Friday, April 24, 2020

KEMBANG TITIPAN 07

KEMBANG TITIPAN  07

 (Tien Kumalasari) 

Darmin menoleh kearah wanita itu. Ia merasa tak pernah melihatnya. Kemarahannya memuncak karena ada perempuan berani menentangnya.

"Kamu tidak usah ikut campur. Ini urusanku."

"Tapi saya tidak suka mendengar kata-kata kamu. Dia ini orang tua, harusnya kamu menaruh hormat. Oh ya, apakah kamu bapaknya Sri? Saya heran, Sri yang cantik dan lembut hati bisa terlahir karena seorang ayah yang seperti kamu."

"Tutup mulut kamu ! Atau aku hajar kamu?!"

"Eeh... lancang kamu Darmin. Kamu tidak tau siapa dia. Dia adalah bu lurah!" hardik mbah Kliwon.

Darmin mundur selangkah.

"Aku hanya minta agar Sri pulang ! Tidak pantas seorang gadis tidur disembarang tempat !"

"Ini  bukan sembarang tempat. Ini rumahku, rumah mbahnya si Sri." kata mbah Kliwon tak kalah sengit.

"Mulut kamu bau minuman keras, kamu tidak waras. Aku akan melaporkan kamu agar kamu ditangkap, karena pemabuk adalah penjahat."

Wajah Darmin merah padam, sudah gatal tangannya ingin menampar bu lurah, tapi ada rasa segan. 

"Ada apa pak?" tiba-tiba Sri terbangun mendengar suara ribut.

"Pulang kamu !!" teriak Darmin sambil menuding kearah si Sri.

"Sri akan tetap disini. Dia bekerja untuk pak lurah." kata bu lurah lantang, sambil berdiri dihadapan Sri, seakan khawatir kalau-kalau Sri mendekati ayahnya.

Beberapa pemasok sayur sudah datang, heran ada orang berani bicara lantang dihadapan bu lurah.

Darmin  menuding Sri dengan mata menyala.

"Awas kamu !!"

Lalu dia membalikkan tubuhnya dan berlalu.

Bu lurah menghela nafas kesal. Dia memasuki rumah sambil merangkul pundak si Sri.

"Kasihan kamu Sri, bagaimana bapak kamu bisa melakukan hal seperti itu?"

Sri diam, berlinang air matanya.

"Segeralah menikah dengan mas Timan, dan tinggalkan saja bapakmu."

Alangkah mudah kata itu diucapkan. Semudah itu pulakah dia bisa menikah dengan Timan mengingat sikap bapaknya seperti itu?

"Silahkan duduk bu lurah, saya siapkan minuman hangat," kata mbah Kliwon.

"Terimakasih mbah, tapi saya harus segera kembali. Lagi pula para pemasok sayur sudah pada datang, dan mobilnya juga sudah siap didepan. Saya akan segera melaporkan kejadian ini kepada mas Mardi. Mungkin mas Timan harus segera melamar Sri."

"Terimakasih banyak bu lurah, saya juga sudah tidak tahan menyaksikan penderitaan Sri. Bagaimana mungkin, hidup bersama ayah kandungnya tapi tidak merasa nyaman."

"Semoga semuanya segera berakhir mbah. Oh ya, ini nasi buat sarapan," kata bu lurah kemudian sambil meletakkan rantang diatas meja.

"Sri, bu lurah selalu repot untuk kita,  bawa rantangnya kebelakang dan urus barang-barang itu. Mandinya nanti saja."

"Iya mbah, terimakasih banyak yu Marni," kata Sri sambil beranjak kebelakang.

 

***

 

Ketika Marni sampai dirumah, dilihatnya suaminya sudah selesai mandi.

"Aduuh, anak bapak yang ganteng.. enak ya tidurnya?"

"Setiap diajak jalan-jalan pasti dia tidur."

"Segar hawa pagi."

"Tadi ada sedikit keributan dirumah mbah Kliwon."

"Keributan apa ?

