Saturday, December 6, 2025

HANYA BAYANG-BAYANG 06

 HANYA BAYANG-BAYANG  06

(Tien Kumalasari)

 

Puspa melangkah ringan, tanpa sadar sang ibu sedang menunggunya di teras dengan pandangan penuh amarah.

“Bapak belum pulang, Bu?” tanya Puspa tanpa sadar apa yang tampak di wajah ibunya.

“Mengapa kamu beri dia uang?” Srikanti menghardik, tanpa peduli pada pertanyaan sang anak.

“Uang apa?”

“Itu tadi, pengemis bau itu, mengapa kamu beri dia uang?”

“O, itu. Iya, kasihan, melihat ibu memarah-marahinya, lalu Puspa beri dia uang.”

“Kenapa sih kamu ini? Memberi uang pada pengemis hanya membuat mereka malas. Enak saja, tinggal menadahkan tangan, lalu dapat uang. Uang itu harus didapat dengan bekerja, tidak hanya dengan menadahkan tangan.”

“Mengapa ibu ini. Tahukah ibu, hanya dengan selembar uang yang Puspa berikan, Puspa mendapat doa baik dari dia.”

“Apa maksudmu?”

“Setelah Puspa beri dia uang, dia mengucapkan terima kasih lalu mengucapkan doa, agar Puspa sehat, agar Puspa panjang umur. Bukankah itu bagus?”

"Mengapa kalau kamu membutuhkan doa harus menunggu diucapkan oleh seorang pengemis?”

“Doa orang teraniaya itu didengarkan oleh Allah,” kata Puspa sambil melangkah masuk, tanpa peduli pada ibunya yang masih marah-marah.

“Siapa yang menyuruhmu bersikap seperti itu? Dulu ketika ada pengemis kamu juga marah-marah, mengusirnya , malah dengan memegang gagang sapu. Bagaimana mungkin sekarang kamu bisa berubah?”

Puspa sudah masuk ke dalam kamarnya.

“Memberi satu lembaran kecil uang, tidak akan membuat kita miskin kan bu?” gumam Puspa sambil menutup pintu kamarnya, sehingga omelan sang ibu tak terdengar lagi.

Puspa memang sudah berubah, hanya dalam beberapa hari setelah dia dekat dengan Nugi. Nugi juga bilang waktu itu, doa orang papa dan teraniaya itu akan didengarkan Allah. Dengan memberi sekeping atau selembar uang, kita tak akan menjadi miskin. Kita justru menjadi kaya.

Puspa masuk ke kamar mandi dengan perasaan ringan. Mengapa juga hanya memberi sedikit uang kepada peminta-minta maka hatinya terasa lebih senang dan nyaman? Nugi memang luar biasa. Ia memberikan dampak yang tak terduga bagi Puspa, si anak manja yang serba tak kekurangan karena ayahnya orang yang kaya raya. Apa yang sebenarnya terjadi?

Sambil berdendang Puspa masuk ke kamar mandi.

***

Mobil tuan Sanjoyo memasuki halaman, Srikanti menekan kekesalannya pada Puspa, membuat wajahnya berseri dan senyumnya merekah. Ketika Priyadi menurunkan majikannya dan mendudukkannya di kursi roda, Srikanti mendekatinya dan mendorong kursi roda itu masuk ke dalam rumah.

Tuan Sanjoyo merasa bahagia menjadikan Srikanti istrinya. Menurutnya, sang istri adalah wanita yang baik. Istri yang benar-benar menjadi idaman setiap suami. Pintar melayani, pintar menyenangkan, pintar membuat bahagia, dan juga walau sebagai istri muda, dia menyayangi anak-anak tirinya.

“Puspa sudah pulang?”

“Sudah. Datang-datang dia membuat aku kesal.”

“Kenapa?”

“Aku tuh kan benci banget pada yang namanya peminta-minta. Aku anggap mereka itu pemalas, mau mencari uang dengan tinggal menadahkan tangan. Maksudku itu, bekerjalah, gitu lhoh.”

“Kamu kesal pada pengemis, mengapa kamu juga kesal pada Puspa?”

“Ketika aku mengusir pengemis itu, kebetulan Puspa datang. Ee, tanpa tanya sesuatu, dia turun lalu memberi pengemis itu uang. Aku saja memarahi dan mengusirnya, mengapa dengan enak Puspa malah memberinya uang. Coba Bapak bayangkan, membuat kesal kan itu?”

“Kalau memang Puspa ingin memberi uang pada pengemis, ya biarkan saja, itu justru baik. Kan namanya membantu orang tak punya.”

“Membantu orang malas,” sergah Srikanti.

“O iya Sri, besok kantor sudah tidak begitu sibuk, kalau kamu butuh bepergian, kamu telpon saja Priyadi, pastinya dia sudah bisa mengantarkan kamu sebelum dia menjemput aku pulang.”

