Saturday, April 29, 2023

CINTAKU BUKAN EMPEDU 32

 

CINTAKU BUKAN EMPEDU  32

(Tien Kumalasari)

 

Bingung untuk menjawab, Narita kemudian duduk di kursi dapur, sementara Farah mulai sedikit bingung dengan keheranan demi keheranan yang dirasakannya, menyaksikan dan merasakan perubahan yang sangat aneh sejak kepergiannya pulang ke rumah. Tapi sejauh ini Farah masih menganggap, bahwa perubahan itu terjadi karena Aliyah mulai bisa membuka hatinya pada suaminya.

“Nyonya akan duduk di sini saja? Akan saya letakkan minuman Nyonya di ruang tengah.”

“Baiklah, di sana saja.”

“Silakan Nyonya,” kata Farah sambil membawa nampan berisi cangkir minuman untuk 'Aliyah'.

“Nyonya sangat luar biasa, bisa mengetahui kalau tuan Alfi tidak suka daging kambing. Pasti tuan sudah bercerita banyak tentang apa yang disukainya, dan apa yang tidak,” kata Farah sambil berjalan mengikuti langkah 'Aliyah'

“Ya, dia pernah mengatakannya.”

“Syukurlah, jadi Nyonya sekarang mengerti, bahwa saya tidak menyimpan daging kambing di rumah ini. Kalau Nyonya ingin, saya akan beli saja dari luar, khusus untuk Nyonya.”

“Bisakah?”

“Tentu saja bisa, saya akan memesan sebentar. Oh ya, apakah ponsel Nyonya sudah ketemu?”

“Belum, bukankah kamu juga sudah mencarinya.”

“Nyonya ingin menelpon siapa? Untuk sementara bisa memakai ponsel saya,” kata Farah sambil mengambil ponselnya, untuk memesan gulai kambing secara online.

“Hanya menelpon teman,” ini juga ucapan yang membuatnya terpeleset lagi, karena Farah tahu bahwa Aliyah tidak punya teman, bahkan untuk menelpon saja Alfian baru mengajarinya setelah beli ponsel untuk sang istri.

“Nyonya punya teman siapa, berapa nomornya, apa Nyonya hafal?”

Narita menepuk dahinya sendiri.

“Tidak … tidak … lupakan saja, hanya tetangga kampung …”

“Kalau memang penting, boleh saja. Tuan tadi bilang, akan membelikan lagi ponsel untuk Nyonya. Tapi kan waktu membelikan itu, tuan Alfi ingin mempergunakannya saat tuan ada di kantor, dan ingin bicara sama Nyonya. Pasti tuan tidak mengira kalau Nyonya punya teman yang harus ditelpon.”

“Tidak, lupakan saja. Hanya ingin menanyakan kabarnya, tapi aku memang tidak tahu nomor kontaknya. Aku bodoh bukan?”

Farah mengangguk, dan merasa bahwa sang nyonya memang terkadang masih terlihat ‘bodoh’.

Sampai Farah meninggalkannya sendirian di ruang tengah itu, Narita sedang menyesali ucapan-ucapannya yang meluncur secara tidak sengaja.

“Semoga Farah tidak curiga,” gumamnya lirih, sambil menyeruput minumannya.

Ketika ia duduk itu, tiba-tiba terdengar langkah-langkah kaki mendekat. Mereka adalah pak Candra dan istrinya.

Mereka memasuki ruang tengah, dan melihat ‘Aliyah' sedang duduk menyaksikan televisi, sambil menyilangkan kaki.

“Lihatlah Pak, Aliyah sudah benar-benar seperti nyonya besar di rumah ini,” kata bu Candra.

Narita menoleh, menatap kedua mertuanya, kemudian berdiri dan langsung merangkul bu Candra dengan erat. Sikap itu membuat bu Candra heran, karena biasanya Aliyah tampak takut ketika berhadapan dengannya.

“Selamat datang, Ibu, Bapak,” sapanya ramah.

Narita tidak tahu bahwa Aliyah selalu memanggil mertuanya dengan tuan dan nyonya sepuh.

Bu Candra mendorong pelan tubuh ‘Aliyah’.

“Kami hanya mampir, untuk memberi tahu bahwa Alfian belum bisa pulang hari ini,” kata pak Candra.

