CINTAKU BUKAN EMPEDU
33
(Tien Kumalasari)
Narita menatap wajah tampan itu dengan debar jantung yang semakin
keras. Sudah lama dia merindukannya, sudah lama dia menginginkannya. Alfian
tampak terlelap karena kelelahan, sehingga tak terusik dengan kehadiran Narita
yang bersiap menggodanya. Hidung mancung itu, rahang yang tampak kuat, wajah
bersih tampan, alangkah bahagia bisa memilikinya, dia yakin akan berhasil
memilikinya.
Gemetar tangannya ketika menyentuh pipinya
lembut. Lelap itu tetap belum juga
terusik. Jari-jari Narita merayapi wajah itu, dari pipi ke hidung, dan
bibirnya.
Lalu Alfian bergerak perlahan, tapi kemudian ia
memiringkan tubuhnya, memeluk guling, sambil membisikkan sebuah nama.
“Aliyah, kapan kamu mau menemani aku di sini? Di ranjang
ini?” bisiknya lembut, sambil memeluk gulingnya lebih erat.
Narita merasa kesal.
Gejolak yang membara, tiba-tiba surut dibakar cemburu. Alfian sudah
melupakan dirinya, dan jatuh cinta pada gadis sederhana yang bodoh itu.
Seketika Narita membalikkan tubuhnya, tapi karena tergesa-gesa, dia menutupkan
pintunya terlalu keras.
Bantingan pintu itu membuat Alfian terjaga. Ia membuka
matanya, menatap ke sekeliling ruangan, tapi tak melihat siapapun.
“Apa aku bermimpi? Tadi aku merasa, Aliyah mendekati
aku, maraba-raba wajahku, lalu aku memeluknya erat. Ya Tuhan, aku hanya
bermimpi.”
Alfian mencoba memejamkan lagi matanya, tapi bayangan
mimpi itu selalu menghantuinya.
“Aliyah, apakah itu berarti bahwa sesungguhnya kamu
sudah bisa menerima aku? Apakah kamu memimpikan hal yang sama?”
Karena tak bisa tidur lagi, maka Alfian segera bangun,
lalu keluar dari kamar. Ia menuju ke ruang makan, mengambil air dingin dari
dalam kulkas, lalu membawanya keruang tengah. Ia meneguknya beberapa teguk,
lalu menyandarkan tubuhnya. Beberapa hari ini ia menguras tenaga dengan
pembicaraan-pembicaraan tentang bisnis, dan sekarang dia merasa sangat lelah.
Ia sampai tidak begitu memperhatikan ‘Aliyah’ dan hanya menyuruhnya segera
beristirahat karena dirinya juga merasa sangat letih.
“Apakah Aliyah sesungguhnya merindukan aku?”
Tiba-tiba Alfian berdiri dan melangkah perlahan ke
arah kamar Aliyah. Tangannya sudah menyentuh gagang pintu, dan siap membukanya,
tapi diurungkannya. Ia merasa ragu Aliyah sudah bisa menerimanya. Alfian tak
ingin memaksanya, Alfian sabar menunggu, dan perlahan baru akan mencobanya.
Kemudian ia membalikkan tubuhnya, lalu kembali lagi duduk di sofa. Ia memejamkan
matanya, lalu kembali tertidur.
***
Sementara itu Narita juga gelisah di kamarnya. Tadi ia
hampir bisa melampiaskan rasa rindunya kepada Alfian yang sangat dicintainya. Tapi
desah yang didengarnya dari mulut Alfian adalah nama Aliyah. Walaupun dia berhasil
menjadi ‘Aliyah’ dengan begitu mudahnya, tapi ia benci menyadari bahwa Alfian ternyata
benar-benar mencintai Aliyah. Ia mengira Alfian menyukai Aliyah karena wajahnya
mirip, dan cinta itu masih menjadi miliknya, tapi kenyataan yang didapatnya membuatnya
kecewa.
“Walaupun begitu, aku harus benar-benar menjadi
milikmu, Alfi. Aku ingin menghabiskan setiap malamku bersamamu,” desahnya
sambil mencoba untuk tidur.