Mendengar hal itu, wajah Srikanti mendadak menjadi berseri-seri. Walaupun umur sudah hampir setengah abad, tapi Srikanti masih genit dan bisa kemayu. Ia juga masih membutuhkan saat bersenang-senang seperti halnya anak-anak muda, sementara suaminya sudah tidak mampu membuatnya puas. Karenanya ketika mendengar Priyadi besok bisa dipanggil pulang, Srikanti senang bukan main.

“Oh iya, besok paling hanya ke pasar sebentar, kalau tidak ya di rumah saja, aku suruh bantu bersih-bersih.”

“Bibik kan juga bisa kalau cuma bersih-bersih.”

“Tidak Mas, yang di atas almari kan harus laki-laki. Kalau bibik aku takut. Bagaimana kalau nanti dia jatuh?”

“Ya sudah terserah kamu saja. Sekarang aku mau langsung mandi saja.”

“Baiklah kalau begitu, aku antarkan Mas ke kamar mandi.”

***

Puspa sedang duduk di bangku dapur, menghirup coklat panas yang dibuatkan bibik. Di depannya ada sepiring jagung bakar yang kemudian dicomotnya satu.

“Mengapa Non duduk di situ? Biar saya bawakan minum dan jagungnya ke ruang tengah ya."

“Biar saja Bik, aku sedang pengin minum dan ngemil di sini.”

“Non itu ada-ada saja, nanti kalau nyonya tahu, dimarahi lhoh Non.”

“Ya enggak, masa cuma minum di dapur saja dimarahi. Biarin saja. Lha itu minum buat siapa Bik?”

“Ini buat Priyadi.”

“Oh, mana dia?”

“Sedang mencuci mobil. Begitu datang langsung cuci mobil, habis itu minum, kalau mau makan ya makan, baru dia pulang.”

“Kalau begitu aku ke ruang tengah saja, nanti pak Priyadi sungkan kalau ada aku.”

“Non sih, dikasih tahu nggak mau dengar.”

“Sebetulnya pengin dengar Bibik ngobrol.”

Bik Supi tertawa lucu.

“Bibik bisa ngobrol apa? Yang ada malah non Puspa yang cerita-cerita, bibik mendengarkan.”

“Pengin nanya-nanya saja tentang keluarga Bibik.”

“Walah, keluarga bibik hanya orang kampung, apa yang bisa bibik ceritakan? Orang kampung itu ya orang yang biasa saja, apa yang ingin Non ketahui?”

“Anak bibik di kampung sama siapa?”

“Sama neneknya Non, sudah agak tua juga. Walau begitu neneknya sangat menyayangi cucunya. Wong itu cucu satu-satunya lhoh Non. Dan karena neneknya sayang, maka bibik tega meninggalkan dia untuk bekerja.”

“Besok saja cerita lagi ya Bik, aku ke depan dulu.”

“Saya bawakan minumnya ke depan, sama jagungnya juga.”

“Jagungnya buat pak Pri saja, aku sudah,” katanya sambil berlalu.

Bibik membawakan sisa minum Puspa sambil berpikir tentang perubahan sikap Puspa akhir-akhir ini. Puspa juga jarang pulang telat. Biasanya menjelang maghrib baru pulang.

“Kamu itu makan apa Puspa?”

“Ini, bibik membakar jagung. Enak, Bapak mau?” kata Puspa.

“Nggak ah, gigi bapak sudah tidak kuat menggigit jagung.”

“Enak lho.”

“Bapak tanya sekarang, sekolahmu bagaimana?”

“Sebentar lagi mau ngerjain tugas akhir, baru siap-siap nih.”

“Berarti nanti kalau kamu sudah selesai harus memegang perusahaan bapak lho Pus, bapak sudah harus istirahat,” sambung Srikanti.

“Apa? Aku tidak mau menggantikan bapak, atau meneruskan usaha bapak,” kata Puspa sambil masih menikmati jagung bakarnya.

“Apa maksudmu?” kata Srikanti marah.

“Pokoknya tidak mau. Puspa ingin berhasil tanpa bayang-bayang usaha bapak. Ya Pak, Bapak setuju kan? Seperti mbak Sekar, mas Roto, semua punya usaha sendiri. Masa aku harus bergantung pada usaha Bapak?”

“Bagus sekali kalau kamu punya semangat untuk maju tanpa campur tangan bapak,” kata tuan Sanjoyo sambil tersenyum/

“Kamu itu sangat bodoh. Mengapa memilih susah-susah usaha sendiri sedangkan kalau kamu bekerja di kantor bapak maka semuanya akan menjadi mudah,” Srikanti masih memaksa.

