HANYA BAYANG-BAYANG 07
(Tien Kumalasari)
Bik Supi kelihatan sangat panik mendengar anaknya sakit.
“Bagaimana ini, Nugi sakit apa?”
“Anak Bibik namanya Nugi?”
“Iya, Non. Namanya Anugrah, kawan-kawannya memanggil Nugi, jadi bibik ikut-ikutan memanggil Nugi. Bagaimana ini, apa saya boleh ijin untuk menengok anak saya ya Non?”
“Tentu saja boleh Bik, Bibik kan jarang pulang. Lagi pula anak Bibik sedang sakit. Nanti aku antar Bibik pulag.”
“Ah, ya enggak Non, rumah bibik jauh, di pinggiran kota, biasanya bibik naik angkot.”
“Tidak apa-apa, supaya aku tahu di mana rumah Bibik.”
“Apa ini? Siapa mau mengantar siapa?” tiba-tiba Srikanti sudah ada diantara mereka.”
“Nyonya … saya mau minta ijin besok pagi.”
“Minta ijin untuk apa?”
“Pulang Nyonya, anak saya sakit.”
“Sakit apa? Kalau hanya panas, atau batuk flu saja kan bisa dibelikan obat di warung, pasti neneknya juga sudah memikirkannya. Mengapa cuma begitu saja kamu ribut?”
“Saya tidak tahu sakitnya apa Nyonya, karenanya saya ingin pulang. Sebentar saja Nyonya, sehari atau dua hari cukup, yang penting sudah tahu bagaimana keadaan anak saya.”
“Bu, biarkan saja Bibik pulang sebentar. Pasti dia bingung karena mendengar anaknya sakit.”
“O, lalu yang mengatakan bahwa akan mengantarnya itu kamu?”
“Iya, Bu, memangnya pak Pri bisa mengantarnya?”
“Apa maksudmu? Priyadi itu sopir kantor. Hanya kalau di kantor sedang tidak ada pekerjaan saja maka ayahmu mengijinkan Pri mengantar ibu seandainya ibu mau bepergian. Mosok, Pri disuruh mengantar bibik,” omel Srikanti.
“Kalau begitu biar Puspa saja mengantarnya.”
“Apa kamu kurang kerjaan? Kamu harus kuliah, kamu bilang akan mulai mengerjakan skripsi, kok bisa-bisanya mau mengantarkan bibik? Bibik itu hanya pembantu, apa kamu lupa?”
“Memangnya kenapa kalau bibik hanya pembantu?”
“Puspa? Sejak kapan kamu berubah? Sejak kapan kamu berani membantah perkataan ibu.”
“Bibik sedang sedih karena anaknya sakit, apa salah kalau Puspa membantu mengantarkannya?”
“Tidak, atau tidak usah pulang sama sekali.”
“Nyonya jangan marah, non juga tidak usah memikirkan bibik, bibik bisa pulang sendiri seperti biasa,” kata bibik yang kemudian ketakutan mendengar sang nyonya marah-marah.
“Dasar anak bandel. Mengapa akhir-akhir ini kamu berubah, Puspa?”
“Tidak ada yang berubah, apanya yang berubah?” kata Puspa kesal sambil membalikkan tubuhnya, kemudian masuk ke dalam kamarnya. Ia baru pulang dan hari sudah sore.
“Maaf Nyonya, Nyonya jangan marah. Bukan saya yang minta diantar. Saya diberi ijin pulang saja sudah sangat bersyukur.”
“Ya sudah, besok boleh pulang, hanya sehari saja,” kata Srikanti dingin. Ia adalah nyonya besar yang berkuasa, dan apapun yang dikatakannya tak boleh ada yang membantahnya.
“Terima kasih Nyonya,” kata bibik sambil mengangguk-angguk berkali-kali, bahkan ia masih saja mengangguk ketika sang nyonya besar sudah pergi dari hadapannya.
