Saturday, April 25, 2020

KEMBANG TITIPAN 08

KEMBANG TITIPAN  08

(Tien Kumalasari)

Sri menatap mereka satu persatu, ada salah satu yang dikenalnya.

"Mas Jangkung?"

"Iya Sri, kami mendapat tugas dari pak lurah, untuk mengantarkan bapak-bapak itu," kata Jangkung sambil menunjuk kearah dua orang polisi yang bersamanya.  

"Pak Darmin ada?" lanjutnya.

Tercekat hati Sri. Bagaimanapun Darmin adalah ayahnya. Ada urusan apa dengan para petugas yang juga membawa polisi ini?

"Ada kan Sri ?"

"Iy.. iya... ada mas.."

Dan tanpa dipersilahkan beberapa orang masuk begitu saja kedalam, tanpa Sri bisa mencegahnya.

"Mas Jangkung, ada apa?" tanya Sri cemas.

"Kami mendapat laporan ada peminum dirumah ini, Dan beberapa jam yang lalu telah melakukan penganiayaan disebuah rumah makan." kata Jangkung.

"Oh... cemas hati Sri, ia tau ayahnya masih ada didalam, dan dua orang sudah masuk kedalam kamar ayahnya. Tapi Sri heran, tak ada suara dari dalam. Tiba-tiba terdengar suara botol jatuh dan tampaknya pecah.

Dua orang yang masuk membawa keluar beberapa botol minuman keras keluar dari kamar. Mengapa ayahnya diam saja? Sri cemas sekali, apa yang terjadi dengan ayahnya? Wajah Sri pucat. 

"Dimana ayahmu Sri?"

"Bapak ada... did.. dalam kamar..." terbata Sri menjawabnya.

"Nggak ada, kamarnya kosong. "

Sri bergegas melongok kedalam kamar ayahnya. Benar-benar tak ada. Bau minuman keras menyeruak memenuhi kamar itu. Ada botol pecah, terserak dilantai.

"Bapaaak!" teriak Sri, dan beberapa orang ikut mencari disetiap sudut, dibawah kolong.. didapur.. kamar mandi, tapi yang dicari tak ada.

"Kamu bilang ada.."

"Iya, tadi masih tidur dikamar.."

"Berarti dia kabur. "

Mereka ke bagian belakang rumah, dekat dapur ada pintu keluar. Mereke melongok, tak ada siapapun. Dibelakang rumah itu ada kebun yang tak begitu luas, tapi pagarnya terbuat dari pohon-pohon perdu.

"Dia kabur lewat sana." Seseorang mendekati pagar, melongok kesana kemari, tapi tak ada bayangan orang yang dicarinya.

"Kemana kira-kira bapakmu pergi?"

Sri menggeleng-geleng dengan mata berlinang. Dia benar-benar tak tau.

Ketika mereka pergi, Sri terduduk dikursi dengan perasaan gundah. Ia tak bisa menyalahkan mereka. Ayahnya yang salah. Mengapa juga pakai menganiaya orang?

Bau minuman keras masih memenuhi ruangan. Kemudian Sri berdiri, masuk kekamar ayahnya dan membersihkan pecahan botol dan tumpahan minuman keras. Lalu ia merasa sendirian. Rumah yang senyap, aroma pengap dan jiwa yang sesat telah melingkupi kehidupan ayahnya.

Tapi dia adalah ayahnya, darahnya mengalir disepanjang nadinya. Betapapun kesal dan bencinya dia, tapi  menyaksikan ayahnya lari entah kemana, diburu aparat yang pasti mengancamnya dengan hukuman sekap di penjara. hatinya bagai teriris. 

Gelapnya malam mulai menyelimuti bumi. Sri merasa tak tahan menanggung beban itu seorang diri. Ia menutup semua pintu lalu berjalan kerumah mbah Kliwon.

***

"Bagaimana mas? Darmin sudah ditangkap?" tanya Marni kepada suaminya.

"Kabur."

"Kabur? Kok bisa?"

"Menurut Sri, tadinya masih tidur di kamar. Mungkin karena mendengar suara gaduh, lalu dia menyelinap melalui pintu belakang dan kabur entah kemana."

"Kasihan Sri.."

