BERSAMA HUJAN 39
(Tien Kumalasari)
Bu Rosi agak berdebar mendengar apa yang dikatakan menantunya. Kenapa bisa persis seperti bayangan Romi tentang kelahiran prematur. Jangan-jangan apa yang selalu diucapkan Romi setiap kali dia menegurnya itu benar. Entahlah. Bu Rosi selalu memikirkannya, dan karenanya ia tak banyak berkata-kata dalam perjalanan kembali ke kantor.
“Kenapa Ma? Kok Mama kelihatan seperti gelisah begitu?”
“Tadi Elisa mengatakan, bahwa mamanya akan datang kemari.”
“Oh, benarkah? Ingin menunggui kelahiran cucunya? Tentu saja. Menurut perhitungan, ini memang sudah saatnya,” kata Romi enteng.
“Romi,” tegur sang mama.
“Lihat saja nanti.”
“Tadi Elisa juga mengatakan, bahwa melihat kondisi Elisa, kemungkinan dia akan melahirkan prematur.”
“Naaah!” Romi berteriak, kemudian tertawa terbahak-bahak.
“Romi!” tegur sang mama lagi, kali ini sambil menepuk bahunya keras.
“Auww, Mama. Sakit dong Ma.”
“Kamu berteriak dan tertawa ngakak, jelek banget,” gerutu bu Rosi.
“Masa sih, Romi jelek? Bibik saja bilang Romi tuh ganteng.
“Kalau kamu tertawa seperti tadi, nggak ada ganteng-gantengnya, tahu! Yang ada kamu kelihatan jelek. Norak. Nggak sopan.”
“Kok banyak sekali buruknya?”
“Mama nggak ngerti, kenapa kamu tadi tertawa seperti itu.”
“Kan seperti dugaan Romi, bahwa nanti akan ada perempuan melahirkan prematur. Tapi ya prematur buatan, yang bener adalah memang sudah saatnya.”
“Sudah, mama nggak mau ngomongin yang belum jelas. Itu kan baru dugaan kamu.”
“Romi juga tidak ingin ngomongin soal yang hamil itu lagi. Romi ingin menenangkan diri. Apalagi dua hari lagi Romi wisuda.”
“Oh iya, kamu wisuda. Elisa diajak kan?”
Tidak Mama, tolong. Mama saja yang datang.”
“Romi, dia istri kamu.”
“Romi tidak ingin dia datang.”
“Romi, semarah apapun, tolong sedikit saja memberikan tempat bagi Elisa untuk menikmati keberhasilan kamu.”
“Tolong Mama,” hanya itu yang diucapkannya, selebihnya adalah diam dan tak menanggapi apapun yang dikatakan sang mama.
***
Hari itu seperti juga Romi, Aisah juga di wisuda. Pak Harsono mengingatkan agar Andin ikut menghadiri acara tersebut, tapi Andin tak menanggapinya. Ia sudah tahu bahwa Romi juga wisuda hari itu, dan ia tak ingin melihatnya. Aisah sudah memintanya datang, tapi Andin benar-benar meminta maaf.
“Maaf Aisah, aku tidak bisa. Tapi aku janji, pada hari pernikahan kamu, aku akan menunggui kamu, dari ijab kabul sampai resepsi.”
Memang benar, seminggu setelah wisuda, Luki dan Aisah akan menikah. Sebuah kebahagiaan yang telah beberapa bulan lalu direncanakan oleh kedua keluarga, akan menjadi hari-hari penuh gempita bagi keduanya, yang berencana menguntai manik-manik cinta, menjadi perhiasan yang benar-benar akan menghiasi hidup mereka.
Andin sedang mensyukuri kebahagiaan sahabatnya dari rumah, dengan menyibukkan diri membersihkan rumah sejak pagi harinya, lalu bersiap memasak untuk makan siang sang ayah apabila pulang. Ketika dia sedang memetik sayur, Andin terkejut mendengar suara berdehem dari arah pintu. Secepat kilat Andin membalikkan tubuhnya, lalu tersenyum lebar melihat dokter Faris datang dengan pakaian yang sangat rapi.