“Oh, iya Pak, tadi Alfi sudah menelpon.”

“Ada Tuan dan Nyonya Sepuh? Silakan duduk, saya buatkan minum.”

“Tidak usah Farah, kami hanya mampir, untuk memberi tahu bahwa Alfian belum bisa pulang hari ini,” kata bu Candra.

“Mungkin baru besok, itupun pastinya sore,” sambung pak Candra.

“Iya Tuan Sepuh, tadi tuan Alfi sudah menelpon.”

“Baiklah kalau begitu, kami pergi dulu,” kata bu Candra sambil bergayut pada lengan suaminya. Farah mengantarkannya sampai ke depan.

“Nyonya kamu sudah berubah,” bisik bu Candra di telinga Farah.

Farah hanya tersenyum. Tapi ketika mau menaiki mobil, tiba-tiba satpam diluar datang tergopoh sambil membawa bungkusan.

“Apa itu?” tanya bu Candra.

“Pesanan makanan online, Nyonya.”

“Iya Nyonya, nyonya Aliyah ingin makan gulai kambing,” sambung Farah sambil menerima bungkusan itu dari tangan satpam.

“Gulai kambing? Kalau ada Alfian pasti dia marah. Dia tidak suka makan kambing. Bau masakannya saja dia tidak suka.”

Farah hanya tersenyum. Ia kembali masuk ke rumah ketika mobil majikan sepuhnya sudah berlalu.

***

“Aku heran. Aliyah kok berubah ya?” gumam pak Candra dalam perjalanan pulang.

“Nah, itu juga yang ibu pikirkan.”

“Dia itu kan lugu, santun, kalau sama  kita begitu menghormat sampai terbungkuk-bungkuk, kok ini tadi berbeda ya. Sungguh cepat berubahnya.”

“Dia juga tidak mengantarkan kita sampai ke depan.”

“Masa Farah atau Alfian tidak mengajarinya bersikap santun?”

“Itu kan pilihan Bapak juga. Aku tidak setuju pernikahan itu dilanjutkan, karena pasti akan mengecewakan. Tapi Bapak lebih suka pernikahan itu berlanjut.”

“Aku pikir Alfian akan membuatnya menjadi baik.”

“Nanti Bapak harus bicara lagi sama Alfian. Mumpung belum terlanjur. Beri saja uang yang banyak. Pasti itu yang diinginkannya.”

“Bukankah kita pernah menawarkan dan ditolak?”

“Itu kan hanya akal-akalan dia saja. Biar kelihatan lugu dan bodoh, tapi sebenarnya dia ingin lebih. Lihat saja sikapnya tadi, duduk sambil menyilangkan kaki yang diangkat di atas sofa, sambil menonton televisi. Sama sekali tidak kelihatan lugu kok.”

“Aku juga melihat banyak perubahan atas diri Aliyah.”

“Pokoknya Bapak harus bicara. Besok begitu dia pulang, harus bicara.”

“Iya, nanti aku bicara. Tapi bukan menyuruh dia menceraikan.”

“Gimana sih Bapak?” kesal bu Candra.

“Supaya dia mendidiknya menjadi wanita yang santun dan lebih baik.”

“Hmh, kelamaan,” gumam bu Candra yang sejak awal memang kurang suka bermenantukan Aliyah. Ia kesal karena ternyata suaminya masih berharap agar Aliyah bisa belajar menjadi lebih baik.

***

Bu RT sedang dalam perjalanan pulang dari rumah bu RW, ketika tiba-tiba seseorang menyapanya sambil terbungkuk-bungkuk.

“Baru pulang, bu RT?”

“Iya, pak Joyo. Dari mana?”

“Tadi dari rumah anak saya yang ada diujung sana. Ini saya ingin mengucapkan terima kasih juga lhoh, sama bu RT.”

“Terima kasih untuk apa?”

“Lha tadi, dikasih nasi sama ikan goreng, dua bungkus. Enak sekali. Saya bagi sama anak saya juga. Sekali lagi terima kasih.”

“Nasi sama ikan goreng? Perasaan saya tidak masak ikan hari ini.”

“Kata pak RT, dari beli di warung sana. Mau diberikan sama orang, tapi orangnya nggak ada, jadi kemudian diberikan sama saya, yang kebetulan bertemu di dekat rumah bu RT.”

