BERSAMA HUJAN 31
(Tien Kumalasari)
Pak Istijab menatap anaknya tak berkedip. Tentu saja dia tak percaya pada apa yang diucapkan Luki. Karena ia sudah bertemu pak Harsono sang sahabat, dan dia tidak mengatakan apa-apa.
“Itu memang benar,” kata Luki hati-hati. Ia sudah merasa bahwa kemarahan sang ayah masih belum reda, mungkin lebih panas, karena mata yang menghunjam sama sekali tidak menjanjikan kedamaian.
“Pak, Luki minta maaf kalau mengecewakan Bapak. Tapi dalam sebuah perjodohan, sebaiknya didasari oleh bagaimana isi hati masing-masing yang dijodohkan. Barangkali antara Bapak dan om Harsono tidak ada masalah, tapi di Luki dan di Andin, tampaknya ada kendala yang menghalangi. Tampaknya Luki jatuh cinta pada Aisah. Kami bertemu di rumah Andin. Mereka sahabatan. Saya pernah mengatakannya pada Bapak tentang Aisah, bukan?”
“Kamu hanya mengatakan ketemu Aisah, teman masa kecil kamu, itu bapak sudah tahu, tapi kalau kamu mengatakan bahwa kamu jatuh cinta pada dia, bapak merasa heran,” pak Istijab masih tampak kesal.
“Mengapa Bapak heran? Jatuh cinta pada pandangan pertama itu ada, dan jatuh cinta pada pandangan yang kesekian, pastinya juga ada. Luki sudah berteman sejak masih kecil, dan sepertinya ada ikatan di dalam hati kami masing-masing, yang tidak kami sadari. Buktinya Aisah tampaknya juga menyukai Luki.”
“Sudah, jangan banyak omong lagi. Jelasnya kamu menentang kemauan bapak kan?”
“Dengan sebuah alasan. Tapi Luki tidak ingin Bapak kecewa. Aisah gadis yang baik. Dia hampir menyelesaikan ujian skripsinya, sehingga_”
“Sehingga kamu bisa segera menikahi dia?” potong pak Istijab.
Luki menundukkan kepalanya, apakah dia perlu menjawabnya? Yang dia inginkan hanyalah kemarahan sang ayah akan mereda.
“Yang aku juga heran, Harsono tidak mengucapkan apapun tentang anaknya, kecuali hanya mengatakan bahwa Andin ingin menyelesaikan kuliahnya terlebih dulu. Itu bukan penolakan. Apa menurut kamu dia menolaknya dengan kalimat itu?”
“Ada penolakan yang tersamar, karena takut menyinggung perasaan Bapak.”
“Omong kosong apa itu? Ini masalah kehidupan anak cucu. Harusnya dia berterus terang saja, bukannya membuat aku berharap banyak, ternyata anaknya sudah dijodohkan dengan yang lain,” gerutu pak Istijab,
“Bapak jangan marah dulu sama om Harsono. Barangkali masalah Andin yang sudah punya hubungan dengan laki-laki lain itu, ayahnya belum tahu, sehingga om Harsono tidak mengatakan apa-apa sama Bapak.”
“Kenapa kamu bisa tahu? Dia bilang sama kamu?”
“Aisah yang mengatakannya.”
“Haaa, Aisah. Bisa jadi dia berkata begitu supaya kamu memilih dia.”
“Aisah bukan gadis seperti itu.”
Pembicaraan itu terhenti, karena pak Istijab tampaknya masih belum bisa menerima kenyataan seperti yang diungkapkan Luki. Tapi Luki bisa mengerti, dan berharap agar pada suatu saat nanti sang ayah bisa menerima kenyataan itu.
“Pada suatu hari nanti, Luki akan mengajak Aisah bertemu Bapak,” lanjut Luki.
Tapi pak Istijab hanya terdiam. Barangkali benar apa yang dipikirkan Luki, bahwa sang ayah memerlukan waktu untuk bisa mengerti.
