak, terimakasih juga telah menolong Mirah. Dia adalah.. mm.. keluarga saya. Nanti semua biayanya adalah tanggung jawab saya pak. Saya akan segera kesana.”
Handoko menutup ponselnya dengan hati bingung. Ia ingin segera kerumah sakit, tapi Bintang belum tidur, Bintang memandanginya penuh tanda tanya, karena tadi ia menyebut nama Mirah.
“Yu Mirah.. bapak?”
“Iya sayang, yu Mirah ada dirumah sakit...”
“Yu Mirah sakit? Bintang mau kesana.. mau lihat yu Mirah..”
“Jangan sayang, anak kecil tidak boleh pergi kerumah sakit. Sekarang Bintang tidur dulu, besok telpon sama yu Mirah.”
“Bisa ngomong ?”
“Bisa dong.. tapi karena sudah malam Bintang tidur ya?”
“Bapak kan belum ndongeng..”
“Begini saja. Sekarang Bintang tidur,. Besok bapak ajak ke toko buku, kita beli buku-buku cerita, nanti bapak bacakan. Oke?”
Bintang mengangguk, ia harus segera tidur karena berharap besok pagi bisa menelpon yu Mirah.
Handoko menepuk-nepuk pantat Bintang, seperti Mirah selalu melakukannya. Tapi ia sangat gelisah, bagaimana bisa melihat keadaan Mirah sementara dia harus menjaga Bintang. Lalu ditelponnya Widi.
“Ya mas, ma’af tadi sore belum jadi kerumah.”
“Nggak apa-apa, aku juga baru pulang agak sore.”
“Ada apa nih mas?”
“Bisa minta tolong Wid?”
“Ya bisa dong, minta tolong apa?”
“Datanglah kerumah, sekarang juga.”
“Memangnya ada apa?”
“Mirah ada dirumah sakit, aku ingin melihatnya, tapi Bintang kan harus ada yang menjaga?”
“Lho, tadi kan mas Handoko kerumahnya?”
“Dia ternyata belum pulang, aku bingung nih, mendengar dia dirumah sakit.”
“mBak Lupi belum pulang?”
“Belum, jangan pikirkan dia, pulangpun belum tentu Bintang mau bersama ibunya.”
“Baik mas, saya kesitu sekarang.”
Handoko sedikit lega. Dilihatnya Bintang sudah memejamkan mata. Handoko masih tetap menepuk-nepuk pantatnya sampai dia benar-benar terlelap.
Widi bergegas masuk kerumah begitu sampai dirumah Handoko.
“Dimana Bintang?”
“Itu, sudah tidur..”
“Itu mas, kok ada kursi ditengah pintu?”
“Itu aku menarik kursi teras dengan susah payah sampai ketengah pintu, lalu aku duduk agar aku bisa membuka pintu sementara Bintang ada dalam gendonganku.”
“Itu ketika mas pulang dari kampungnya yu Mirah?”
“Iya.. kesana nggak ketemu Mirah. Bintang rewel.. aduuh.. aku bingung Wid, untungnya dia tertidur, sebelum sampai rumah. Tapi ya itu, mau masuk rumah susah.”
“Mas juga sambil menggendong Bintang?”
“Iya, sopir taksi membantu menaruh Bintang dalam gendongan, habis mau aku bangunkan takutnya nanti rewel lagi. Susah payah aku membawanya sampai keteras, dengan satu kaki. Ya sudah, lumayan dia bisa tidur satu jam an atau lebih, setelah itu dia bangun dan masih rewel. Tapi untunglah mau aku ajak makan, dengan janji besok mencari MIrah lagi.
“Bagaimana kejadiannya?”
“Aku tidak tahu, tadi aku kekampungnya tapi ternyata dia tidak pulang. Bintang rewel disepanjang jalan. Dia diam ketika sudah mengantuk dan tertidur.”
