CINTAKU BUKAN EMPEDU
07
(Tien Kumalasari)
“Kemana anak itu? Masa sih, dia mau menipu aku,
melarikan uang belanja yang aku berikan? Masa, seandainya iya, dia sama sekali
nggak takut, sementara rumahnya dekat rumahku? Tidak, pasti ada sesuatu,” gumam
bu RT sambil melangkah pulang ke rumah.
“Ada kan?” tanya pak RT.
“Tidak ada. Rumahnya masih terkunci.”
“Lhah, dia pergi kemana?”
“Itulah yang aku tidak tahu. Kemana anak itu? Dia
bilang oasarnya dekat, pasti ke pasar dimana aku selalu belanja. Perjalanan
sambil berjalan kaki saja tidak sampai seperempat jam. Aku suruh naik taksi dia
nggak mau, katanya mau naik becak saja.”
“Ini sudah hampir jam sebelas,” sambung pak RT.
“Maka dari itu. Pasti ada sesuatu. Aku akan menyusul
ke pasar, barangkali dia masih di sana dan bingung bagaimana caranya pulang.”
“Bisa berangkat, masa nggak bisa pulang?” gumam pak
RT.
“Mungkin ada sesuatu yang terjadi.”
“Aku tahu jawabannya.”
“Apa maksud Bapak?”
“Anak itu. Laki-laki bernama Pinto itu.”
“Maksudnya, Aliyah pergi ke sana?”
“Dia, laki-laki itu membawa lari Aliyah.”
“Mengapa juga dia membawa lari Aliyah? Tidak ada yang
melarang dia mendekati Aliyah. Aliyah sudah dewasa, dan kalau Aliyah juga mau,
siapa yang melarang?”
“Siapa tahu, dia merasa bahwa aku menghalangi
niatnya, lalu saat dia membawa uang, dia ajak Aliyah kabur.”
“Uang cuma tiga ratus ribu. Masa uang segitu dipakai
alasan untuk melarikan anak gadis?”
“Laki-laki itu bukan orang kaya. Hanya pegawai
restoran. Paling juga pelayan. Uang tigaratus ribu itu bagi dia kan banyak.”
“Bapak ada-ada saja.”
“Percaya saja sama aku. Biar aku mencari ke tempat
laki-laki itu.”
“Memangnya rumah dia di mana? Bapak tahu?”
“Kata Aliyah, dia bekerja di restoran dekat sini.
Hanya ada beberapa restorah yang dekat dengan kampung kita, aku bisa bertanya-tanya,”
kata pak RT sambil bersiap-siap. Dia berganti baju, lalu mengambil sepeda
motornya.”
“Bapak yakin?”
“Sangat yakin. Pasti laki-laki itu menyembunyikannya,
supaya bebas melakukan apa saja tanpa ada yang mengganggu,” kata pak RT lagi
sambil keluar dari halaman dengan menuntun motornya, lalu mengendarainya
menjauh.
“Suamiku itu pikirannya aneh-aneh saja. Aku kok malah
berpikir, Aliyah mengalami kecelakaan. Ya Tuhan, kalau itu benar … tak seorang
pun tahu di mana alamat Aliyah. Kecuali kalau Aliyah sadar dan bisa mengatakan
di mana rumahnya. Tapi nyatanya tak ada yang mengabari ke mari. Kalau memberi
kabar, pastinya ke rumah RT nya dulu, nyatanya tidak. Kasihan anak itu, aku akan ke pasar sekarang
juga.”
Bu RT memanggil taksi yang membawanya pergi ke pasar,
menyusul Aliyah.
***
Sementara itu, Pak RT sudah bertanya-tanya tentang
karyawan rumah makan yang ada di sekitar kampungnya, yang akhirnya menemukan
Pinto, sedang melayani pelanggan. Pinto terkejut melihat pak RT datang. Ia mengira
pak RT mau makan di rumah makan itu, tapi Pinto melihat dia hanya
petentang-petenteng di depan pintu, sambil menatap ke arahnya. Begitu selesai
melayani pembeli, Pinto segera menemuinya di luar.
“Pak RT mau makan?”
“Makan kepalamu itu,” makinya sangat kasar. Pak RT
sangat membenci Pinto yang dianggap
saingannya dalam memperebutkan Aliyah..
Mata Pinto menyala mendengar umpatan kasar itu.
“Bisakah Bapak bicara lebih sopan?” kata Pinto sambil
mengajaknya menjauh dari depan rumah makan itu,
di mana ada beberapa pelanggan yang sedang makan.
“Aku bisa bicara halus, tapi kepada orang yang
mengerti tata krama. Kepada kamu, tak perlu aku berbasa basi. Mana Aliyah?”
Pinto tersentak.
“Bapak menanyakan Aliyah kemari? Aliyah belum mulai
bekerja, saya baru akan mengabarinya sore nanti, bahwa dia diterima bekerja di
rumah makan ini.”