***
Romi sudah bisa pulang ke rumah, tapi dia tetap menutup mulutnya tentang peristiwa yang dialaminya sehingga dia harus dirawat di rumah sakit. Karenanya bu Rosi urung melaporkannya pada polisi. Bu Rosi teramat kesal dengan sikap Romi yang dianggapnya melakukan hal semaunya sendiri, bahkan tak pernah mempedulikan semua yang dikatakan sang ibu. Malam hari itu, bu Rosi masuk ke kamar Romi. Dilihatnya Romi sedang menghadapi buku-buku, dan tampak bahwa dia sedang belajar.
“Romi,” sapa sang ibu begitu masuk ke dalam.
“Mama, tolong jangan ganggu Romi dulu. Romi sedang bersiap untuk menghadapi ujian,” kata Romi tanpa menatap sang ibu.
“Mama cuma mau bilang, bahwa Elisa punya keinginan untuk melahirkan di luar negri.”
Romi mengangkat wajahnya. Ia tak mengira Elisa punya pikiran seperti itu.
“Dia bilang begitu pada Mama?”
“Iya. Ketika pulang dari rumah sakit setelah kamu mengusirnya.”
“Tidak. Elisa harus melahirkan di sini”
“Bagaimana kalau dia nekat?”
“Nanti Romi akan bilang sama dia.”
“Sesungguhnya mama kasihan sama dia. Dia itu sedang mengandung, tapi kamu sama sekali tidak menaruh perhatian padanya.”
“Apa Romi harus menggendongnya? Menyuapinya? Memandikannya?”
“Kamu berlebihan. Bicara saja kamu tidak pernah.”
“Apa yang harus Romi bicarakan?”
“Sepasang suami istri, pasti ada lah yang bisa dibicarakan. Kamu malah memilih tidur di kamar yang lain.”
“Romi sedang menekuni kuliah Romi. Bukankah ibu sendiri bilang bahwa Romi harus segera bisa mengerjakan banyak hal nanti di perusahaan Mama?”
Bu Rosi kehilangan kata-kata untuk membujuk anaknya. Sudah berulang kali dikatakannya dan Romi selalu saja punya jawaban.
Bu Rosi keluar dari kamar anaknya, dan menutupkan kembali pintunya.
Tapi perkataan tentang Elisa yang ingin melahirkan di luar negri, sangat mengusik perasaannya. Bukan karena dia takut kehilangan. Menurut ibunya, setelah Elisa melahirkan maka dia baru bisa membuktikan tentang bayi yang dikandungnya Elisa. Entah dengan pemeriksaan DNA, atau dengan cara lain.
Romi berdiri lalu keluar dari kamar. Ia menuju ke kamar Elisa, dan mendapati istrinya sedang berbaring sambil membaca sebuah majalah.
Mendengar ada yang masuk, Elisa menoleh ke arah pintu. Heran dia, karena melihat suaminya berdiri dipintu dengan wajah kaku.
“Ada apa Rom? Tak mungkin kan, kamu kangen sama aku sehingga kamu memasuki kamar ini?” kata Elisa sambil duduk di tepi ranjang.
“Apa kamu bilang sama mama, bahwa kamu ingin melahirkan di luar negri?”
“Ya, memang itu keinginan aku.”
“Kamu tidak boleh pergi sampai kamu melahirkan.”
“Mengapa? Kamu tidak peduli padaku, kenapa melarangku pergi? Karena cinta?” lalu Elisa tertawa pelan.
“Kalau kamu nekat pergi keluar negri dan melahirkan di sana, aku bisa menarik kesimpulan dengan jelas, bahwa kamu sedang menyembunyikan kehamilan kamu, agar tidak diketahui bahwa itu bukan darah daging aku. Bukan?”
“Kamu masih saja menuduh sembarangan.”
“Aku tetap akan menuduh kamu sampai aku bisa membuktikannya. Tapi kalau kamu nekat ingin pergi, besok saja kita ke rumah sakit dan tes DNA, setelah itu terbukti darah daging aku, maka kamu tetap adalah istriku. Tapi kalau tidak, saat itu juga aku akan menceraikan kamu,” ancam Romi, kemudian dia keluar dari dalam kamar.
Sesungguhnya sejak awal Romi sudah ingin melakukan tes DNA itu, tapi sang ibu mencegahnya dengan alasan memalukan pengantin baru tes DNA bayi dalam kandungan. Karena itulah Romi bersabar sampai Elisa melahirkan. Itu juga atas permintaan ibunya.