“Aduh, bagaimana mas dengan memakai kruk bisa menggendong Bintang?”
“Kan aku sudah bilang, sopir taksi membantu meletakkan Bintang dipundakku, aku sampirkan dibahu kanan, lalu berjalan tertatih. Susah payah sih, dan aku juga membuka pintu rumah setelah menarik kursi yang ada diteras, duduk dulu, mangambil kunci yang sudah aku siapkan, baru bisa membukanya, sampai nggak kebayang kenapa aku bisa melakukan itu semua.” kata Handoko mengulang ceritanya.
“Ya ampun mas, kasihan sekali kamu ini,.hanya dengan kaki satu, menggendong bocah segede Bintang.”
“ Tukang taksi itu masih mengawasi aku sampai aku keteras. Mungkin kalau aku tidak berhasil membuka pintu dia juga akan datang menolong aku.”
“Bagaimana mas tahu kalau yu Mirah ada dirumah sakit?”
“Seseorang menelpon aku..Rupanya Mirah memang tidak langsung pulang kerumahnya. Dia ditemukan pingsan didepan sebuah mushola.”
“Ya ampun, yu MIrah..”
“Sekarang aku harus kerumah sakit?” lanjut Widi.
“Tidak, aku yang akan kesana, aku minta tolong kamu tungguin Bintang.”
“Mas, bukannya aku tidak mau, tapi mas pasti lelah, berjalan dengan satu kaki dan mengangkat beban, lalu sekarang akan berjalan sendiri menyusuri rumah sakit, apa tidak berat?”
“Tidak Widi, aku harus ketemu Mirah.”
“Tunggu, aku akan menelpon mas Ryan.”
“Jangan Widi, aku tidak mau merepotkan orang lain.”
“Tidak mas, aku tidak tega mas berjalan sendiri. Tunggu sebentar.”
Dan Widi nekat menelpon Ryan yang dengan senang hati tak lama kemudian datang.
“Bagaimana mas, saya antar sekarang?” kata Ryan begitu sampai dihadapan Handoko.
“Aduuh.. jadi nggak enak saya, tadinya saya mau berangkat sendiri..”
“Sudahlah mas, saya kan bukan orang lain.”
“Iya mas, sana, sama mas Ryan. Dengan begitu aku jadi merasa lega. Kalau mas Handoko mau berangkat sendiri aku malah kepikiran terus.”
“Baiklah, terimakasih Widi. Tolong titip Bintang, kalau dia minta susu sudah aku siapkan di gelas, tinggal nambahin air termos sedikit, biar anget.”
”Ya mas, siap.”
Widi melepas Handoko dengan perasaan iba. Sangat berat beban yang disandangnya. Kemana perginya Palupi? Dari tadi siang belum pulang juga?
“Aduh, apa saja yang dilakukan kakak sepupuku dan iparnya itu?” gumam Widi sambil duduk didekat kamar dimana Bintang tidur,
***
“Mirah itu sangat berarti dalam keluarga saya. Bukan karena saya suka kepada dia, tapi karena dia sangat peduli kepada anak saya, dan juga kepada saya disa’at saya tak mampu melakukan banyak hal,” kata Handoko kepada Ryan dalam perjalanan ke rumah sakit.
“Iya mas, saya melihat Bintang sangat dekat dengan yu Mirah.”
“Sa’at saya sakit, hanya Mirah yang selalu menolong saya. Sa’at saya belum bisa duduk sendiri, tidur sendiri tanpa harus dibantu, hanya Mirah yang melakukannya.”
“Ya mas.”
“Lalu Palupi menuduh saya selingkuh dengan Mirah.”
“Saya juga tak percaya ketika mendengar kabar itu.”
“Kalau begitu sesungguhnya Palupi itu masih mencintai mas Handoko.”
“Ah.. saya kira tidak.”
“Buktinya dia cemburu..”
“Dia bukan cemburu. Dia hanya merasa dikalahkan.”
