Thursday, April 23, 2020

KEMBANG TITIPAN 06

KEMBANG TITIPAN  06

(Tien Kumalasari)

Sri terus meronta, tapi tangan kekar itu semakin kencang menggenggam lengannya.

"Lepaskaaan!! " pekik Sri marah.

"Wauuw... kelinci cantik.. galak bener..." kata Basuki sambil tertawa, lalu mengulurkan kedua tangannya untuk menarik tangan Sri.

Sri berdiri, mengibaskan tangannya sampai terlepas dari pegangan Basuki, lalu melangkah pergi. Tak dirasakannya rasa perih pada lututnya akibat terbentur tanah berbatu.

"Heiii... tungguu...." teriak Basuki sambil mengejar.

"Kalau kamu nekat, aku akan berteriak maling, supaya orang-orang keluar dan menghajar kamu," ancam Sri keras.

"Yaah, kejam amat, aku kan menolong kamu, kok mau diteriakin maling? " omelnya sambil terus mengikuti Sri.

Sri membalikkan badannya dan menuding kearah Basuku.

"Berhenti disitu. Atau bener nih, aku teriak?"

Basuki ternyata keder dengan ancaman si Sri.  Bisa habis aku kalau orang sekampung menangkap aku lalu memukuli aku, pikirnya sambil membalikkan tubuhnya kembali kerumah Darmin.

Darmin yang menunggu didepan pagar heran melihat Basuki berjalan kembali sendirian.

 "Mana Sri?"

"Kabur dia." 

"Kabur ?"

"Yah, kabur.., kesana.."

"Anak kurangajar. Mengapa tuan tidak menyeretnya kemari?" sesal Darmin sambil masuk kedalam, diikuti Basuki.

"Anak itu memang kurangajar. Aku tau .. semuanya atas hasutan si Kliwon," gerutu Darmin tanpa rasa hormat padahal yang disebut adalah mertuanya.

"Siapa Kliwon?"

"Kliwon itu bapaknya isteri saya, jadi ya mbahnya si Sri itu."

":Oh, tapi biarkan saja, aku tidak tergesa-gesa. Selama kamu masih bisa menjaga Sri, aku akan terus menunggu sampai dia mau melayani aku. Aku maklum, gadis desa, lugu, pasti takut melihat laki-laki yang belum begitu dikenalnya. Tapi aku suka itu.Berarti dia benar-benar perawan." Katanya sambil tertawa menjemukan.

"Ya perawan lah tuan, belum ada yang pernah menjamahnya."

"Ya, aku tau, kebanyakan perempuan pasrah setiap kali aku mendekatinya."

"Ya iyalah, tuan banyak duitnya, ganteng lagi,  mana ada perempuan menolak?" kata Darmin dengan nada menjilat.

" Iya, benar..  jadi aku tidak mau  nanti dia melawan setiap aku dekati." 

"Saya akan terus memberinya pengertian, tuan."

"Apa dia suka baju-baju yang aku berikan?"

"Suka sekali tuan, sangat suka.. dia pakai baju-baju bagus itu setiap hari," kata Darmin yang tentu saja  berbohong.

"Bagus,  tapi mengapa tadi dia tidak memakai baju pemberianku?"

"Oh, itu karena dia sudah ganti baju tuan, tadi dipakainya. Namanya gadis desa, ya pasti senanglah dikasih baju-baju bagus."

Basuki mengangguk angguk, lalu berdiri, sambil meninggalkan amplop dimeja Darmin. Mata Darmin berkilat-kilat melihat amplop itu.  Kalau pantas dia ingin segera mengusir Basuki agar dia segera lari kekota untuk bersenang-senang.

***

Sri memasuki rumah Lastri dan bergegas kebelakang. mBah Kliwon baru saja keluar dari kamar mandi. Terkejut melihat Sri datang kembali.

"nDuk, ada apa?"

"mBah, bolehkan saya meminjam baju yu Lastri ?"

"Oh, boleh saja, memang baju Lastri masih banyak yang tertinggal disini, dan sebenarnya boleh diberikan kepada siapa saja yang mau. Ayo ikut simbah," kata mbah Kliwon yang lalu berjalan kearah kamar Lastri dan membuka pintunya.

"Almari itu tidak terkunci, ambil saja mana yang kamu mau. Tapi kenapa Sri? Tumben kamu butuh bajunya Lastri.

