Thursday, December 28, 2023

BUNGA UNTUK IBUKU 27

 BUNGA UNTUK IBUKU  27

(Tien Kumalasari)

 

Hasti merasa kesal. Baskoro mendorongnya, dan berarti berita itu tidak membuatnya senang. Hasti lupa bahwa status Baskoro adalah masih seorang suami, dan sekarang adalah selingkuhan ibunya sendiri. Tentu saja Baskoro kebingungan. Tapi hal itu tidak lama. Baskoro ingat bahwa Hasti tidak hanya berhubungan dengan dirinya. Ditatapnya Hasti tajam. Ada kekesalan di sana.

“Kenapa Mas, ini berita mengejutkan bukan? Tapi kenyataan ini harus kita hadapi bersama,” katanya enteng.

“Apa maksudmu harus kita hadapi bersama?”

“Apa boleh buat, Mas harus bertanggung jawab.”

“Kamu jangan bicara seenak kamu sendiri. Ketika kita berhubungan, kamu sudah tidak perawan. Mengapa aku harus bertanggung jawab?”

“Mas!” Hasti terkejut.

“Siapa saja laki-laki yang berhubungan denganmu. Mengapa aku harus bertanggung jawab?”

“Tapi akhir-akhir ini aku hanya sama Mas. Tidak ada yang lain.”

“Apa aku harus mempercayai kamu?”

“Mas!”

Baskoro berusaha turun dari dalam mobil, tapi Hasti menarik tangannya.

“Mas tidak boleh begitu. Mas harus bertanggung jawab.”

“Silakan bermimpi. Aku tidak sebodoh yang kamu pikirkan.”

Baskoro mengibaskan tangan Hasti, kemudian keluar dari dalam mobil, dan menutup pintunya keras, meninggalkan Hasti yang menangis terisak-isak.

Baskoro menghampiri parkiran dan mencari sepeda motornya. Kesenangan bersama gadis yang membuatnya terlena, yang semula dibayangkannya, musnah sudah. Biarpun tidak mempercayainya, kenyataan bahwa Hasti hamil, telah mengusik perasaannya. Bagaimana kalau benar bahwa itu anaknya? Tapi Baskoro kemudian mengibaskannya.

Ia mengambil sepeda motornya, membayar parkiran kemudian kabur menuju rumah Rusmi. Dibiarkannya Hasti berteriak-teriak dari jendela mobil yang dibukanya. Baskoro terus memacu sepeda motornya.

***

Rusmi sangat senang melihat Baskoro datang lebih cepat dari yang dijanjikannya. Saat itu ia baru saja keluar dari dalam kamar mandi, dan seperti biasa, Baskoro nyelonong begitu saja masuk ke kamar. Rusmi menjerit genit, berharap Baskoro memeluknya dengan penuh gairah. Tapi tidak. Baskoro langsung menuju ranjang dan membaringkan tubuhnya di sana. Bahkan tanpa membuka sepatunya.

Rusmi terkejut. Ia mendekati ranjang dengan hanya memakai handuk membelit tubuhnya. Dengan gerakan memikat, Rusmi berharap Baskoro menyambutnya. Tapi Baskoro bergeming. Hal itu membuat Rusmi kesal.

“Ada apa?”

“Aku sedang banyak pikiran, perempuan memang menjengkelkan,” katanya tanpa menatap Rusmi yang berdiri menantang di sampingnya.

Semangat yang menyala di dada Rusmi menurun tiba-tiba. Ia mengira Baskoro sedih memikirkan istrinya yang kabur beberapa bulan yang lalu.

Ia membalikkan tubuhnya dan mengambil pakaian yang lebih pantas, kemudian duduk di sofa sambil mengurai rambutnya yang masih basah. Aroma wangi menyegarkan memenuhi kamar itu, tapi Rusmi kesal melihat Baskoro tak terpengaruh oleh sambutan yang disiapkannya.

Bahkan bau keringat Baskoro yang biasanya dianggap aroma merangsang yang disukainya, kali ini membuatnya mual.

“Mandilah, dan bicara apa yang terjadi,” katanya dingin.

Baskoro menoleh ke arah sofa, melihat Rusmi duduk dengan santai. Wajahnya  gelap. Baskoro baru sadar bahwa Rusmi tak harus mengetahui persoalan Hasti yang mengganggunya. Ia bangkit, lalu berjalan mendekati Rusmi. Tapi ketika ia duduk di sampingnya, Rusmi mendorongnya.

“Mandilah, bau tubuhmu nggak enak.”