“Ini tadi dia belum pulang?”
“Belum, kalaupun pulang, apa yang bisa dia lakukan?”
“Tadi siang saya dan Widi melihat Palupi dan seorang laki-laki, kata Widi itu Danang, adiknya mas Handoko.”
“Benarkah ?”
“Tadi siang saya sama Widi mau langsung kerumah mas Handoko untuk memberitahu, tapi mas Handoko pergi.”
“Danang itu orangnya slengekan.. nggak pernah menghadapi apapun dengan serius. Palupi kan suka kalau ada orang begitu.”
“Harusnya mas Handoko menegurnya, supaya tidak keterusan. Itu kan tidak pantas.”
“Banyak hal tidak pantas yang dilakukan Palupi. Aku sedang berfikir harus melakukan apa.”
“Kalau bisa ya diperbaiki ya mas.”
Handoko menghela nafas, sementara mobil Ryan sudah memasuki halaman rumah sakit.
***
Ryan membantu Handoko turun dan memegangi lengannya ketika melangkah. Handoko memang tampak letih. Mungkin bukan hanya raganya, tapi demikian juga dengan jiwanya, Ryan merasa iba, seperti juga Widi.
Mereka langsung menuju IGD, seorang laki-laki setengah tua mendekat.
“Ini bapak Handoko?” tanyanya.
“Saya Handoko, apa bapak yang menolong Mirah?”
“Oh, ya.. nama gadis itu Mirah. Saya yang tadi menelpon bapak. Saya Ilham, pak.”
“Oh, bapak Ilham, terimakasih banyak telah menolong Mirah. Bagaimana kejadiannya?”
“Ketika kami mau shalat maghrib, tiba-tiba melihat gadis itu terkapar didepan mushola. Lalu kami ramai-ramai membawanya kemari. Saya menemukan ponsel gadis itu yang sa’at itu tidak aktif. Kami membukanya karena ingin tahu tentang kepada siapa kira-kira kami bisa menginformasikan keadaan gadis itu. Ternyata kami menemukan panggilan tak terjawab sampai beberapa kali dari nomor bapak. Makanya saya kemudian menelpon bapak, dan alhamdulillah kalau benar dia keluarga bapak.”
“Iya pak, sekali lagi kami mengucapkan terimakasih. Apa bapak sudah tahu bagaimana keadaan Mirah?”
“Tadi dokter sudah bilang bahwa dia tidak apa-apa, katanya lemas karena belum makan, dan ada yang tampaknya membuat dia sangat tertekan atau mungkin sedang memikirkan apa, entahlah. Yang jelas kesehatannya tidak menghawatirkan. Barangkali juga besok sudah boleh pulang.”
“Oh, syukurlah pak.”
“Kalau begitu saya permisi pulang dulu pak Handoko dan.. ini.. pak..”
“Saya Ryan, saudaranya pak Handoko.”
“Oh.. iya pak Ryan. Saya permisi dulu.”
Handoko meminta ijin untuk menemui Mirah. Mirah sangat terkejut melihat tuan gantengnya tiba-tiba ada didekatnya. Ia juga mengenal Ryan karena Ryan penah bertandang kesana.
“Mirah ?”
“Mengapa bapak datang kemari? Saya tidak apa-apa, saya besok boleh pulang dan akan langsung pergi ke kampung saya,” kata Mirah lirih.
“Tidak Mirah, kamu tidak boleh pulang. Kamu harus kembali kerumah.”
“Mengapa bapak? Tolong kasihanilah saya, saya akan membuat keruh suasana. Tolong bapak, ijinkan saya pergi.”
“Apa kamu tidak kasihan sama Bintang? Kami tadi kerumah kamu di kampung. Kamu tidak ada, dia menangis sepanjang perjalanan, setelah dari pagi terus-terusan memanggil nama kamu. Tolong Mirah, jangan pergi.”