"Sri mau mandi disini dan berganti baju."

"Kamu belum pulang?"

"Sudah mbah, tapi saya melihat Basuki baru saja datang, lalu saya balik kemari. Ada obat merah mbah?"

"Ada, itu didekat almari. Kenapa pula?"

"Tadi Sri berlari, lalu terjatuh."

Sri mengambil obat merah yang ditunjukkan simbahnya. Mengambil sedikit kapas yang kebetulan ada dan membersihkan lukanya, lalu memberinya obat merah. Perih, tapi Sri tidak merasakannya. Perih dihatinya lebih menyakitkan daripada luka pada lututnya.

"Sampai jatuh begitu Sri?"

"Sudah mbah, hanya luka kecil. Sekarang Sri mau mandi dulu."

Mbah Kliwon menghela nafas panjang, sedih memikirkan cucunya. Ia ingin melakukan sesuatu, tapi apa, Darmin lebih berkuasa atas anaknya. Tapi kalau Sri menderita, mbah Kliwon sangat tidak rela.

Ia membuat wedang jahe kesukaannya, dan menyiapkannya juga untuk Sri. Lalu ia duduk menunggu si Sri selesai mandi.

Ketika Sri mendekat, dia sudah memakai pakaian milik Lastri. Sangat pas untuk Sri. Memang sih, bentuk tubuh dan tingginya si Sri tak berbeda jauh dengan Lastri. 

"Sangat pas kamu pakai Sri. Kalau kamu mau mandi disini, pakai saja baju-baju itu."

"Nanti Sri mau bilang sama yu Lastri kalau dia kemari."

"Sebenarnya simbah punya nomor kontaknya Lastri. Dia meninggalkan ponsel untuk simbah, supaya kalau ada apa-apa bisa menghubungi dia."

"Bagus mbah, bolehkah Sri menelponenya?"

"Boleh saja, tapi minum dulu wedang jahemu. Mumpung masih anget."

"Simbah repot-repot membuat wedang untuk Sri.."

"Tidak nduk, sebelum kamu datang simbah sudah merebusnya. Simbah minum wedang ini sebelum tidur."

"Sri mau tidur disini ya mbah?"

"Simbah senang kalau kamu mau tidur disini. Tapi apa bapakmu tidak marah?"

"Tadi ada Basuki, biarkan saja. Sri tidak akan mau bertemu dia."

"Kamu sudah makan?"

"Kan tadi sudah makan sebelum pulang."

"Barangkali masih mau, nasinya masih ada."

"Tidak mbah. Sri tidak lapar."

"Nanti tidurlah dikamar Lastri, setiap hari simbah membersihkannya."

"Oh iya, Sri mau menelpone yu Lastri ya mbah?"

"Baiklah, simbah ambilkan dulu ponselnya."

 

***

 

Lastri sedang berbincang dengan Bayu ketika mereka selesai makan malam. Sore tadi lurah Mardi barusan menelpone, mengatakan bahwa Timan mau melamar.

"Pak lurah meminta kita nanti bersama mas Timan kerumah Sri." kata Bayu.

"Baguslah, aku juga sudah kangen pulang ke desa mas. Kapan itu?"

"Belum tau tuh. Mas Timan sendiri kok belum mengabari kita ya."

"Mungkin lagi sibuk, jualannya laris."

Tapi tiba-tiba sebuah mobil masuk ke halaman. Lastri langsung berteriak.

"Itu kan mobilnya mas Timan?"

"Yaaa.. panjang umur dia. Baru diomongin sudah nongol," kata Bayu yang kemudian berdiri menyambut datangnya Timan.

"Selamat malam, saya mengganggu?"

"Tidak, baru saja kami ngomongin mas Timan. Panjang umur .. so'alnya yang diomongin tiba-tiba muncul."

"Oh ya? Alhamdulillah kalau begitu."

"Silahkan duduk, mas."

"Ayo mas, duduk, aku buatkan minum dulu ya," kata Lastri yang beranjak kebelakang.

"Lagi santai ya mas, ini sudah malam, saya takut mengganggu."

"Tidak, senang mas Timan datang. Hm, calon pengantin nih ya?" goda Bayu.

"Baru mau ngomong nih."

"Aku ikut lho mas, kalau ngelamar," kata Lastri sambil membawa minuman untuk tamunya.