“Dokter?”
“Ayo kita pergi,” ajaknya tanpa berkencan sebelumnya.
“Ke mana?”
“Wisuda Aisah, kamu tak ingin datang?”
“Tapi ….” Andin merasa ragu, tapi tatapan dokter Faris membuatnya tak berdaya.
“Saya sebenarnya ingin masak.”
“Nanti kita beli masakan yang sudah jadi. Tak ada yang perlu kamu takutkan, karena kamu datang bersama aku,” kata dokter Faris yang tahu apa yang membuat Andin tampak ragu.
Andin meletakkan sayuran yang nyaris dipotong-potong, menempatkannya dalam wadah, lalu memasukkannya ke dalam kulkas.
“Tapi Dokter harus menunggu, saya harus berganti pakaian.”
“Baiklah, aku akan menunggu di depan. Dandan yang cantik ya.”
Andin tersenyum, sambil bergegas masuk ke kamarnya, sementara dokter Faris menunggunya di teras.
Andin membuka almari, memilih gaun polos berwarna pink, dengan tali berwarna putih mengikat pinggangnya. Ia juga memilih kerudung senada. Semuanya disiapkannya di atas ranjang. Andin bukan gadis pesolek. Dia hanya menyapu wajahnya dengan bedak tipis, tanpa mempertebal alis dan bulu matanya, karena sudah cukup tebal dengan bulu mata lentik menawan. Ia juga hanya menyapu bibirnya ala kadarnya. Agar tidak terlihat pucat.
Walau hanya dengan penampilan sederhana, tapi begitu keluar, dokter Faris menatapnya dengan penuh perhatian.
“Alangkah cantiknya calon istri aku,” gumamnya pelan sambil terus menatap wajah Andin, seakan tak ingin melepaskan pandangan itu darinya.
“Jadi tidak?” kata Andin yang tersipu karena ditatapnya terus menerus. Debar dada itu yang membuat Andin segera mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Dokter Faris tertawa pelan. Ia berdiri dan hampir saja meraih tangan Andin, tapi Andin dengan manis menghindarinya. Dokter Faris segera sadar bahwa Andin bukan gadis yang suka dipegang-pegang, walau oleh laki-laki yang kelak akan menjadi pendamping hidupnya sekalipun.
Adapun apa yang terjadi beberapa bulan yang lalu, adalah sebuah malapetaka, yang akan menggoreskan luka dalam jiwanya.
***
Dalam acara wisuda itu, mau tidak mau Andin harus bertemu Romi, karena setelah melihat Andin dan dokter Faris, Romi justru mendekatinya. Andin yang selalu bersama dokter Faris, mau tak mau harus menyalaminya juga dan mengucapkan selamat sambil merangkapkan kedua tangannya. Romi cukup senang walau hanya sebuah ucapan, tapi Andin tidak berusaha menghindarinya. Bukan berarti ia sudah melupakan masa pahit itu, tapi karena ada dokter Faris yang berada di dekatnya. Andinpun segera menjauh begitu melihat Aisah dan Luki sedang berfoto bersama teman-temannya.
“Selamat Aisah, aku ikut senang kamu sudah bisa menyelesaikannya.”
“Terima kasih Andin, semoga kamu segera menyusul.”
“Terima kasih juga Aisah. Setelah ini kamu pasti sibuk menghadapi hari pernikahan kamu.”
“Tidak terasa, aku segera meninggalkan masa bersenang-senang bersamamu, karena mungkin mas Luki akan membawaku ke luar Jawa.”
“Aku senang, tapi juga sedih.”
“Tidak akan lama kok, nanti kalau perusahaan yang di sini sudah jalan, kami akan menetap di sini.”
“Syukurlah,” kata Andin.
“Semoga saat itu kamu sudah menikah pula, ya kan?”