“Oh, begitu ya.”

“Baik bu RT, saya duluan.”

Bu RT mengangguk. Dengan heran dia berjalan pulang. Ia heran pada suaminya. Siapa sebenarnya yang akan diberinya nasi sampai dua bungkus? Di rumah ada nasi dan lauk, kalau memang ingin memberi, kenapa ia harus beli?

Ketika sampai di rumah, dilihatnya sang suami sedang duduk di teras rumah sambil berpangku tangan.

“Ada apa? Kok kelihatan sedih? O, yang mau dikasih nasi sama ikan nggak ada ya, orangnya. Kasihan deh,” ejek bu RT.

Pak RT terkejut. Kok istrinya bisa tahu tentang nasi dan ikan goreng itu?

 “Apa sih bu, Kau ini …”

“Bapak itu ya, sudah tua tapi kebanyakan mimpi. Orang tua itu harusnya, diam di rumah, beribadah, bertobat, jangan punya keinginan yang aneh-aneh.”

“Kok Ibu bisa menuduh aku punya keinginan yang aneh-aneh? Aneh-aneh yang Ibu maksud itu apa? Coba katakan.”

“Kalau orang itu punya niat baik, ya berniatlah dengan baik. Tidak usah berbohong, tidak usah sembunyi-sembunyi. Kalau Bapak ingin membantu orang, masa sih aku akan melarang? Tapi kalau bantuan itu dilakukan dengan sembunyi-sembunyi, sudah pasti kalau Bapak itu niatnya tidak baik. Pasti itu.”

“Perempuan sukanya mengada-ada,” omel pak RT.

“Siapa yang mengada-ada. Coba Bapak bilang, apa yang aku katakan itu salah. Untuk apa Bapak beli nasi dengan ikan goreng dua bungkus? Kalau memang ingin membantu orang lain, di rumah ada nasi, ada lauk yang lengkap. Ada telur juga. Dan mengapa setelah tidak ketemu orang yang akan Bapak beri, lalu Bapak berikan kepada orang lain? Supaya aku tidak tahu kan? Mengapa?”

Pak RT diam, dia merasa sakit karena diacuhkan Aliyah, dan sekarang merasa sakit karena istrinya marah-marah. Ia tak bisa menjawab apapun.

“Sekarang coba Bapak katakan. Siapa yang sebenarnya ingin Bapak bantu dengan sembunyi-sembunyi itu? Siapa Pak? Aku rela kok kalau memang dia pantas dibantu.”

Tak tahu harus menjawab apa, dan merasa bahwa harapan untuk memiliki Aliyah sudah pupus, maka pak RT merasa lebih baik berterus terang.

“Katakan Pak, biar aku tahu, dan bisa ikut membantu. Tidak perlu Bapak berbohong atau melakukannya dengan sembunyi-sembunyi.”

“Aliyah.”

Bu RT terkejut. Ia mengira suaminya bermimpi, karena bukankah Aliyah sudah menikah dengan orang kaya? Mengapa suaminya harus membantu, memberinya makan segala.

“Bapak mimpi ya? Aliyah yang mana lagi? Bukankah Aliyah sudah menjadi orang kaya?”

“Sebenarnya dia sudah pulang, karena disia-siakan oleh suaminya.”

"Aliyah, sudah pulang karena disia-siakan oleh suaminya? Perhelatan yang mewah dan disiarkan oleh banyak stasiun tivi itu akhirnya bubar?”

“Dan Aliyah pulang tanpa memiliki uang sepeserpun. Miskin dan kelaparan. Aku menemukannya di jalan, lalu mengantarkannya pulang.”

Karena tidak percaya, bu RT segera meninggalkan suaminya, bergegas pergi ke rumah Aliyah. Apa yang dikatakan suaminya sangat mengherankan. Ia harus membuktikannya.

Ketika ia sampai di rumah Aliyah, ia melihat lampu di depan rumahnya menyala. Memang lampu di depan itu selalu menyala setiap siang dan malam. Bu RT mendekat, dan memanggil namanya.

“Aliyah … Aliyah, apa kamu ada di dalam?”

Tapi tak ada jawaban. Bu RT mengetuk pintunya, tetap tak ada jawaban.

