CINTAKU BUKAN EMPEDU
08
(Tien Kumalasari)
Mata bengis iti tidak sepadan dengan wajahnya yang
tampan. Harusnya wajah seperti itu bermata teduh, tersenyum lembut. Tidak, mata
itu sangat garang. Bagai mata singa yang siap memangsa.
Aliyah beringsut. Mau lari kemana kalau pintu itu
terkunci, dan mata garang itu melangkah mendekatinya?
“Narita !!” hardiknya.
Aliyah merasa ia salah mendengar. Apa serigala itu
meneriakkan sebuah nama? Dan itu bukan namanya?
“Narita!!” suaranya semakin keras.
Aliyah segera mengerti, bahwa laki-laki itu salah
orang. Namanya bukan Narita. Pasti dia akan segera dilepaskan dan dia akan
segera berlari pulang, walau dia tidak mengerti sedang berada di mana. Harapan
itu membuatnya sedikit tenang. Dimana pun dia berada, dia akan berusaha pulang,
kalau laki-laki garang itu melepaskannya.
“Namaku bukan Narita,” lirihnya.
“Apa? Kamu merasa bahwa kamu bisa kabur dari aku
dengan membawa hartaku? Walau kamu merubah penampilan kamu, tatanan rambutmu,
pakaian lusuh seperti pelayan, tapi aku tetap mengenali kamu, Narita!” teriak
laki-laki itu keras.
“Tolong, aku bukan Narita.”
Tiba-tiba laki-laki itu menjambak rambutnya, lalu
menghempaskannya ke lantai. Aliyah kesakitan, dan merasa pusing.
“Tolong lepaskan aku, aku bukan Narita.”
“Aku akan mengambil semua yang kamu bawa, dan membalas
semua perbuatan kamu dengan kejam!”
Aliyah terisak.
“Namaku Aliyah,” suaranya gemetar.
“Persetan dengan apapun yang kamu tutupi dari aku.
Bagiku, kamu adalah Narita. Ya Tuhan, Narita, kalau kamu tahu, betapa aku
mencintai kamu. Bahkan sampai detik ini, Narita,” suara laki-laki itu berubah
pelan. Ia berjongkok, meraih dagu Aliyah dengan lembut.
“Aku sangat mencintai kamu,” lalu dielusnya wajah
Aliyah. Aliyah bergidik. Ia belum pernah disentuh pria, apalagi dengan suara
lembut dan senyuman manis seperti itu.
Tapi tak lama. Tiba-tiba mata itu kembali garang,
senyuman manis itu berubah menjadi seringai yang mengerikan. Aliyah gemetar.
Lalu laki-laki itu kembali menjambak rambutnya. Diangkatnya wajah Aliyah dengan
rambut masih dalam genggaman tangannya.
“Tolong, Anda salah orang,” rintih Aliyah, hampir tak
terdengar,
“Kemana kamu sembunyikan hartaku? Kamu berikan kepada
laki-laki bedebah itu kan? Katakan, dimanaaaa!!!”
Aliyah hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, yang
terasa sangat nyeri.
“Kamu lupa, ketika kamu membodohi aku dengan suara
lembutmu, “Alfi, hanya kamu laki-laki yang aku cintai” …Kamu lupa?” Laki-laki
yang memang adalah Alfian itu berteriak lebih keras.
“Ya Tuhan, namaku bukan Narita, aku Aliyah,” rintih
Aliyah, memelas, sambil air matanya bercucuran.
“Perempuan busuk!”
“Dengar aku, kamu salah orang, aku bukan Narita,
biarkan aku pergi.”
“Diaaamm! Aku sudah tahu, betapa pintarnya kamu! Tapi
kali ini aku tak mau mendengar apa-apa yang kamu katakan.”
Alfian melepaskan rambut Aliyah, kemudian beringsut
mundur, lalu duduk bersandar di tembok, persis di hadapan Aliyah, yang sudah
bangkit dan menahan seluruh rasa sakit yang menggigit di tubuhnya.
Tiba-tiba Aliyah terkejut, melihat sepasang mata
garang itu meneteskan air mata. Amarah yang menggelegak di hati Aliyah
tiba-tiba runtuh. Aliyah gadis yang lembut hati dan penuh kasih sayang. Ia
sudah disakiti, tapi ia merasa trenyuh melihat kesedihan yang tersirat di wajah
laki-laki yang menyiksanya.