“Tumben nggak enak,” katanya sambil mencium ketiaknya sendiri, lalu meringis karena memang ia berkeringat setelah sejak pagi berkutat di kantornya.

Baskoro mencopot sepatunya, melepas pakaiannya, kemudian beranjak ke kamar mandi. Rusmi memunguti pakaian Baskoro yang berbau tak sedap, memasukkannya ke keranjang kotoran, lalu membawanya keluar. Berbagai pemikiran yang membuatnya kesal memenuhi benaknya.

Yang dipikirkannya hanya satu, Baskoro sedang menyesali kepergian istrinya. Bukankah tadi dia menyebutkan tentang perempuan? Karena itulah ketika kembali masuk ke kamar, wajahnya menjadi gelap.

Ia duduk lagi di sofa, dan tak sedikitpun menatap Baskoro yang keluar dari kamar mandi dengan hanya melilitkan handuk di tubuh bagian bawahnya.

“Mana bajuku?” tanya Baskoro. Ia sudah biasa bertanya seperti itu, karena setiap saat Rusmi sudah menyiapkan baju ganti untuknya.

Rusmi hanya menunjuk kearah tumpukan baju di atas nakas, tanpa mengucapkan apapun. Baskoro memakai bajunya tanpa sungkan saat melepaskan handuk yang melilit di tubuhnya. Rusmi bergeming. Baskoro sadar bahwa kedatangannya tidak menampakkan sikap manis seperti biasanya. Pasti Rusmi tersinggung. Baskoro berusaha mengibaskan perasaan gelisahnya, lalu melangkah mendekati Rusmi, duduk di sampingnya.

“Maaf, aku sedang banyak pikiran,” katanya sambil meraih gelas berisi minuman di depannya.

“Kalau kamu menyesali kepergian istri kamu, jangan datang kemari,” kata Rusmi datar.

“Apa maksudmu? Siapa menyesali kepergian siapa?”

“Bukankah kamu sedang memikirkan istri kamu? Siapa perempuan yang kamu maksud? Istrimu bukan?”

Baskoro tersenyum. Ia menyibakkan rambut Rusmi yang masih basah, dan terjuntai di keningnya.

“Aku bahkan lupa kalau aku punya istri selain kamu,” katanya mencoba merayu.

Dan rayuan itu mengena. Wajah kaku itu memudar.

“Sikap kamu yang menjengkelkan itu, bukan karena istri kamu? Siapa perempuan yang kamu maksudkan?”

“Apa aku menyebutkan ‘perempuan’?”

“Kamu lupa?”

Baskoro menggelengkan kepalanya. Ia ingin mengatakan tentang kehamilan Hasti, tapi diurungkannya. Kalau Rusmi juga menuduh dirinya yang membuat Hasti hamil, bisa gawat.

“Tadi kamu menyebutkannya.”

“Ya ampun, itu perempuan bagian packing di gudang.”

“Jadi … kenapa?”

“Hanya karena pekerjaan.”

“Pekerjaan?”

“Aku capek. Katanya aku kepala gudang, tapi urusanku lebih banyak, karyawan perempuan itu tak bisa membantu,” katanya berbohong. Tak ada alasan yang lebih tepat selain pekerjaan. Ia tak ingin membicarakan Hasti dan kehamilannya. Kalau Rusmi harus tahu, biarlah Hasti sendiri yang mengatakannya.

“Jangan pikirkan pekerjaan. Sebentar lagi akulah penguasa di perusahaan itu, dan tak akan aku biarkan kamu mengerjakan banyak pekerjaan. Kamu adalah tangan kananku, pekerjaan kamu hanyalah membuat aku senang.”

Baskoro tersenyum, berusaha menyembunyikan kegelisahan di hatinya. Kalau benar Hasti mengandung anaknya, habislah dirinya. Ia bisa dikeluarkan dari pekerjaan kalau Rusmi berkuasa, dan ia akan menjadi gembel. Ngeri membayangkan dirinya menjadi gembel, setelah beberapa lamanya menjadi tuan yang dimanjakan.

Lalu kegelisahan itu sirna ketika Rusmi menghidangkan makanan enak, dan lebih daripada itu, seperti keinginan Rusmi, di hari ulang tahunnya harus ada yang istimewa. Keduanya tenggelam dalam lautan maksiat, tanpa Rusmi sadar bahwa Hasti tidak pulang semalaman.