Keinginannya untuk tetap bisa memiliki Alfian masih
menyala.
“Tak apa dia mencintai Aliyah, yang penting aku bisa
menggantikannya. Pasti bisa. Aku tahu bagaimana menundukkan hati seorang pria.
Aku tahu dimana kelemahannya.
***
Farah terkejut, di pagi buta itu, saat dia terbangun, ingin
mengambil barangkali ada gelas-gelas kotor di meja ruang tengah, mendapati
tuannya tertidur di sofa. Wajah tampannya tampak sangat lelah, membuatnya iba.
“Tapi mengapa tuan tidur di sofa? Perasaan, semalam
tuan sudah masuk ke kamar tidurnya, dan sampai aku mematikan lampu-lampu, tuan
tidak lagi keluar dari kamarnya.”
“Oleh rasa iba terhadap sang tuan, Farah kemudian mengambil
selimut di kamar, lalu diselimutkannya pada tuannya. Tapi Farah terkejut,
ketika tiba-tiba Alfian menarik tangannya, saat dirinya hendak beranjak pergi.
“Tuan ….”
“Aliyah, jangan pergi.”
Farah terkejut. Rupanya tuannya mengigau tentang
istrinya.
“Tuan, bangunlah, saya Farah, Tuan,” katanya sambil mencoba
melepaskan pegangan itu.
Alfian terjaga, dan membuka matanya. Terkejut melihat
Farah mundur-mundur ketakutan.
“Kamu … Farah?”
“Iya, Tuan. Saya Farah. Tadi mengambilkan selimut
untuk Tuan, karena melihat Tuan tertidur di sini.
“Oh, lagi-lagi aku bermimpi tentang Aliyah,” keluh
Alfian yang kemudian bangkit.
“Tuan tidurlah lagi, ini masih sangat pagi, dan Tuan
kelihatan sangat letih.”
“Rasanya aku tak bisa tidur lagi.”
“Akan saya buatkan Tuan minum. Kopi atau coklat susu,
Tuan?”
“Kopi saja, tanpa gula.”
“Baik,” kata Farah sambil beranjak ke arah belakang.
Alfian termangu di tempat duduknya. Ia selalu tergoda
akan mimpi tentang Aliyah. Apakah itu karena ia sudah sangat ingin mendekati
Aliyah sebagai istri, atau Aliyah yang sebenarnya sudah bersedia didekati?
Alfian mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kantuknya sudah
hilang,
“Tuan, ini kopi yang Tuan pesan,” kata Farah sambil
meletakkan segelas kopi tanpa gula di meja depan Alfian.
“Terima kasih, Farah.”
“Tuan tampak lelah.”
“Benar aku sangat lelah,” katanya sambil menyeruput
kopinya.
“Sejak tadi, aku selalu bermimpi tentang Aliyah. Itu
sepertdi nyata. Ternyata tidak.”
“Tuan sangat merindukan nyonya Aliyah, seperti layaknya sepasang suami istri.”
“Aliyah bukan gadis biasa. Memerlukan kesabaran untuk
bisa mendekatinya, dan aku tidak ingin memaksanya. Aku yakin, suatu hari nanti
Aliyah akan bersedia bersikap seperti seorang istri.”
“Saya melihat nyonya sudah berubah. Dia memanggil Tuan
dengan nama Tuan saja. Dia juga memanggil saya tanpa sebutan ‘mbak’.”
“Aku akan mencobanya lagi.”
“Tuan harus terus mencobanya. Oh ya, apa Tuan ingin
dibuatkan roti bakar?
“Ide bagus, Farah. Ya, tentu saja.”
“Selai kacang kan Tuan?”
“Ya.”
Farah beranjak ke belakang, dan Alfian kembali
menghirup kopi pahitnya yang sudah berkurang panasnya.
Tiba-tiba Alfian ingin roti bakarnya kali ini dengan
selai strawberry saja. Alfian beranjak ke belakang.
“Farah, aku ingin rotinya lapir strawberry, bukan
kacang.”