"Tapi dia tetap diburu. Beberapa botol minuman telah disita sebagai bukti. Orang yang dianiaya masih menginap dirumah sakit karena luka-lukanya."

"Mengapa tidak ditangkap sa'at itu juga?"

"Begitu memukuli orang lalu dia kabur, tapi seseorang mengenali dia, lalu dengan mudah aparat menemukan rumahnya. Sayang dia kabur."

"Lalu bagaimana rencana lamaran mas Timan?"

"Belum tau aku bu, mungkin bicara dulu sama mbah Kliwon,"

"Lalu dimana ya Sri sekarang? Pasti dia sedih. Seburuk apapun Darmin, ia tetap bapaknya bukan?"

"Mungkin kemudian dia pergi kerumah mbah Kliwon."

"Mas kesana coba, kasihan si Sri."

"Ini sudah malam, besok pagi saja."

"Padahal mas Timan akan siap melamar hari Minggu besok itu."

"Dia harus tertangkap dulu. "

"Ya Tuhan, kasihan kamu Sri.." gumam Marni sedih.

 

***

 

mBah Kliwon terkejut ketika mendengar ketukan pintu, yang ternyata adalah Sri. Dia memang selalu mengunci pintunya ketika hari mulai gelap, karena dis hanya sendirian.

"Sri, ada apa?"

Sri tak menjawab, menghambur kedalam pelukan mbah Kliwon, yang kemudian terhuyung-huyung karena tulang tuanya tak sangup menyangga tubuh Sri. Beruntung tak sampai terjatuh.

"Ada apa nduk? Bapakmu ngamuk?"

"Bapak kabur, " katanya sambil terisak..

"Kabur bagaimana ?"

"Tadi dicari polisi, katanya semalam menganiaya orang disebuah rumah makan."

 "Ya Tuhan... "

"Sri bingung mbah... nggak tau harus apa.. bagaimana kalau bapak tertangkap?"

mBah Kliwon menggandeng cucunya agar duduk.

"Dengar Sri, bukannya simbah mensyukuri apa yang terjadi dengan bapakmu. Simbah tau pasti kamu sedih, karena bagaimanapun kamu adalah darah dagingnya. Tapi ibarat orang menanam, pasti dia akan menuai. Kelakuan bapakmu sudah tak terkendali, Tuhan memperingatkannya."

Sri diam terpaku. Apa yang harus disesalinya? Memang itulah yang seharusnya terjadi. Barangkali dengan kejadian ini ayahnya akan menjadi jera, dan bisa berperilaku lebih baik. Tapi benarkah ?"

"Sudah, kamu tenangkan dulu hatimu disini. Semoga yang terjadi adalah yang terbaik."

Sri belum beranjak dari tempat duduknya. Lelah menyelimuti seluruh tubuhnya, jiwanya, lahir dan batinnya.

"Tadi sore setelah kamu pulang, nak Timan menelphone.

Sri mengangkat wajahnya, menatap simbahnya. Berita itu tidak menggembirakannya. Kejadian yang menimpa ayahnya jangan sampai Timan mendengarnya. Tapi mana mungkin? Pak lurah pasti sudah mengabarinya. Aduuh, malunya si Sri. Masihkah Timan mencintainya seperti pernah dikatakannya walau tau bahwa dirinya anak seorang pesakitan?

"Dia akan datang kemari hari Minggu besok."

"Dua hari lagi?"

"Ya, sedianya akan menemui bapakmu."

"Ya ampun, jangan mbah, jangan.."

"Mengapa jangan? Apa yang akan mas Timan lakukan itu adalah sebuah wujud dari kesungguhannya mau memperisteri kamu."

"Tapi kejadian ini bagaimana? Sri malu mbah.."

"Hilangkan perasaan malu itu. Sedikit banyak dia pasti sudah tau seperti apa bapakmu itu."

"Tapi kali ini dia harus berurusan dengan polisi mbah."

"Nanti kita akan bicara. Kamu tidak usah khawatir,"

Namun Sri tetap saja khawatir. Hampir semalam dia tak bisa memejamkan matanya. Membayangkan kedatangan Timan, yang kemudian kecewa ketika mengetahui ayahnya menjadi buruan polisi. Ya Tuhan, ..Akan maukah dia mempunyai keluarga seperti ayahnya?