Mirah terisak sedih. Separuh jiwanya tertinggal dirumah itu. Memang berat, tapi separuhnya lagi mengajaknya pergi.
“Jangan menangis Mirah. Aku sedih melihat tangis kamu.”
“Bapak, kasihanilah saya.”
“Apa kamu tidak kasihan sama aku? Sejak pagi menghibur Bintang, mengurusnya sampai aku nyaris kehabisan akal.”
“Bukankah ada bu Palupi?”
“Apa kamu lupa bagaimana perangainya? Bintang sama sekali tak mau dekat dengan ibunya. Tolong Mirah, kalau perlu aku akan bersujud dihadapanmu agar kamu tidak pergi.”
“Ya Tuhan...”
“Itu benar Mirah..”
“Janganlah bapak berkata begitu. Ingatlah saya ini siapa..”
“Kalau begitu kamu besok harus pulang kerumah. Tak bisa aku bayangkan bagaimana senangnya Bintang kalau kamu datang nanti.”
“Bapak.. “ tiba-tiba seorang perawat mendekat.”
“Ibu Mirah harus dirawat, kami akan memindahkannya ke kamar inap,” lanjutnya.
“Baiklah, pilihkan kamar terbaik untuk dia.”
Sementara menunggu, Handoko meminta agar Ryan pulang, tapi Ryan menolaknya.
“Tidak mas, biar nanti kita pulang sama-sama.”
“Tapi ini sudah malam lho mas, nggak enak saya.”
“Nggak apa-apa mas, saya menunggu mas saja.”
Handoko tak bisa berbuat apa-apa. Mereka kemudian mengikuti brankar yang didorong perawat kekamar inap.
“Mirah, kamu disini dulu dan tenangkan hati kamu, besok kami akan menjemput kamu.”
“Bapak.. bagaimana kalau ibu marah?”
“Aku yang akan melindungi kamu Mirah.”
Mirah menghela nafas panjang. Lama dia menimbang-nimbang.
Tiba-tiba ponsel Handoko berdering. Dari Widi, apa Bintang rewel?
“Halo Widi, ada apa?”
“Ini, Bintang terbangun.”
“Rewel?”
“Ia memanggil-manggil yu Mirah.”
“Baiklah, berikan ponsel kamu pada Bintang.”
Lalu Handoko juga memberikan ponselnya pada Mirah.
“Bintang .. kalian bicaralah.”
“Yu Mirah..?”
Air mata Mirah kembali menetes. Suara yang amat dirindukannya seharian ini.
“Mas Bintang..jangan rewel ya.”
“Yu Mirah sakit?”
“Iya mas..”
“Kapan pulangnya? Aku mau yu Mirah..”
“Mas Bintang.. yu Mirah mau pulang kampung ya?”
“Nggak mau... nggak mau...” dan Bintang menangis keras. Teriris hati Mirah mendengarnya.
“Mas Bintang..” Mirah terisak.
“Yu Mirah jangan pergi.. jangan pergi..”
“Mas Bintang, yu Mirah mau ketemu simboknya yu Mirah dulu ya.”
“Nggak mau.. nggak mau...” tangis Bintang bertambah keras.
Mirah menghela nafas, lalu mengusap air matanya.
“Baiklah mas Bintang, besok yu Mirah pulang.”
Dan Handoko ingin bersorak kegirangan mendengar jawaban Mirah. Ditungguinya Mirah yang masih berbincang dengan Bintang.
Ryan senang melihat Handoko tampak sumringah. Ada harapan yang digenggamnya, besok Mirah mau pulang.
“Besok aku sama Bintang akan menjemput kamu,” kata Handoko sebelum pulang.
***
Malam itu Handoko dan Bintang tidur saling berdekapan. Ada senyum merekah dibibir mereka, menunggu esok yang diharapkannya akan menjadi indah.