“Aduh, ini sudah terlanjur, nggak apa-apa Tuan, saya
buat dua macam, siapa tahu nyonya juga mau.”
“Tapi di dapur kok aku mencium bau sesuatu ya.”
“Bau apa Tuan?”
“Kamu kemarin masak daging kambing?”
“Oh, ya ampuh, maaf Tuan. Nyonya Aliyah ingin makan
gulai kambing, saya hanya pesan di luar, karena saya tidak pernah menyimpan daging
kambing. Bukankah Tuan tidak suka?”
“Benar, aku tidak suka. Baunya saja aku tidak suka. Kenapa
baunya masih tercium?” kata Alfian sambil mengerutkan keningnya. Ia benar-benar
tidak suka.
“Maaf Tuan, semalam masih sisa, Nyonya Aliyah melarang
untuk membuangnya. Padahal kan Tuan sudah memberi tahu nyonya bahwa Tuan tidak
suka daging kambing, kan?”
“Tidak, aku tidak pernah memberi tahu. Harusnya kamu
beri tahu dia.”
“Tapi nyonya sudah tahu kalau Tuan tidak suka kambing.”
“Kok bisa? Dari mana dia tahu?”
“Sebentar Tuan, rotinya hampir gosong. Baiklah, nanti
akan saya buang saja sisa gulainya.”
“Jangan dibuang kalau dia suka, tapi jangan
dihidangkan saat aku ada, setelah itu semua harus dicuci bersih, aku tidak mau
bau kambing di rumah ini,” kata Alfian sambil menjauh.
Farah heran. Tuannya tidak pernah memberi tahu tentang
ketidak sukaannya akan daging kambing. Kok sang nyonya bilang sudah diberi
tahu?
Entahlah, Farah tak sempat memikirkannya, karena roti
bakarnya hampir gosong.
***
Pagi hari itu, saat makan pagi, Farah mengetuk pintu kamar ‘Aliyah’ karena Alfian sudah siap akan pergi ke kantor. Farah juga heran, akhir-akhir ini ‘Aliyah’ selalu bangun kesiangan.
“Nyonya, apa nyonya sudah bangun?”
Narita menggeliat malas, sesungguhnya dia masih ingin
tidur. Tapi sungkan karena sudah dibangunkan.
“Ya, sudah tapi baru mau mandi.”
“Tuan menunggu di ruang makan, Nyonya bisa mandi setelah
sarapan.”
“Baiklah.”
“Nyonya, saya juga mau bilang. Gulai kambing yang
masih tersisa, jangan dimakan saat ada tuan Alfi. Tuan tidak suka, bahkan
baunya sekalipun.”
“Baiklah, buang saja kalau begitu.”
“Dibuang?”
“Ya, aku tidak ingin mengecewakan Alfi,” katanya
sambil membuka pintu.
Farah bergegas mendahului ke ruang makan.
“Kamu baru bangun?” tanya Alfian.
“Ya, semalam nggak bisa tidur” katanya sambil duduk
di samping Alfian.
“Oh ya? Kok sama?”
“Bukankah kamu tidur nyenyak?”
“Dari mana kamu tahu kalau aku tidur nyenyak?”
Lagi-lagi Narita terpeleset dalam bicara. Dia tak
mungkin mengatakan bahwa sudah masuk ke kamarnya dan meraba-raba wajahnya.
“Kan kamu sudah masuk kamar sejak hari belum terlalu
malam?”
“Iya, benar. Apa semalam kamu bermimpi tentang aku?”
“Aku?”
“Barangkali saja.”
“Tidak,” jawabnya sambil menyendok makanannya.”
Alfian menelan nasi yang sudah dikunyahnya, sekaligus
menelan rasa kecewa di dalam hatinya.
“Baiklah, aku berangkat ke kantor pagi-pagi, karena
bapak menunggu laporan aku. Barangkali aku nanti pulang agak malam.”
Narita mengangguk.
“Kamu boleh makan lebih dulu malam nanti.”
Narita mengangguk. Ia bersyukur Alfian tak mengetahui
ketika dia masuk ke dalam kamarnya. Tapi dalam hati Narita berharap, akan ada
lain waktu untuk bisa mendapatkannya.