Romi kembali memasuki kamarnya dan kembali menekuni buku-buku yang tadi dipelajarinya, sementara Elisa kebingungan di dalam kamarnya. Diam-diam dia menelpon sang mama yang ada diluar negri sambil menangis, dan memohon agar sang mama membantunya.
“Silakan saja kalau dia mau tes DNA. Sekarang, besok, atau nanti setelah bayimu lahir. Mama sudah tahu apa yang harus mama lakukan.”
“Pasti akan ketahuan dong, dari tes DNA itu, bahwa bayi ini bukan anaknya,” rengek Elisa.
“Tidak, mama sudah mengatur semuanya. Tes sekarang atau besok, semua akan menunjukkan bahwa Romi adalah ayahnya. Kamu jangan khawatir."
“Benarkah Ma?”
“Percaya pada mama. Jangan sedih, mama akan selalu membantu kamu.”
“Terima kasih Ma,” katanya sambil mengakhiri pembicaraan itu, lalu ia mengusap air matanya. Tapi hatinya merasa tenang karena sang ibu akan membantu.
***
Luki menunggu dibawah pohon rindang, saat Aisah menempuh ujian skripsinya. Ia berdebar senang, karena Aisah tak menolak kedatangannya. Ia yakin pada pilihan hatinya, bahwa Aisah lah yang akan dijadikannya pendamping hidupnya. Ia juga berencana mengajak Aisah menemui ayahnya, agar sang ayah bisa melihat, seperti apa gadis pilihannya.
Angin sepoi yang berembus, membuatnya merasa segar dan bahkan kantuk menyerangnya.
Luki terkejut ketika seseorang menyapanya.
“Mas Luki?”
Luki membuka matanya, terpana melihat seorang gadis berdiri di depannya. Ia adalah Andin.
“Andin?”
“Lagi ngapain Mas di sini?”
Luki tersenyum.
“Sedang menunggu Aisah.”
“Oh, Aisah sedang ujian. Tapi sepertinya sudah hampir selesai.”
“Kamu mau pulang?”
“Iya, dosen aku di kelas selanjutnya tidak datang,” kata Andin sambil duduk di sebuah bangku di dekat Luki.
“Bagaimana kabar bapak?” tanya Luki.
“Bapak baik-baik saja, dan sudah seminggu ini mulai bekerja lagi. Oh ya, kata bapak waktu itu pak Tijab datang ke rumah.”
“Benar, tapi hanya sebentar, sorenya sudah kembali. Kamu tidak ketemu?”
“Waktu itu saya lagi kuliah, jadi tidak ketemu. Tapi bapak cerita kalau barusan ada tamu pak Tijab.”
“Iya, memang sorenya bapak langsung pulang.”
“Apakah … mereka membicarakan sesuatu?”
“Sepertinya. Kamu kan tahu sendiri masalah perjodohan itu.”
“Saya minta maaf.”
“Aku bisa mengerti. Aku juga kurang setuju adanya perjodohan itu. Aku minta maaf karena sesungguhnya aku sudah tau bahwa kamu sudah memiliki seseorang yang sangat mencintai kamu.”
Andin terkejut. Ia menatap Luki, lalu tersenyum malu.
“Dari mana Mas tahu tentang hal itu?”
“Apakah mengetahui itu salah?”
“Tidak juga.”
Andin sudah tahu, pasti Aisah yang mengatakannya. Dan dia bersyukur Luki bisa mengerti, sehingga ada kekuatan lain yang akan membantunya menolak perjodohan itu. Terutama untuk pak Istijab, yang menurut ayahnya masih sangat berharap untuk bisa bermenantukan dirinya.
“Saya senang Mas Luki bisa mengerti. Saya hanya takut mengecewakan pak Istijab.”
“Aku sudah mengatakan semuanya pada bapak. Kamu tidak usah khawatir. Semoga kamu segera bisa mencapai semua cita dan juga cinta kamu.”
“Terima kasih.”
“Andin!! Ternyata kamu,” teriakan dari kejauhan itu membuat keduanya kemudian menoleh ke arah datangnya suara.