“Apa maksudmu? Jangan berpura-pura menjadi pahlawan di
depan aku. Bukankah kamu membawa lari Aliyah?”
“Membawa lari bagaimana maksud Bapak? Sejak pagi saya
bekerja di sini. Saya tadi memang ketemu Aliyah yang lewat di depan sini,
katanya mau belanja ke pasar, karena disuruh bu RT. Kenapa Bapak mengira saya
membawa lari? Apa Aliyah belum kembali sejak ke pasar pagi tadi?” tanya Pinto
yang tiba-tiba merasa khawatir.
“Kamu jangan banyak alasan. Aku bisa melaporkan kamu
kepada polisi.”
“Laporkan saja. Sekarang, saya tunggu.”
Menyaksikan ada orang yang tampaknya ribut dengan
karyawan rumah makan, Satpam yang sedang berjaga kemudian mendekatinya.
“Ada apa, Mas Pinto?”
“Bapak ini menuduh saya melarikan seorang gadis. Mas
Satpam tahu kan, sejak pagi saya bertugas di sini dan tidak pergi ke
mana-mana?”
“Iya. Mas Pinto ini bertugas sejak pagi, mengapa Bapak
menuduhnya?” kata Satpam.
“Karena saya tahu gelagat yang tidak baik dari dia,”
pak RT tetap bersikukuh menuduhnya.
“Dia mau melaporkannya pada polisi, saya persilakan.
Saya tunggu di sini,” tantang Pinto, yang sebenarnya mengkhawatirkan Aliyah.
Kalau pak RT menuduhnya membawa lari Aliyah, berarti Aliyah belum kembali sejak
ke pasar tadi. Kemana dia? Pikir Pinto.
“Ayo, mengapa Bapak tidak segera pergi? Kantor polisi
tak jauh dari sini. Saya tunggu. Dan jangan lupa, nama saya Pinto Rahmadi.
Catat Pak.”
“Iya, lebih baik begitu. Kalau Bapak mau lapor,
silakan lapor saja,” sambung satpam yang merasa kurang senang dengan sikap pak
RT.
Tanpa menjawab sepatahpun, pak RT segera menaiki
sepeda motornya, menuju ke arah kantor polisi. Padahal sebenarnya dia mulai
ragu, karena dengan berani Pinto menantangnya. Apa berarti Pinto tidak
melakukannya? Pikir pak RT.
Sementara itu Pinto melanjutkan tugasnya dengan
pikiran dipenuhi rasa was-was. Ke mana Aliyah, sampai pak RT mencak-mencak
menuduhnya melarikannya?
***
Ditengah jalan, pak RT bertemu sang istri yang sedang
menaiki becak.
“Paaak … paaak, mau ke mana?”
Pak RT berhenti, lalu membalikkan motornya,
menyeberang dan mengikuti becak yang ditumpangi sang istri.
Bu RT menyuruh pengemudi becak itu berhenti.
“Kamu dari mana?”
“Bapak yang dari mana saja, dan mau ke mana?” kesal bu
RT karena sudah tahu kalau suaminya menuduh orang dengan membabi buta.
“Aku mau ke kantor polisi. Pinto, bocah itu,
menantangku lapor polisi, akan aku lakukan.”
“Jangan gegabah, Bapak bisa dituduh melakukan laporan
palsu. Bapak bisa dihukum, tahu.”
“Kamu kok malah memarahi aku sih, aku curiga pada
laki-laki bernama Pinto itu.”
“Aku sudah tahu apa yang terjadi pada Aliyah. Seorang
langgananku melihat Aliyah diculik oleh seorang pengendara mobil.”
“Apa? Aliyah diculik ?”
“Aliyah sedang membawa belanjaan, sedang mencari becak
untuk pulang, tapi seorang pengendara mobil menariknya, memaksanya masuk ke
dalam mobil itu. Kasihan Aliyah,” kata bu RT sedih.
Ia segera membayar becaknya, lalu meminta agar
suaminya memboncengkannya pulang,
Disepanjang perjalanan, bu RT terus mengucapkan kata-kata
penuh rasa kasihan kepada Aliyah.
***
Bu RT yang mengikutinya masuk, langsung duduk di sofa,
dengan wajah kusut.Pak RT mengikutinya, duduk di depan istrinya
“Jadi kamu tadi belanja lagi, untuk keperluan kamu?”
“Tidak, itu belanjaan Aliyah.”
“Kok bisa ?”