“Maaf, barangkali nanti belum jadi mengajak kamu
jalan-jalan. Kata Farah kamu ingin ponsel? Kamu ingin menelpon seseorang?”
“Tidak, tidak … hanya … ingin punya saja.”
“Kemana ponsel yang aku belikan? Kamu bawa pulang,
ketika kamu pergi?”
“Tidak. Aku tidak membawanya.”
“Biar nanti Farah membantu mencarinya lagi. Kalau
tidak ketemu juga, nanti aku belikan lagi.”
Narita mengangguk.
“Hari ini saya mau belanja ke pasar,” kata Farah
ketika mengambil piring-piring kotor.
“Kamu mau ikut Farah?” tanya Alfian sambil menatap ‘Aliyah’.
“Tidak, aku ingin di rumah saja.”
“Baiklah, terserah kamu saja. Ingat, jangan pergi ke
mana-mana,” pesan Alfian wanti-wanti.
***
Di kantor, pak Candra memeriksa semua laporan yang diberikan
Alfian. Pak Candra senang, anak lelakinya bisa diandalkan.
“Aku senang kamu berhasil, dan selalu berhasil
menangani banyak hal.”
“Bukankah Bapak yang mengajarinya?”
“Dengan begitu, perlahan-lahan aku bisa meletakkan jabatan,
dan beristirahat di rumah.”
“Tapi Alfi jangan dilepaskan begitu saja Pak, Alfi
masih bergantung pada Bapak.”
“Tidak sekarang, tapi bayangan untuk itu sudah ada.
Aku yakin karena kamu sudah bisa diandalkan.”
“Semoga Alfi tidak mengecewakan Bapak.”
“Sekarang Bapak mau bicara tentang hal lain. Yaitu
tentang istri kamu.”
“Memangnya Aliyah kenapa Pak?”
“Sehari setelah kamu pergi ke Jakarta, aku dan ibumu
mampir ke rumah, dan tentu saja bertemu dengan istri kamu.”
“Apa ibu mengatakan lagi hal-hal yang menyakitkan
Aliyah?”
“Apa maksudmu?”
“Semigguan yang lalu ibu ke rumah, dan mengatakan hal
yang membuat Aliyah kemudian pergi dari rumah.”
“Benarkah? Lalu dia kembali?”
“Tidak. Farah menyusulnya, dan mengajaknya kembali.”
“Dia pergi begitu saja?”
“Pergi tanpa membawa apa-apa. Bahkan cincin yang Alfi
berikan saat menikah, ditinggalkannya di kamar. Dia bukan gadis yang gila
harta. Dia gadis sederhana yang walaupun agak lugu, tapi hatinya baik. Alfi
akan membuatnya menjadi pintar. Mungkin memanggil seorang guru untuk
mengajarinya di rumah.”
“Begitu ya? Kamu tetap mengira byahwa dia gadis lugu
yang sama sekali tidak doyan harta?”
“Bapak tidak percaya?”
“Entahlah. Menurut bapak, dia sudah berubah. Ketika
kami datang, dia sedang duduk menyilangkan kaki di sofa, dan tidak lagi menyambut
dengan mencium tangan seperti yang pernah dilakukannya. Dia berdiri dan
langsung merangkul ibumu dan menciuminya. Ibumu sempat kaget. Menurut bapak,
dia sudah berubah, Dia bahkan tidak mengantarkan kami ketika kami mau pulang.”
“Saya tidak melihatnya berubah. Ada memang, perubahannya,
yaitu cara memanggil Alfi dan Farah. Tapi itu kan karena dia mulai ingin lebih
dekat dengan kami, karena kan selama ini dia masih belum mau Alfi dekati.”
“Bapak tidak berani mengatakan apa-apa, bapak hanya
berharap kamu berhati-hati. Ingat Narita kan? Bagaimana kamu mencintai dia,
lalu apa yang dilakukannya? Membuat keluarga kita malu, setelah dia membawa
kabur harta kamu. Bapak juga ingin mengingatkan kamu, bukan karena dia telah
menolong kita sehingga kita tidak mendapat malu, lalu kamu merasa bahwa dia gadis
terbaik yang pantas kamu cintai.”
