Friday, April 28, 2023

CINTAKU BUKAN EMPEDU 31

 

CINTAKU BUKAN EMPEDU  31

(Tien Kumalasari)

 

Ada apa dengan mas Pinto? Dipanggil kok malah lari? Padahal aku mau cerita banyak sama dia. Salahku apa ya?

Karena penasaran, Aliyah mendekat ke arah samping rumah makan, lalu melongok ke dalam. Seorang karyawan mendekat.

“Ada apa ya Mbak?”

“Mau ketemu mas Pinto. Ada kan?”

“Mas Pinto? Dia sudah pulang.”

“Lhoh, tadi masuk ke dalam sini tuh.”

“Dia keluar lewat pintu belakang, Mbak.”

“Oh, baiklah, terima kasih.”

Aliyah membalikkan tubuhnya, melangkah pulang dengan seribu satu pertanyaan memenuhi benaknya.

“Mengapa ya, mas Pinto menghindar? Apakah aku bersalah sama dia? Harusnya aku samperin saja dia ke rumah kost nya. Ah, tapi nggak enak ah, masa aku nyamperin ke rumah kost seorang pria. Dulu itu kan karena terpaksa, aku lagi sakit hampir pingsan. Ya sudah lah, siapa tahu ada kali lain yang lebih baik untuk bicara,” gumam Aliyah sambil terus melangkah.

Aliyah sangat merindukan rumah neneknya lagi. Sudah berhari-hari dia tidak membersihkannya, sejak dia pulang diantar Farah, dan itu juga dengan tergesa-gesa. Itu sebabnya dia bergegas melangkah, dan segera melupakan kekecewaannya karena sikap Pinto yang dianggapnya aneh.

Beruntung Aliyah tak bertemu siapapun sampai dia memasuki rumahnya. Tapi ia merasa ada yang aneh. Ada bekas gelas minum terletak di meja, dan kamar neneknya sedikit terbuka.

“Siapa yang memasuki rumah ini? Memang sih, pasti tak akan ada barang yang hilang, karena apa yang diharapkan, seandainya ada pencuri masuk di rumah ini?” gumamnya perlahan.

Aliyah memasuki kamar neneknya, dan melihat ada plastik keresek teronggok di lantai, berisi beberapa potong pakaian.

“Aneh, siapa memasuki kamar nenek dan meletakkan baju-bajunya di sini? Haa, dia juga membuka almari nenek, sementara aku selama hidup belum pernah membukanya, kecuali untuk memasukkan baju-baju nenek yang telah aku cuci, waktu nenek masih hidup.”

Aliyah membuka lebar almari neneknya, dan melihat sebuah kotak kayu yang diletakkan sembarangan di rak paling bawah.

Apa yang ada di dalam kotak itu? Aliyah menariknya keluar, lalu dia duduk bersimpuh di sana.

“Tak mungkin ada berlian tersimpan di dalam kotak nenek,” gumamnya sambil mengeluarkan isi kotak.

Seperti juga Narita, ia menemukan dua pasang kaos kaki bayi, bersulan tulisan masing-masing sebuah nama.

“Aliyah, itu kan namaku, tapi satunya ini, Afifah… siapa dia? Aku punya saudara?”

Aliyah menarik keluar sebuah amplop dengan tulisan yang hampir buram, tapi masih jelas bisa terbaca.

Aliyah terbelalak membacanya sampai habis. Air matanya pun bercucuran.

“Jadi aku punya saudara kembar? Apakah … apakah … “

Lalu ingatan Aliyah melayang ke arah beberapa minggu yang lalu, saat dia ditangkap dan disiksa oleh Alfian, karena Alfian mengira dia adalah Narita.

“Apakah Narita itu saudara kembar aku? Kami terpisah saat ada bencana banjir. Aku dirawat oleh pembantu keluarga aku. Jadi nenek Supi itu tadinya pembantu ayah ibuku? O, nenek, mengapa tidak sejak dulu nenek mengatakan semua ini? Kemungkinan besar, saudara kembar aku itu masih hidup nek, dia bernama Narita, bukan Afifah.”

Aliyah menangis sesenggukan.

“Aku harus mencari Narita, tapi ke mana aku harus mencarinya? Dia dianggap penjahat oleh tuan Alfi, karena melarikan uang dan perhiasan yang sangat banyak. Mengapa kamu begitu jahat, Narita?” isak Aliyah.

