Wednesday, December 27, 2023

BUNGA UNTUK IBUKU 26

 BUNGA UNTUK IBUKU  26

(Tien Kumalasari)

 

Nenek tua itu berdiri menunggu, bertopang pada satu buah tongkat di tangan kanan. Senyuman pada wajah keriput itu mengembang, ketika melihat anak laki-lakinya melangkah mendekati dengan membawa bungkusan.

“Lama sekali Jo, aku sudah sangat khawatir,” katanya ketika si anak merangkul pundaknya, dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

“Hanya ditinggal sebentar, kenapa khawatir, Mbok?”

“Simbok teringat ketika kamu hanyut di sungai, saat banjir. Semua orang mengatakan bahwa kamu sudah mati, nyatanya kamu bisa simbok temukan, dan masih hidup, biarpun napas kamu sudah kempas-kempis. Kamu memang belum ditakdirkan mati, Jo. Gusti Allah tak mau kalau simbok ini hidup sendirian. Simbok hanya punya kamu. Kalau kamu mati, simbok juga harus ikut mati,” katanya dengan suara yang sedikit pelo, karena mulutnya yang tak bergigi.

“Bejo tidak ingin mati, Mbok, selama Simbok masih hidup, Bejo akan selalu menjaga Simbok.”

“Cah bagus, terima kasih ya. Ayo dimakan. Buburnya mana? Simbok kan tidak bisa makan nasi.”

“Ini Mbok, sudah Bejo sendirikan, makanlah.”

Nenek itu meraih bungkusan bubur, lalu Bejo mengambilkan sendok untuk emboknya. Sendok plastik yang sudah usang, dan sudah berkali-kali dipakai oleh mereka.

“Kenapa kamu tidak makan?” kata simbok ketika Bejo mengusap mulut emboknya yang berlepotan bubur.

“Simbok makanlah dulu, baru nanti Bejo makan.”

“Kamu selalu begitu,” kata simbok sambil meneruskan makannya.

“Besok kamu petik kacang panjang di kebun, serahkan saja pada Sutiyem, biar dia membayar berapa, asalkan cukup untuk kita makan sehari.”

“Iya Mbok.”

“Setelah makan, simbok mau tidur, tapi kamu jangan pergi ke mana-mana,” kata simbok yang tampaknya sangat khawatir kehilangan anaknya. Kejadian dua bulan yang lalu, dimana Bejo anak semata wayangnya hanyut, sangat membekas dalam hatinya. Ketika semua orang mengatakan bahwa anaknya mati dan sudah dikuburkan, simbok menemukan anaknya yang ternyata masih hidup. Terkapar di tepi sungai. Dalam kegembiraan yang meluap, entah dari mana datangnya kekuatan itu, simbok menyeret tubuh Bejo yang jauhnya kira-kira satu kilometer dari sungai ke rumahnya. Rumah gubug yang terpencil dari rumah lainnya.

Simbok merebus air, lalu dengan sebuah lap kumuh, ia membersihkan tubuh Bejo dari kotoran lumpur yang membalut tubuhnya. Ia melepaskan semua baju Bejo dan menggantikannya dengan yang bersih.

“Kamu tidak boleh mati Jo, kamu tidak boleh meninggalkan simbok sendirian di sini. Simbok hanya punya kamu,” kata simbok waktu itu, dengan air mata bercucuran. Ia menekan-nekan perut Bejo yang sepertinya penuh air, kemudian membalikkan tubuhnya pelan, lalu merasa lega ketika Bejo tersadar dan memuntahkan air yang memenuhi perutnya.

Bejo terbatuk-batuk berkali-kali.

“Aku sudah bilang, kamu hidup Jo. Bukannya mati seperti yang dikatakan orang-orang,” katanya lagi sambil melepas sepatu anaknya.

Bejo terbatuk-batuk lagi, lalu berusaha duduk.

“Dapat dari mana kamu sepatu ini? Kenapa hanya sebelah?” katanya sambil menyingkirkan sepatu itu mepet ke dinding. Dinding bambu yang melingkupi rumah tinggalnya.

“Kamu … siapa?” tanya Bejo yang seperti orang bingung.

“Hei, jangan membuat lelucon. Aku ini kan embokmu,” kata simbok sambil tersenyum lebar, menampakkan mulutnya yang tak bergigi.