“Rupanya Bapak terpengaruh pada apa yang dikatakan
ibu. Memang sih, sejak awal ibu tuh kurang suka pada Aliyah.”
“Bukan terpengaruh. Saat melihat kemarin itu, ada rasa
kurang sreg di hati bapak. Tapi semuanya terserah kamu. Bapak hanya
mengingatkan.
“Saya akan melihatnya lebih dekat, saya yakin Bapak
sama ibu salah dalam menilai.”
***
Hari itu Alfian benar-benar pulang agak malam, karena banyak
hal yang harus diselesaikan. Begitu memasuki rumah, ia tak melihat siapapun,
kecuali Farah yang masih duduk di depan kamarnya. Tampaknya dia masih menunggu
sang tuan pulang.
Setelah menanyakan dan melayani apa yang dibutuhkan
tuannya, Alfian segera menyuruhnya tidur. Alfian sudah mandi, tapi dia tidak
langsung tidur. Ia ingin menyambangi Aliyah di kamarnya, dan mencoba ingin mendekatinya.
Pintu kamar tidak terkunci, dan dengan mudah Alfian
masuk. Ia melihat Aliyah tidur tertelentang, dan tampak pulas. Alfian mendekat,
dan memegangi tangannya. Narita bukan tak tahu, tapi dia pura-pura tidur. Ia
bahkan meletakkan posisi tidur yang disengaja membuat Alfian harus membuka
matanya lebar-lebar.
Alfian mengangkat tangan itu dan menciumnya. Tapi
tiba-tiba Alfi berteriak.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah
ReplyDeleteOwalah....... enggal dhangan, budhe.
Deleteاللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقْمًا
*Allahumma rabban-nas 'adzhibil-ba'sa, isyfi antasy-syafi la syifa'a illa syifa uka syifa'a al la yughadiru saqama*
Sahabat-2 mohon dorongan doa untuk bu Tien Kumalasari, semoga Allah mengangkat rasa sakitnya dan menyembuhkan sesembuh-sembuhnya tanpa meninggalkan penyakit lainnya. Aamiiin.
Alhamdulillah walau kepala, sdh nyut-2an dan tensi naik, Bunda selesai juga menulusnya walau agak kemalangan......
Pa Arifin Mojokerto juara 1, selamat.
Delete# menulisnya.... Walau agak kemalaman.... 🙏🙏🙏
DeleteSelamat utk pak Arifin jd juaranya..
DeleteJaga gawangnya pas ya pak.. 👍👍👍
Alhamdulillah....horeee...🥰🥰
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun sanget Bu Tien...
ReplyDelete🙏🙏
Mbaaaak Tien... Sehat2 njiih
ReplyDeleteMatur Nuwun ... akhirnya tayang jg
Salam kangen dr Sub 😘❤️
Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~33 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun.sampun sehat Bunda.smg tetap selalu sehat wal afiat .Aamiin yaa Robb
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien selalu sehat wal'afiat aamiin
Alhamdulilah ...sdh hadir CBE..suwun bunda Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah matur nuwun sampun tayang, bunda Tien sampyn saras
ReplyDeleteWaduuh...tanggal merah tetep tayang juga...terima kasih banyak, ibu...sehat selalu ya...🙏😘😘
ReplyDeleteAlhamdulillah, maturnuwun, sehat wal afiat dan bahagia selalu bunda Tien . .
ReplyDeletealhamdulillah
ReplyDeletematurnuwun
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteYes..semoga Alfi segera tahu kalau itu Narita.....
ReplyDeleteMatur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang, gerah² kok masih sempet nulis loh, cepet sembuh ya, wassalam dari Gn3, Tanggamus, Lmpng
ReplyDeleteSehat selalu Yunda....