“Dasar pembohong,” omel bu RT sambil meninggalkan rumah Aliyah.

Begitu masuk rumah, Bu RT langsung menuding wajah suaminya dengan marah.

“Dasar pembohong. Pasti Bapak punya simpanan. Ya kan? Siapa dia? Katakan siapa?”

“Ibu itu bagaimana sih. Aku tadi dituduh berbohong, setelah berterus terang, masih saja dituduh berbohong.”

“Aku tadi dari rumah Aliyah, dan nyatanya Aliyah tidak ada. Bapak bermimpi kan?”

Ketika itu tiba-tiba terdengar ketukan di pintu. Pak RT ingin menuju ke arah depan, tapi ditahan oleh istrinya.

“Biar aku saja.”

Bu RT bergegas ke depan, terkejut ketika melihat Pinto datang berkunjung.

“Nak Pinto? Ayo masuklah Nak.”

“Di sini saja Bu, anginnya segar, soalnya udara panas sekali.”

“Iya benar Nak. Kok tumben nih, nggak kerja?”

“Saya dinas pagi Bu. Pak RT ada?”

“Ada, lagi di dalam. Mau ketemu pak RT?”

“Tidak juga Bu, hanya ingin main.”

“Saya sedang kesal sama pak RT. Dia bermimpi dengan mengatakan bahwa Aliyah pulang. Masa sih, sudah jadi istri orang kaya, tiba-tiba pulang?”

“Jadi Bu RT tidak tahu ya? Aliyah itu memang benar-benar pulang.”

“Apa? Nak Pinto melihatnya?”

“Saya melihatnya, tapi dia berubah sombong sekali. Sama saya tidak lagi mau kenal. Tapi kata pak RT, sikapnya sama pak RT baik.”

“Aku kok tidak mengerti sih Nak, bukankah dia sudah jadi istri orang kaya?”

“Menurut pak RT, dia disia-siakan suaminya, lalu memilih pulang.”

“Jadi benar, dia pulang. Saya tadi ke rumahnya, tapi dia tidak ada di rumah.”

“Sudah beberapa hari saya melihatnya. Tadi siang juga dia lewat di depan rumah makan, tempat saya bekerja. Dia menyapa saya, tapi saya diamkan saja. Saya malah menjauhi dia.”

“Kenapa Nak?”

“Sebelumnya dia tidak mau menyapa saya, bahkan mengatakan bahwa tidak kenal sama saya.”

Kemarahan bu RT kepada suaminya agak mereda, ketika tahu bahwa Aliyah memang benar-benar pulang. Tapi cara dia menolong dengan sembunyi-sembunyi, tetap saja membuatnya marah dan sakit.

***

Sore hari esoknya, Alfian memang benar-benar pulang. Narita dengan gaya malu-malu yang dibuat-buat, menyambutnya.

Tak banyak yang dilakukan Alfian kepada ‘istrinya’ seperti biasa, karena Alfian harus menahan diri sampai Aliyah benar-benar bersedia didekatinya tanpa paksaan.

Malam itu karena sangat letih, setelah makan malam Alfian segera beranjak tidur lebih awal.

“Aku ingin segera istirahat Aliyah, besok sore setelah pulang dari kantor, aku ajak kamu jalan-jalan.

“Baiklah, lebih baik kamu beristirahat, Alfi,” jawab ‘Aliyah’ tanpa membantah.

Iapun segera masuk ke dalam kamarnya. Tapi  sampai lewat tengah malam Narita tak bisa tidur. Keinginannya untuk segera bisa mendekati Alfian tak tertahankan. Ia bangkit dari tempat tidurnya. Ia membuka almari dan memilih baju yang kira-kira menarik untuk dipakai. Ia keluar dari kamar, menata debur darahnya yang nyaris mendidih, lalu membuka pintunya perlahan. Ia masuk dan menutup pintunya pelan. Dadanya sesak karena menahan gejolak yang sudah lama dipendamnya. Ia menatap Alfian yang tergolek dengan nafas lembutnya, dan tampak terlelap.

Lupa segala-galanya, Narita mendekat, dan berdiri di pinggir ranjang.

***

Besok lagi ya.