Andin hanya tersipu. Ia menoleh ke arah dimana tadi dia meninggalkan dokter Faris, tapi ia urung mendekatinya karena tampaknya dokter Faris dan Romi masih berbincang-bincang, entah apa yang diperbincangkannya, yang pasti bukan tentang Kinanti, karena Kinanti belum mau membuka hatinya.
***
Perhelatan itu sudah digelar. Begitu meriah dan megah. Pak Istijab dengan didampingi kerabatnya, dan pak Wiranto bersama istri, tersenyum bahagia mengapit kedua mempelai, yang tak berhenti menebarkan rona suka cita pada wajah-wajah mereka. Seuntai benang berhiaskan bunga kasih sayang telah mengikat mereka dalam sebuah pernikahan yang indah.
Dokter Faris yang berdandan ala pakaian Jawa, tampak sangat gagah dan tampan, duduk di dekat Andini, sang buah hati yang tak lama lagi juga akan dipersuntingnya. Andini yang juga berkain kebaya, bergelung manis, duduk dengan anggun sambil tak bosan-bosannya menatap sahabatnya yang malam itu tampak berkilau bagai permata.
“Kapan kita menyusul?” bisik dokter Faris di dekat telinga Andin.
Andin menatap kekasihnya, tersenyum sangat manis, membuat dokter Faris ingin segera membawanya terbang ke langit biru, menari diatas mega-mega putih, menunggu malam saat bintang gemerlapan, memetiknya dan menyuntingkannya di telinga sang pujaan.
“Bersabarlah dokter,” jawaban yang hanya berbisik itu cukup menggetarkan hati sang dokter ganteng.
“Aku tak sabar lagi.”
“Menunggu nikmat rahmat, ketika kesabaran sudah terlewatkan.”
Dokter Faris meremas tangannya sendiri, mana berani dia meremas tangan gadis disampingnya?
“Pasti akan indah,” sambungnya sambil menahan gejolak perasaannya.
Andin mengangguk, dan sepasang mata menatap penuh takjub dalam sesal yang tak berkesudahan. Ada sakit melihat kemesraan yang menari di depan matanya.
“Harusnya aku miliki, tapi jiwaku yang kotor menghancurkan semuanya,” bisiknya dalam hati, saat duduk di sebuah sudut ruangan, tanpa seorangpun menemani, dan merasa sendiri, walau diantara teman-teman kuliahnya tersebar di seantero ruangan.
***
Ada sorak sorai wisuda, lalu ada gempita perhelatan pernikahan. Semuanya adalah letupan perasaan suka cita yang membuncah. Semuanya adalah muara sebuah perjuangan, baik itu perjuangan dari meniti ilmu ataupun perjuangan dalam menguraikan cinta, dalam wadah yang baru, yang bernama mahligai rumah tangga. Senang ataupun susah, adalah bunga-bunga kehidupan yang harus dijalani. Andin menatap sahabatnya dengan mata berbinar. Akhirnya kisah cinta yang hanya sekilas itu berakhir di pelaminan.
Romi tak tahan melihat semuanya. Kini dirinyalah yang merasa sakit. Entah kenapa, ia tak yakin akan bisa mencecap bahagia seperti tetangganya, yang sedang bersanding sebagai pengantin, ataupun gadis idamannya, yang sedang bersanding sebagai calon pengantin. Cepat atau lambat, pastilah akan terlaksana.
Melalui pintu samping, Romi menyibakkan kerumunan pada pelayan catering yang sedang menata beragam makanan suguhan yang aromanya menggugah selera. Romi terus berlalu, tak perlu menunggu, daripada pedih perih mencabik-cabik hatinya.
***
Romi sudah sampai di rumah, tampak sepi. Ia juga tak melihat ibu mertuanya yang sudah beberapa hari datang dan menginap di sana. Ia bersikap biasa saja, dan sang ibu mertua memakluminya, karena Elisa sudah mengatakan semuanya. Tapi sebelum naik ke atas tangga, bibik memanggilnya, sehingga ia berhenti melangkah.
“Tuan Muda, non Elisa baru saja berangkat ke rumah sakit, bersama ibunya.”