Bejo menatapnya seperti orang bingung. Ia juga menatap celana bergaris biru yang sudah kumal, dan kedodoran di tubuhnya, juga baju putih kecoklatan yang dipakaikan simbok kepadanya. Ia kedinginan.

“Kamu, embokku?”

“Iya Jo, dan kamu Bejo, anakku. Kenapa kamu seperti orang bingung?”

“Aku … Bejo?”

“Iya. Duh, Gusti Allah, anak hamba hidup, tapi dia melupakan semuanya. Tidak apa-apa, terima kasih Gusti, anak hamba masih hidup,” ucapnya berkali-kali, sambil mengambilkan air hangat, yang masih tersisa, di sebuah cangkir kaleng.

“Minum dulu Jo, biar tubuhmu hangat,” katanya. Biarpun matanya agak kabur, tapi ia masih bisa melakukan sesuatu.

Bejo menerima cangkir itu, dan meneguknya sampai habis. Tubuhnya yang semula kedinginan, kemudian perlahan terasa hangat.

Lalu simbok pergi lagi ke belakang, membawa sepiring singkong rebus.

“Makanlah, bukankah sejak kemarin kamu belum makan?”

Dengan linglung Bejo memakannya, karena perutnya memang terasa lapar.  Ia masih belum sadar apa yang telah terjadi. Ia hanya tahu, dihadapannya adalah simbok, dan dirinya adalah Bejo.

Lambat laun Bejo bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan yang seperti baru ditemukannya, yang semula terasa asing.

Dua bulan yang lalu, simbok masih tampak kuat. Ia ke kebun, memetik sayur, dijual ke pasar, sendirian. Lalu belanja seberuk beras, dan lauk yang kemudian dimasaknya. Matanya yang sedikit rabun, tidak menghalangi dia menjalankan aktifitasnya.

Tapi dua hari yang lalu, simbok terjatuh dan kakinya terkilir, sehingga tidak bisa berjalan cepat dan bekerja seperti biasanya. Jadi Bejo lah yang kemudian menggantikannya. Memetik sayur, menjual ke pasar, lalu dibelikannya nasi atau bubur yang tidak usah harus memasaknya. Bejo memotong kayu yang bisa dipergunakan untuk menopang tubuh simbok saat berjalan, karena selalu dikatakannya kakinya lemah dan sulit melangkah.

Simbok yang sangat ketakutan setelah peristiwa Bejo hanyut itu, selalu berpesan agar Bejo jangan lama-lama meninggalkannya.  Ia sangat takut anak laki-lakinya tak akan kembali dan membiarkannya hidup sendiri.

Sore hari itu, saat simbok tertidur, Bejo duduk di atas balai-balai didepan gubugnya, menatap sepatu yang hanya sebelah, dan teronggok di sudut ruangan.

Ada sesuatu yang melintas saat dipandangnya sepatu itu. Tapi Bejo tak bisa menangkap, apakah sesuatu itu. Ia sering merasa pusing dan seperti orang bingung, tapi simbok yang sangat mengasihinya, selalu menghiburnya dan mengatakan bahwa Bejo berubah karena kecelakaan itu.

“Kamu hanyut beberapa hari, ketika simbok menyuruh kamu memancing ikan. Beruntung kamu masih hidup Jo, sementara orang-orang mengatakan bahwa kamu sudah mati, tapi Gusti Allah tidak membiarkan kamu mati. Simbok menemukanmu dan bisa merawatmu. Mulai sekarang jangan lagi pergi ke sungai, dan jangan pergi meninggalkan simbok terlalu lama. Biarpun ingatanmu belum sepenuhnya kembali, tapi simbok bersyukur kamu masih hidup,” itu yang selalu dikatakan simbok setiap kali melihat Bejo termenung dan terlihat bingung.

Bejo menatap lagi sepatu yang hanya sebelah itu, dimana simbok selalu ingin membuangnya. Tapi Bejo mencegahnya. Entah mengapa, dia suka sekali memandangi sepatu itu.

“Kamu menemukan sepatu, walau hanya sebelah, kamu suka memakainya, ya kan Jo. Tapi kan nggak lucu memakai sepatu hanya sebelah, nanti jalanmu bisa terpincang-pincang,” kata simbok menertawakannya ketika melihat Bejo sangat menyukai sepatu itu.