Aliyah membongkar semua isi kotak itu. Ternyata masih ada sebuah amplop lagi. Aliyah menariknya, ada sebuah foto. Seorang laki-laki ganteng dan perempuan cantik, memangku dua bayi yang baru bisa duduk, berwajah persis sama.

“Inikah foto ayah ibuku? Dan ini adalah aku dan Narita?”

Ada tertulis nama di belakang foto itu. Keluarga Pambudi.

Hanya itu. Tapi Aliyah segera tahu. Dia dilahirkan kembar, kembarannya bernama Afifah, ayahnya bernama Pambudi, dan nenek Supi sebenarnya adalah membantu keluarganya.

Air mata Aliyah kembali bercucuran. Ia tak menyangka keluarganya menjadi tercerai berai. Dan melihat pakaian yang dikenakan ayah ibunya, ia tahu bahwa ayah ibunya adalah orang yang cukup berada.

“Semuanya sudah tak ada. Tapi aku masih memiliki saudara kembar, Afifah atau yang sekarang bernama Narita. Tampaknya dia lebih beruntung, karena ditemukan oleh orang kaya yang pastinya sangat memanjakannya. Tapi mengapa dia begitu jahat? Siapa sebenarnya orang tua yang telah memungut Afifah?

Aliyah menyimpan kembali barang-barang itu ke dalam tempatnya semula, tapi ia mengambil foto itu untuk dibawanya nanti.

Aliyah segera mulai membersihkan rumah dan kamar neneknya. Tapi ia heran melihat bungkusan baju wanita di kamar.

“Berarti ada yang masuk dan tinggal di rumah ini sampai beberapa hari. Siapa dia? Dan mengapa ke rumah ini?”

Aliyah hampir selesai bersih-bersih, ketika sebuah panggilan menyebut namanya, berteriak dari arah depan dan langsung masuk ke rumah.

“Aliyah …. Aliyah sayang …”

Aliyah terkejut. Itu kan suara pak RT? Lancang sekali dia, berani masuk ke dalam rumahnya. Pakai manggil ‘sayang’ pula? Wajah Aliyah gelap karena kesal. Ia menatap pak RT yang tiba-tiba sudah ada di depannya.

“Aliyah, sedang apa kamu?”

“Mengapa pak RT masuk ke dalam rumah? Ini sangat tidak pantas. Saya harap segera keluarlah.” Kata Aliyah sengit.

Sambutan dingin dan penuh amarah itu membuat pak RT terkejut. Ia merasa, biasanya Aliyah menyambutnya dengan manis.

“Aliyah, ada apa kamu ini? Lihat, aku membawakan nasi bungkus dengan lauk ikan goreng. Pasti enak. Lihatlah.”

“Pak RT, siapa yang minta makanan dari pak RT? Segera keluarlah. Ini tidak pantas. Bukankah saya sudah pernah mengatakannya?” kata Aliyah sambil bergegas keluar rumah, maksudnya agar pak RT mengikutinya keluar. Dan pak RT memang mengikutinya, sambil masih menenteng bungkusan di dalam keresek hitam yang tadi dibawanya.

“Aliyah, ada apa kamu ini? Dengar. Istriku sedang arisan di rumah bu RW, aku memerlukan beli makanan ini, dan aku sempat menemukan lagi kartu ATM ku, nanti aku beri  kamu uang.”

Kata-kata pak RT sangat tidak dimengerti oleh Aliyah. Pak RT bersikap seakan sudah sangat akrab dengan dirinya.

“Aliyah, ini nasi nya, bisa untuk nanti malam juga. Uangnya juga sudah aku siapkan. Kali ini aku beri kamu tigaratus ribu,” katanya sambil merogoh saku celananya.

“Saya tidak mengerti apa yang pak RT katakan. Segera pergi dari sini, atau saya berteriak, agar pak RT mendapat malu,” kata Aliyah yang kemudian masuk ke dalam rumah, menutup pintunya rapat, dan menahannya dengan sebuah palang pintu, karena kunci rumahnya tidak lagi berfungsi dengan baik.

Pak RT terbelalak. Perubahan sikap Aliyah membuatnya heran, sekaligus sedih. Sudah banyak rencana yang disusunnya, agar bisa selalu berada di dekat Aliyah. Kalau perlu ia akan menceraikan istrinya. Bukankah yang lebih muda dan segar akan lebih membuatnya senang? Tapi mengapa tiba-tiba Aliyah berubah?