Ketika kemudian bibik kembali melanjutkan pekerjaannya, sang nyonya ternyata masih ingin berkata-kata.
“Tapi kamu harus ingat, ketika semua pekerjaan sudah selesai, kamu baru boleh pergi.”
“Baik Nyonya,” kata bibik lirih. Kalau sudah begini, bibik baru merasa kalau nyonya majikannya memang sangat kejam dan tidak berperi kemanusiaan. Ia bertahan karena gaji yang diterimanya jauh diatas gaji rata-rata pembantu, sedangkan dia sangat membutuhkan uang bagi anaknya yang sedang kuliah.
***
Malam-malam, ketika bik Supi sudah mau istirahat, Puspa mendekatinya.
“Bibik jangan khawatir, besok aku antar pulangnya.”
Bibik sangat terkejut. Mengapa sang nona cantik ini nekat mau mengantarnya sedangkan ibunya sudah mentang-mentang menentangnya.
“Jangan Non, bibik bisa pulang sendiri. Itu sudah biasa.”
“Bibik kan sedang sedih karena anaknya sakit, jadi lebih baik aku antar.”
“Tidak usah. Sungguh Non, jangan membuat nyonya lebih marah lagi, lalu bibik tidak diijinkan minta ijin.”
“Aku akan mengantar Bibik diam-diam.”
“Bagaimana mungkin Non, bibik kan harus berangkat pagi-pagi setelah menyiapkan sarapan. Kalau tidak, bibi tidak akan diijinkan pulang.”
“Gampang. Kalau Bibik mau berangkat pulang, berangkat saja. Aku menunggu di dekat jembatan kecil itu. Ibu tak akan tahu karena dikiranya aku kuliah.”
“Mengapa Non melakukannya? Mengapa tiba-tiba Non peduli pada bibik?”
“Aku kasihan pada Bibik. Sekarang ajari aku membuat minuman, membuat sarapan, agar nanti aku bisa menyiapkan semuanya, sehingga ibu tidak marah-marah seandainya Bibik terpaksa tidak bisa ijin sehari karena anak Bibik butuh ditungguin lebih dari sehari.”
“Ya ampun Non, sebegitunya kepedulian Non pada bibik. Bibik tidak mengira. Ternyata non Puspa sebaik ini. Saya kira Non sangat acuh terhadap siapapun, bahkan menyapa bibik saja jarang sekali.”
“Manusia bisa berubah Bik, aku sedang belajar menjalani hidup yang wajar.”
“Hidup yang wajar itu apa Non?”
“Peduli kepada sesama, itu perlu bukan, kalau aku ingin menjadi manusia baik?”
“Mengapa tiba-tiba Non berpikiran begitu?”
“Apakah sudah terlambat bagi aku untuk melakukan hal-hal baik?”
“Tidak Non, hal baik bisa dilakukan bahkan setelah manusia menua, sementara hari-hari sebelumnya telah melakukan hal-hal buruk.”
“Baiklah, bantu aku menjadi orang baik seperti Bibik. Ayo ke dapur sebentar, bagaimana caranya menyiapkan minum untuk seluruh keluarga. Aku belum pernah melakukannya, dan sekarang aku akan melakukannya.”
Bibik tersenyum ragu, tapi Puspa benar-benar menarik tangannya, diajaknya ke dapur. Ia memperhatikan dengan seksama apa yang diajarkan bibik.
Tuan Sanjoyo dan istrinya sudah tidur, mana tahu mereka apa yang terjadi di dapur mereka.
***
Pagi hari itu setelah para majikan sarapan, bibik sudah siap untuk berangkat pulang. Puspa berangkat pagi-pagi. Ia pamit kepada orang tuanya kalau ada kuliah pagi.
“Sakit apa anak bik Supi?” tanya tuan Sanjoyo yang sudah bersiap akan pergi ke kantor, sedangkan Priyadi sudah siap di depan bersama mobilnya.