“Oh ya, biarkan saja, kan sudah ada ibunya?”
“Tapi sepertinya non Elisa akan melahirkan. Dari pagi sesambat perutnya sakit.”
“Bagus lah, kalau tetap di dalam perut maka dia akan lahir setelah tumbuh kumisnya, ya kan?”
“Ah, kenapa Tuan Muda bercanda?”
“Mengapa Bibik tampak khawatir? Melahirkan, bagi seorang wanita adalah biasa kan? Apa aku perlu khawatir?”
“Tuan jangan begitu. Masa istri melahirkan, tapi Tuan kelihatan sangat santai?”
“Apa yang harus aku lakukan?”
“Susullah ke rumah sakit, Tuan.”
Romi belum sempat menjawabnya ketika tiba-tiba ibunya memasuki rumah lalu menegurnya dengan kesal.
“Romi, mengapa kamu pulang begitu saja? Mama mencari-cari, ternyata sopir mengatakan kalau kamu sudah pulang.”
“Romi menelpon Mama, tapi Mama tidak mengangkatnya, jadi Romi hanya pamit pada sopir.”
“Kenapa kamu pulang duluan?”
“Yang penting kan sudah datang untuk menghormati mempelai berdua. Romi capek, ingin istirahat.”
Bu Rosi heran melihat bibik berdiri di samping tangga, tampak ingin mengatakan sesuatu.
“Bik, kamu kenapa?”
“Nyonya, saya memberi tahu tuan muda bahwa non Elisa dan ibunya sudah berangkat ke rumah sakit, tapi tuan muda tidak perhatian sama sekali,” bibik mengadu dengan kesal.
“Apa? Elisa ke rumah sakit?”
“Menurut saya, non Elisa sudah akan melahirkan. Wajahnya kemerahan, dan dia mengeluh sakit perut sejak pagi.”
“Benar, Elisa akan melahirkan prematur,” gumam bu Rosi. Ketika Ia mencari keberadaan Romi, ternyata Romi sudah tak tampak dimana tadinya dia masih berdiri di tangga.
“Romi!” teriak bu Rosi, tapi tak ada jawaban.
“Saya sudah berkali-kali bilang, tuan muda tidak memperhatikan.”
“Bik, tolong bilang ke atas, bahwa aku menunggunya di bawah. Kami harus berangkat ke rumah sakit.”
Bibik bergegas naik ke atas seperti perintah nyonya majikannya, sementara bu Rosi masuk ke dalam kamar untuk berganti pakaian.
Romi terpaksa turun ke bawah setelah berganti pakaian, karena sang mama memaksanya.
“Buruk sekali kalau kamu tak ikut ke rumah sakit. Apa tidak sungkan sama ibu mertua kamu?” omel bu Rosi di sepanjang perjalanan ke rumah sakit.
***
Mereka sudah duduk menunggu, di dekat ruang bersalin. Bu Rosi mendekati sang besan dan berusaha menenangkannya, melihat sang besan tampak gelisah, sedangkan Romi duduk agak jauh dari mereka, dan bersikap biasa saja, bukan seperti seorang suami yang cemas saat menunggu istri melahirkan.
“Sudah saya bilang jeng, Elisa akan melahirkan prematur,” kata ibu Elisa setelah beberapa saat terdiam.
“Dia sembrono dan kurang hati-hati,” imbuhnya.
Bu Rosi tersenyum, menepuk tangan besannya lembut.
“Yang penting Elisa kuat. Jaman sekarang, bayi lahir prematur bukan hal yang menakutkan.”
Sang besan hanya mengangguk. Rupanya ia begitu pintar membuat cerita tentang kelahiran prematur itu. Beruntung ia sudah mengatakannya, sehingga bu Rosi tidak perlu menanyakannya kepada perawat atau bidan yang keluar masuk dari ruang bersalin itu.
Hari sudah sore ketika terdengar lengkingan bayi. Wajah bu Rosi dan besannya berbinar.