"Semalam Sri tidur dirumah mbah Kliwon, karena ketakutan melihat laki-laki itu ada dirumahnya. Darmin tampaknya baru pulang menjelang pagi, kemudian melihat Sri tidak ada dirumah. Nah, dia marah-marah lalu datang kerumah mbah Kliwon. Aduh mas, bagaimana mungkin seseorang bisa melakukan itu... ngeri aku mas."

"Melakukan apa sih? Kamu ngomongnya nggak jelas."

"Darmin itu lho mas, bukankah mbah Kliwon itu mertuanya? Tapi dia berkata kasar dan sama sekali tidak menghormatinya. Kesal aku mas, aku marah sekali dan memaki-maki dia."

"Berani kamu ?"

"Berani lah. Melihat orang bersikap kasar seperti itu, nggak tahan aku."

"Dia memang susah diatur, aku akan memperingatkannya, belum sempat juga karena di kantor sedang banyak pekerjaan."

"Mas harus segera memperingatkannya. Kasihan Sri mas, anak baik seperti dia mengapa terlahir dari  bapak yang kasarnya seperti setan."

"Nanti akan ada yang bertugas memperingatkan. Sudah.. ayo sarapan dulu."

"Tapi mas, tampaknya mas  Timan harus segera melamar. Biar Sri segera terlepas dari bapaknya."

"Ya, nanti aku juga mau bilang sama mas Timan. Sepertinya kemarin juga sudah ketemu Lastri sama mas Bayu."

"Baiklah, aku  tidurkan thole dulu, lalu menyiapkan sarapan buat mas."

 

***

 

Sri sudah menyelesaikan pekerjaannya pagi itu. Tapi hatinya merasa gelisah. Pasti nanti ketika dia pulang, Darmin akan marah-marah. Dan  entah apa yang akan diperbuatnya.

Sri duduk termenung setelah selesai masak. Hanya oseng kangkung dan rempeyek teri yang sesungguhnya menggugah selera. Tapi Sri masih belum ingin makan.

"Simbah mau makan sekarang?"

"Kamu kok malah duduk disitu? Belum lapar?"

"Sri belum lapar, tapi kalau simbah mau makan sekarang akan Sri siapkan."

"Kalau begitu nanti saja kalau kamu juga sudah ingin makan. Nggak enak makan sendiri."

Sri tidak beranjak dari tempatnya duduk. mBah Kliwon mendekati dan duduk dihadapan Sri.

"Kamu sedih memikirkan bapakmu? Takut pulang nanti sore?"

"Nggak tau mbah, Sri bingung."

"Ya sudah, kalau takut pulang ya tidur disini lagi saja."

"Tidak mbah, nanti dia datang kemari dan ngamuk-ngamuk lagi.  Nggak tega mendengar bapak berkata kasar sama simbah."

mBah Kliwon beranjak berdiri karena mendengar dering telephone.

"Hallo... oh.. iya nak.. ada.. sebentar.." suara mbah Kliwon yang kemudian mendekati si Sri.

"Ini, ada telephone untuk kamu," katanya sambil menyerahkan ponselnya.

"Siapa mbah?"

"Terima saja dulu."

"Hallo..."

"Hallo juga, ingat nggak suara siapa ini?"

Mendadak wajah Sri berseri-seri. Wajah ganteng dengan mata teduh itu terbayang dimatanya. 

"Ingat nggak ?"

"Lupa tuh? kata Sri menggoda..

"Aduh, kasihan deh aku, begitu gampang dilupakan rupanya. Ya sudah aku tutup saja kalau begitu," kata Timan balas menggoda.

"Mas Timaaaan!"

"Tuh, pura-pura lupa kan ?"

"Ada apa mas?"

"Kok ada apa sih, kan kemarin aku sudah janji mau menelpone."

"Memangnya nggak jualan ?"

"Jualan sih, sudah agak sepi pasarnya. Sebentar lagi mau mengirim buah ke rumah makan."

"Oh, senangnya seandainya aku bisa membantu.."

"Boleh membantu dong, tapi kan ada syaratnya?"

"Apa tuh?"

"Menjadi isteri aku dulu.."

Sri terdiam, hatinya terguncang. Ia ingat kata bu lurah pagi tadi. Segeralah menikah dengan mas Timan.. aduhai.. seperti semudah membalikkan telapak tangan.