 ***

 

Pagi itu ketika Sri selesai mengurus para pemasok sayur, Marni datang, tidak sendirian, tapi bersama suaminua.

"Rajin sekali Sri," sapa Marni.

"Iya yu, karena semalam nggak bisa tidur."

mBah Kliwon mempersilahkan tamunya masuk.

"Silahkan pak lurah, ayo Sri, buat minuman hangat."

"Tidak usah Sri, kami kan tidak akan lama. Duduk saja disini Sri," kata pak lurah. Ada rasa iba melihat wajah Sri yang pucat, namun tetap melakukan tugasnya pagi itu.

"Sini Sri, duduk dekat aku," kata Marni.

"Mana Jarot?" tanya si Sri.

"Dia bersama neneknya tadi. Kamu tampak pucat Sri."

"Masak sih yu?"

"Kami datang untuk memberi tau Sri, bahwa ayahmu sudah tertangkap." kata pak lurah.

Sri menatap pak lurah. Matanya mulai berkaca-kaca,

 "Kamu tidak usah sedih Sri, mungkin ini sebuah pelajaran bagi bapakmu, agar menyadari kesalahannya."

Sri mengusap tetes air matanya dengan ujung baju.

"Benar kata pak lurah Sri, semoga semua ini bisa menjadikan pelajaran bagi bapakmu.Kelakuannya sudah sangat keterlaluan.

"Dia ditahan dikota, kalau kamu mau ketemu, nanti kami akan mengantar kamu," lanjut pak lurah.

Sri hanya mengangguk.

"Ada lagi yang kamu harus tau, besok Minggu mas Timan tetap akan datang kemari."

"Tidak pak  lurah, jangan," sanggah Sri

 "Mengapa Sri ?"

"Saya malu , sungguh saya malu.."isak Sri

Marni merangkul pundaknya.

"Mengapa harus malu?"

"Mas Timan tak akan sudi punya keluarga seorang pesakitan. Lebih baik lupakan saja keinginan mas Timan, daripada lebih menyakiti yu."

"Mas Timan sudah tau semuanya."

"Apa?" 

"Kamu jangan khawatir. Mas Timan mu sangat mencintai kamu Sri," kata Marni sambil menepuk-nepuk pundak Sri.

"Aku malu yu.. aku malu.."

  "Nggak perlu malu, dia sudah tau semuanya dan dia tetap ingin melamar kamu."

Sri merangkul Marni sambil terisak-isak. mBah Kliwon ikut berlinangan air mata. Ada rasa syukur karena Timan tetap mencintai cucunya. Apa lagi yang harus dikhawatirkan?

 

***

 

Siang itu Timan menelphone mbah Kliwon. mBah Kliwon tau, pasti Sri yang dicarinya.

"Sri... Sri..."

"Apa ini mbah?" Tanya Sri ketika mbah Kliwon mengulurkan ponselnya.

"Terima saja..."

"Nggak mau mbah.."

"Sri, jangan begitu, nggak sopan.." tegur mbah Kliwon.

Sri mendekatkan ponsel  itu ketelinganya.

"Sri... " Timan sudah menyapanya lebih dulu, karena Sri diam saja.

"Ya.."

"Kenapa nggak mau menerima telephoneku Sri.." kata Timan karena mendengar tadi Sri bilang 'tidak mau menerima'.

"Ma'af.. Sri sedang..."

"Sri, aku ikut prihatin atas kejadian itu, tapi aku tidak akan terpengaruh Sri, aku tetap mencintai kamu."

Gemetar tangan Sri yang memegang ponsel mendengar kata-kata Timan.

"Sri, kamu harus percaya sama aku. Aku bukan anak kecil yang suka main-main. Aku sungguh-sungguh ingin menjadikan kamu isteriku."

Sri terisak.

"Kenapa menangis?"

"Aku malu mas.."

"Kenapa malu? Sama calon suami sendiri kok malu," kata Timan memancing candaan. Tapi Sri tidak tersenyum, apalagi tertawa.

"Ya sudah, kamu boleh menenangkan hati kamu dulu. Tapi nanti menjenguk bapak hari Minggu saja ya, aku mau ikut."

Sri terkejut.Rupanya pak lurah sudah mengatakan semuanya kepada Timan, Tapi benarkah Timan mau ikut menjenguk bapaknya di tahanan?