Andin tersenyum, melihat binar cerah di wajah sahabatnya.
“Selamat ya,” katanya sambil berdiri kemudian merangkul sahabatnya.
“Eh, selamat apa nih?”
“Selamat atas kelulusan kamu,” jawab Andin enteng.
“Dari mana kamu tahu? Kan aku belum bilang apa-apa?”
“Aku kan bisa membaca wajah cerah kamu itu. Benar kan?”
“Alhamdulillah, atas doamu, Andin. Segera menyusul ya?”
“InsyaaAllah.”
“Selamat, Ais,” sekarang giliran Luki memberikan selamat.
“Ini kok kompak banget. Kan aku belum bilang apa-apa?”
“Aku juga sama seperti Andin, bisa membacanya dari wajah kamu,” kata Luki sambil terus memegangi tangan Aisah.
“Baiklah, terima kasih ya, semua ini atas dukungan doa dari kalian. Kamu masih ada kelas?” tanyanya kemudian kepada Andin.
“Tidak, aku mau pulang.”
“Kalau begitu kita ajak Andin jalan-jalan Mas.”
“Ayuk.” kata Luki bersemangat.
“Jangan, aku tidak ingin mengganggu kalian,” jawab Andin.
“Siapa mengganggu? Dulu kamu belum jadi ikut jalan-jalan lhoh. Sekarang yuk.”
“Maaf Ais, aku sebenarnya senang, tapi aku tidak bisa meninggalkan bapak terlalu lama. Kalau dia butuh sesuatu bagaimana.”
“Bukankah bapak sudah sembuh dan sudah mulai bekerja?”
“Benar, tapi masih harus diawasi. Sudah sana, berangkatlah kalian,” kata Andin sambil menepuk bahu sahabatnya, kemudian berlalu ke tempat parkir kendaraan.
Aisah mengangkat bahu tapi kemudian dia bisa memaklumi sikap Andin. Dirinya sudah menceritakan perihal Luki yang pernah menyatakan cinta melalui telpon, dan sudah barang tentu sekarang dia tak mau jalan bersama dengan alasan takut mengganggu.
“Ayuk, kita jalan,” ajak Luki kemudian.
“Kemana kita?”
”Kita rayakan kelulusan kamu, kemana saja kamu suka.”
“Terserah Mas saja.”
“Kalau terserah aku, akan aku ajak kamu memancing.”
“Ogah!!” Aisah berteriak, membuat Luki terkekeh. Kemudian mereka berjalan bersama menaiki mobil yang diparkir tak jauh dari mereka.
***
Ketika Luki dan Aisah sedang duduk di sebuah taman yang indah, Luki tiba-tiba mengeluarkan sesuatu yang sejak tadi digenggamnya di belakang punggungnya, kemudian dia berlutut di depan Aisah, sambil mengangkat seikat mawar berwarna merah jambu ke hadapannya. Aisah sangat terkejut, karena sama sekali tidak mengira.
“Aisah, aku mencintaimu. Maukah kamu menerima cinta aku?”
Aisah terkekeh melihat ulah Luki yang dianggapnya lucu, tapi pandangan Luki yang tampak serius, membuatnya kemudian menerima seikat mawar itu, kemudian menciumnya lembut.
“Wangi sekali,” bisiknya pelan.
“Jawablah, aku sudah bersikap sangat romantis, seperti yang kamu minta.”
Aisah tersipu, menutupi wajahnya dengan mawar-mawar itu, menyembunyikan getar-getar cinta yang membuat air matanya kemudian berlinang.
“Aisah, jawablah.”
Aisah tak mampu menjawabnya, ia hanya bisa mengangguk.
“Jawablah dengan kata-kata,” kata Luki yang masih juga berlutut.
“Ya,” sepatah jawaban singkat itu membuat Luki kemudian berdiri dan melonjak, sambil mengepalkan tangannya.
“Yessss!” pekiknya.
Aisah tersenyum sambil mengusap air matanya. Luki ternyata bisa romantis juga.
“Ais, kamu akan aku ajak menemui ayahku ya? Besok sekalian aku pulang.”