Bejo hanya tersenyum tipis, tak sepenuhnya memahami apa yang sebenarnya sedang terjadi. Rupanya kecelakaan sehingga membuat ia terhanyut itu telah membuatnya lupa ingatan.

***

Siang hari itu, ketika Baskoro sedang sibuk bekerja, tiba-tiba ponselnya berdering. Agak kesal dia mengangkatnya, ketika mengira yang menelpon adalah Rusmi. Soalnya dia sudah berpesan agar Rusmi tidak mengganggunya di saat jam kerja, agar atasan tak mencurigainya. Tapi ia terkejut ketika melihat si penelpon adalah Hasti. Pasti gadis itu sudah sangat merindukannya, karena sudah jarang ada kesempatan untuk berdua setelah sang ibu selalu mengawasinya.

“Ada apa? Bisakah nanti saja menelponnya? Aku masih banyak pekerjaan,” katanya pelan ketika menjawab panggilan itu.

“Nanti sepulang kerja, temui aku di tempat biasa.”

“Tidak bisa Hasti, ibumu sudah berpesan kalau aku harus sampai di rumah tepat waktu, khusus hari ini.”

“Cari alasan apapun, aku menunggu.”

“Hasti.”

Tapi Hasti sudah menutup ponselnya. Baskoro mengangkat bahu. Senang kalau bisa lagi berduaan dengan gadis yang baginya sangat menggairahkan itu. Tapi ia masih membutuhkan Rusmi. Kemudian Baskoro mencari-cari akal untuk bisa menemui Hasti tanpa dicurigai selingkuhannya itu.

Pekerjaan di kantor masih menumpuk, ia harus segera menyelesaikannya. Tapi alasan apa yang akan dikatakannya kepada Rusmi kalau ia pulang terlambat?

Ketika saat istirahat, Baskoro menelpon Rusmi.

“Ada apa? Aku sedang mempersiapkan sesuatu untuk acara kita malam nanti. Makan di rumah seperti seorang suami istri, karena hari ini adalah ulang tahunku, jadi kamu harus ikut merayakannya dengan membuat malam kita ini menjadi lebih indah dari biasanya. Aku memasak sendiri semua makanan kita nanti.”

Baskoro baru tahu kalau hari ini adalah ulang tahun Rusmi. Tapi itu bukan masalah baginya. Bagaimanapun Hasti jangan sampai dikecewakan.

“Bu, hari ini pekerjaan menumpuk. Aku harus lembur, barangkali pulang agak malam. Jadi_”

“Tidak bisa begitu Bas, kamu tidak boleh pulang terlambat. Pulang tepat waktu, lalu mandi, ganti baju yang sudah aku persiapkan, lalu makan malam di kamar saja, lalu menghabiskan malam seperti yang aku inginkan.”

“Tapi aku benar-benar harus lembur. Kalau aku tidak bisa menyelesaikannya, aku bisa kena tegur.”

“Baiklah, mau lembur berapa jam?” akhirnya Rusmi mengalah.

“Belum bisa mengatakannya sekarang Bu, tapi aku akan berusaha secepatnya.”

“Satu jam ya.”

“Pastinya lebih, Bu. Pekerjaanku banyak.”

“Dua jam.”

“Bu …”

Tapi Rusmi sudah menutup ponselnya.

Baskoro mengangkat bahu pertanda kesal.

“Janda satu ini lama-lama membuat aku bosan juga,” gumamnya perlahan.

Janda, Baskoro menyebutnya dengan senyuman tipis. Lalu tiba-tiba teringat olehnya sopir perusahaan yang dikorbankannya.

Barno. Ternyata Barno benar-benar tidak melibatkannya. Ia sudah dihukum, entah berapa lama. Hal itu membuatnya merasa lega.

Lalu tiba-tiba ia merasa harus lebih mementingkan Hasti. Karena itu ia meminta ijin kepada pak Rangga agar bisa pulang cepat, karena ada urusan. Biarpun curiga, pak Rangga mengijinkannya. Baskoro tersenyum senang. Terbayang olehnya wajah Hasti dan segala polahnya yang membuatnya terkesan dan susah melupakannya.