"Saya serius Sri. Tungguin aku kalau mau menjenguk bapak."

Lalu Timan menutup ponselnya.

Sri menangis sedikit keras. Rasa haru, sedih bahagia bercampur aduk dihatinya. Diserahkan kembali ponsel itu kepada mbah Kliwon sambil mengusap air matanya.

"Sudah, jangan menangis Sri. Simbah akan berdo'a untuk kebahagiaanmu, kata mbah Kliwon sambil mengelus kepala Sri.

 

***

 

 "Mas Timan sangat baik ya mas, besok mau menjenguk bapaknya Sri di tahanan." kata Lastri kepada suaminya pada suatu malam.

"Kita ikut kan?"

"Ya ikut lah mas, walau akhirnya belum melamar resmi, tapi kan nanti bisa kelihatan bagaimana sikap pak Darmin ketika melihat calon menantunya.

"Kamu benar Tri, dan parcel-paarcel itu tetap kita bawa kan?"

"Iya dong mas, kalau nggak masa akan kita habiskan sendiri."

"Hm, tiba-tiba aku kok jadi ingat jaman kita masih pacaran dulu ya Tri.."

"Kenapa emang?"

"Menunggu bertahun tahun sampai aku berhasil mempersunting kamu. Gadis bodoh."

"Iih, kok bodoh sih..? Kata Lastri cemberut. 

"Bodoh lah, dicintai orang ganteng malah kabur.."

"Iih, mana sih gantengnya? Mana..? Jelek gitu.."

"Apa? Aku jelek? Ayo bilang sekali lagi bahwa aku jelek.."

"Jeleeek..!! Kata Lastri yang kemudian lari menjauh, dan Bayu mengejarnya.

Lastri terkejut ketika hampir saja menabrak bu Marsudi yang baru saja keluar dari kamar.

"Eeeh.. ada apa ini?"

Lastri sembunyi dibelakang bu Marsudi.

"Kalian kayak anak kecil saja sih, pakai kejar-kejaran segala," tegur bu Marsudi sambil tersenyum.

"Minggir bu, biar aku gelitikin dia sampai menangis."

"Bu.. itu bu.. mas Bayu," rengek Lastri manja.

"Bayu..." tegur bu Marsudi.

"Habis aku dikatain jelek bu, coba apa ibu nggak sakit hati anak laki-lakinya dibilang jelek!"

"Sudah.. sudah.. aduuh.. kayak anak kecil saja kalian ini. Ayo Tri, kita siapkan makan malam saja."

"Itu bu..mas Bayu.."  rengek Lastri sambil memegangi lengan mertuanya.

"Bayuuu !!"

Bayu membalikkan tubuhnya sambil mengancam.

"Awas ya, nanti kalau  nggak ada ibu."

Lastri mengikuti ibu mertuanya sambil memeletkan lidahnya kearah suaminya.

***

Hari itu Sri jadi menjenguk bapaknya di tahanan. Ada Timan yang selalu berjalan disampingnya, mbah Kliwon, pak lurah Mardi dan isterinya, serta Bayu dan isterinya.

Setelah lurah Mardi berbincang sebentar dengan petugas, mereka diijinkan menunggu sementara petugas yang lain menjemput Darmin, diajaknya menemui keluarganya.

Sri sedih, melihat wajah ayahnya cekung, seperti berhari-hari tidak pernah tidur. Dia mendekati ayahnya, lalu mencium tangannya dengan linangan air mata.

Darmin tak terpengaruh dengan perhatian anaknya. Ia duduk dan mengamati siapa saja yang datang bersama Sri. Wajahnya muram, matanya melotot marah kepada anaknya.

"Jadi kamu katakan kepada semua orang bahwa aku ditangkap polisi ? Iya ?" tuding Darmin kepada anaknya.

"Bukan bapak, ini.. pak lurah dan bu lurah.. ini yu Lastri dan suaminya.. dan ini.. mas Timan.."

"Siapa dia?" katanya tanpa nada manis.

"Min, ini yang aku pernah bilang sama kamu,. lalu belum-belum kamu sudah marah-marah.."

Timan berdiri, mendekati Darmin dan meraih tangannya. bermaksud menciumnya, tapi Darmin mengibaskan tangannya.