"Heiii.. kok diam? Kamu marah?"

"Nggak... "

"Kok diam?"

"Ngebayangin..."

"Ngebayangin apa?"

"Benarkah itu akan terjadi ?" tanya Sri pilu.

"Mengapa tidak ? Sri, aku serius, sudah lama keinginanku terpendam. Aku jatuh cinta pada pandngan pertama," kata Timan begitu lancar. Entah darimana datangnya keberanian itu. Mungkin karena yakin bahwa Sri tak akan menolaknya. Kelihatan dong dari sikapnya. 

Sri tersenyum, hatinya melambung kelangit bersama seonggok bunga-bunga wangi yang menghiasi seluruh nurani.  Ini pernyataan cinta yang baru didengarnya. Bukan candaan.

"Sri..."

"Ya..."

"Kok diam?"

"Ngebayangin.."

"Dari tadi ngebayangin melulu."

Sri tertawa. Timan menelan ludah. Pasti sederet gigi putih dibalik bibir tipis itu tampak sangat mempesona.

"Sudah mas, katanya mau ngirim buah ke rumah makan.."

"Lhoh, kok ngusir? Lagi asyik-asyiknya nih."

Sri tersenyum lebar. Entah mengapa hatinya merasa ringan. Beban yang memberatinya terlepaskan. Lagi asyik sih, memang iya, ingin rasanya bicara terus seperti ini.

"Nanti ditungguin orang yang lagi pesan buah lho..."

"Bukan karena sebel sama aku ?"

"Ya enggak lah.. "

"Bener?"

"Bener.."

"Yakiin?"

"Ih.. mas Timan.."

Gemas Timan mendengar celetukan si Sri. Seandainya Sri ada didepannya pasti bisa dilihatnya bibir tipis yang mengucapkan kata-kata, dan mata berbinar yang membuatnya terpana. Benar-benar kembang desa yang telah berhasil merebut hatinya.

Tapi tiba-tiba ada telephone masuk. 

"Sri, sudah dulu ya, tampaknya pak lurah menelphone, aku jawab dulu ya."

"Ya mas."

Sri menutup telephone dengan hati berdebar. Pak lurah menelphone mas Timan, apakah ada sesuatu yang ada hubungannya dengan dirinya?

"Sudah selesai ngomongnya Sri?" tanya mbah Kliwon ketika Sri mengembalikan ponselnya.

"Sudah mbah, sepertinya kang Mardi menelpone mas Timan."

"Semoga berbicara tentang kamu Sri."

"Apa iya mbah ?"

"Bu lurah pasti sudah melapor pada suaminya tentang kejadian pagi tadi. Bukankah dia bilang lebih baik mas Timan segera menikahi kamu?"

Sri terdiam. Sungguh dia merasa was-was.

***

Dan sore itu Bayu mengatakan pada Lastri, bahwa hari Minggu besok mereka akan mengantarkan Timan menemui bapaknya.

"Bagus dong mas, seneng aku mendengarnya."

"Kita harus membawakan oleh-oleh Tri, coba pikirkan apa.."

"Parcel buah, sama roti.. yang bagus, sudah pantas itu."

"Bukan yang pakai bahan baju.. atau lain-lain yang ditempatkan di baki-baki berhias itu?"

"Itu kan kalau sudah jadi, trus mau menikah. Kok mas lupa sih?"

"Lho, aku nggak tau ya, kan ibu yang mempersiapkan semuanya."

"Ini kan baru mau ngomong-ngomong, silaturahmi, ya cukup bawa oleh-oleh saja, pokoknya pantas dan tidak memalukan."

"Yang disukai calon mertua juga kan?"

"Apa tuh? Sarung ? Baju bagus?"

"Bukan, wisky.. brendi... kan dia suka minum-minum katanya?"

Lastri tertawa keras.

"Rupanya mas mendukung kesukaan bapaknya Sri ya?""

"Kalau mau membuat dia senang..ya harus membawa apa yang menjadi kesenangannya. Kan kalau bapaknya senang langsung anaknya dikasih."

"Hiih... nggak mau aku.. mas nih ada-ada saja."