***

Rusmi sedang memesan beberapa jenis makanan, yang nanti akan diakuinya kepada Baskoro bahwa itu adalah hasil masakannya. Baskoro harus tahu bahwa calon istrinya bukan wanita yang pintar melayaninya di ranjang, tapi juga bisa membuat lidahnya menari-nari karena kelezakan makanan yang dihidangkannya. Ia juga menata kamarnya agar tampak lebih menarik, dengan meletakkan seikat bunga wangi yang dimasukkan ke dalam vas, dan diletakkan di meja sofa.

Diletakkannya piring, sendok dan minuman di meja itu, sambil menunggu makanan yang dipesannya datang. Ini ulang tahunnya yang ke empat puluh. Tidak muda lagi, tapi dia merawat tubuhnya dengan sangat teliti. Tak ada kerutan dan tanda bahwa dia mulai menua. Tidak. Ia masih ingin dikagumi, jangan sampai kalah dengan yang muda-muda.

Tiba-tiba ponselnya berdering, Rusmi mengangkatnya cepat, berharap Baskoro tak jadi lembur. Tapi tidak. Hasti lah yang menelponnya.

“Ada apa?”

“Bu, aku baru ingat kalau ibu ulang tahun hari ini. Aku sudah membelikan hadiah untuk itu. Tapi ada teman yang sakit, dan aku harus mengantarkannya ke rumah sakit.”

“Tidak apa-apa, antarkan teman kamu itu dan jangan meninggalkannya sampai dia terlihat baik-baik saja. Ibu juga akan merayakannya di rumah saja, tidak akan ke mana-mana.”

“Terima kasih Bu, memang dia teman baik aku.”

Rusmi menutup ponselnya dengan senang hati. Kalau Hasti tidak pulang maka tak akan ada yang mengganggunya. Lagipula ia juga akan merayakannya di dalam kamar, bukan untuk makan diluar atau berpesta di suatu tempat.

Setelah merasa semuanya sempurna, Rusmi beranjak ke kamar mandi. Ah, tidak, ia harus mengingatkan Baskoro bahwa waktu lembur yang dimintanya hanyalah dua jam, dan itu sudah terlalu lama.

Ia mengirimkan pesan singkat untuk mengingatkannya, barulah ia masuk ke kamar mandi. Berendam berlama-lama dan mengguyur tubuhnya dengan wewangian yang akan membuat Baskoro mabuk semalaman.

***

Baskoro sudah mengirimkan pesan singkat kepada Hasti, bahwa dia akan pulang lebih awal, agar tak terlalu lama terlambat memenuhi permintaan ibunya.

Ketika saatnya tiba, Baskoro menuju ke tempat yang ditentukan oleh Hasti. Ia berhenti dan melihat mobil Hasti di tepi jalan. Baskoro segera memarkir kendaraannya, dan mendekat ke arah mobil. Hasti ada di dalam mobil itu dan membukakan pintunya untuk Baskoro.

Begitu ia duduk dan menutup pintu, Hasti segera merangkulnya erat, seakan sudah bertahun-tahun tidak ketemu.

“Hei, kenapa kamu tidak sabaran? Kemana kita siang ini? Waktuku tak lama, karena ibumu menunggu.”

“Aku sedang bingung.”

“Kenapa? Aku sudah di sini, dan akan aku buat kamu senang sore ini.”

“Mas, aku benar-benar sedang bingung. Aku harus mengatakan kepada Mas sesegera mungkin.”

“Memangnya ada apa?”

“Tampaknya aku hamil.”

Baskoro terhenyak. Keringat dingin membasahi sekujur tubuhnya. Didorongnya Hasti yang masih merengkuhnya erat.

***

Besok lagi ya.

87 comments:

  1. 🍓🍰🍓🍰🍓🍰🍓🍰
    Alhamdulillah
    Matur nuwun Bu Tien.
    BeUI_26 sudah hadir.
    Semoga Bu Tien
    sehat selalu dan
    tetap smangaats...
    Salam Aduhai 🌹🦋
    🍓🍰🍓🍰🍓🍰🍓🍰

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waduuh Hasti koq hamil yaa...Jangan2 bukan Baskoro bapaknya, kan Hasti jg nakal spt ibunya...
      Raharjo benar2 selamat rupanya, tp hilang ingatan...Peristiwa apa nantinya yaa yg akan mempertemukannya kembali dg Wijan...Semoga org2 baik nantinya berakhir hidup bahagia...Kita tunggu kepiawaian Bu Tien membuat kita deg2an dan penisirin...