“Halah, aku kok tidak percaya kalau anak bik Supi sakit,” omel Srikanti yang sebenarnya memang tidak suka kalau pembantunya ijin pulang.
“Mengapa tidak percaya? Wajahnya kelihatan muram, kelihatan kalau dia sedang bersedih.”
“Masalah wajah itu kan bisa dibuat-buat. Aku tetap tidak percaya. Belum satu bulan dia pulang, sekarang ingin pulang lagi, pasti dia mencari-cari alasan agar diijinkan pulang.”
“Jangan begitu Sri, siapa tahu anaknya benar-benar sakit. Biarkan saja dia pulang. Apa yang membuat kamu tidak suka?”
“Pekerjaan banyak. Membersihkan rumah sebesar ini, memasak, belum merawat kebun. Kalau bibik tidak ada, siapa yang mau mengerjakannya? Aku beri dia gaji besar itu ya supaya dia mengerjakan semuanya.”
“Namanya orang itu kan bisa saja berhalangan. Kalau masalah bersih-bersih, biar Priyadi membantu. Kalau hanya membersihkan kebun saja kan dia bisa. Hari ini dia bebas pulang ke rumah, karena tidak banyak pekerjaan di kantor.”
“Apa Mas? Priyadi akan Mas suruh bersih-bersih kebun? Dia itu sopir Mas, bukan tukang kebun. Kasihan dong kalau disuruh bersih-bersih kebun.”
“Kalau keadaan memaksa kan ya boleh sih Sri.”
“Tidak usah. Biar saja menunggu Supi kembali. Kalau pekerjaannya berat karena kebun tidak dibersihkan selama dia pergi, ya salahnya sendiri.
Tuan Sanjoyo mendorong sendiri rodanya ke depan. Walau tidak setuju dengan pendapat istrinya, tapi ia enggan berdebat hanya masalah pembantu.
***
Bik Supi berkali-kali mengucapkan terima kasih karena Puspa benar-benar mengantarkannya pulang.
“Apa Non tidak kuliah?”
“Nanti agak siang Bik, yang penting mengantarkan Bibik dulu.”
“Mengapa Non begitu baik pada bibi?”
“Mengapa Bibik bertanya lagi? Aku sedang belajar menjadi orang baik.”
“Ya ampun Non, bibik benar-benar bersyukur mendengarnya. Semoga Non benar-benar menjadi wanita yang baik.”
“Doakan juga aku mendapatkan cinta yang sejati ya Bik?”
“Cinta? Oh, Non sedang jatuh cinta?”
“Entahlah Bik, tapi aku sedang memikirkan kuliah aku dulu. Yang penting Bibik selalu mendoakan aku ya?”
“Tentu Non, bibik doakan Non menemukan jodoh yang baik, hidup bahagia selamanya.”
Puspa tersenyum. Apa bibik tahu bahwa yang dimaksud cinta itu adalah Nugi?
Benarkah cinta bisa merubah segalanya? Seorang yang manja menjadi orang yang bertanggung jawab? Seorang yang malas menjadi rajin, seorang yang congkak menjadi mengerti tentang kasih sayang dan kepedulian terhadap sesama? Tapi itulah yang terjadi pada Puspa. Tidak memakan waktu lama dunia seakan berputar dengan suasana alam yang berbeda baginya.
“Bik, tapi nanti aku akan langsung kembali setelah Bibik turun ya?”
“O iya Non, nanti bibik diturunkan di ujung jalan saja, karena rumah bibik harus memasuki gang sempit.”
“Baiklah Bik, tidak jauh kan masuknya?”
“Tidak Non, kalau mobil Non masuk, nanti keluarnya susah, tidak bisa putar balik.”
“Iya Bik.”
***
Bik Supi masuk ke rumah dan justru mengejutkan simboknya dan juga Nugi yang terbaring di tempat tidurnya.