Ketika Palupi pulang malam itu, dan masuk kekamar Bintang, agak heran melihat Bintang tidak tidur dikamarnya. Lalu ketika masuk kekamar suaminya, dilihatnya keduanya sedang tidur berdekapan. Ada kesal dihatinya menyadari bahwa Bintang tak mau dekat dengan dirinya. Ia langsung keluar dan menuju kebelakang. Ia bermaksud mengambil air minum, tapi dilihatnya meja makan masih berserakan, dan piring kotor masih menumpuk. Itu termasuk piringnya sendiri ketika makan pagi harinya. Palupi mendengus kesal.
“Masa ini harus aku yang mengerjakannya? O.. tidaaak...” katanya sambil meneguk segelas air, lalu ia masuk kekamarnya sendiri.
***
Pagi hari itu Palupi mendengar celoteh Bintang. Tak ada rengekan terdengar karena kehilangan Mirah.
“Syukurlah, baru sehari Bintang sudah melupakan pembantu sialan itu. Nanti juga dia pasti akan mau dekat dengan aku,” gumamnya.
Ketika mendengar mobil memasuki halaman, Palupi mengintip dari balik tirai jendela kamarnya. Dilihatnya Handoko dan Bintang pergi naik taksi.
“Mau kemana mereka? Pasti bapaknya ingin menghibur Bintang dengan mengajaknya jalan-jalan.”
Tapi ketika Palupi kebelakang, dilihatnya piring-piring kotor masih menumpuk di bak cucian. Hidungnya mencium bau anyir. Palupi mengernyitkan hidungnya.
“Ada sayur yang busuk.. pasti sup itu.. sejak kemarin tidak dipanasi. Sebel banget melihat semuanya kotor seperti ini,” gumamnya sebal.
Palupi beranjak kedepan, ada bekas minuman yang sejak kemarin masih ada ditempatnya.
“Aduuh... jadi ini yang dimaksud mas Handoko akan menjadi tugasku? Enak saja. Iya benar, pasti mas Handoko sengaja membiarkan rumah kotor dan bau, dan berharap aku akan membereskannya? Hmh.. lihat saja nanti,” omelnya.
Palupi duduk diteras, lalu menelpon seseorang.
“Ya,.. gimana sih bu.. lha iya lah.. oh..sudah? Baiklah.. terimakasih banyak bu Dewi.”
Palupi meletakkan ponselnya. Lalu tiba-tiba datanglah seorang wanita setengah baya. Palupi menatap wanita itu.
“Permisi..”
“Ya..”
“Apa ini rumahnya pak Handoko?”
***
Besok lagi ya
Terimakasih bu tien cerbungnya sdh hadir..semakin seru ..salam seroja bu.😍
ReplyDeleteYeay....makasih bu...
ReplyDeleteAlhamdulillah...SP 11 sudah muncul. Luar biasa mbak Tien sayangku..
ReplyDeleteMakin meruncing...makun seru..
Salam sehat dari saya dan mbakyu2 saya, semua oenggemar tulisan mbak.Tien
Iyeng SS
Salam.buat mbakyu2 ya jeng Iyeng
Delete
ReplyDeleteAlhamdulillah SANG PUTRI 11 sudah tayang.
Matur nuwun mbak Tien Kumalasari, semoga mbak Tien tetap sehat, bahagia dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
Salam hangat dari Karang Tengah Tangerang.
Terima kasih mbak Tien ... SP 11 sdh hadir menghibur para penggemarnya.
ReplyDeleteSalam hangat kami dari Yogya.