“Pokoknya nggak mau, aku nggak suka,” katanya sambil berdiri dan pergi ke belakang untuk mencuci tangannya.

“Dasar bandel. Aku tidak mengira dia akan sebandel itu, diberi kedudukan enak, malah mencari jalan susah,” omel Srikanti, yang berharap anak kandungnya bisa menguasai bisnis tuan Sanjoyo, tapi kelihatannya sang anak tidak mendukung. Srikanti berjanji akan merayunya lagi nanti.

***

Sore hari itu Puspa pamit keluar, katanya kangen sama Sekar, kakaknya karena lama tidak bertemu. Mendengar itu bibik juga mengatakan, kalau non Puspa mau dijewer sama non Sekar karena setiap kali datang tidak pernah ketamu non Puspa.

“Nanti aku mau minta dijewer mbak Sekar,” katanya sambil tertawa.

“Pulangnya jangan malam-malam, nanti ibu mau bicara,” kata Srikanti yang mengantarkan Puspa sampai ke mobilnya.

“Bicara tentang apa? Kalau tentang aku harus bekerja di kantor bapak, aku sudah mengatakan kalau tidak mau.”

“Mengapa kamu begitu bodoh, Puspa?”

“Justru karena aku pintar, maka aku tidak mau nebeng pada bapak,” kata Puspa sambil masuk ke dalam mobil.

“Hari ini kamu benar-benar membuat ibu kesal!” omel Srikanti sambil masuk ke dalam rumah.

***

Sekar heran melihat Puspa datang. Biasanya ia tak pernah dekat dengan saudara-saudara lain ibu. Merasa bahwa ibunya sangat disayang sang ayah, jadi dia menjadi kelewat manja.

“Tumben kamu datang kemari?”

“Kata bibik, mbak Sekar mau menjewer kuping aku, nih … sudah Puspa bawakan kuping Puspa nih.”

Sekar tertawa.

“Kamu itu setiap mbak datang ke rumah, kamu selalu tidak ada. Selalu belum pulang. Mbok ya jangan sering main, kamu kan mau ujian juga?”

“Sekarang sudah nggak. Beberapa hari ini pulang sore lhoh.”

“Yang benar?”

“Benar, lah. Coba saja tanya bibik.”

“Baguslah kalau begitu. Lalu kenapa kamu datang kemari?”

“Nggak boleh ya, kangen sama kakaknya?”

“Oh, kamu kangen? Sini, mbak peluk,” kata Sekar. Puspa benar-benar mendekati kakaknya dan mereka berpelukan.

“Hari ini mbak merasa ada sesuatu yang berubah dari kamu. Biasanya mana peduli kamu sama kakak kamu ini.”

“Bukannya nggak peduli Mbak, sibuk … sibuk … sibuk,” kata Puspa sambil tertawa.

“Sibuk pacaran? Kamu sudah punya pacar?”

“Pacar itu seperti apa? Teman Puspa banyak.”

“Bukan berarti semua jadi pacar kamu kan?”

“Ya bukan. Tak satupun.”

“Masa?”

"Tapi sepertinya kali ini Puspa jatuh cinta deh Mbak.”

“Haaaa, tuh kan? Teman kuliah?”

“Mbak, jatuh cinta itu seperti apa? Aku baru dekat selama beberapa hari terakhir ini.”

“Kamu merasa bagaimana?”

“Ada yang lain, pokoknya berbeda. Tadinya sih biasa saja.”

“Ya sudah, tidak apa-apa, kamu sudah dewasa, jatuh cinta itu hal biasa, asalkan tidak mengganggu kuliah kamu, dan mengerti batasan-batasan yang tidak sampai kamu berdua melanggarnya.”

“Tapi dia itu bukan orang yang sederajat dengan kita.”

“Apa maksudmu tidak sederajat?”

“Dia anak orang biasa.”

“Memangnya ada orang yang tidak biasa? Kita punya tanduk? Punya ekor? Sedangkan dia tidak? Serem dong kita,” kata Sekar sambil tertawa. Lalu Puspa mencubitnya pelan.

“Mbak Sekar tuh. Malah bercanda. Aku minta dukungan Mbak nih.”

“O, kamu takut kalau sampai bapak atau ibu menolak punya menantu orang biasa?”

“Kemungkinan besar … ya.”

“Ya sudah, begini, kamu selesaikan dulu kuliah kamu, jangan memikirkan cinta sekarang ini. Nanti kalau kalian sudah selesai, bekerja yang baik, pasti lebih mudah menundukkan hati orang tua.”

“Mbak Sekar dukung aku ya?”

“InsyaaAllah.”

“Ya sudah, sekarang aku lapar mbak Sekar masak apa?”

“Aku nggak pernah masak. Adanya mie instan, telur, sosis, ada di kulkas semua.”