ReplyDeleteSemoga penyamaran Narita terungkap setelah Alfian melihat tangannya
ReplyDeleteAlhamdulillah akhirnya terbongkar siapa dia ...terima kasih mbak Tien, sangar mengasyikan untuk di baca, kutunggu lanjutan nya, maturnuwun
ReplyDeleteSemoga ibu tien kumalasari segera diberikan kesembuhan yg tidak menyisakan sakit & senantiasa dalam lindungan Allah SWT .... Aamiin yra
ReplyDeleteJangan2 tangan Narita bau 🐑 trm ksh bu Tien...smg selalu sehat bu Tien..
ReplyDeleteMasyaAllah... Aduhai sekali semangat bu Tien... Lekas sehat kembali ibu...
ReplyDeleteAlhamdulilah cbe sdh tayang terima kasih bu tien .... semoga bu tien segera sehat dan dapat beraktifitas seperti semula serta selalu dalam lindungan Allah SWT ..aamiin
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, CBE sudah tayang.
ReplyDeleteMungkin Alfian melihat tangan Narita yang tidak ada tanda lahirnya. Apakah segera terkuak penyamarannya?
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Yaa Allah Bunda Tien, sedang sakit menyempatkan menulis juga..
ReplyDeleteTerima kasih Bunda.. semoga lekas sembuh dan sehat kembali.
Aamiin
Terimakasih bunda Tien, Narita ketahuan karena Alfi sudah tahu perbedaan si kembar.
ReplyDeleteCepat sembuh bunda Tien, salam sehat selalu dan aduhai..
ReplyDeleteMungkinkah ketahuan tanda lahirnya di tangan ya bunda,?
ReplyDeleteSalam.sehat dan aduhai dari mBantul
Alfian tidak melihat tanda lahir di tangan 'Aliyah'?
ReplyDeleteNah lo ..... Ketahuan deh bahwa yang lagi tidur sebenarnya bukan Aliyah .... Karena tanda lahir itu tidak ada .......
ReplyDeleteTerbongkar penyamaran Narita ....
Masalahnya bagaimana mencari Aliyah yang asli .....
Oh iya, dia pasti bawa ponsel yang pernah dibelikan ....biar Farah yang menelponnya ....
Apakah demikian ?
Akan diapakan Narita setelah terbongkar penyamarannya ......
Bagaimana mas Pinto ...yang mengira Aliyah sudah melupakannya .....
Bagaimana bu Siti yang sudah terkadung sayang kepada Aliyah
Kalau pak RT sih sudah diembargo bu RT ....tinggal tunggu waktu ......
Eh iya .. . menantu bu Siti bikin ulah ngga ya ......
Cerita semakin seru ....
Kita tunggu episode selanjutnya.......
Semoga ibu Tien Kumalasari segera sehat dan pulih seperti sediakala ....
Salam sehat .....
Salam aduhai .....🙏
👍👍👍🌹
DeleteBagi para pecinta karya ibu Tien Kumalasari yang berdomisili di Jakarta dan sekitarnya.
ReplyDeleteApakah ingin berjumpa dengan idola kita ?
Paguyuban yang bernaung dibawah wa grup PCTK (Penggemar Cerbung Tien Kumalasari ) wilayah Jabodetabek, akan mengadakan acara jumpa fans dengan idola kita.
Pada tanggal 9 s/d 11 Juni 2023, bertempat di Wisma Kinasih - Depok.
Bagi yang berminat menghadiri acara tersebut, dapat menghubungi Kakek Habi
( PCTK Pusat )
0851.0177.6038
atau
Bp. Hardjoni Harun (Ka.Panitya JF PCTK Jabodetabek ) 0821.2236.6880.
Catatan :
*syarat dan ketentuan berlaku
Ayo meriahkan acara tersebut, dari kita untuk kita.
Kapan lagi kita jumpa dengan idola kita ?
Sekarang saatnya ....
Daftarkan segera diri anda ....
Dengan thema :
Semua untuk satu dan Satu untuk semua.
Serta dengan misi :
Seduluran saklawase
( Persaudaraan selamanya )
Insyaallah pak, maturnuwun infonya
DeleteSyafakillah Bunda Tien....