"Ya sudah, kalau masalah buah, mas Timan kan ahlinya. Biar dia mengatur parcel buah. Kita akan membawakan makanan atau kue-kue saja."

"Ayuk mas, kita jalan-jalan."

"Tuh, senengnya .."

"Mas Bayu tuh...

"Ini kan demi mas Timan... ayo mas.. "

"Cuma minta jalan-jalan saja apa susahnya sih? Kalau minta turunnya bintang atau rembulan.. wah.. itu baru susah."

Lastri mencubit lengan suaminya dengan mesra.  

"Ayo.. ini masih sore.. jangan cari gara-gara ya?"

"Iih.. mas Bayu.. gara-gara apa sih?"

"Gara-gara cubitan mesra.. "

"Apa tuh?"

"Ini pura-pura nggak tau atau memang bener nggak tau nih?"

"Nggak tau, bicara nggak jelas begitu.."

"Oke, ayo masuk ke kamar,  biar aku jelasin.."

"Maaas, katanya mau jalan-jalan.. mengapa harus masuk kamar?"

 "Lho, masa jalan-jalan pakai baju rumahan begini, ganti baju dong, jangan ngeres ah.."

"Mas Bayu.. jelek ah !! 

"Ayo ganti baju dulu," kata Bayu sambil menarik isterinya.

***

Sri melangkah perlahan memasuki rumah, ada debar didadanya ketika membayangkan akan seperti apa nanti kemarahan ayahnya.

Berderit ketika ia membuka pintu.. Si Sri melangkah perlahan, tapi ketika melewati kamar ayahnya, didengarnya dengkur yang agak keras.

Kebiasaan, kalau malam ngelayap, kalau siang mendengkur. 

Sri melangkah perlahan menuju kamarnya. Kalau melihat kepulangan Sri, kemudian dia memakai baju yang bukan pemberian Basuki, pasti mengomel, dan mengancam akan membakar seluruh baju kumalnya.

Bergegas Sri mandi. Ketika melihat kebelakang, barang-barang-barang tampak berserakan. Gelas dan piring kotor, serta kertas bungkus yang sudah kosong tapi masih belum juga dibuang oleh ayahnya.  Sri menjerang air untuk membuat minum, lalu membersihkan meja dapur. Baru ditinggal sehari saja rumah sudah berantakan seperti kapal pecah. Padahal ayahnya hanya sendiri. Bagaimana kalau nanti Sri sudah mengikuti suaminya?

Membayangkan menjadi isteri, Sri tersenyum sendiri. Tapi ada rasa perih dihati. Entah apa yang terjadi pada hidupnya nanti..

Ketika Sri selesai menuangkan minuman pada cangkir yang biasanya dipakai oleh ayahnya, tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki diluar pintu depan. Sri bergegas kedepan, dan melihat beberapa laki-laki berseragam berdiri disana. Lalu dua orang berseragam polisi menyusul dibelakangnya. Sri terkesiap.

 

***

 

besok lagi ya

 

 

 







































30 comments:

  1. Alhamdulillah... eps 7 sdh tayang. Semoga puasa Mbak Tien dan pembaca sekalian hari diterima Allan Taala.
    Mudah2an kita masih diketemukan dgn hari esok utk berpuasa dan melakukan ibadah2 lainnya. Aamiin....
    Lanjut mbak Tien eps 8 ditunggu... terima kasih.

    ReplyDelete
  2. Aamiin smg puasa hari pertama ini diterima oleh Alloh SWT ..Alhamdulillah eps 7 sdh tayang tks bunda Tien smg sehat selalu ....salam dr jogya ...

    ReplyDelete
  3. Halloowww.. mas Ngatno. Kakek Habi. Mb Jum. Jambi Bekasi. Pangkalpinang. Garut. Bandung. Jakarta. Magelang. Malang Wonogiri. Sriwedari. Tangerang. Dan... mana lagi ya.. salam sejahtera dari Solo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hadir bu Tien ☝️

      Obrolan sepasang insan yg sdg jatuh cinta bikin gemes buk πŸ˜‰
      Ternyata bu Tien romantis dn gaul jg ya , cucok buk πŸ‘πŸ‘πŸ˜ƒπŸ˜ƒπŸ˜˜

      Salam manis dri tangerang πŸ™πŸ™

      Delete
    2. Bekasi hadir mb Tien... Alhamdulillah puasa hr pertama lancar, smg demikian jg saudara semuanya

      Delete
    3. Hallo....jeng Tien, Sugeng dalu matur nuwun. .
      Wis apal sapa wae sing sing sering nyakruk lan nongkrong nang blogspot tienkumalasari.