“Okey, aku masak sendiri ya,” kata Puspa riang sambil langsung pergi ke dapur.

***

Keesokan harinya Puspa pulang dengan perasaan gelisah. Di kampus dia tidak ketemu Nugi. Kata teman yang rumahnya dekat Nugi, Nugi sakit. Nugi anak bik Supi, bagaimana ia harus memberi tahu bik Supi? Ia kan masih menyembunyikan tentang Nugi yang sebenarnya adalah teman kuliahnya.

Turun dari mobil, ia langsung pergi ke dapur. Bik Supi sedang mencuci beras.

Puspa membuka kulkas dan minum segelas air putih. Lalu ia menemukan cara untuk memberi tahu bik Supi tentang Nugi, hanya saja dia tidak mengatakan namanya.

“Bik, tadi diluar ada yang mencari bik Supi.”

“Siapa Non?”

“Nggak tahu aku, orangnya naik sepeda kayuh, tapi tergesa-gesa pergi.”

“Siapa dia?”

“Dia tidak mengatakan namanya, hanya ingin memberi tahu bibik, bahwa anak bibik sedang sakit."

“Nugi sakit?” bibik hampir memekik kaget.

***

Besok lagi ya.

25 comments:

  1. Alhamdulillah...
    HaBeBe_06 sudah tayang.....
    Matur Nuwun

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah.... maturnuwun Bunda...semoga sehat selalu

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah HaBeBe 06 sdh hadir. Matur nuwun Bu Tien, sugeng ndalu πŸ™

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, matur nwn bu Tien, salam sehat dari mBantul

    ReplyDelete
  5. Matur nuwun Bunda Tien,mugi tansah pinaringan kasarasan

    ReplyDelete
  6. Alhamdulilah HBB 06 sampun tayang , maturnuwun bu Tien... semoga bu Tien sekeluarga sll sehat dan dlm lindungan Allah SWT... aamiin yra 🀲🀲❤️❤️
    Salam aduhai hai hai bun

    ReplyDelete
  7. 🌹🌿🌹🌿🌹🌿🌹🌿
    Alhamdulillah πŸ™πŸ˜
    Cerbung HaBeBe_06
    sampun tayang.
    Matur nuwun Bu, doaku
    semoga Bu Tien selalu
    sehat, tetap smangats
    berkarya & dlm lindungan
    Allah SWT. Aamiin YRA.
    🌹🌿🌹🌿🌹🌿🌹🌿

    ReplyDelete
  8. Alhamdulliah
    HBB yg ke 6 tayang. Terimakasih Bunda. Semoga sehat selalu
    Mudah"an Nugi sakit nya ga parah

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah HANYA BAYANG-BAYANG ~06 telah hadir.
    Maturnuwun Bu Tien πŸ™
    Semoga tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga, serta selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA..🀲

    ReplyDelete
  10. Alhamdullilah .terima ksih bunda..slmt malming betsm kel..salam sht sllπŸ™πŸ₯°πŸŒΉ❤️

    ReplyDelete
  11. Matur nuwun mbak Tien-ku Hanya Bayang-Bayang telah tayang

    ReplyDelete

  12. Alhamdullilah
    Matur nuwun bu Tien
    Cerbung *HANYA BAYANG BAYANG 06* sdh hadir...
    Semoga sehat dan bahagia
    bersama keluarga
    Aamiin...



    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah HBB ke6 telah tayang, maturnuwun Bu Tien ceritanya yg selalu menarik, semoga Bu Tien tetap sehat,semangat,bahagia bersama Kel tercinta....πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
  15. Puspa pintar....
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  16. Puspa sdh ketularan nugi, jadi orang yg andap asor tuh gak kemelungkung...
    Mks bun ...HBB06 sdh hadir....selamat malam salam sehat tetap semangat

    ReplyDelete
  17. Terima kasih Bunda, serial cerbung : Hanya Bayang Bayang 06 sampun tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Selamat ber akhir pekan Bunda.

    Ha..ha..ha...jebakan nya Puspa berhasil...bik Supi...teriak memanggil Nugi.
    Puspa jadi yakin klu Nugi anak nya bik Supi.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " HANYA BAYANG BAYANG ~ 06 " πŸ‘πŸŒΉ
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah mksh Bu Tien smg sekeluarga sehat sll

    ReplyDelete
  20. Matur nuwun Bu Tien, selamat beralhir pekan dg keluarga tercinta....semoga semuanya sehat wal'afiat....

    ReplyDelete

HANYA BAYANG-BAYANG 06

  HANYA BAYANG-BAYANG  06 (Tien Kumalasari)   Puspa melangkah ringan, tanpa sadar sang ibu sedang menunggunya di teras dengan pandangan penu...