Pak RT melangkah keluar dari halaman, sambil membawa bungkusan nasi lauk ikan, dan memasukkan lagi uang tigaratus ribu itu ke dalam saku celananya.

***

 Aliyah sudah merasa puas melihat rumah nenek Supi kelihatan bersih. Tapi keheranannya tentang baju-baju dan bekas minum di dalam rumah itu tidak juga terjawab. Siapa gerangan yang memasuki rumahnya dan bahkan tinggal di situ selama beberapa hari? Barangkali pak RT tahu, lalu Aliyah menyesal karena tadi tidak menanyakannya. Tapi tidak, ia enggan berbicara dengan pak RT yang sikapnya aneh, dan dirasa menjijikkan. Habis, ia juga memanggilnya dengan  panggilan ‘sayang’. Enak saja.

“Oh ya, pasti tuan Alfi mencari aku ke rumah ini, apakah mbak Farah membawakan baju-baju itu untuk aku? Tapi tidak, aku sudah melihatnya. Memang baju-baju itu bagus, tapi bukan baju yang pernah diberikan tuan Alfi untuk aku. Kalaupun mbak Farah mencari aku, ia pasti tak akan berlama-lama berada di sini.  Begitu tak ada aku, pasti dia sudah kembali. Kasihan juga  ya. Apakah tuan Alfi memarahinya karena mbak Farah tidak menemukan aku? Barangkali juga tuan Alfi tidak lagi peduli akan kepergianku. Aku bukan gadis istimewa yang pantas diburu oleh seorang tuan muda seperti tuan Alfi. Ah, sudahlah, aku tak mau memikirkannya lagi. Semoga tuan Alfi segera menemukan gadis yang pantas untuknya, dan hidup berbahagia.”

Lalu Aliyah membiarkannya saja tentang siapa yang tidur di rumah itu. Kalaupun ada yang mau tidur dirumah nenek Supi, ia tidak keberatan, karena pasti orang itu tidak punya tempat berteduh, dan membiarkan orang berteduh di rumahnya, tidak membuatnya kesusahan. Barangkali juga, kalau nenek Supi masih ada, dia akan dengan suka rela membantu orang lain dengan membiarkan orang berteduh di rumahnya. Toh tidak akan ada barang berharga yang hilang, karena bukankah nenek Supi tidak punya harta yang akan membuat orang tertarik untuk mencurinya?

Aliyah meninggalkan lagi rumahnya, bermaksud kembali ke warung bu Siti, karena dia sudah berjanji akan membantunya. Pekerjaan itu penting, untuk menyambung hidupnya, bukan?

Di depan rumah makan di mana Pinto bekerja, Aliyah berhenti sejenak. Ia mengamati pelayan yang sedang malayani pelanggan, tapi ia tak melihat bayangan Pinto. Mungkin Pinto bertugas pagi dan di sore hari seperti ini pastilah dia sudah pulang.

Aliyah melanjutkan langkahnya. Masih ada sisa uang untuk naik angkutan umum, supaya dia tidak kemalaman di jalan.

“Lain kali aku akan menemui mas Pinto dan menanyakan sikapnya yang aneh. Dan aku juga ingin banyak bercerita sama dia.”

***

Farah sedang menerima telpon dari tuan Alfi, yang mengatakan bahwa kepulangannya ditunda sampai besok, karena pembicaraan belum selesai..

“Tapi begitu selesai, aku akan langsung pulang. Bagaimana Aliyah? Dia baik-baik saja bukan?”

“Nyonya Aliyah baik-baik saja. Selama tiga hari ini, nyonya sudah mau makan banyak.”

“Pasti dia masih rajin belajar masak sama kamu, bukan?”

“Sudah sejak Tuan pergi, nyonya Aliyah agak tidak bersemangat membantu di dapur. Pasti dia sedih karena Tuan tidak ada.”

“Benarkah dia sedih?”

“Tentu saja Tuan. Saya melihat, bahwa nyonya sudah mulai menyukai Tuan, bahkan sebelum tuan berangkat pergi.”

“Apa dia berbicara tentang hal yang menyakitkan tentang ibuku?”

“Dia hanya menyatakan bahwa hatinya sakit. Tapi dia sudah tahu, bahwa yang terpenting adalah Tuan.”

“Syukurlah, layani dia dengan baik, dan berikan apa yang dia inginkan.”

Farah ingin mengatakan  tentang uang yang tujuh juta untuk membayar cincin itu, tapi diurungkannya. Sesungguhnya dia juga tak ingin tuannya kecewa karena ‘Aliyah’ telah menggantikan cicin itu dengan yang lain.