"Saya Timan, temannya Sri, dan..."

"Tidak.. tidak.. hentikan semua ini. Kamu..  maksudnya mau mengambil Sri sebagi isteri kamu?" 

"Benar bapak, saya akan datang lagi ketika suasana sudah lebih baik, untuk melamar secara resmi," kata Timan dengan perasaan yang mulai tidak enak.

"Tidak.. tidak.. lebih baik kalian pulang, dan ingat, Sri itu sudah ada yang punya."

"Apa maksudmu Min?" kata mbah Kliwon agak keras.

"Sri itu sudah menjadi titipan seseorang. Jadi lupakan keinginan kamu," katanya sambil menuding kearah Timan.

"Bapak, apa maksud bapak?"

"Kamu itu barang titipan. !! Jangan bertanya lagi dan segera bawa mereka pergi dari sini." kata Darmin kasar, sambil berdiri lalu berjalan masuk.

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

27 comments:

  1. Alhamdulillah... matur nuwun Mbak Tien yg selalu menyempatkan menulis utk mengobrak abrik emosi pembaca. Semoga Mbak Tien selalu sehat dlm menjalankan ibadah puasa th 1441 H. Aamiin....
    Ditunggu eps 09-nya. Lanjut.....

    ReplyDelete
  2. Hallow mas Ngatno. Kalek Habi. Mb.Jum. Garut. Pangkalpinang Jambi. Bekasi. Jakarta. Bandung. Jogya. Madiun. Malang. Purworejo atau Purwokerta. Pekalongan. Kuningan Tangerang. Sriwedari. Wonogiri.
    Halloww.. salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dhalem buuuk , hadir ☝️

      Mesak'e Sri , kok di padha'ke karo barang....bapak koplak πŸ˜ƒπŸ˜ƒπŸ˜ƒ...marai pegel ati ae πŸ˜•πŸ˜•
      Semoga mas Timan berhasil dgn niat baiknya.

      Maturswun bu Tien , lanjuuut..
      Salam sehat dri Tangerang πŸ™πŸ™πŸ˜˜πŸ˜˜πŸ˜˜πŸ˜˜πŸ˜˜πŸ˜˜πŸ˜˜❤

      Delete
  3. Hallow mas Ngatno. Kalek Habi. Mb.Jum. Garut. Pangkalpinang Jambi. Bekasi. Jakarta. Bandung. Jogya. Madiun. Malang. Purworejo atau Purwokerta. Pekalongan. Kuningan Tangerang. Sriwedari. Wonogiri.
    Halloww.. salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Dalem Bu, Sugeng dalu, ngaturaken pangabekti. Mugi tansah pinaringan seger kwarasan, mugi-2 anggen kita nglampahi pasa ing sasi Romadhon dipun tampi Gusti lan diijabah dunga-dunga kita Anion.
      Matur nuwun bar taraweh wis cumepak paringane cerbung KT_08.

      Kados wengi-2 sakderengipun, mugi kepareng atur bahan koreksi.

      1. Ia tak bisa mnyalahkan mereka. # menyalahkan mereka.

      2. lalu dia menyelinapc melalui pintu belakang dan kabur entah kemana."
      # menyelinap (tanpa huruf 'c')

      3. Orang yang dianiaya masih menginap dirmah sakit karena luka-lukanya." # dirumah sakit

      4. "Belum tau aku bu, mugkin bicara dulu sama mbah Kliwon,"
      # .. , mungkin bicara dulu ...

      5. Dia memang selalu mengunci pintunya ketika hari mulai gelap, karena dis hanya sendirian. # karena dia hanya...

      6. "Tadi dicari polisi, katanya semalam mengniaya orang disebuah rumah makan." # menganiaya.....

      7. Marni datang, tidak sendirian, tapi bersama suaminua. # suaminya.

      8. "Mana Jarot?" anya si Sri.
      # "Mana Jarot?" tanya si Sri.

      9. kata Timan karena mendengar tadi Sri bilag 'tidak mau menerima'. # Sri bilang 'tidak'

      10. sedih bahagia tercampur aduk dihatinya.
      # sedih bahagia bercampur aduk dihatinya.