Terima kasih Bunda Tien, selamat malam,, semoga Bunda sehat selalu Aamiin 😍😍😍
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 :
ReplyDeleteWignyo, Ops, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bmbang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Samiadi, Pudji, asi Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K,
Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinahyù, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imelda, Triniel, Anie,
Hallow Pejaten, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi,
Salam hangat dari Solo Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
Mtr Nwn mbak Tien SP 11..telah hadir...sesama lelaki aku & HANDOKO tak rela harga diri di injak"..dg Mas Bintang pun gak ada ada rasa sayang... PALUPI..mending di ganti Palupe..pala lu peyang🤭🤭 Duh! 🙏. Maaf njih mbak Tien..ikutan emosi ..# Danang+Palupi # Tumbu entuk Alu 🤣🤣
DeleteAlhamdulillah, trimakasih Bu Tien... Sikap Palupi semakin parah jd gemes gitu, seorg ibu kok tdk peka sm anak sendiri.. Haduh ikut esmosi sy hehehe... Sehat trs Bu Tien... Salam sehat bahagia dr Madiun yg sllu setia hadir.
DeleteMatur nuwun mbak tien-ku..sudah hadir menghibur...
ReplyDeleteRuwet nii..Mirah mau balik lagi... pembantu baru datang...
Ya sudah, ngikut mbak Tien saja, bgmn kelanjutannya.
Salam sehat dari Sragentina .
Trima kasih bu Tin...suka sekali
ReplyDeleteMatur nuwun... Mbak tien... semakin menarik alur Sang Putri...semoga mbak tien sehat selalu
ReplyDeleteSedihh sedihh sediiihhh,, Mirah pulang yaa,, jangan pergi lagiiiiii 😭😭😭
ReplyDeleteAlhamdulillah,sdh hadir SP 11
ReplyDeleteSmg mbk Tien selalu sehat
Palupi cari pembantu
Tks mbak Tien SP 11 sdh muncul,aduh Palupi kok males banget tdk mau bersih2 malah datangkan bu Dewi apa pembantu baru? Aduh besok ada 2pembantu tambah seru nih.....
ReplyDeleteSalam sehat2 selalu mbak Tien dari Tegal.
Alhamdulillah...
ReplyDeleteMtur swun bun...
Mugi2 tansah rahayu...
Alhamdulillah sudah tayamg episode 11 Sang Putri
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien Cerbung nya
Semoga ibu Tien selalu sehat wal'afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta aamiin
Kutunggu kelanjutannya ya bu Tien
Salam sehat dan hangat dari Salamah Purworejo
Alhamdulillah SP 11 sudah tayang.. Terma kasih bu Tiem slam. Sehat kagem bu Tien dan fans
ReplyDeleteTrims bu tien. Bintang gak mau becok lagi ya. Cekarang aja, cekarang ... huu.. hu...
ReplyDeletePuji Tuhan ibu Tien sehat penuh semangat, menghadirkan SP 11 dg mengharukan...
ReplyDeleteSemoga yu Mirah cepat sembuh, kembali mendampingi/melayani dg hati pd Bintang dan bapaknya.
Yustinhar Priok menunggu eps 12.Matur nuwun Berkah Dalem.
Alhamdulillah SP 11 dah muncul , penantiannya sudah selesai untuk sementara, makasih Bunda ditunggu lanjutannya.
ReplyDeleteSemoga Bunda selalu sehat dan terus semangat dalam berkarya.
Salam hormat kami dari Solo buat Bunda
Siapa yg datang? Pembantu baru ya. Makasih mba Tien. Sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah biar agak begadang nunggu-in nya, tapi rasa lega setelah selesai membaca episode-11 ini. TERIMA KASIH ya, Bunda Tien.
ReplyDeleteBiar aja kalo ada ART yang baru di rumah Handoko. Biar rumah-nya Handoko semakin rapi. Siapa tau Mirah berjodoh dg Handoko. Karena tidak ada perbedaan drajat dihadapan Sang PEMILIK Kehidupan.
Selamat beristirahat ya Bunda Tien.
😙♥️🇦🇺
Terima kasih Mbak Tien, episode 11 semakin seru, nggak teras air mata ikut menetes.