***

Di kantor pada keesokan harinya, pak Rangga marah karena Baskoro kedapatan tidur di kantornya. Maklum, semalaman dia tak tidur. Kecuali itu, pak Rangga yang mencurigai hubungan Baskoro dan bu Raharjo mulai mengadakan penyelidikan. Ketika mendatangi rumah Baskoro, orang suruhan mengatakan bahwa sudah dua bulan Baskoro tidak lagi mengontrak rumah itu.

Lalu diketahuinya bahwa Baskoro tinggal di rumah pak Raharjo.

Masalah itu belum sempat membuat pak Rangga menegurnya. Dan pagi ini dengan kesal ia menggebrag meja, dimana Baskoro menelungkupkan tubuhnya sambil mendengkur.

Braakkkk!

Baskoro terlonjak. Ia mengucek matanya dan dengan terkejut melihat pak Rangga berdiri di depannya sambil menatapnya marah.

“Apa yang kamu lakukan? Akhir-akhir ini banyak hal yang membuatku kecewa atas semua kelakuan buruk kamu.”

“Maaf Pak, semalam saya tidak tidur, karena_”

“Jangan membuat alasan yang tidak bisa saya terima. Banyak yang kamu sembunyikan, dan banyak kelakuan kamu yang membuat aku kecewa.”

“Sungguh saya minta maaf. Banyak yang harus saya lakukan semalam, ada tetangga yang sedang punya gawe, dan saya_”

 “Hentikan omong kosong kamu. Aku sudah tahu apa yang kamu lakukan.”

“Tapi pak….”

“Aku tunggu kamu di ruangan aku,” kata pak Rangga yang kemudian membalikkan tubuhnya, dan keluar dari ruangan Baskoro.

Baskoro terpaku di tempat duduknya. Ia belum pernah melihat pak Rangga semarah ini. Hanya gara-gara dia ketiduran, dan dia tak mau menerima alasan yang dikatakannya?

Dengan enggan Baskoro berdiri, lalu melangkah perlahan ke ruangan pak Rangga. Baskoro benar-benar lelah. Rusmi tak memberinya kesempatan untuk tidur semalaman, dan ketika kemudian kantuk tak bisa ditahannya, hari sudah menunjukkan pukul tujuh lewat.

Baskoro melompat ke kamar mandi, tak sempat makan sarapan walau sepotong roti pun yang disediakan Rusmi di meja kamar.

Dan kemudian dia benar-benar tak bisa menahan kantuknya setiba di kantor.

Baskoro memasuki ruang pak Rangga, melihat atasannya itu duduk menghadapi laptop dengan wajah kaku.

Tanpa disuruh, Baskoro duduk didepan meja kerja pak Rangga. Kantuknya hilang ketika tadi pak Rangga menggebrak meja kerjanya.

“Kamu tahu apa kesalahan kamu, sehingga aku harus memanggil kamu pagi ini?”

“Karena saya tertidur saat jam kerja, dan itu karena_”

“Bukan hanya itu.”

Baskoro mengangkat wajahnya.

“Ke mana istri kamu?”

Baskoro terkejut. Kenapa tiba-tiba pak Rangga menanyakan di mana istrinya.

“Mengapa dengan … istri saya?” Baskoro berlagak bodoh.

“Aku bertanya, di mana istri kamu.”

“Pastinya dia di rumah, memangnya ada apa?”

“Tidak. Kamu bohong.”

Baskoro mengangkat wajahnya, lalu menundukkannya tiba-tiba. Mata pak Rangga sangat tajam menghunjam perasaannya. Ada apa ini?

“Rumah kontrakan kamu sudah ditempati orang lain.”

Baskoro terkejut. Sejauh apa pak Rangga mengetahui kehidupannya?

“Di mana istri kamu?”

Baskoro menghela napas. Apapun yang terjadi, dia harus berterus terang, karena berbohong memang tidak ada gunanya. Bukankah hanya soal istrinya?”

“Istri saya sudah pergi dari rumah. Tapi saya tidak tahu kemana dia pindah.”

“Bagus sekali. Istri pergi dan suami tidak tahu ke mana dia pergi? Apakah kamu juga tidak tahu penyebab dia pergi?”

Baskoro menggelengkan kepalanya.

“Entahlah. Dia menuntut sangat banyak. Gaji kurang, atau … entahlah.”

“Lalu kamu sekarang tinggal di mana?” pak Rangga sudah tahu, tapi dia pura-pura menanyakannya.

“Saya … menyewa di sebuah rumah,” katanya tanpa berani menatap atasannya.

“Menyewa … atau gratis?”

“Saya ….”