“Ada bapak dan ibuku di rumah, kebetulan mereka baru datang kemarin. Bilang saja, kalau mereka ijinkan aku mau.”
“Baiklah, aku tidak ingin berlama-lama pacaran. Aku sekarang juga akan menelpon ayahku,”
Luki mengambil ponselnya, dan menelpon sang ayah.
“Luki, ini kamu? Sedang di mana kamu?”
“Pak, besok Luki sudah kembali, dengan membawa Aisah, supaya Bapak mengenalnya.”
“Apa?” terdengar teriakan dari seberang.
***
Besok lagi ya.
Trmksh
ReplyDeleteAlhamdulillah.....
DeleteAlhamdulillah, BeHa_31 sudah tayang..... Terima kasih bu Tien.....
Selamat malam selamat beristitahat.....
Yei... BH 31 sudah tayang. Matur nuwun Mbak Tien.
Delete🎊🎀🎊🎀🎊🎀🎊🎀
ReplyDeleteAlhamdulillah "BeHa" 31
yang bikin penasaran
sudah tayang.
Matur nuwun Bu Tien.
Tetap sehat & smangats
slalu. Salam aduhai🌹🦋
🎊🎀🎊🎀🎊🎀🎊🎀
Matur nuwun mbak Tien-ku Bersama Hujan tayang
ReplyDeleteTinggal meluluhkan hati pak Istijab, Luki - Ais selesai.
DeleteApa benar ibunya Elisa bisa mengatur hasil tes DNA... Berat loh resiko bagi dokter yang berani memberikan keterangan palsu.
Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Maturnuwun sanget Bu Tien...
ReplyDelete🙏🙏
Alhamdulillah BH sdh tayang
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien
Salam sehat sll
Yes tayang makadsih bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih atas segala dukungan, penyemangat dan perhatian yang penuh cinta, buat bapak2, kakek2, opa:
ReplyDeleteKakek Habi, Nanang, Bambang Subekti, Djoko Riyanto, Hadi Sudjarwo, Wedeye, Prisc21, Latief, Arif, Djodhi, Suprawoto, HerryPur, Zimi Zainal, Andrew Young, Anton Sarjo, Yowa, Bams Diharja, Tugiman, Apip Mardin Novarianto, Bambang Waspada, Uchu Rideen, B Indiarto, Djuniarto, Cak Agus SW, Tutus, Wignyopress, Subagyo, Wirasaba, Munthoni, Rinta, Petir Milenium, Bisikan Kertapati, Syaban Alamsyah,
Dan mbakyu, ibu, eyang, nenek, oma, diajeng:
Nani Nuraini Siba, Iyeng Santosa, Mimiet, Nana Yang, Sari Usman, KP Lover, Uti Yaniek, Lina Tikni, Padmasari, Neni Tegal, Susi Herawati, Komariyah, I'in Maimun, Isti Priyono, Yati Sribudiarti, Kun Yulia , Irawati, Hermina, Sul Sulastri, Sri Maryani, Wiwikwisnu, Sis Hakim, Dewiyana, Nanik Purwantini, Sri Sudarwati, Handayaningsih, Ting Hartinah, Umi Hafid, Farida Inkiriwang, Lestari Mardi, Indrastuti, Indi, Atiek, Nien, Endang Amirul, Naniek Hsd., Mbah Put Ika, Engkas Kurniasih, Indiyah Murwani, Werdi Kaboel, Endah, Sofi, Yustina Maria Nunuk Sulastri, Ermi S., Ninik Arsini,
Tati Sri Rahayu, Sari Usman, Mundjiati Habib, Dewi Hr Basuki, Hestri, Reni, Butut, Nuning, Atiek, Ny. Mulyono SK, Sariyenti, Salamah, Adelina, bu Sukardi, mBah Put Ika, Yustinhar, Rery, Paramita, Ika Larangan. Hestri, Ira, Jainah, Wiwik Nur Jannah, Laksmi Sutawan, Melly Mawardi, Tri, Rosie, Dwi Haksiwi, Purwani Utomo, Enny, Bunda Hanin , Dini Ekanti, Swissti Buana, YYulia Dwi, Kusumawati,
Salam hangat dan ADUHAI, dari Solo.