“Kamu pulang Pi?”
“Iya, Nugi sakit apa?”
“Hanya panas tadi malam, tadi sudah disuntik sama pak Mantri, sekarang sudah baik.”
“Owalah Nug, simbok khawatir, mendengar kamu sakit.”
“Nugi tidak apa-apa, hanya kecapekan, karena kemarin sepulang kuliah membantu pak lurah yang sedang memperbaiki rumah,” kata simboknya bibik.
“Mengapa sih Le? Apa kamu tidak capek?”
“Sudah tiga hari Nugi melakukannya, katanya lumayan mendapat tambahan uang. Kasihan sama kamu Pi.”
“Benar begitu Nug?”
“Supaya simbok tidak terlalu berat membiayai sekolah Nugi.”
“Ya ampun Nug, simbok sama sekali tidak keberatan. Kamu memikirkan sekolah kamu saja, tidak usah bekerja, biar simbok saja yang bekerja.”
“Kasihan sama simbok.”
“Simbok tidak apa-apa Le, tidak usah bekerja. Apalagi katanya kuliah kamu sudah hampir selesai, sudah mau ujian. Lha kalau kamu kecapekan dan sakit kan malah kuliahmu gagal, bagaimana? Simbok jadi susah kan Le?”
“Iya Mbok.”
“Ya sudah, kalau kamu tidak apa-apa, besok simbok kembali kerja ya.”
“Mengapa besok Mbok, Nugi masih kangen.”
“Nugi, simbok juga kangen.”
Bik Supi dan Nugi saling berpelukan.
“Kita prihatin dulu ya Le, nanti kalau kamu sudah lulus, semuanya pasti menjadi mudah.”
“Besok kalau aku sudah lulus dan bekerja, Simbok jangan bekarja lagi. Simbok harus menunggui Nugi setiap hari.”
“Iya Nug, tentu saja.”
Karena Nugi menahannya, maka simbok mengundur kembalinya ke pekerjaan sehari lagi.
***
Pagi hari itu tuan Sanjoyo dan Srikanti heran, karena minuman hangat sudah tersedia di meja.’
“Lhoh, simbok sudah kembali? “
“Belum tuh.”
“Simbok masih kangen sama anaknya, mana mungkin pagi-pagi sudah sampai di sini?” kata Puspa yang membawa toples camilan dan diletakkan di meja.
“Yang membuat ini kamu, Puspa?”
“Iya. Puspa juga sudah membuat sarapan untuk kita.”
“Benarkah? Masak apa kamu? Orang tidak pernah membantu di dapur, mana bisa memasak.”
“Nasi goreng telur ceplok dan kerupuk udang.”
“Kamu bisa?”
“Bisa dong Pak, ayo, nanti setelah minum kita sarapan, sekarang Puspa akan menyiapkan dulu untuk sarapan,” kata Puspa sambil bertolak ke dapur kembali.
Puspa senyum-senyum sendiri. Semalam bik Supi sudah membuatkan bumbu nasi goreng, Puspa tinggal menambahkan mentega, ditumis sebentar, tambahkan telur, baru nasinya. Ia juga menambahkan sosis, juga udang. Telur ceplok dibuatnya sangat mudah. Dalam semalam ia belajar, dan sukses. Setidak nya terasa nikmat ketika dia mencicipinya sendiri.
Selesai menata piring dan nasi gorengnya, ia segera mempersilakan ayah dan ibunya ke ruang makan.
Tuan Sanjoyo tersenyum senang, dan berkali kali memuji enaknya masakan putri bungsunya.
“Bukan main. Tiba-tiba kamu bisa memasak, Puspa?”
“Pokoknya Puspa senang bisa berbuat sesuatu untuk seisi rumah,” kata Puspa sambil ikut menikmati masakannya.
***
Pagi hari itu Srikanti senang, karena Priyadi hanya mengantarkan tuannya ke kantor, lalu diijinkan kembali ke rumah.