      Delete
    2. Matur nuwun ibu Sari
      Salam hangat dari Solo

      Delete
    3. Betul..p Raharjo masih hidup, tapi amnesia.
      Entah bagaimana mbak Tien mengurai kisah ini agar konspirasi jahat para kerbau terkuak.
      Rusmi jangan-jangan juga hamil...hahaha tambah asyik rusaknya...

      Delete
  2. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    🙏🙏

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah..... sdh tayang, terimakasih Bunda...semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah Maturnuwun Bunda.semoga selalu sehat wal afiat

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah ......ternyata benar Bejo adalah pak Raharjo ....sepatunya hanya satu

    ReplyDelete
  6. Hujan²sambil baca seratanè buTien...alhamdulillah. Matur nuwun buuuu

    ReplyDelete
  7. Alhamdulillaah,
    Salam sehat bunda Tien .
    Semakin seru ceritanya.. 😍

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah BUI 26 sampun tayang,matur nuwun ,mugi Bunda Tien sakulawargo tansah kaparingan kasarasan Aamiin

    ReplyDelete

  9. Alhamdullilah
    Bunga untuk ibuku 26 telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillaah dah tayang, makasih bunda salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillaah, mtrnwn mbak Tien🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  12. Terima kasih, Mbak Tien.Semoga Mbak Tien sehat selalu.

    ReplyDelete
  13. Terima kasih ibu Ting
    Salam aduhai deh

    ReplyDelete
  14. Jangan main api kalau kalau terbakar nanti, jangan main cinta kalau belum cukup dewasa...begitulah kira2 lagu lama yang di dendangkan oleh Favorites Group....nah rasain tuh Hasti, tubuh nya terasa berbadan dua...itu akibat nya kan...😁😁

    Salam hangat nan mesra dari Cipinang Muara Jatinegara nggeh Bunda Tien

    ReplyDelete
  15. Matur nuwun mbak Tien-ku Bunga Untuk Ibuku tayang

    ReplyDelete
  16. Wadoow Hasti halim
    Sebentar lagi akan.muncul gudel

    ReplyDelete
  17. Puji Tuhan pak Rahardjo selamat ,,,walaupun diakui simbok sebagai Barjo

    ReplyDelete
  18. Kmrn tuh nenek panggil Barjo
    Jelas, tapi hbs itu giginya copot jadi cedhal deh ganti Bejo

    Gpp seh yg pntg itu ttp pak Raharjo
    Lho itu Hasti hamil
    Waouw bagus deh

    ReplyDelete
  19. Aamiin Allahumma Aamiin
    Matur nuwun pak Munthoni

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah ...
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹
    Hasti2 mknya jadi putri tuh jangan pethakilan .. kalian ber-3 bikin esmosi sj ...

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah BUNGA UNTUK IBUKU~26 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete
  23. Apakah Hasti hamil anak Baskoro? Maukah Baskoro bertanggung jawab? Bagaimana reaksi bu Rusmi kalau tahu Hasti hamil? Sabaar..tunggu besok ya... Kado ulangtahun untuk bu Rusmi benar-benar mengejutkan...
    Salam sehat selalu dan aduhai selalu untuk bund Tien.

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah BU ibuku 26 tayang awal. Berita bahagia pak Raharjo selamat meski hilang ingatan. Semoga cepat atau lambat ingatan pak Raharjo kembali . Yang membuat saya penasaran koq bu Tien memberi judul bunga untuk ibu....Ibu di sini apa bu Suri? kalau bu Rusmi koq tdk layak diberi bunga... atau almh ibunya Wijan. Wah jadi penasaran nunggu kelanjutan cerita.

    ReplyDelete
  25. Ladalah... Hasti hamil. Makin rame ceritanya, bentrok dengan ibunya pasti.
    Syukurlah pak Raharjo selamat. Mudah mudahan tidak lama lagi akan sadar dan kembali hidup normal. Jangan lupa kepada 'mbokmu' yang menyelamatkan kamu ya..
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah....matur nuwun Bu Tien BUNGA UNTUK IBUKU dah tayang smoga sehat selalu

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
    Rame... ternyata pak Rahardjo to Bedjo tenan 😁😁
    Nah loh kena batunya Baskoro anak org jd hamil , tambah seru nih kl ibunya tau,,😁
    Salam sehat wal'afiat semua bu Tien
    Aduhaiii sekali. 💞

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah...pak Raharjo masih hidup, walaupun berganti jd Bejo 😄😄
    Jangan² amnesia ini pak Raharjo tp bejo masih hidup...😅
    Lha kq ke bolak-balik...😍

    Matur nuwun bunda Tien, sehat selalu kagem bunda..