"Tadi pak lurah menelphone."

"Iya, tadi juga menelphone kemari, mengajak kami mengantar mas Timan ."

"Tapi aku kok deg-degan ya?"

Bayu dan Latri tertawa.

"Baru mau ngelamar sudah deg-degan, belum nanti kalau sudah nikahan, lalu berduaan dikamar sebagai pengantin baru," goda Bayu lagi.

"O, itu pengalaman pribadi bukan?" Timan membalas candaan Bayu.

"Iya lah, mesti sudah sering ketemu, tapi tetap deg-degan juga, ya kan Tri."

"Nggak tau lah, sudah lupa. Ini ngomongin apaan sih, kan mas Timan mau nglamar, ya ayo bicara tentang lamaran, iiih.. yang enggak-enggak aja nih para lelaki kalau sudah bercanda.' gerutu Lastri tapi tidak meninggalkan senyuman.

Bayu dan Timan tertawa keras.

"Oke mas, saya tadi kan bilang deg-degan. Itu bukan tanpa alasan. Tadi mas lurah bilang bahwa bapaknya Sri itu susah diajak bicara. Dia justru kasihan sama si Sri yang selalu mendapat tekanan dari bapaknya."

"O.. iya, pak Darmin itu orangnya susah, jarang bergaul dengan tetangga desa. Dulu mereka tinggal dikota, tapi waktu Sri masih gadis kecil."

"Nah, itu yang membuat saya deg-degan."

"Nggak apa-apa mas, kan yang nganterin mas Timan nanti banyak, jadi mas Timan harus tegar, jangan deg-degan," kata Bayu.

Tiba-tiba  bu Marsudi berteriak dari dalam. 

"Lastri, ada telephone tuh."

Lastri berlari kedalam, ketika keluar lagi, dia  masih bicara.

"Iya, nggak apa--apa Sri pakai saja semuanya. Iya, aduuh, aku juga kangen sama kamu, terus ini ada lagi yang kangen sama kamu.. ada deh, dengar aja suaranya."

  "Ini mas.." kata Lastri sambil mengulurkan ponselnya kepada Timan.

"Siapa?"

"Terima dulu..."

"Haloo.. " sapa Timan.

"Ini siapa?" suara dari seberang.

"lho, ini juga siapa?"

"Aduh, yu Lastri mana sih, aku bingung."

"Oh, ya ampun, aku sudah ingat suara kamu, kamu Sri kan?"

"Mas Timan ya ?" bergetar suara dari seberaang sana.

"Apa kabar Sri?"

"Kabar baik mas, kok ada disini ?"

"Iya, lagi main kerumah mas Bayu. Kamu dirumah? Ini nomor telephone kamu? Aku catat ya?"

"Bukan, aku nggak punya ponsel, ini punya simbah."

"Oh, nggak apa-apa, akan aku catat, dulu belum sempat mencatatnya."

"Ya mas, mana yu Lastri?"

"Aduh, mengapa dia yang dicari? Bukan aku?" goda Timan.

"Ah..."

"Kok 'ah' sih?"

"Mas Timan lucu.."

"Lho.. memangnya aku pelawak?"

"Mirip..."

Timan tertawa. Bayu dan Sri senang melihatnya.

"Sri.."

"Ya.."

"Tak lama lagi aku mau kerumahmu."

"Ngapain ?"

"Ngebantuin nyapu halaman..."

 Sri tertawa diujung sana, dan Timan membayangkan sederet gigi putih dan pipi lesung yang menawan. 

"Beneran deh, lucu..."

"Iya, aku pengin ngelihat kamu tertawa sih, bisa vc nggak?"

"Apa tuh VC ?"

"Video call..  biar bisa lihat wajah kamu."

"Oh, ini ponsel jadul.. boleh ngebayangin saja.." Sri mulai lancar berbicara, ini pertama kalinya bisa bercanda lepas, dan itu membahagiakannya.

"Iya, ini sudah aku bayangin.. pipi lesung, bibir tersenyum, mata berbinar.. itu kamu kan?"

"Nggak tau deh, didekat aku nggak ada kaca .. jadi nggak bisa lihat wajah sendiri."

"Ya sudah nggak apa-apa, aku sudah bisa lihat kok."

"Darimana?"

"Dari ngebayangin aja.."

"Oh..."

"Kok oh sih?"