“Aku sudah tahu kamu tinggal di mana, dan apa yang kamu lakukan. Apa kamu juga tahu, dimana Wijan?”

“Wijan … bukankah dia pergi setelah pak Raharjo mengalami kecelakaan? Sampai sekarang kami tidak tahu ke mana perginya.”

“Dan Nilam?”

“Dia juga pergi. Saya … tidak tahu, sebaiknya Bapak menanyakannya pada bu Raharjo,” kata Baskoro. Ia punya keyakinan, bahwa Rusmi mempunyai kekuasaan di perusahaan ini, yang memang belum diurusnya. Jadi mana mungkin pak Rangga akan berani menekan calon majikan barunya?

“Baiklah. Sekarang kamu boleh kembali ke ruangan kamu. Sudah saatnya aku juga bicara pada bu Raharjo.”

Pak Rangga mempersilakan Baskoro kembali ke ruangannya. Ia ingin segera mengatakan kepada Rusmi tentang apa yang dikatakan pak Raharjo, tapi bukan di ruangannya. Barangkali nanti, saat istirahat, ketika banyak waktu luang untuk bertelpon.

***

Rusmi sedang berusaha menelpon Hasti yang semalam tidak pulang ke rumah. Bahkan di siang hari itupun, Hasti belum tampak batang hidungnya. Tapi rupanya Hasti mematikan ponselnya.

Rusmi mencobanya berkali-kali, tapi tidak berhasil. Ia membanting ponselnya, dan terkejut ketika ponsel itu berdering. Ada sebuah panggilan masuk, dari Baskoro? Rusmi cemberut saat menerima panggilan itu, pasti Baskoro akan mengatakan bahwa dia akan lembur lagi.

“Ada apa?” jawabnya kesal.

“Kok jawabannya kaku begitu?”

“Aku sedang kesal. Hasti sampai sekarang belum pulang. Ponselnya mati, tidak bisa dihubungi. Kamu mau mengatakan bahwa kamu mau lembur lagi?”

Baskoro terdiam. Ia teringat kembali tentang kehamilan Hasti. Kenapa Hasti tidak pulang? Tapi Baskoro belum ingin bicara tentang Hasti. Ia harus mengatakan tentang pembicaraannya dengan pak Rangga.

“Kamu ingin mengatakan bahwa kamu mau lembur lagi, kan?” ulangnya.

“Tidak. Tadi pak Rangga memanggil aku ke ruangannya.”

“Kenapa?”

Lalu Baskoro mengatakan semuanya. Bahwa kelihatannya pak Rangga mencurigai hubungan dirinya dengan Rusmi. Kepergian Wijan dan Nilam juga ditanyakannya.

Rusmi mengerutkan keningnya. Ia merasa bahwa sudah saatnya dia menguasai perusahaan suaminya, setelah dua bulan lebih dia belum juga kembali. Mau atau tidak, pak Rangga harus menganggap bahwa Raharjo sudah mati.

“Kamu tidak perlu khawatir Bas. Aku akan segera ke kantor dan menemui Rangga yang sok berkuasa itu.”

***

Pagi harinya Rusmi datang ke kantor suaminya. Ia berdandan sangat anggun, berpakaian mewah, dan melenggang seperti seorang ratu.

Para karyawan sudah tahu, bahwa dia adalah bu Raharjo, karena pak Raharjo pernah mengajaknya ke kantor pada acara resmi. Mereka yang berpapasan mengangguk hormat sambil menyapa dengan manis.

“Selamat pagi Bu,” sapa nereka bergantian.

Rusmi mengangguk sekilas, tapi dia berjalan dengan angkuh dan tampak tak menghargai semua sapaan itu. Ia masuk ke ruangan suaminya yang tetap tertata rapi, dan duduk di kursi kerjanya. Dengan angkuh pula  dia menyuruh sekretaris agar memanggil pak Rangga ke ruangannya.

***

Besok lagi ya.