“Sudah lahir. Untunglah, ini proses yang cepat,” gumam bu Rosi sambil melambaikan tangannya ke arah Romi yang duduk agak jauh. Tapi Romi bergeming.
Beberapa saat lamanya mereka menunggu, lalu seorang perawat menggendong bayi keluar dari ruangan. Bu Rosi memburunya, menatap si bayi dengan takjub. Ia hampir berteriak ketika memanggil Romi.
“Romiiiii! Lihat, ini wajahnya adalah wajah kamu saat bayi. Ini kamu Romi, seperti pinang dibelah dua,” pekik bu Rosi gembira.
***
Besok pagi ya.
🐞🌻🐞🌻🐞🌻🐞🌻
ReplyDeleteAlhamdulillah "BeHa" 38
sampun tayang.
Matur nuwun Bu Tien.
Sehat selalu dan
tetep smangat nggih.
Salam aduhai 💐🦋
🐞🌻🐞🌻🐞🌻🐞🌻
Eh salah, BeHa 39 yaa...
DeleteSalah nunul mbak Bayu
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Bersama Hujan tayang
ReplyDeleteAisyah - Luki sudah selesai, menunggu Andin - dokter Faris.
DeleteElisa sudah melahirkan... bayinya 'seperti pinang dibelah dua' dengan Romi. Ya... membelahnya pakai cangkul barangkali.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulullah
ReplyDeleteAhamdulillah.... BeHa_39 sdh tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien......
salam SEROJA dan tetap ADUHAI.....
Alhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillaj..sdh tayang
ReplyDeleteMatur sembah nuwun mbak Tien
Sehat selalu
SALAM ADUHAI
Selamat jeng Sari, saking kesusu balapan 39 ditulis 38
ReplyDeleteMaturnuwun sanget Bu Tien...
ReplyDelete🙏🙏
Trmksh
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteBH 39 sudah hadir , terimakasih Bu Tien, sehat selalu .
ReplyDeleteAlhamdulillaah....
ReplyDeleteMtrnwn mb Tien
Salam sehat dr Cimahi 🙏
Alhamdulillah BERSAMA HUJAN~39 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲
alhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun bunda
Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah BH 39 sudah hadir.
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien cantik. 🌹🌹🌹
Semoga tetap sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta.
Aamiin Yaa Rabbal'Aalamiin 🤲🤲
Nggak heran Elisa begitu pandai berbohong dan pura2, kan mamanya sebagai guru privatnya.
ReplyDeleteCeritanya makin asik ya.
Kok ada hampir nya......
ReplyDeleteAdakah kelainan nya?
Terima kasih bu Tien, semoga bu Tien sehat selalu.
Wow! Sutradaranya sudah datang...apakah Romi akan percaya bayi itu benar anaknya? Tanpa tes DNA? Kalau prematur harusnya dimasukkan ke inkubator. Wajahnya mirip Romi? Hmmm....lihat saja besok.😀
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien...sudah terus menulis...salam sehat.🙏😘😘😀
Alhamdulillah..... terimakasih bunda.... apa bareng sama kinanti ya... melahirkannya
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulilah ..terima kasih bu Tien . Semoga bu Tien sll sehat dan bahagia .. salam hangat dan aduhai bun
ReplyDeleteAnak elisa wajahnya mirip romiiii ????
Semoga akal bulus Elisa dan Mamanya segera terbongkar.apa baby nya ditukar ya.....Nuwun
ReplyDeleteMatur nuwun
ReplyDeleteBayi Elisa mirip Romi? Waaah....penisirin nunggu besok.
ReplyDeleteMtr nwn Bu Tien, sehat sll.
Masa iya...bayi lahir bisa operasi wajah...heheee..
ReplyDeleteManut sutradara sajalah...
Terimakasih bunda Tien..