    ReplyDelete
  29. Nah loh.. hamil to.. wiisss.. kacau ini... perang dunia ini😀😀
    Matur nuwun bu Tien.. selalu bikin penasaran...

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien, salam sehat dari mBantul

    ReplyDelete
  31. Gak mslh deh mau Barjo atau Bejo
    Bagiku yg pntg ttp pak Raharjo adanya

    Yg jelas sepatu yg satu ada pada pak Raharjo dan yg satu ada pada Wijan

    Nah saatnya barangkali Hasti hamil gudel
    Rusmi bisa jadi hamil pula, saatnya thek dhung bersama

    Yuuk kita tunggu lanjutannya yah, penasaran kan

    Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
    Ttp semangat bunda
    ADUHAI ADUHAI ADUHAI

    ReplyDelete
  32. Si Bas
    Ngeyel tuh, masa itu hasil karya ku, lha wong Suri aja belum tambah bunder gitu lho; setahun lho, bayangin.
    Cari enaknya sendiri, lha kan hidungnya abang ijo gitu, ya nggak mau repot-repot lah.
    Mendingan yang nambahin uang saku tiap-tiap kali meeting.
    Lha ini malah nambahin pusing, bakalan dibenjolin lagi kepalanya sama emaknya.
    Ah nggak tahu lah, mereka sendiri yang tahu.
    Tuh kan mereka sendiri yang heboh, saling usir lah.
    Barjo eh udah diganti ya..
    Pokoknya jangan meninggalkan 'biyung'nya lama-lama apalagi ke-kali nggak boleh lagi.
    Setiap mau menerjemahkan sepatu itu, selalu gagal, yang dia tahu sudah pindah suasana jauh tetangga, pergi ke pasar juga ketempat langganan 'biyung'nya. Yang tentu sangat dinanti kedatangannya bubur dari bakul pasar langganan, berniat memberi sesuatu pada 'simbok' nya.
    Anak nggantheng tiap hari ditunggu bakul pasar, yang mulai ada simpati pada anak 'simbok' , nah lho kan bener tuh penduduk temon ini bingung ketika didesak jati dirinya.
    Nilam yang menemukan ya, waktu ikut kulakan sama Suri ke pasar.
    Cuma belum nyambung ; lupa lupa ingat.
    Ketika Nilam nyebut nama Wijan sedikit tersentuh hatinya..
    Oalah Jo Jo ..
    Suri malah senyum² menggenitkan diri, cakêp seeh.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien

    Bunga untuk ibuku yang ke dua puluh enam sudah tayang

    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin
      Matur nuwun pak Nanang
      atas crigisannya yang lucu.

      Delete
  33. Alhamdulillah Pak Raharjo selamat, meski masih bingung menjadi Bejo. Hasti hamil. Konfliknya tambah seru. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga tetap sehat njih....aamiin.

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah . . BUI 26 semakin seruu..
    Matur nuwun . . sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .

    ReplyDelete
  35. Walaah...bos Raharjo kok jadi si Bejo yg sederhana...si bungsu Nilam juga mengalami hidup prihatin. Keenakan yg jahat malah menguasai rumah & hartanya ya...Wijan ahli waris aslinya tersia-sia, ngenes...semoga berakhir bahagia semuanya.

    Terima kasih, bu Tien. Salam sehat.🙏😀

    ReplyDelete
  36. Sami2 ibu Nana
    Salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  37. Salamsehat dan aduhai.untuk ibu Komariah

    ReplyDelete
  38. Makasih mba Tien.
    Salam sehat ,selalu aduhai

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillahi rabbil'alamiin
    Terima kasih bu tien atas tayangan BUI 26
    Semoga bu tien sehat2 n selalu dlm lindungan n bimbingan Allah SWT .... aamiin yra

    ReplyDelete
  40. Ya... Bejo itu Pak Raharjo yg amnesia semoga bertemu dg orang yg bisa membawa nya keluar desa
    Terimakasih... Bunda Tien sehat selalu

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...