60 comments:

  1. Replies
    1. Jeng Mimiet sdh ada disini ta, ada jeng Lina Tikni, akung Latief dan merga terlambat hadir, ndusel di bawah jeng Mimiet, jeng Iin M Jogja, trus disusul Sang Idola menyapa para penyemangat nya pkl 18.58

      Aku jamaah dulu ah pas adzan isha

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang

    ReplyDelete
  3. 🌼🍃🌼🍃🌼🍃🌼🍃
    Alhamdulillah CBE 32
    sudah hadir...
    Matur nuwun Bu Tien.
    Sehat selalu & tetap
    smangats berkarya.
    Salam Aduhai 🦋⚘
    🌼🍃🌼🍃🌼🍃🌼🍃

    ReplyDelete
  4. Maturnuwun sanget Bu Tien...
    🙏🙏

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah.
    Syukron nggih Mbak Tien 🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  6. Berlawanan sifat, akan membuat penyamaran Narita cepat terbongkar.
    Kasian Aliyah, kapan ia bangkit dari keterpurukan nya.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  7. Terima kasih bunda Tien CBE 32 nya..slmt mlm dan lamdusel n lamseroja dri sukabumi🙏😭🌹❤️

    ReplyDelete
  8. Terima kasih, ibu Tien cantiik... salam sehat buat sekeluarga, yaa

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah.... Ceritanya semakin seru.... Terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  10. Alhamdulilah terima kasih bu tien cbe sdh tayang... salam sehar bu tien

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah..... maturnuwun

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah
    Sdh hadir gasik
    Matur nuwun bu
    Sehat2 selalu nggeh

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah
    Sdh hadir gasik
    Matur nuwun bu
    Sehat2 selalu nggeh

    ReplyDelete
  14. Makin seru nih ceritanya...... Semoga mb Tien senantiasa sehat wal Afiat....
    Salam aduhai dr Surabaya😘❤️

    ReplyDelete
  15. Lho
    Alfi kena deh
    Narita emosi seeh..
    Pada bingung satu kampung; gara gara si kembar datang pergi bergantian, di rumah nenek Supi.
    Nyonya sepuh pun berkomentar: sekarang sok akrab paké nyosor segala, mbingungi aja kalau di ikuti kemauannya maknya ini, dasarnya juga sudah sengit(nggak suka) bener salah tetep aja salah.
    Dah tuh, Alfian marah nggak tuh, tidur di gangguin; maen seruduk, jangan jangan bisa bisa malah ketahuan belangnya.
    Sambil teriak bikin geger serumah.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Cintaku bukan empedu yang ke tiga puluh dua sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏

    ReplyDelete
  16. Mantap kali ibuku ini...capek2 juga dibelain nyambung kisahnya. Terima kasih, bu Tien sayang...sehat selalu ya...🙏🙏🙏😘😘

    ReplyDelete
  17. Duuhh..
    Makasih mba Tien.
    Sehat selalu dan tetap semangat.
    Aduhai

    ReplyDelete
  18. Terimakasih Bunda smg selalu sehat wal afiat tetap semangat

    ReplyDelete
  19. Wah wah waahh., Narita tak tahan pengen.... Saking rindunya hilang menjadi aliyah

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah sudah tayang. Trmnksh bu Tien smg sehat sll.

    ReplyDelete
  21. Semakin penasaran bagaimana reaksi Alfian ketika tahu " Aliyah " yg sebenarnya adalah Narita, ? matur.nuwun Bunda , salam Aduhai dr Pacitan

    ReplyDelete
  22. Alhamdulilaah..
    Tks banyak bunda Tien..
    Semoga sehat dan berbahagia selalu
    Aamiin.. 🙏🙏🌹🌹

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah..
    Terima kasih Bu Tien..
    Semoga Ibu sekeluarga selalu sehat dan bahagia. Aamiin..

    ReplyDelete
  24. Awas y kalau sampai Alfi tergoda...😉😉
    Matur nuwun bunda Tien...🙏🙏

    ReplyDelete
  25. Matur nuwun hadir awal. Semoga Alfian menyadari kalau wanita yg di rumahnya bukan Aliyah..tapi Narita

    ReplyDelete
  26. Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat, semangat dan produktip...