Benarkah wajahnya mirip Romi? Terima kasBunda Tien Kumalasari
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu2.tks bu tien.sehat2 Slalu
ReplyDeleteAlhamdulillah...matur nuwun Bu Tien..BERSAMA HUJAN dah tayang
ReplyDeleteAlhamdulillah matursuwun Bu Tien
ReplyDeleteSemoga sehat dan bahagia selalu. Aamin 🤲
Tak pikir bayinya bule..🤪🤪
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Wah seru nih kok bisa wajahnya mirip Romi,,,,penasaran,,,,
Salam sehat wal'afiat selalu n aduhai iii🤩🤭
Hadeh, Bu Rosi...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
Salam sehat selalu dan tetap semangat. Aduhai
Matur nuwun Bu Tien, ceritanya belum bisa ditebak. Ibu memang jagonya. Tetap sehat njih Bu....
ReplyDeleteAlhamdulillah Bersama Hujan - 39 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Aisah udah slsai wisuda
ReplyDeleteTrus nikah, Andin dan Dokter Faris juga dtg dlm perhelatan itu
Romi juga dtg, trus plg krmh
Sementara Elisa udah ke RS utk lahiran yg di hebohkan lahir prematur
Romi dgn tenangnya menghadapinya
Trus bgmn dgn para perawat di RS
Akankah mereka berbohong kl lahiran itu premature
DNA akan segera di lakukan
Sekilas bu Rosi terkecoh dgn wajah yg mirip Romi
Jelas dong hamilnya jd benci skli di Romi krn tak pernah di sentuh
Dan bnr deh makin seru
Yuuk boleh deh penisirin bingitzs
Tunggu besok lagi ya
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Ttp semangat dan
ADUHAI ADUHAI ADUHAI
Karena kepingin banget punya cucu ya di serupakanlah, 'mirip kamu' waktu kecil..
ReplyDeleteNggak tahu bayi dari mana yang dituker.
Kan mamanya Elisa; datang bawa uang sekranjang, èh segudang.
Buat biar bisa sedikit meloncat nggak kesrimpet tali-curiganya Romi.
Eh kalau bulé sama gen kepulauan biasanya kuat gen kepulauan , jadi iya; dari percampuran itu, kuat warna sawo matang nya
Kan Kinan pergi sendiri nggak ada pendampingan keluarga.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Bersama hujan yang ke tiga puluh sembilan sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Alhamdulilah, matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang sudah tayang episode baru, salam sehat dan semangat inggih dari Cibubur
ReplyDeleteTerima kasih atas segala dukungan, penyemangat dan perhatian yang penuh cinta, buat bapak2, kakek2, opa:
ReplyDeleteKakek Habi, Nanang, Bambang Subekti, Djoko Riyanto, Hadi Sudjarwo, Wedeye, Prisc21, Latief, Arif, Djodhi, Suprawoto, HerryPur, Zimi Zainal, Andrew Young, Anton Sarjo, Yowa, Bams Diharja, Tugiman, Apip Mardin Novarianto, Bambang Waspada, Uchu Rideen, B Indiarto, Djuniarto, Cak Agus SW, Tutus, Wignyopress, Subagyo, Wirasaba, Munthoni, Rinta, Petir Milenium, Bisikan Kertapati, Syaban Alamsyah,
Dan mbakyu, ibu, eyang, nenek, oma, diajeng:
Nani Nuraini Siba, Iyeng Santosa, Mimiet, Nana Yang, Sari Usman, KP Lover, Uti Yaniek, Lina Tikni, Padmasari, Neni Tegal, Susi Herawati, Komariyah, I'in Maimun, Isti Priyono, Yati Sribudiarti, Kun Yulia , Irawati, Hermina, Sul Sulastri, Sri Maryani, Wiwikwisnu, Sis Hakim, Dewiyana, Nanik Purwantini, Sri Sudarwati, Handayaningsih, Ting Hartinah, Umi Hafid, Farida Inkiriwang, Lestari Mardi, Indrastuti, Indi, Atiek, Nien, Endang Amirul, Naniek Hsd., Mbah Put Ika, Engkas Kurniasih, Indiyah Murwani, Werdi Kaboel, Endah, Sofi, Yustina Maria Nunuk Sulastri, Ermi S., Ninik Arsini,
Tati Sri Rahayu, Sari Usman, Mundjiati Habib, Dewi Hr Basuki, Hestri, Reni, Butut, Nuning, Atiek, Ny. Mulyono SK, Sariyenti, Salamah, Adelina, bu Sukardi, mBah Put Ika, Yustinhar, Rery, Paramita, Ika Larangan. Hestri, Ira, Jainah, Wiwik Nur Jannah, Laksmi Sutawan, Melly Mawardi, Tri, Rosie, Dwi Haksiwi, Purwani Utomo, Enny, Bunda Hanin , Dini Ekanti, Swissti Buana, YYulia Dwi, Kusumawati,
Salam hangat dan ADUHAI, dari Solo.