91 comments:

  1. Replies
    1. Luar biasa mbak Tien
      Cara pak Rangga menginterogasi kebo Baskoro sungguh anggun. Rusmi memang keterlaluan. Mengusir anak tirinya, lalu 2 anak kandung menghilang, tidak membuatnya berpikir.
      Nah..dia dstang ke kantor Raharjo, ibarat ula marani gebuk. Rangga akan memaparkan, bahwa tak ada hak Rusmi sedikit pun akan perusahaannya. Kapokmu kapan? Tapi jangan hanya berhenti memiskunkan kedua kebo itu. Merekalah otak pembunuhan berencana itu, wajib dijebloskan ke hotel prodeo....
      Maturnuwun mbak Tien

      Delete
    2. Hadeeh mang bnr seh nyebelin lht tingkah si kerbau betina

      Sptnya bnr mau jd gembel bersama kerbau pejantan tuh
      Emang semudah membalikkan telapak tangan utk mendapatkan perusahaan pak Raharjo

      Enak ajah, hrs pake proses juga itu kan warisan punya ibunya Wijan

      Org dari tong sampan trus mau nemu
      Waouw makin seru nih
      Mksh bunda Tien udah bikin pembaca ber andai2

      Luar biasa bunda semangat ttp sehat selalu doaku
      ADUHAI ADUHAI ADUHAI

      Delete
  2. 🐞🌿🐞🌿🐞🌿🐞🌿
    Alhamdulillah
    BeUI_27 sudah tayang.
    Matur nuwun nggih...
    Semoga Bu Tien
    sehat selalu dan
    tetap smangaats...
    Salam hangat
    dan aduhai 😍🦋
    🐞🌿🐞🌿🐞🌿🐞🌿

    ReplyDelete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku Bunga Untuk Ibuku tayang

    ReplyDelete
    Replies
    1. Saranku ya Hasti, pilih lelaki yang tampaknya sangat tertarik kepadamu, sekali kena.. jangan pernah pergi darinya. Suruh dia bertanggung jawab.
      Selamat ya Rusmi.. hampir jadi boss... Tapi kalau justru ditangkap polisi jangan nangis.
      Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

      Delete
    2. Salam hangat dari Solo pak Latief

      Delete
  4. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    🙏🙏

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah BUNGA UNTUK IBUKU~27 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
    ‌Aamiin yra..🤲

    ReplyDelete

  6. Alhamdullilah
    Bunga untuk ibuku 27 telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga sehat selalu dan bahagia bersama keluarga
    Aamiin...

    ReplyDelete
  7. Iyeeesss....
    Matur nuwun bunda Tien..🙏🙏
    Absen dlu...😍😍

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah..... terimakasih Bunda, sehat selalu nggih

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah matur nwn bu Tien, semoga sehat selalu🤲

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah Maturnuwun sanget Bunda cerbungipun sae..sehat sehat sehat + semangat

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun bunda Tien, smg sehat2 selalu

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah...
    Rusmi kaget ..lihat surat wasiat Pak Rahardjo ... rasakno ...

    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  13. Alhamdulilah BUI 27 sdh tayang terima kasih bu Tien... semoga ibu sekeluarga sll sehat dan dalam lindungan Allah SWT.. salam hangat dan aduhai bun

    Permainan kebo kebo sdh terungkap...waduuuh bu rusmi sdh bergaya direktur... nikmati saja syok terapi yg sebentar lagi dihadapinya

    ReplyDelete
  14. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga tetap sehat njih, aamiin...

    ReplyDelete
  15. Hasti,,,,oooh. Hasti
    Tahu rasa Baskoro tdk mau mengakui kehamilannya
    Mungkin bukan sama Baskoro saja tapi dengan Bram juga
    Brame rame

    ReplyDelete
  16. Rusmi ,,,,ooohhh Rusmi
    Nasibmu sekarang diujung tanduk

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah sdh tayang
    Matur nuwun bu Tien
    Gimana kabar Baskoro
    Jangan" Rusmi ikutan hamil juga
    Yuk kita mojok sama"

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah....BUNGA UNTUK IBUKU 27 dah hadir, terima kasih Bu Tien semoga sehat selalu....selamat malam selamat beristirahat

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah terima kasih bu Tien..
    Hmm penasaran apa yg akan disampaikan pak Rangga, bahwa Rusmi tidak berhak atas perusahaan, dan Wijan adalah pewaris nya... Salam sehat selalu bu Tien.

    ReplyDelete
  20. alhamdulillah
    maturnuwun bunda
    semoga selalu sehat

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillaah tayang, mudah"an rusmi hamil, hastii dah hamil supaya rame anak dan ibu punya anak satu ayah hihihi ngeri... Bu direktur rusmi berkuasa

    ReplyDelete
  23. bayangan saya ... tiwas dandan cantik, angkuh dan sombong, teus akhirnya gubrak... kisinan.. dia tdk punya hak atas perusahaan..
    Wah..mesti ngamuk mawut2 gak karuan..hehehe
    Matur nuwun bu Tien...selalu sehat.. menghibur pemirsah semua😀🥰🥰❤️

    ReplyDelete
  24. Semangkin seruuu....luar biasa
    Mtr nuwun Bu Tien, sehat sll.