"Sudah ya, kelamaan mengganggu.. besok lagi saja.."

Timan juga merasa sungkan kelamaan bicara, padahal ia mau menelpone semalama, sampai pagi, sampai siang.. sampai sore dan kembali malam.. Aduhai..

"Ini kamu dirumah simbah?"

"Ya, pengin  tidur dirumah simbah."

"Baiklah, selamat tidur, besok aku boleh menelphone lagi kan?"

"Iya, boleh..."

"Aku akan segera kerumah kamu, nemuin bapak kamu." 

"Oh..."

Timan mengembalikan ponsel Lastri setelah pembicaraan itu selesai, wajahnya berseri-seri.

"Ehem... " Bayu berdehem sambil menatap Timan dengan pandangan lucu.

"Ada apa mas?"

"Seneng dengernya, tapi agak sungkan juga ya Tri, ngedengerin orang lagi pacaran."

"Mas Bayu ada-ada saja, cuma gitu aja dibilang pacaran."

"Sedikit.."

"Tapi aku senang, mas Timan sama Sri semakin dekat. Kapan akan kesana?"

"Menunggu kabar dari pak lurah, nanti saya bilang ke mas Bayu."

***

"Ngomong sama siapa nduk, kok kelihatannya asyik banget..?" tanya mbah Kliwon ketika Sri mengembalikan ponselnya.

"Sama yu Lastri... lalu sama... mas Timan.."

"Lho, apa Lastri lagi dirumah nak Timan, atau sebaliknya nak Timan ada drumah Lastri?"

"Mas Timan lagi ada disana."

"Syukurlah, kamu jadi bisa bercicara sama dia. Ngomong apa saja?"

"Bercandaan saja mbah, mas Timan bisa lucu. Oh ya, sama bilang katanya mau kesini. Sri lupa nanya, mau ngapain datang kemari."

"Oh, mungkin seperti kata pak lurah, mau sekalian menemui bapakmu."

Sri menghela nafas. Tiba-tiba ada rasa takut menderanya. Maukah ayahnya menerima kedatangan mereka? Bagaimana kalau ayahnya bersikap kasar? Sri malu membayangkannya. Malu punya ayah yang kasar dan tak pernah menaruh hormat kepada siapapun.

"Mengapa kamu justru tampak sedih ?"

"Membayangkan bagaimana nanti sikap bapak."

"Semoga bapakmu punya rasa sungkan kepada pak lurah, sehingga bisa bersikap lebih baik."

"Semoga..."

"Ya sudah, ini sudah malam, kamu tidurlah.. ," kata mbah Kliwon sambil berdiri. Sri mengikuti masuk kekamar Lastri, membaringkan tubuhnya disana dengan nyaman. Memang perasaannya benar-benar nyaman. Terbaring lelah, tanpa bayangan akan ada orang yang membentaknya, atau suara keras membanting pintu. Inilah kehidupan yang sebenarnya diimpikannya.

Sri memejamkan matanya, lalu teringat kata Timan yang akan datang. Sesungguhnya itu membahagiakan, ada orang baik, ganteng, mau melamar dirinya, tapi sedih membayangkan apa kata bapaknya nanti.

Menjelang pagi Sri baru terlelap. mBah Kliwon tak mau membangunkannya, karena kasihan. Ia pergi kedapur, menyalakan kompor dan menjerang air untuk mandi dan untuk membuat teh hangat untuk mereka berdua.

Tiba-tiba diluar terdengar teriakan keras.

"Sriii! Sriiii!" itu suara Darmin, sambil menggebrak pintu.

"Sri !!" teriaknya lagi.

"Keluar kamu Sri !!"

Pintu kemudian terbuka, mbah Kliwon muncul disana.

"Mana Sri? Suruh dia keluar. Tidak pantas anak gadis tidur disembarang tempat."

"Ini bukan sembarang tempat. Ini rumahku, simbahnya si Sri !!"

"Saya tidak perduli, yang jelas Sri tidak tidur dirumah !!Aku tidak suka !!

Tiba-tiba muncul seseorang, dengan menggendong bayi. Bu lurah Marni kesal mendengar kata-kata kasar dari Darmin.

"Tolong, pelankan suaramu, dan hormati orang tua!!" katanya sengit.