“Mengapa kamu tega? Tega menyakiti Alfi mu yang dulu
kamu bilang sangat kamu cintai? Aku masih cinta, Narita, sampai detik ini, aku
masih cinta sama kamu,” suara itu seperti merintih.
Aliyah mendengar bisikan lirih dari bibir yang
sekarang tampak pucat, dan seperti meremas perasaannya. Ingin sekali dia
mendekat dan menghiburnya. Ia sekarang tahu, laki-laki aneh itu bernama Alfi.
“Pak Alfi, Anda harus percaya, saya bukan Narita. Nama
saya Aliyah, biarkan saya pergi, ya,” kata Aliyah memberanikan diri.
Tanpa diduga, Alfi mengangkat wajahnya, lalu mengusap
matanya dengan kasar. Tiba-tiba dia berdiri, dan kembali menatap Aliyah dengan
garang.
“Perempuan pembohong!!” teriaknya.
Lalu dia melangkah ke arah pintu, membukanya.
“Kamu akan tetap aku kurung di sini, sampai kamu
mengaku, dimana kamu simpan semua harta yang kamu larikan. Selama itu juga, aku
akan selalu menyakiti kamu,” katanya tandas, penuh ancaman.
Aliyah ingin membuka mulutnya untuk mengatakan bahwa
dirinya adalah Aliyah, tapi Alfi sudah keluar lalu menutup kembali pintunya
dengan kasar, lalu terdengar suara kunci diputar.
Aliyah putus asa.
“Aku bukan Naritaaaaa!!” jeritnya yang kembali hanya
menimbulkan gema di ruangan itu.
***
Alfian duduk bersandar di sofa, sendirian. Ia merasa
lelah dan kesal. Narita, gadis yang dicarinya dan dianggapnya sudah
ditemukannya, tak mau mengakui siapa sejatinya dirinya. Ia menyamar menjadi gadis
lusuh bernama Aliyah, dan itu membuatnya semakin jengkel.
“Faraaaahhh,” tiba-tiba Alfian berteriak.
Seorang gadis, hitam manis, bergegas mendekat.
“Ya, tuan.”
“Ambilkan aku minum.”
“Tuan mau minum apa? Ada jus tomat, atau teh manis,
atau_”
“Air putih !!” Alfian berteriak.
“Baik, jangan berteriak, tuan. Telinga saya jadi
sakit,” kata Farah mengomel.
“Diaaaam!!”
Farah bergegas ke belakang untuk mengambilkan pesanan
tuannya.
Farah adalah anak dari pembantu orang tua Alfian, yang
sejak kecil menjadi teman bermain bagi Alfian. Setelah dewasa, dan Alifian
punya rumah sendiri, Farah diminta Alfian agar melayaninya di rumah itu. Karena
mengenal dekat sejak masih kanak-kanak itulah, Farah berani mengomeli Alfian,
walau selalu tunduk pada apapun yang menjadi perintahnya.
“Faraaaaahhh!” Alfian berteriak lagi, karena
dianggapnya Farah terlalu lama.
Farah hampir berlari, mendekat sambil membawa nampan.
Segelas air putih ada di atasnya. Farah belum sempat meletakkannya, Alfian
sudah meraihnya, dan meneguknya habis.
Farah merengut kesal, sambil beranjak ke belakang.
“Heeii, siapa menyuruh kamu pergi?” teriak Alfi lagi.
Farah berhenti melangkah .
“Sini kamu!”
“Baiklah, tapi tolong jangan berteriak-teriak. Kenapa
sih, akhir-akhir ini suka sekali berteriak?” omel Farah lagi. Tapi Alfian tidak
pernah marah walau Farah mengomelinya panjang pendek. Farah adalah pembantu
kesayangannya, yang selalu menemaninya bermain, kala masih kanak-kanak dulu. Terkadang
Alfian tersenyum sendiri. Dia suka nakal dan jahil pada Farah. Menyembunyikan boneka
mainannya, lalu memasukkannya ke dalam parit yang ada di luar pagar rumahnya. Tentu
saja Farah menangis menjerit-jerit.
“Duduk, jangan berdiri di situ.”
Farah menjatuhkan tubuhnya ke lantai, bersimpuh di
depan tuannya, tak mengucapkan apapun, hanya menunggu perintah.
“Kamu sudah tahu? Aku sudah menemukan Narita.”
“Ya, mas Kirman sudah cerita. Kenapa tuan menguncinya
di kamar depan?”