    ReplyDelete
  25. Ceritanya makin serum.. Rusmi dan Baskoro bakal kaget dapat kejutan dari pak Rangga. Terimakasih bunda Tien salam sehat selalu dan aduhai..

    ReplyDelete
  26. Untung pak Raharjo sudah mengetahui kelakuan Rusmi sebelum kecelakaan terjadi dan sudah menghubungi notaris. Perselingkuhan Rusmi dan Baskoro sudah diketahui juga oleh pak Rangga..meskipun Barno sudah dihukum, nantinya akan terkuak sebenarnya setelah pak Raharjo sembuh dari amnesia. Pastinya nanti apa yang dikatakan pak Rangga membuat shok Rusmi, belum lagi kalau tahu Hesti hamil tambah runyam. Ditunggu kelanjutannya..masih episode 27 . Episode yad Rusmi shok tdk dapat warisan, kemudian Nilam ketemu Wijan, pak Raharo sembuh dari amnesia, Wijan ketemu pak Raharjo dst. Eh koq sok tahu. Nuwun bu Tien ditunggu nggih kejutan di setiap episode, semoga sehat terus. aamiin

    ReplyDelete
  27. Rusmi kok begitu amat ya. Sebagai ibu nggak peduli sama anaknya sendiri yg menhilang.
    Makasih mba Tien.
    Sehat selalu. Salam hangat ,tetap aduhai

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah , Terima kasih bunda Tien , sehat walafiat nggeh

    ReplyDelete
  29. Salam hangat dari Solo
    Nuwun doanya, jeng In

    ReplyDelete
  30. Bener kan nggak mau pusing, yang penting happy.
    Nah lho dicurigai pak Rangga.
    Tapi bingung juga mau berlindung di ketiak Rusmi, si Bas merasa Rangga sudah mengetahui ulah nya, hmm.
    Berjalan kaya ondel-ondel di lorong antar ruang kantor.
    Perembukan di ruang boos besar ini, pernyataan permintaan Rusmi justru membuka kecurigaan Rangga; ada rekayasa kecelakaan mobil Rahardjo.
    Yang sampai sekarang belum diketahui keberadaannya, boos yang jadi korban.
    Aduh kedatangan Rusmi di kantornya Rahardjo, menjadikan jelas setelah si Bas wadul sama Rusmi.
    Ada kaitanya ..
    Moga aja Rangga tetap pegang amanah, dan memang pengelolaan perusahaan bila boos yang berhalangan Rangga lah ceo nya.

    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Bunga untuk ibuku yang ke dua puluh tujuh sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien "BuI 27" sdh tayang. Doaku : smg sehat dan semangat selalu, aamiin 👐

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien 🤗😍
    Salam sehat wal'afiat semua ya
    Baru dtg dah sombong tuh Rusmi
    Sok tau mang bisa nangani perusahan sendiri ,,,😁🤭

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillahi rabbil'alamiin
    Terima kasih bu tien BUI 27 telah tayang
    Semoga bu tien sehat2 n selalu dlm lindungan n bimbingan Allah SWT .... aamiin yra
    Salam aduhaiiii selalu

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah, jalan cerita semakin menarik, jangan terlalu lelah Bu Tien dan terus jaga kesehatan.

    ReplyDelete
  35. Terima kasih bu Tien ... B U I ke 27 sdh tayang ... Tambah seru ceritanya ... Sll ditunggu lanjutannya ... Smg bu Tien & keluarga sll bahagia n sehat wal'afiat ... Salam Aduhai ...

    ReplyDelete
  36. Apa yg terjadi dg kedatangan Bu Rusmi?
    Terima kasih Bu Tien sehat selalu

    ReplyDelete
  37. Mungkinkah nantinya Baskoro menyesal karena sudah mengabaikan kehamilan Hasti, sedangkan dengan Suri dia tidak punya anak? Apalagi kalau ternyata Hasti nekat aborsi yg berakibat fatal. Belum lagi madalah bu Rusmi yg mungkin hamil juga oleh ulahnya...waah...sungguh penasaran ingin cepat tahu endingnya.🤭😅😁

    Terima kasih, ibu Tien sayang...sudah mengaduk2 hati & emosi pembaca...salam sehat.🙏😘😀

    ReplyDelete
  38. Terima kasih ibu Nana
    Salam hangat dan aduhai deh

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...