Alhamdulillah... matursuwun bundaku Tien . BeHa 39 tayang
ReplyDeleteMbak Tien pandai sekali memainkan perasaan pembaca...
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
Alhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Semoga bu tien sehat2 n selalu dlm lindungan n bimbingan Allah SWT .... aamiin yra
Hamdallah.. Bersama Hujan 39 telah tayang. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap Semangat, tetap Sehat wal Afiat bersama Keluarga di Sala. Aamiin
ReplyDeleteRomi ya ora bodo no...he..he...krn curiga nya begitu kuat thd bayi nya Elisa. Maka dia bisa minta informasi ke bidan dan dokter yng menangani persalinan nya Elisa.
Saat nya Romi 'action' untuk mematahkan 'aksi tipu-tipu' nya mami Elisa yng baru datang dari luar negeri, membawa uang segudang...😁😁
Salam hangat dan Aduhai dari Jakarta
Bener juga kemungkinan ditukar dgn bayinya Kinanti ya ampiuuun pinternya mbakyu Tien obok² pembaca setianya hehehe..
ReplyDeleteJadi penisirin d tunggu besok ya
Nah lho .... Anaknya siapa tuh?
ReplyDeleteMatur nuwun, Mbak Tien.
Alhamdulillah, BH 39 tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien.
Selalu sehat dan bahagia bersama keluarga . .
Knp jd mirip Romi ya...
ReplyDeletejangan" Kinanti juga lahiran di RS itu..
Tks banyak bunda Tien, yg ditunggu sdh tayang..
Semoga bunda sehat selalu..
Aamiin.. 🙏🙏
Alhamdulillah...
ReplyDeleteHadeeh itu bnr bayi Elisa apa bayi Kinanti yah
ReplyDeleteMoga bayi Kinanti jd bs ketemu Romi di RS
Bisa rame juga sptnya, jelas Romi mlh mengakui bayi itu drpd bayi Elisa
Bnr deh makin seru nih
Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSelalu sehat dan bahagia bersama keluarga ..
Menanti BH 40
ReplyDeleteAkankah bunda Tien menamatkan cerbung BH malam ini?
Yang d tunggu " Kok belum tayang ya
ReplyDeleteAda apa yaaa....
ReplyDeleteApa gara² hujan angin melanda kota Solo tadi sore, BeHa~40 jadi terlambat tayang yaa?
ReplyDeleteHehehee...
Semoga Bu Tien sehat2 saja...Salam Aduhai Bu...H2C menanti BeHa 40 🙏🦋🌸
ReplyDeleteKayanya tamat malam ini ya...nungguin dingin..hihihi
ReplyDeleteIya lho, tumben belum tayang dah jam segini.
ReplyDeleteSemoga bu Tien sehat sehat ya.🙏
Aamiin 🤲
DeleteSabar menanti BH 40...
ReplyDeleteMenanti sebuah BH......
ReplyDeleteLampu di Solo padam sekota gara2 badai jd mbak Tien tidak bisa tayang malam ini ya
ReplyDeleteSalam seroja buat mbak Tien dari Neni Tegal
Sabar menanti....
ReplyDeleteBunda saya juga sabar menanti
ReplyDelete