Srikanti yang sudah siap segera mengajak sang kekasih untuk melihat bangunan rumah yang sudah tiga hari tidak ditengoknya.
Tapi ketika memasuki halaman rumah itu, Srikanti melihat seorang gadis cantik sedang duduk di teras, di atas kursi yang pastinya berdebu.
Ketika seorang tukang bangunan melintas, Srikanti menghentikannya.
“Siapa gadis itu?”
“Tidak tahu Nyonya, katanya menunggu tuan Priyadi.”
Wajah Srikanti langsung gelap, dipandanginya Priyadi yang segera turun mendahuluinya.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDelete🌟💐🌲🪴🌲💐🌟
ReplyDeleteAlhamdulillahi Robbil'alamiin....
HaBeBe_07 sudah tayang.
Matur nuwun mBak Tien, salam sehat penuh semangat.
🤝🤝🙏
🌟💐🌲🪴🌲💐🌟
🪻🫐🪻🫐🪻🫐🪻🫐
ReplyDeleteAlhamdulillah 🙏🦋
Cerbung HaBeBe_07
telah hadir.
Matur nuwun sanget.
Semoga Bu Tien dan
keluarga sehat terus,
banyak berkah dan
dlm lindungan Allah SWT.
Aamiin🤲.Salam seroja 😍
🪻🫐🪻🫐🪻🫐🪻🫐
Suwun mb Tien, smg sht sll
ReplyDeleteTerima ksih bunda HBB nya..slmt mlm dan slm seroja tetap aduhaii unk bunda 🙏🥰🌹❤️
ReplyDeleteMatur suwun Bu Tien
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
ReplyDeleteSemoga sehat beserta keluarga
Cemburu nih srikanti...
Alhamdulillah HANYA BAYANG-BAYANG ~07 telah hadir.
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien 🙏
Semoga tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga, serta selalu berada dalam lindungan Allah SWT.
Aamiin YRA..🤲
Alhamdullillah, nwn bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah HaBeBe 07 sdh hadir. Matur nuwun Bu Tien, sugeng dalu 🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Hanya Bayang-Bayang telah tayang
ReplyDeleteMatur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " HANYA BAYANG BAYANG ~ 07 " 👍🌹
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Alhamdulilah Cerbung HBB 07 sampun tayang .... maturnuwun bu Tien, semoga ibu sekeluarga selalu sehat dan bahagia .. salam hangat dan aduhai aduhai bun 🙏🩷🌹🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu sdh hadir mksh Bu Tien smg sekeluarga sehat sll
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda Tien, semoga selalu sehat , barokalloh
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Alhamdulillah, HANYA BAYANG-BAYANG (HBB) 07 telah tayang, terima kasih bu Tien, semoga Allah senatiasa meridhoi kita semua, aamiin yra.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda, serial cerbung : Hanya Bayang Bayang 07 sampun tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin
Priyadi diam diam mungkin ingin gadis yang wajah nya tdk banyak permak dan dhempol...😁😁
Mks bun HBB 06 sdh tayang....selamat mlm, ....sehat" ya bun 🥀🌹🌴🌵
ReplyDeleteMaaf HBB 07 ko ya
ReplyDelete
ReplyDeleteAlhamdullilah
Matur nuwun bu Tien
Cerbung *HANYA BAYANG BAYANG 07* sdh hadir...
Semoga sehat dan bahagia
bersama keluarga
Aamiin...
Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat...
ReplyDeletePuspa kok belum hadir ya..
ReplyDeleteWaduh...
ReplyDeletePerempuan selingkuh dengan hatinya, sedangkan laki-laki selingkuh dengan nafsunya...
Terimakasih Mbak Tien...
Nah, akhirnya Puspa tahu ancar2 rumah Nugi deh...wkwk.😅
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Salam sehat.🙏🏻