      Delete
    4. ☝️☝️Surabaya mbak Tien..... maaf beberapa hari nggak sempat komen... lagi banyak order nih mbaaak
      Tapi sy ngikuti terus loh mbak.... cerbungnya sudah jadi candu buat saya ..... Semangaaat ngetiknya mbak... Semoga senantiasa muncul ide2 brilliant yg membuat alur ceritanya jadi apik penuh warna2 pelangi kehidupan 😍😘😘

      Delete
  4. Haloow Kuningan. Pekalongan. Purqorejo. Salam sejahtera dari Solo

    ReplyDelete
  5. Hidangan stlh berbuja fll ibadah sunnah
    . .. mksih mbak Tien .. dmoga sll sehat dan berkah

    ReplyDelete
  6. Twrima kasih cerbungnya jeng tien.
    Salam sehat dari jakarta

    ReplyDelete
  7. Terima kasih hiburannya utk kami yang #dirumah saja# salam sehat dan tetap semangat...dari Jogjah πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  8. jambi hadiiir..... makasih cerbungnya mba Tien... sehat terus n sukses selalu....

    ReplyDelete
  9. Ada apa ya dg Darmin,sampai ada polisi yg datang? Penasaran mba Tien. Lanjuut.. Makasih mba

    ReplyDelete
  10. Hallowww... jogya..
    Salam sehat dari Solo
    .

    ReplyDelete
  11. Suka sekali alur ceritanya sllu gemes saya, Madiun hadir😊

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah sdh tayang.. Bu tien sllu berhasil bikin penasaran

    ReplyDelete
  13. Halloww Madiun... salam sehat dari Solo

    ReplyDelete
  14. Mksh mb tien...yg ditunggu muncul jg...plg tarawih...lgs pegang hp...alhmdulillah sdh ada eps 7...sehat selalu ya mb....dtunggu eps 8

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun Bu Tien , smga Bu Tien sllu sehat.

    ReplyDelete
  16. Wah .... benar-benar mendebarkan..
    Salam dari Batang (Pekalongan)

    ReplyDelete
  17. Mantap Bu Tien Pati hadiiir😊

    ReplyDelete
  18. 1. Aku akan melaporkam kamu agar kamu ditangkap # melaporkan

    2. Kebiasaan, kaau malam ngelayap, kalau siang mendengkur.
    # kalau malam ngelayap, .....

    3. Ketika melihat kebelakang, barang-barang-barang tampak terserak.
    # Ketika melihat kebelakang, barang-barang tampak berserakan.

    Maaf terlambat..... maklum ada kegiatan religi yang hrs dilakukan beruntun , buka puasa, sholat Maghrib, dzikir, sholat 'isya lanjut taraweh.
    Selamat memasuki puasa Ramadhan hari kedua. Lanjut episode_08 ditunggu.

    ReplyDelete
  19. Sdh banyak comment lanjut sj mb Tien ... Ditunggu eps 08 nya
    ..

    ReplyDelete
  20. Part 8 nya di tunggu bu Tien ..sugeng dalu

    ReplyDelete
  21. cerita yang menarik dan membuat penasaran, lanjut mb tien episode 8 nya biar nggak penasaran terus..

    ReplyDelete
  22. Salam kenal, bu Tien...saya penggemar baru. Ingin menanggapi sedikit episode ini...waktu bu lurah cerita ke suaminya tentang Sri yang nginap di runah simbahnya, lalu bapaknya marah...kan sebenarnya bu lurah tidak tau alasannya yaitu ada laki-laki yang bikin Sri ketakutan, karena Sri belum cerita apa-apa. Kok bu lurah bisa bilang begitu...

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...