“Dia sudah membohongi aku. Kamu kan sudah mengerti?
Orang tua aku malu karena resepsi yang akan digelar menjadi batal. Dan dia
melarikan semua uang yang ada di dalam ATM aku?”
“Lalu akan tuan apakan dia?”
“Akan aku siksa dia, sampai dia mau menunjukkan di
mana harta yang dia larikan.”
“Tuan, mengapa harus menyiksa dia? Tuan bisa
memaksanya dengan ancaman, misalnya lapor ke polisi. Pasti dia mau mengaku.”
“Tidak. Aku harus menyiksanya, karena dia juga membuat
aku tersiksa.”
“Aku jambak rambutnya, aku banting dia, aku maki-maki
dia.”
“Ya ampun tuan, kejam sekali. Apakah dia kemudian
mengaku?”
“Dia itu perempuan licik. Dia mengaku bahwa namanya
bukan Narita. Dia berpakaian kumuh saat belanja kepasar, tapi aku tidak tertipu
oleh penampilan palsunya.”
“Tuan masukkan dia ke kamar kosong itu, dan
menguncinya?”
“Ya. Tapi tolong beri dia makan. Jangan sampai dia
mati sebelum dia mengakui semuanya.”
Farah melangkah menuju ke arah kamar kosong yang
terletak di bagian depan rumah itu. Tapi ia tak bisa membukanya.
“Tuan, mana kuncinya?” teriak Farah di depan pintu
kamar kosong itu.
“Ini, kemari kamu! Malah berteriak-teriak,” kesal Alfian.
Farah kembali mendekati tuannya untuk mengambil
kuncinya.
“Bawakan minum, dan makan, jangan yang enak-enak,”
perintah Alfian.
“Iya, saya bawakan sekalian,” jawab Farah sambil beranjak
ke belakang.
Farah mengambil segelas minum dan makanan.
“Jangan sekali-sekali kamu percaya apa yang
dikatakannya. Dia itu pembohong besar. Seperti ketika dia membohongi aku dengan
kata-kata manis. Jangan lupa kunci kembali pintunya kalau kamu sudah keluar
dari sana,” kata Alfian ketika Farah melintas di sampingnya. Farah tak
menjawab, dia terus saja melangkah lalu membuka pintu kamar kosong itu.
“Awas kalau sampai dia lari, kamu harus
menggantikannya,” masih terdengar lagi pesan Alfian, saat dia membuka pintu
kamar itu.
Farah terkejut melihat keadaan Aliyah, yang bersandar
di tembok dengan rambut awut-awutan. Ia mendekat setelah kembali menutup
pintunya.
“Non, mengapa menjadi seperti ini?”
Aliyah menatap siapa yang mendekat. Farah meletakkan
nampan berisi makan dan minum itu di lantai, kemudian bersimpuh di depan
Aliyah.
“Minumlah dulu Non,” kata Farah sambil mengangsurkan
gelasnya.
Aliyah ingin mengucapkan sesuatu, tapi tenggorokannya
terasa kering. Karenanya dia menerima gelas yang di angsurkan gadis manis itu,
lalu meminumnya separuh.
Farah menerima gelasnya, lalu mendekatkan piring
berisi nasi dan lauk pauknya itu ke depan Aliyah.
“Makanlah Non. Maaf, hanya ada itu lauknya.”
Aliyah agak risih dengan panggilan Non itu.
“Jangan panggil aku Non,” katanya lirih.
“Makanlah dulu, Non tampak pucat.”
Sejak pagi Aliyah belum makan apapun. Perutnya kosong,
ditambah kejadian yang membuatnya terkejut, dan sakit. Ia tak ingin menyentuh
makanan itu, tapi perutnya terasa melilit.
“Kamu siapa?”
“Ya ampun Non, masa Non lupa, atau pura-pura lupa? Saya
Farah, pembantu tuan Alfian.”
“Tapi aku tidak pernah mengenal kamu.”
Farah diam. Ia sudah diberi tahu oleh majikannya,
bahwa Narita yang ditemukannya pandai berpura-pura, jadi dia diam saja ketika
Aliyah mengatakan nggak mau dipanggil Non, bahkan pura-pura lupa pada dirinya.
Tapi sebenarnya Farah heran. Non Narita sangat cantik, dan selalu berpakaian
modis, selalu mengenakan make up tebal untuk lebih mempercantik wajahnya.