DeleteAlhamdullilah
Bersama Hujan 31 telah hadir
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat selalu dan bahagia bersama keluarga
Alhamdulillah... Sehat selalu mbakyu
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda selalu sehat aamiin
Hoooooreeeee..... tayang gasik
ReplyDeleteSalam Aduhai
ReplyDeleteMatu nuwun bu Tien... salam KEJORA.
ReplyDeleteAlhamdulillah BH 31 sudah hadir
ReplyDeleteSemoga pak Istijab merestui Aisah menjadi menantunya , wanita yang dicintai Luki , terimakasih Bu Tien , sehat selalu .
Alhamdulillah....matur nuwun Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah .... Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun bunda
Terima kasih bu tien BH 31 tlh tayang
ReplyDeleteSemoga bu tien sehat2 n selalu dlm lindungan n bimbingan Allah SWT .... aamiin yra
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
Salam sehat wal'afiat selalu
Senangnya mereka , luki & aisah ,,tp knp lg dg p istijab ,,
Salam aduhaiii bu Tien 🤗 i😍
Matur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur sembah nuwun mbak Tien
Sehat selalu
Alhamdulillah.... terimakasih bunda
ReplyDeleteSugeng dalu bu Tien, maturnuwun sampun posting, mugi tansah pinaringan sehat.
ReplyDeleteTerima kasih Mbu Tien.... semoga Pak istajab menerima Ais.... kereenn... penasaran trs.... Semoba Mbu Tien selalu bersama keluarga tercinta
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulilah bersama hujan 31 sdh tayang..terima kasih bu Tien, semoga ibu selalu sehat bahagia dan dalam lindungan Allah SWT, salam hangat dan aduhai bundaku
ReplyDeleteSelamat untuk aisyah dan luki semoga pak istijab dapat menerima dg baik
Alhamdulillah Bersama Hujan - 31 sdh hadir
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat dan bahagia selalu.
Aamiin
Alhamdulillah..
ReplyDeleteSemoga semua happy end Aamiin.
Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillah, BeHa_31 sudah tayang..... Matursuwun Bu Tien.....
ReplyDeleteSalam sehat dan semangat selalu 😍
Alhamdulillah.
ReplyDeleteWangsul jamaah rutin malem Kamis-an disambut Bersama Hujan. Senadyan nggen kula Balung Jember dereng nate hujan.
Matur nuwun Bu Tien, mugi2 panjenengan tansah pinaringan sehat wal afiat.
Aamiin yaa rabbal alamiin 🤲
Maturnuwun Bunda
ReplyDeleteAmbisi Orang tua Luki tetap ingin Andin sebagai anak mantu .semoga Andin berbahagia dengan sang dokter.
ReplyDeleteAlhamdulilah Bersama Hujan sdh hadir...t ksh bunda Tien...tetap penasaran...nunggu lanjutannya...
ReplyDeleteSmg Pak Istijab setuju dng pilihan Luki. Penasaran dng hasil tes DNA....Aduhai
ReplyDeleteMtr nwn Bu Tien, sehat sll.
Wah sptnya msh ber proses tuh
DeleteTest DNA bakalan terjadi lg kebohongan kl jd brgkt ke Luar negri
Kita tunggu aj kelanjutannya bsk
Yeila...Bu Rosi & pak Istijab 11-12 ni ya...pdo seneng ngeyel e...😂😂
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien 🙏🙏
Salam sehat selalu kagem bunda...
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam hangat, selalu bahagia .
Semakin aduhai
ADUHAI... Mas Luki sdh ketemu jodohnya. Ayo Mas dokter.... Semangat terus ngejar Andin.
ReplyDeleteMatur nn, Mbak Tien.