DeleteBener mb Rinjani sy punya pengalaman pernah punya 3 pembantu msh usia remaja ke-3 nya mereka pamit keluar untuk menikah ... Bhkn salah satunya dpt pjbt mantan majikannya krn sang istri meninggal dimana salah satu anaknya ada yg di LN diajak juga ajangsana kesana... Entah kmn mb Tien membw crt Mirah dan Palupi? Akankah akad yg sdh diucapkan Handoko dihdpan ortu dan Gusti Allah kalah oleh perilaku Palupi yg kurang terpuji?.. ditunggu sj bsk spt penasarannya siapa prp separuh baya yg mencr p Handoko... Nglilir saatnya sholat mlm
ReplyDeleteAlhamdulillah...akhirnya mirah mw pulang demi bintang. Semoga sehat selalu ya bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah sudah munvulSP 11. Siapa yang datang...pembantu baru?
ReplyDeletePalupi sebagai istri tidak becus..gemes saya terbawa alur cerita bu Tien
Alhamdulillah akhirnya yu mirah kembali,,,terima kasih bunda tien semoga bunda selalu sehat dan terus semangat Aamiin,,,
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien salam.dari Magelang
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien
ReplyDeleteTrmksh SP 11 sdh tayang ditunggu eps sljtn salam sehat dr blora 🙏
ReplyDeletePembantu baru pesanan Palupi...
ReplyDeleteApa yg terjadi begitu Mirah pulang bersama Handoko dan Bintang...
Salam sehat selalu mbak Tien
SP 11... palupi keterlaluan... rumah dengan piring2 kotor pun tak mampu dibersihkàn. Keenakan dengan layanan pembantu dan kebebasan pergi kemana saja sampai lupa tugasnya sebagai istri. Tapi sebenarnya Handoko turut berperan membentuk watak istri pemalas dan bebas tak terkendali ditambah memang katarakter palupi. Kasihan Si Bintang ....
ReplyDeleteSalam sehat dan terima kasih mbak Tien.
Akhirnya... Kebagian baca pagi..
ReplyDeleteMakin seru.. Maksih bu Tien,
Sehat selalu ya bu.
Alhamdulillah SP 11 sudah hadir
ReplyDeletewah siapa yg datang? pembantu baru atau ibunya Mirah? krn blm sampai rumah
Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya
Terima kasih Mbak Tien, semoga sehat dan sukses selalu.
Salam sehat dari Bekasi
Alhamdulillah .... trimakasih bu tien sp 11 lancar jaya tayangnya, makin seru ceritanya kita tunggu tayangan berikutnya ...... semoga bu tien n kelg sehat2 selalu .... aamiin yra
ReplyDeleteSalam sehat dari arif mojokerto
ReplyDeleteTerima kasih mbak tien, semoga mbak tiem sehat² selalu.
ReplyDeleteDugaan saya, yu mirah sdh pergi begitu handoko tiba di rumah sakit. He5x, hanya dugaan.
Enggak lah
DeletePenjagaan rumah sakit sekarang ketat
He he he
Trimakasih mbak Tien..
ReplyDeleteSP 11..br smpt baca..
Duuh..miris klo smpe mirah kabur dr rs...kasian bintang n bpknya..
Lanjuut mbak Tien..
Salam sehat selalu..
Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin menarik, walaupun sy baru bisa baca eps 10 dan 11 pagi hari ini. Akankan RT Handoko berantakan atau justru rukun bersama Palupi...Semoga Bu Tien sll sehat dan semangat berkarya. Aamiin...