      11. Simbah akan berdo'a untuk kebahagiaanu,
      # ....untuk kebahagiaanmu.

      12. "Kamu benar Tri, dan parcel-paarcel itu tetap kita bawa kan?"
      # "Kamu benar Tri, dan parcel-parcel itu tetap kita bawa kan?"

      Monggo jeng Tien, sugeng Dalu.

      Delete
    2. Salam sayang dr Surabaya mbaaak......πŸ€—πŸ˜—πŸ˜—

      Delete
  4. Terima kasih jeng tien bisa baca cerbung lanjutan. Selamat menjalankan ibadah tarawih di rumah salam sehat dari jakarta

    ReplyDelete
  5. Maturnuwun bu Tien ...part 8 sampun terbit ..mugi GUSTI tansah paring kawilujengan ..

    ReplyDelete
  6. manteeeeb nian......
    selalu ada kejutan d akhir cerita.. makasih Mba Tien.. sehat n sukses terus... salam dari Jambi Sumatra Indonesia...

    ReplyDelete
  7. Terima kasih mba Tien.Sudah muncul Timan dan Sri. Ditunggu episode 9 mba

    ReplyDelete
  8. Dipun tengga candakipun jeng Tien, sugeng siam mugi tansah kaparingan sehat lan karaharjan, santun

    ReplyDelete
  9. Semoga bu tien sllu sehat dan berkah melimpah aamiin... Salam dr madiun yg sllu hadir bu tien

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah mas Timan sudah muncul... Pak Darmin,hadeewh pingin ngruwes...😁 terimakasih Bu Tien berhasil mengaduk-aduk emosi pembaca...πŸ˜† salam sehat dari Yogya.

    ReplyDelete
  11. Tks bunda Tien K eps 8 sdh tayang ditunggu eps 9 ..sugeng siyam smg diberikan kekuatan dan sehat sll Aamiin ...salam sehat dari Jogya...

    ReplyDelete
  12. Bu Tien selalu bikin gemes... salam dari RSPAD

    ReplyDelete
  13. Pati hadiiir,,,,terimakasih Bu Tien salam sehat untuk kita semua aamiin

    ReplyDelete
  14. Matursuwun mb Tien... salam sehat selalu dr Bekasi unt semuanya

    ReplyDelete
  15. Pg mb Tien kok sy tdk menemukan kembang titipan episode 07 ya... Tahu2 sdh episode kt 08...mhn info...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Di eps.7 ada komennya mbk Septimaini...kok bisa gk ketemu ???πŸ€”πŸ€”πŸ€”πŸ€”
      Maaf klo salah πŸ™πŸ™

      Delete
  16. Pagi juga Septi. Seri 7 apa tidak dibawahnya?

    ReplyDelete
  17. Terimakasih kakek. Hallow mb. Dwiyana. Ms. Sukarno. Ms.Gilang. Mb.Umi.mb. Septi. Mb. Sul. Ms Anton hallow Pati.. salam sehat dan semangat dari Solo ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam jeng Tien, selamat semua pecinta cerbung.
      Tumben sdh selesai sholat taraweh KT_09 belum tayang. Semoga jeng Tien dalam keadaan sehat wal'afiat.
      apa hari ini Minggu LIBUR??

      Delete
  18. Pagi juga Septi. Seri 7 apa tidak dibawahnya?

    ReplyDelete
  19. Trimakasih bu tien... Setiap baca sllu bisa terbawa dgn alur ceritanya yg smkin bikin penasaran happy gemas sedih dan gregeten sm pak darmin.. Madiun sllu hadir bu tien.. Salam sehat

    ReplyDelete
  20. Trima-kasih mb Tien, sy dr gresik...
    Ternyata Sri adalah titipan orang...
    Klo dikata karena sri diibaratkan kembang , maka judulnya menjadi...
    KEMBANG TITIPAN....adalah si sri...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo malam mas/mbak yang dari Gresik, sdh baca dari episode 1?
      Atau sdh baca/mengikuti Cerbung LASTRI? Kalau bacanya dari LASTRI_01 sd LASTRI_37.....asyiiikkk lho. Tinggal kunjungi "tienkumalasari22.blogspot.com" buka 24 jam non stop.

      Delete
  21. TRIms mba Tien.....smkin seru..!!

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...