    Semakin seru dan bikin penasaran ceritanya.
    Bagaimana kalau terlanjur hamil dan baru ketahuan palsunya?

    ReplyDelete
  27. Tidaaakkkk.....
    Sadarlah kamu Alfian, bahwa yg dihadapan mu itu ular berbisa.. Jangan terjebak...

    Kumohon, semoga Bu Tien menolong Alfian.
    🙏🙏🙏🙏😘😘😘

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~32 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  29. Alhamdulilah terima kasih mbak Tien utk CBE 32 nya.. salam sehat selalu

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah bu Tien, terimakasih , ditunggu lanjutan ceritanya, ....
    Semoga selalu diberi kesehatan..aamiin yra

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah CBE-32 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien, semoga Bunda sehat dan bahagia selalu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  32. Terimakasih Bunda Tien CBE-32 sdh hadir
    Sehat2 selalu bunda Tien,,,,..salam aduhaiiii

    ReplyDelete
  33. Semoga bu Tien segera sembuh.
    Silahkan istirahat dulu bu Tien.

    Memang butuh istirahat yang cukup, karena jujur mengarang itu memakan energi yang tidak sedikit. Bukan energi karena pergerakan fisik, tetapi energi psikhis alias energi otak.

    Setiap habis 1 episode, rasa cape nya luar biasa, kemudian tertuntut untuk meneruskan episode berikutnya.

    Didalam kepala rangkaian ceritanya sudah terbentuk, namun menuangkannya dalam bentuk tulisan itu yang sangat menghabiskan energi.
    Bisa dimaklumi.

    Do'a kami semua dari jauh 🤲

    ReplyDelete
  34. BuTien gerah ? Mugi pun paringi kesembuhan sempurna dening GustiAllah kang Maha Penyembuh, aaamiin

    ReplyDelete
  35. Semoga mbak Tien segera sembuh sehat seperti sedia kala, aamiin.

    ReplyDelete
  36. Semoga bunda Tien cpt sht kembali y bunda..🙏

    ReplyDelete
  37. Enggal dangan mb Tien....
    Ngaso rumiyin

    ReplyDelete
  38. Istirahat dulu Bu Tien moga2 cepat sembuh dan sehat kembali.

    ReplyDelete
  39. Syafaakillah laa ba'sa thohuurun in syaa Allah bu Tien 🤗🥰

    ReplyDelete
  40. Semoga bu Tien segera sembuh, bisa beraktifitas kembali
    🤲🤲

    ReplyDelete
  41. Replies
    1. Semoga Allah SWT segera mengangkat penyakit nya, sehingga Bu Tien dapat beraktivitas kembali seperti sediakala...
      Aamiin Yaa Mujibassailiin...

      Delete
  42. Semoga bu Tien segera sembuh, bisa beraktifitas kembali

    ReplyDelete
  43. Syafakillah Bu Tien⚘🦋🌿

    ReplyDelete
  44. Mugi Ibu Tien enggal dangan..Aamiin YRA

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillaah talah tayang
    Sehat selalu bunda
    Mungkin alpian tau itu narita tanda d tangannya

    ReplyDelete
  46. Bagi para pecinta karya ibu Tien Kumalasari yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya.
    Apakah ingin berjumpa dengan idola kita ?

    Paguyuban yang bernaung dibawah wa grup PCTK (Penggemar Cerbung Tien Kumalasari ) wilayah Jabodetabek, akan mengadakan acara jumpa fans dengan idola kita.

    Pada tanggal 9 s/d 11 Juni 2023, bertempat di Wisma Kinasih - Depok.

    Bagi yang berminat menghadiri acara tersebut, dapat menghubungi Kakek Habi
    ( PCTK Pusat ) 0851.0177.6038
    atau
    Bp. Hardjoni Harun (Ka.Panitya JF PCTK Jabodetabek ) 0821.2236.6880.
    Catatan :
    *syarat dan ketentuan berlaku

    Ayo meriahkan acara tersebut, dari kita untuk kita.

    Kapan lagi kita jumpa dengan idola kita ?
    Sekarang saatnya ....
    Daftarkan segera diri anda ....

    Dengan thema : Semua untuk satu dan Satu untuk semua.
    Serta dengan misi : Seduluran saklawase ( Persaudaraan selamanya )

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...