“Baiklah, sebenarnya aku ingin bicara sama dia, tapi kalau dia sedang tidur, biarkan saja.”

“Oh ya, nyonya kelihatannya kehilangan ponsel yang tuan berikan.”

“Hilang bagaimana?”

“Dia bilang, lupa menaruhnya di mana. Saya sudah mencari di kamarnya, tapi tidak ketemu.”

“Nanti saja kalau aku pulang, akan aku belikan lagi. Dia kan tidak akan menelpon siapa-siapa kecuali aku, dan itu kan nanti, kalau aku sudah bekerja kembali, lalu ingin bicara sama dia.”

Farah baru saja meletakkan ponselnya, ketika tiba-tiba ‘Aliyah’ muncul.

“Nyonya sudah bangun? Baru saja tuan Alfi menelpon.”

“Bukankah hari ini akan pulang?”

“Kepulangannya ditunda sampai besok, katanya belum selesai, begitu.”

“O, belum pulang ya.”

“Apakah Nyonya sudah sangat kangen?” goda Farah.

Narita tentu saja kangen. Ia sudah sangat ingin bisa benar-benar menjadi istri Alfian, dan berbahagia bersamanya.

“Kamu sedang apa, Farah?”

“Sedang menyiapkan makan malam. Nyonya ingin makan apa?”

“Aku sebenarnya ingin makan gulai kambing, tapi kan Alfi tidak suka daging kambing?”

Farah tercengang. Selama ini Aliyah tidak pernah mengatakan keinginannya untuk makan sesuatu. Dia selalu bilang ‘terserah mbak Farah’, tapi kali ini dia ingin makan gulai kambing? Dan herannya Farah, darimana  sang nyonya tahu bahwa tuan Alfi tidak suka daging kambing?

“Oh iya, kok nyonya tahu sih, bahwa tuan tidak suka daging kambing?”

Narita terkejut. Dia keceplosan. Dulu waktu sering jalan-jalan, dan Narita ingin sate kambing, Alfian selalu menolak, karena tak suka makan daging kambing. Sekarang dia bingung, mau menjawab apa.

***

Besok lagi ya.

 

43 comments:

  1. Replies
    1. Jeng Iin Jogja yang jaga gritaawang, disusul kemg Mimiet Cimahi, jeng Wiwik Jonegoro, sapa lagi ya?
      Semua pebasaran, berhasil ngga ya, Narita mengelabubi keluarga Alfi????

      Delete
    2. Wah bnr2 penisirin bingitzs deh
      Narita rasain loh ini senjata makan nonyah

      Tunggu deh saatnya
      Hadeeh bunda Tien begitu piawainya hati pembaca

      Sehat selalu doaku bun
      ADUHAI

      Delete
    3. Alhamdulillah....mtnuwun mbk Tien,Smg selalu sehat

      Delete
  2. Matur nuwun bu Yien CeBeE_31 sdh hadir.


    _“Oh iya, kok nyonya tahu sih, bahwa tuan tidak suka daging kambing?”_

    _Narita terkejut. Dia keceplosan. Dulu waktu sering jalan-jalan, dan Narita ingin sate kambing, Alfian selalu menolak, karena tak suka makan daging kambing. Sekarang dia bingung, mau menjawab apa._

    *****

    _Besok lagi ya._

    ReplyDelete
  3. Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah..
    Tks banyak bu da Tien.. πŸ™πŸ™πŸ™πŸ₯°

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  6. Terima kasih, ibu Tien sayang...sehat selalu ya...πŸ™πŸ™πŸ™πŸ˜˜πŸ˜˜

    ReplyDelete
  7. Liku-liku perjalanan hidup yang asyik untuk disimak. Bagaimana Alfian menangkap Narita, apakah Aliyah kembali kepada Alfian, bagaimana pula Pinto...
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pak RT kecewa berat..
      Aki" tsb tdk punya harapan lg..
      Semoga terbuang dari alur ceritanya.. πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ€­

      Delete
  8. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah
    Sdh hadir gasik
    Matur nuwun bu
    Sehat2 selalu nggeh

    ReplyDelete
  10. Skrg Aliyah & Narita sdh tau klo mereka punya saudara kembar..
    Aliyah juga skrg sdh punya foto ayah-ibunya,..dan skrg foto tsb dibw Aliyah..
    Tambah penasaran..kpn ya mereka bs bertemu muka..
    Tks bunda Tien..
    Tunggu bsk lg.. πŸ₯°πŸŒΉ