Kenapa gadis di sepannya ini, walau cantik tapi kelihatan lusuh dan pakaiannya
juga kumuh? Dan lagi-lagi Farah percaya bahwa Narita sedang berpura-pura.
“Non, lebih baik Non makan saja dulu, supaya tuan Alfi
tidak bertambah marah. Ayo Non, makan. Masa harus saya suapin?”
“Tapi aku bukan Non, namaku Aliyah,” Aliyah mencoba
menerangkan siapa dirinya.
“Baiklah, tapi makanlah dulu. Non sangat pucat.
Setelah ini, akan saya ambilkan Non baju ganti. Oh ya, mandi dulu saja supaya
segar. Itu ada kamar mandi, nanti saya ambilkan sabun dan semua keperluan
mandi.”
“Biarkan aku pergi saja.”
“Non, daripada Non di siksa lagi, lebih baik Non
menurut saja. Sekarang makanlah, saya akan mengambilkan semua keperluan Non
untuk mandi dan baju ganti.”
Aliyah merasa putus asa. Tubuhnya terasa lemas. Ia
teringat ketika hampir pingsan karena kelaparan, lalu Pinto menolongnya. Air
matanya berlinang teringat kebaikan Pinto. Tahukah Pinto apa yang terjadi?
Akankah dia menolongnya? Kata hati Aliyah.
“Non, makanlah.”
Aliyah meraih piring berisi nasi, ada ikan goreng dan
ca sayur. Kalau saja dia tidak sedang tersiksa, makanan itu pasti dianggapnya
makanan mewah, karena jarang sekali dia makan ikan. Sekali makan daging
rendang, ketika Pinto memberikannya. Aduhai, lagi-lagi teringat Pinto.
Aliyah menyibakkan rambutnya yang awut-awutan. Farah
merasa lega ketika melihat Aliyah menyuap makanannya. Kemudian dia berdiri, dan
beranjak keluar dari kamar itu. Batin Aliyah teriris ketika mendengar suara
kunci di pintu itu. Sadar bahwa dia terkunci lagi di kamar itu. Tapi kemudian
ia juga sadar, bahwa dia harus makan, supaya punya kekuatan. Siapa tahu dia
bisa melarikan diri.
***
“Kasihan sekali, tuan,” kata Farah ketika melintas
disamping Alfian, yang masih saja termangu di atas sofa.
“Sudah aku bilang, jangan terpengaruh penampilannya,
atau apa yang dikatakannya. Dia itu ular.”
Farah tak menjawab, lalu beranjak ke belakang. Dia
mengambil sabun di almari persediaan, sikat gigi dan pasta giginya, lalu
mengambilkan baju di kamarnya sendiri. Di rumah itu, hanya dia yang perempuan,
jadi kalau mau memberikan baju ganti, pastinya juga harus mengambil di almari
pakaiannya sendiri.
“Agak sungkan sih, masa non Narita aku beri baju ganti
seperti ini,” gumam Farah sambil membuka almari bajunya dan memilih-milih.
“Tapi daripada pakaian yang tadi dipakainya? Hm,
memang pintar sekali ya Non Narita berpura-pura. Hanya mau ke pasar saja,
menyamar menjadi orang miskin, supaya tidak ketahuan tuan Alfian. Tapi wajahnya
kan tidak bisa menipu. Kecuali kalau dia melakukan oplas. Kenapa tidak
melakukannya ya,” Farah bergumam terus sambil mengambil salah satu baju
terbaiknya, lalu membawa semuanya itu kembali ke kamar, dimana ‘Narita’ berada.
***
Besok lagi ya.
Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~08 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..🙏
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien?
ReplyDeleteBgmn perutnya sdh bisa diajak kompromi?
Wis kersa dahar apa wae?
La ba-'sa tohuurun InsyaAllah.
Waras.. Waras.. Waras..
Tetap ADUHAI....
Matur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien...
ReplyDelete🙏🙏
Alhamdulillah matur nuwun bunda Tien, mugi tansah pinaringan kasarasan .
ReplyDeleteTerimakasih Bunda
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
Alhamdulillah
ReplyDeleteDatang gasik
Matur nuwun bu
Semoga sehat selalu
Sang Lakon sedang dalam proses perjalanannya. Cuma waktunya bisa cepat atau lambat. Kalau cepat ketemu berarti cepat selesai.
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang ADUHAI semoga selalu sehat, aamiin.