ReplyDeleteTeuteep...salah Handoko ga bs ngendaliin Lupi...makin seru bu... mksh dah hadir..salam sehat slalu b Tien
ReplyDeleteMirah jangan pergilah , kasihan Bintang . Mkgn yg dtg mlh ibunya Mirah . Mkn seru . Cuman palupi tu lho ya kok nggugu karepe dengan . Perbuatannya memang tdk mrajani diri sendiri . Tp mb Tien .....mangga panj pinter membuat kita baper . Yuli Smrg
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, SP 11 sudah tayang... makin seru aja. Pastilah wanita itu pembantu baru yg sudah dipesan Palupi utk menggantikan Mirah... wouw... tidak bisa membayangkan reaksi Palupi kalo nanti melihat Handoko datang bersama Mirah... Gak sabar nih menunggu lanjutannya.
ReplyDeleteSemoga Mbak Tien selalu sehat shg bisa terus berkarya. Salam seroja selalu dari Semarang.
hallo bund met pagii..
ReplyDeletemksih sapaanya.semngat pagi n sehat trs bunda n smw pmbca.slm dri sukoharjo.
ditggu ljutan critany ya bund.mksih
Makasih banyak mba Tien sayang SP 11 nya.. Ditgu terus sp selanjutnya smp bahagiasemuanya.. Slmseroja dru farida inkiriwang sukabumi.. Muuaahh🥰🥰
ReplyDeleteSelamat pagi mbak Tien..
ReplyDeleteKl gak bikin baper, bukan mbak Tien namanya...
Semoga mbak Tien sehat selalu, Salam SEROJA dr dik Lia Boyolali
Tahan nafass...
ReplyDeleteTetap setia menunggu cerita nya...
Penasaran banget...
Salam.sehat sllb Tien...
Dr YulieSleman Sendowo
Pingin cepet malam dan baca SP 12..makin seru saja
ReplyDeleteJangan2 wanita tengah baya itu ibunya Mirah...
bu Tien memang ok... Mengolah kata merangkai cerita dan hasilnya luar biasa mantap seru
Saya salut, kagum
ReplyDeleteIbu Tien memang piawai merangkai kata2 sehingga perasaan kita2 dibawa membayangkan kejadian2 dlm cerita.
Maaf saya belum baca apa kelewatan ya....
Apa yg dikerjakan Danang dan Palupi seharian hingga pulang malam?
Saya
Kura-kura dalam perahu
DeleteTeman2 Penggemar Cerbung Mbak Tien Kumalasari
ReplyDeleteBagaimana klo kita bikin grup WA?
Agar kita bisa bersiturahmi lebih akrab lagi...
Yang berkenan silahkan japri ke No HP sy ini 082116677789
Nama : Lengkap ( Asli)
Nama : Panggilan di blog
Alamat : Lengkap
Tempat Tgl Lahir :
Trmksih yg sdh masuk WAG
- Kakek Habi
- Ibu C Irawati
- Pak Latief
- Mas Rinto Puspoaji
- Mbak Widya
- Ibu Yustinhar
- Mbak Idasangidah
- Bu In
Mbak iyeng ...
DeleteMbak Wiwid AS ...
Deletemulai menunggu
ReplyDeleteMenunggu ..Yayuk Klaten
ReplyDeleteIntip intip blm ada niih
ReplyDeleteSemoga bu Tien selalu sehat agar selalu semangat dlm berkarya ..trimakasih bu Tien ..menunggu SP 12 ..Yayuk Klaten
ReplyDeleteSampai ngantuk pisan...ngintip dari tadi
ReplyDeleteApakag yang akan terjadi lagi atas kepulangan Mirah? Apakah Palupi akan mengusir Mirah. Semoga semua peristiwa sebelumnya tidak membuat Palupi makin marah. Salam sehat dan tetima kasih mbak Tien
ReplyDeleteKok kasihan sama Mas Handoko ya, punya istri tdk bs menghargai. Ceraikan sj lah Mas Palupi, biarkan jadi gembel
ReplyDeleteSuwun Mba Tien, ceritanya makin menarik jadi penasaran dan senang
ReplyDeleteMaaf saya baru baca. Tp episode 10 kok gak ada ya. Jd penasaran knp Mirah pergi
ReplyDelete