    ReplyDelete
  11. Alhamdulilah , bisa masuk dan komen lagi, matur nuwun Bunda Tien Kumalasari, salam sehat penuh semangat dari Pasuruan

    ReplyDelete
  12. Matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang, sampun tayang epsd yg baru, salam kangen dari Tanggamus, Lampung

    ReplyDelete
  13. πŸ’πŸ€πŸ’πŸ€πŸ’πŸ€πŸ’πŸ€
    Alhamdulillah CBE 30
    sudah hadir...
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats berkarya.
    Salam Aduhai πŸ¦‹⚘
    πŸ’πŸ€πŸ’πŸ€πŸ’πŸ€πŸ’πŸ€

    ReplyDelete
  14. Alhamdulilah cbe 31 sdh tayang, terima kasih bu tien ..makin seru dan narita sdh semakin banyak menampakkan aslinya ... salam sehat bu tien

    ReplyDelete
  15. Ayo Farah, bilang ama tuan Alfi ,jangan berbohong, nanti dosa, katakan yg sebenarnya, biar tahu rasa Narita,

    ReplyDelete
  16. Makasih mba Tien.
    Seruu... Moga Aliyah berbahagia.
    Jangan sampai Alfian terjebak oleh Narita.
    Salam hangat selalu. Aduhai

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah yg ditunggu sdh hadir mksh Bu Tien, Taqoballahi Minna wa minkum.

    ReplyDelete
  18. Alhamdulilah CBE sdh tayang. Suwun bu Tien..

    ReplyDelete
  19. Aduh, karakter nya Narita ini, licin bagaikan belut, dan kata2nya penuh bisa...
    Kapan yaa bakal terbongkar kedoknya..
    Ngga sabar banget nungguin episode nya..

    Sehat dan bahagia selalu ya Bu Tien.. 😘😘

    ReplyDelete
  20. Matur buwun bunda Tien...πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  21. Alhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien ..

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillaah dah tayang
    Kapan terbongkarnya aliyah jadi jadian? Moga aliyah yg sebenarna bertemu alfiyan

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah CBE- 31 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga bunda sehat dan bahagia selslu.
    Aamiin
    Salam Aduhai BundaπŸ™

    ReplyDelete
  24. Lhaah...lama2 pasti ketahuan ini belang si Narita.
    Terimakasih bu Tien
    Salam sehat

    ReplyDelete
  25. Duh
    Sederhana sekali; nyatanya ngikutin pengasuh, jadi biasa yang di tuturkan pengasuh dan sampai tingkat tatanan santun kemandirian dikehidupan rupanya yang didapat, belum dikembangkan semaksimal mungkin, walau masih mampu.
    Syukurlah, semoga di warteg Mak Siti ada teman bicara tentang ditemukan foto keluarga bisa sedikit membantu pencarian saudara kembarnya.
    Farah heran nyonya nya tahu makanan yang tidak disukai tuan Alfin, Farah belum sempat melaporkan pada tuannya soal biaya penggantian cincin segala sudah ditutup telponnya.
    Pinto yang nggondhok lewat pintu belakang pulangnya.
    Ada apa sikap Pinto berubah, sampaikah ada pemikiran dan yang dilihat dirumah nenek Supi ada bekas di tempati orang.
    Sikap aneh pak RT padanya, tersimpulkan? dengan temuan foto keluarga Pambudi.
    Nggak lah Aliyah nggak lemot lemot amat, hanya nggak punya teman bicara untuk membantu memecahkan teka-teki dari perilaku sikap orang-orang yang di temuinya kali ini.
    Bu RT kehilangan kartu ATM hΓ© hΓ© hΓ©, tapi lumayan babe bisa berbohong seolah perhatian pada istrinya; dibawakan nasi bungkus.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Cintaku bukan empedu yang ke tiga puluh satu sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    πŸ™

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah,,, matur nuwun bu Tien
    Salam sehat wal'afiat, πŸ€—πŸ₯°

    Sabaaaar Aliyah ya ,,🀭
    Nah smg farah cepat tersadar bahwa itu bulan Aliyah

    ReplyDelete
  27. Terimakasih Bu Tien dg episode terbaru nya. Semoga panjenengan selalu sehat agar bisa terus berkarya.

    ReplyDelete

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...