Matur suwun Bu Tien
ReplyDeleteCBE sdh tayang gasik
Salam sehat Bu Tien 🙏
〰️🍃🌹🦋🌹🍃〰️
ReplyDeleteAlhamdulillah CBE 08 sdh
tayang. Matur nuwun
Bu Tien. Sehat selalu
& tetap smangaats.
Salam Aduhai...
〰️🍃🌹🦋🌹🍃〰️
Alhamdulilah, hatur nuwun mbakyuku Tienkumalasari sayang, salam kangen dari Tanggamus, Lampung
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteTks bunda Tien.. Aliyah sdh tayang
ReplyDeleteTambah deg degan kasian Aliyah disiksa.
Semoga Alfian bsk sadar.. Bs minta maaf kpd Aliyah dan menghormatinya sbg gadis yg baik2
Semoga bunda sehat selalu
Alhamdulillah Cintaku Bukan Empedu Eps. 08 sudah hadir gasik. Matur nuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSalam hangat, salam sehat, dan Sugeng Shaum.
Yaaa..mungkinkah Aliyah dan Narita saudara kembar?
ReplyDeletesiap menunggu episode berikutnya 🥰
Matur nuwun bunda Tien...🙏
Masih
ReplyDeleteMis teri, non sama teri makannya.
Terus dianggap fauna, begitu ketangkap langsung di masukan ke kandang.
Ketemu juga sama orang gila, mana mau denger kalau ada berubah juga emosi nya, bodoh banget kenapa nyomot orang nggak tahu orang tuanya, kan aneh lagian gimana tuh, ah susah kalau ketemu orang kaya gini, hukuman juga diringankan kalau dokter gila nya memvonis memang kejiwaannya terganggu.
Duh tiwas di shoting nggak tayang lagi mana tuh youtubernya, apa masih di edit dulu ya..
Pembantu pembantunya juga mata belok, kurang selidik asal ikutan tuan gilanya.
Pak RT sama Pinto jadi bisa damai nggak ya, kan sama sama cari Aliyah.
Eh belum tentu biasanya yang tuwa lebih nyrodhok; maksudé kepingin didepan gitu, iya biarin, nanti juga ada celah untuk lepas, dibikin dongkol dulu, kan emosi.
Sehari dua hari kalau obat itu bekerja baek kan tenang kembali.
Kan orang gila
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Cintaku bukan empedu yang ke delapan sudah tayang
Sehat sehat
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Alhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .
ReplyDeleteAlhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteAlhamdullilah..cbe sdh hadir lbh awal..terima ksih bunda..smg bunda bersm bpk sehat sll..🙏😘🌹
ReplyDeleteAlhamdulillah CBE-08 sdh hadir
ReplyDeleteSemoga Aliyah ada yg menolong
Terima kasih Bunda Tien, semoga nunda sehat selalu.
Aamiin
Makasih bunda, bacanya tetap setelah tarawih walau tayangnya gasik
ReplyDeleteTerima kasih, bu Tien...semoga cepat pulih kesehatannya.🙏
ReplyDeleteCerita kembar akan semakin mnmbah keasyikan ceritanya... terima kasih Mbu Tien... sehat² sllu bersama keluarga tercinta
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeletePersis seperti dugaan saya semula Narita dan Aliyah adalah saudara kembar yang terpisah sejak lahir entah disebabkan apa ( tentunya nanti bu Tien akan menjelaskan ).
ReplyDeleteAliyah diasuh neneknya, sedangkan Narita di adopsi orang lain yang mungkin kaya dan hidupnya dimanjakan.
Tetapi se mirip² nya dikembar ( kembar identik ) pasti ada tanda tubuh tertentu yang membedakan.
Ceriteranya masih panjang .........
repotnya kalau Alfian jatuh cinta sungguhan kepada Aliyah ....kasihan Pinto tetap jomblo.....
Kalau pak RT sih biarin aja ...gigit jari.
Disaat saat puncaknya muncul Narita yang asli dan ingin merebut Alfian kembali, dengan alasan dia tertipu oleh orang yang membawa kabur dirinya ........
Bagaimana bu Tien menyelesaikan konflik yang ada .....kita tunggu lanjutannya ...
Salam sehat
Selamat malam...
Salam aduhai....
🙏🙏
DeleteSalam subuh, mas Hadi.
Terima kasih bu tien cerbungnya, salam sehat dan jaga kesehatan
ReplyDeleteOh ternyata Narita dan Aliyah itu kembaran ya?...
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
ReplyDelete