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien. Kabarnya sedang sakit semoga cepat sehat kembali. Aamiin YRA 🤲🤲
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMoga bunda Tien kmbli pulih sehat njih
Itulah perjuangan bu Tien buat menyenangkan hati pembacanya
Di bela2in sambil tiduran dlm menulisnya
Inspirasi dan semangat bu Tien ttp luar biasa
Salam sehat selalu doaku
Dan ttp ADUHAI
Semoga Allah cpt mengangkat penyakut bynda Tien dan sht pulih kembali seperti sediakala..aamiin yra..terima ksih bunda Tien cbe33 nya ..nah loh sbntr lgi kebohongan narita akan terbongkar..krn dilht dri tanda diketiaknya..yg tahu perbedaan antara arita dan aliyah adalah alfian .sln seroja dri skbmi bunda🙏🙏😘🌹
ReplyDeleteNgk sabar nunggu niih kebohongan Narita... matur nuwun bunda Tien, sehat2 selalu
ReplyDeleteAkhirnya
ReplyDeleteTeriakan itu bikin heboh;
Karantina!!, jangan sampai lepas.
Kan covid sudah mereda tuan, kita sudah boleh jalan jalan.
Mudik kemaren juga sudah kembali seperti dulu, jalur mudik sudah disediakan pilihan.
Semua kena murka juragan muda, Farah pun baru nyadar kalau itu memang Narita, ulahnya memang lebih dan beda dari biasanya.
Kirman mutêr mutêr mencari dimana Aliyah berada, kata tuanya dia cari kerja buat makan melanjutkan hidup dari jerih payah keringat sendiri.
Itu klu yang disampaikan, untuk Kirman.
Kirman harus blusukan, nanya nanya adakah nama pembantu dirumah ini bernama Aliyah.
Toh andaikan Aliyah tahu kalau Narita kena tahanan rumah di rumah besar tuan Alfian; Aliyah pasti memohon agar ada pembebasan bersyarat, walau bagaimanapun dia saudara kembarnya.
Narita satu satunya keluarganya yang tersisa; walaupun sudah baliknama, kan ada kebijakan baliknama nggak perlu biaya, yang penting kesadaran bayar pajak gitu kata orang-orang eksekutif.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Cintaku bukan empedu yang ke tiga puluh tiga sudah tayang.
Sehat sehat ya Bu
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Maaf pa Nanang... Balik nama utk apa yaa?? Sy jd kepo nih hehe...
DeleteLha aslinya Afifah,
Deletediganti Narita itu kalau perempuan, mungkin kalau pria namanya Naruto 😀
semoga bu Tien segra sehat kembali
ReplyDeleteAlhamdulillah...
ReplyDeleteCBE 33 tayang..
Bu Tien diparingi sehat...
Alhamdulillah, matur nuwun bu Tien
ReplyDeleteTambah sehat wal'afiat ya 🤗🥰
Aduhaaaaai ,,,senang rasanya kl Alfian tahu ,,,,kl itu bukan aliyah ,,,buat rahasia nih ,,,,👍👍👍😍
Alhamdulilah..
ReplyDeleteTks banyak bunda Tien..
Salam Aduhai ..
Semoga sehat selalu ya bun.. 🙏🙏
Waaaah... knp ya Alfian berteriak saat mencium tangan Aliyah palsu??
ReplyDeleteApkh sdh tau klo dia bukan Aliyah asli??
Tambah penasaran deh bun.....
bsk pasti ceritanya lbh seruu..
Tks banyak bunda ... 🙏🌹🥰
🌺🍃🌺🍃🌺🍃🌺🍃
ReplyDeleteAlhamdulillah CBE 33
sudah hadir. Padahal
Bu Tien kurang sehat.
Matur nuwun nggih..
Kembali sehat & tetap
smangats berkarya.
Salam Aduhai 🦋⚘
🌺🍃🌺🍃🌺🍃🌺🍃
Wah alamat Narita bakal ketahuan nih ada tanda lahir di tangannya ,rasain pasti di hukum sama Alfi.
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun bu Tien. salam sehat sejahtera selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien.
Makasih mba Tien
ReplyDelete