 

 ***

 

bespk lagi ya

***

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


29 comments:

  1. Alhamdulillah...., matur nuwun Mbak Tien. Dalam kesibukan masih disempatkan menulis utk memenuhi permintaan penggemar. Semoga mbak Tien sehat selalu, tak lupa saya mengucapkan selamat menunaikan ibadah puasa kepada Mbak Tien dan pembaca sekalian yg melaksanakan semoga segala amal ibadah kita diterima Allah Taala. Aamiin....

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah si Sri sdh tayang tks bu Tien smg Tahes Ulales...Jogya selalu setia menanti ...

    ReplyDelete
  3. Bahagianya si Sri .. mksih mbak Tien .. slamat persiapan tarawih .. 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  4. Terima kasih jeng tien. Selamat menjalankan ibadah puasa

    ReplyDelete
  5. manteeeeb n enak d baca.... dari Jambi menyimak dan makasih mba Tien....

    ReplyDelete
  6. Semakin asiik nih ceritanya mba Tien. Ditunggu lanjutannya mba. Makasih

    ReplyDelete
  7. Hallo mas Ngatno.. kakek Habi. Gilang. Anton. Mb. Jum. Jogya. Magelang. Malang. Pangkalpinang. Bekasi. Jakarta. Bandung. Garut. Jambi. Wonogiri. Sriwedari. Terimakasih perhatiannya. Salam sehat sejahtera. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melakukannya. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah swt. Aamiin

    ReplyDelete
  8. Hallo mas Ngatno.. kakek Habi. Gilang. Anton. Mb. Jum. Jogya. Magelang. Malang. Pangkalpinang. Bekasi. Jakarta. Bandung. Garut. Jambi. Wonogiri. Sriwedari. Terimakasih perhatiannya. Salam sehat sejahtera. Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang melakukannya. Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah swt. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiinn...
      Semoga kita sllu di beri kesehatan.

      Sebelum puasa bsok , saya mohon maaf kalo sekiranya dlm komen saya ada kata yg kurang berkenan di hati bu Tien 🙏
      Salam hangat dari tangerang 🙏🙏😘😘❤

      Delete
  9. Tks mbak Tien, dan selamat menjalankan ibadah puasa, semoga senantiasa sehat dan penuh berkah...Aamiin

    ReplyDelete
  10. Tks mb Tien, dan selamat menjalankan ibadah puasa, semoga sehat selalu dan penuh berkah...Aamiin

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah,Madiun sllu hadir

    ReplyDelete
  12. Mksh mb tien....selamat menunaikan ibadah puasa...sehat selalu ya mb...

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah... haturnuhun mb Tien. Bekasi setia sll... Selamat menjalankan ibadah Shoum Romadhon 1441 H dengan penuh ketakwaan

    ReplyDelete
  14. Hallow.. Madiun..terimakasih ya..

    Saya mohon ma'af apabila ada kesalahan saya kepada para pemerhati cerbung saya dsn semoga semua ibadah diterima Allah swt. Aamiin.

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun Bu Tien , smga Bu Tien selalu sehat.

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah si Sri akhirnya datang juga...terimakasih Bu Tien, salam sehat dan selamat menunaikan ibadah puasa Ramadan, semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan kekuatan kepada kita semua, Aamiin.

    ReplyDelete
  17. Terimakasih Bu Tien,,,.tak pernah bosen n Selalu ngikutin jln cerita cerbung yg Bu Tien tulis,,semoga bu Tien slalu dberikan kesehatan aamiin

    ReplyDelete
  18. Madiun... hallow.. terimakasih banyak..

    ReplyDelete
  19. Madiun... hallow.. terimakasih banyak..

    ReplyDelete
  20. Apa kabar Tangerang. Kuningan.. Purworejo..
    Salam sehat dari Solo

    ReplyDelete
  21. Hallowww... Pekalongan.. salam sehat sari Solo

    ReplyDelete
  22. Hallowww... Pekalongan.. salam sehat sari Solo

    ReplyDelete
  23. Selalu dan selalu menunggu lanjutan kisah nya.....

    ReplyDelete
  24. Eps 7 blm tayang ya mb tien....menunggumu

    ReplyDelete

ADA MAKNA 36

  ADA MAKNA  36 (Tien Kumalasari)   Wahyu menatap Reihan tak berkedip. Ucapannya sedikit mengejutkan. Ia meraba apa yang diinginkan sang adi...