Romi udah plg dari RS
ReplyDeleteBu Rosi cerita kl Elisa mau melahirkan di luar negri
Romi sangat kecewa krn udah menduga Elisa akan berbuat bohong lagi terhadapnya
Begitu tau kalau Elisa mau rencana lahiran di luar negri Romi lgsg menolaknya
Elisa tlp mamanya minta pertolongan, lgsg aj mamanya blg akan selalu membantu supaya anak itu di bikin utk test DNA kalau itu anaknya Romi
Sementara Luki sambil meyakinkan bpknya tentang Aisah, trnyt mlh Aisah mau di ajak ketemu bpk ibunya Luki supaya org tuanya lbh mengenal Aisah
Trus bgmn dgn teriakan dari seberang sana
Yuuk boleh deh penisirin bingitzs
Tunggu besok lagi ya
Mksh bunda Tien sehat selalu doaku
Ttp semangat dan
ADUHAI ADUHAI ADUHAI
Alhamdulilah, matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang sudah tayang episode ke 31, salam sehat dan tetep semangat inggih,,wassalam dari Tanggamus, Lampung
ReplyDeleteAlhamdulillah BERSAMA HUJAN~31 sudah hadir, terimakasih bu Tien, semoga tetap sehat dan bahagia senantiasa bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin yra..🤲
Nah, gitu dong Luki...berani memperjuangkan cintanya ke Aisah...semoga perjalanan cinta dr.Faris & Andin makin lancar ya...
ReplyDeleteHamdallah.. Bersama Hujan 31 telah tayang. Matur nuwun Bu Tien, semoga Ibu tetap Semangat, tetap Sehat wal Afiat bersama Keluarga di Sala. Aamiin
ReplyDeleteLuki dan Aisah beradegan Romantis, dua sejoli bertemu, mengutarakan cinta nya. Cinta mereka tdk bertepuk sebelah tangan. Maka Luki tdk sabar ingin memperkenalkan ke Ayah nya pak Tijab.
Sedangkan Andin, malah ketinggalan kereta..he. .he...
Di tanya dr Faris, punya rasa cinta nggak. Jawab nya msh muter-muter.
Maka benar ucapan dr Faris klu Andin msh bodoh dlm urusan cinta...tahu kenapa ya..he..he..
Kalau Romi cintanya sdh habis thd Elisa, maka dia ingin segera menceraikannya...apa gara2 Elisa gadis Salome ..😁
Salam hangat nan Aduhai dari Jakarta
Terima kasih bu Tien ... Bersama hujan ke 31 sdh tayang ... tambah seru nih ceritanya ... Smg bu Tien & keluarga happy n sehat selalu ... Salam Aduhai bu .
ReplyDeleteSemoga pak Istijab setuju pada keinginan anaknyabersanding dengan teman masa kecil. Terimakasih bunda Tien,salam sehat selalu dan aduhai selalu dan selamany.
ReplyDeleteAlhamdulillah, BH 31 sdh tayang
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien
Salam sehat dan bahagia selalu . .
Terimakasih Mbak Tien....
ReplyDeleteRunyem juga ya..
ReplyDeleteBerusaha menjelaskan panjang lebar tentang dirinya yang jatuh hati pada teman lama yang biasa diajak mancing.
Masih saja belum bisa menerima penolakan perjodohan itu, maunya perkataan nya mustajab; sekali ucap bablas anginé.
Tapi enggak ewes hewes sekarang, malah whooss yang ada, lumayan buat mondar mandir.
Masa sih nggak terima, yang menjalani keberatan aja.
Ngotot biar ngelahirin disini, terus gimana tuh, bisa gawat juga ya, namanya anak buahnya banyak tinggal perintah lagi, nukerin bayilah; yang bulé sama Kinan, yang wajah asia dituker atas permintaan mamanya Elisa.
Tambah runyem lagi nich.
Kasihan Ais di ajak Luki tapi tampaknya bukan waktu yang tepat, dingin tanggapan pak Istijab, dianggap Ais penyebab gagalnya perjodohan.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Bersama hujan yang ke tiga puluh satu sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Matur nuwun bunda Tien...
ReplyDeleteManTulll 💪💪
Makasih bu Tien, makin asyik ceritanya, salam sehat dan semangat !
ReplyDeleteBnr nih makin seru yah
ReplyDeleteKita tunggu kelanjutannya yuuk
🌿
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien. Semoga selalu sehat wal'afiat.
ReplyDeleteSabar menunggu Bersama Hujan
ReplyDeleteMenanti sebuah jawaban......
ReplyDeleteSejuk
ReplyDelete