“Tadi tuh Aliyah sedang menunggu becak yang dipanggil,
tiba-tiba seorang pengendara menariknya masuk ke mobil, belanjaannya
berserakan, juga dompetnya. Tapi penjual buah yang ada di luar pasar kemudian
mengambil semua belanjaan yang berserakan, juga dompet Aliyah. Ini di
serahkannya sama aku. Karena aku bilang bahwa gadis itu aku suruh belanja. Dia
mengatakan bahwa polisi sudah menanganinya, dan dompet Aliyah dibawa sebagai
barang bukti. Tapi belanjaannya ditinggal di tukang buah, karena ada daging
mentah segala, lalu tidak dibawa oleh polisi itu, atau entahlah, yang jelas
tukang buah itu menyimpannya, berharap ada yang datang mencari Aliyah, baru
dia menyerahkannya..”
“Apa tidak ada orang yang berteriak atau mencegahnya?”
“Kejadiannya begitu cepat, orang-orang hanya
terkejut, lalu mobil itu sudah menghilang entah ke mana.”
“Kok aneh. Ya nggak mungkin kalau Aliyah punya musuh?”
“Ini membingungkan. Aliyah pasti sedih.”
“Pasti Aliyah akan dijual. Kan wajahnya cantik.”
“Aku menyesal menyuruhnya belanja.”
“Tahu begitu, tadi aku antar dia ke pasar. Aku kan
bisa memboncengkan dia.”
“Bapak itu, dari tadi selalu memperhatikan Aliyah.
Terus tadi Bapak mau ke kantor polisi ngapain. Orang tidak bersalah, tidak tahu
apa buktinya kok melaporkan pada polisi. Apa Bapak kira polisi itu gampang
menerima laporan? Bapak membawa bukti apa, coba? Polisi tak akan bertindak kalau
tak ada bukti. Malah Bapak nanti bisa dituduh membuat laporan palsu. Bisa-bisa
masuk penjara. Kalau bertindak itu dipikir. Tidak terburu nafsu. Gara-gara
cemburu kan, sama Pinto, lalu sembarangan menuduh?”
“Kok jadi aku cemburu. Ngapain aku cemburu?”
“Memangnya aku ini bodoh? Cara Bapak memperlakukan
Aliyah itu beda. Lebih-lebih cara memandangnya. Hm, dasar laki-laki tidak tahu
diri. Ngaca pak, ngaca, Bapak itu sudah tua, sudah peot, mana mau Aliyah sama
Bapak. Lha wong yang namanya Pinto itu ganteng. Dibandingkan sama Bapak, ya
jauuh.”
“Ibu mengomel tidak karuan, dan ngawur. Ini
permasalahannya kok merembet ke mana-mana. Malah aku yang dituduh macam-macam.
Harusnya kita pikirkan, bagaimana dan apa yang harus kita lakukan.”
“Bapak lapor polisi saja sana. Aku juga sedih
memikirkan anak itu. Tapi jangan membawa-bawa nama Pinto. Kalau nanti Pinto marah,
Bapak dihajar, Bapak berani melawan?”
***
Bu RT memasak dengan perasaan tak menentu. Ia harus
meminta tolong salah seorang tetangganya, untuk mempersiapkan segalanya, karena
arisan yang akan diadakan sore harinya juga akan membahas soal penting. Maklum,
bu RT adalah penggerak para wanita di kampung itu, dan sangat aktif dalam
setiap aksi sosial.
Walau begitu hati bu RT merasa tidak tenang. Pak RT
sudah pergi ke kantor polisi yang ada di sekitar pasar untuk mencari keterangan
tentang Aliyah.
Ketika itulah, tiba-tiba Pinto datang. Bu RT
menemuinya di teras depan.
“Bagaimana Bu, saya bingung ketika pak RT mencari
Aliyah ke tempat kerja saya, bahkan menuduh saya membawa lari Aliyah, padahal
sejak pagi saya bekerja,” kata Pinto yang minta ijin untuk bekerja setengah hari
saja, karena hatinya merasa tidak tenang.
“Pak RT itu memang orangnya begitu. Tidak bisa berpikir
panjang dalam bertindak. Padahal dia kan ketua RT yang harusnya lebih
bijaksana. Biasanya dia tidak begitu, pasti karena hatinya diliputi rasa panas.”
“Lalu sebenarnya Aliyah pergi ke mana? Ibu sudah
menemuinya? Tadi saya ke rumahnya, pintunya terkunci.”
“Memang Aliyah belum pulang, Ia mendapat musibah.”
“Kecelakaan?” tanya Pinto cemas.
“Bukan kecelakaan. Kata orang yang melihatnya, dia
sedang menunggu becak, tapi tiba-tiba ada mobil berhenti, lalu seorang laki-laki
dalam mobil itu menarik paksa Aliyah, langsung memasukkannya ke dalam mobil,
lalu mobil itu kabur.”
“Ya Tuhan, siapa laki-laki itu?”
“Tidak ada yang tahu. Kejadian ini sangat
membingungkan. Aku juga pusing memikirkannya, sekaligus kasihan sama Aliyah.
Dia itu tidak pernah bergaul sama siapa-siapa, kok tiba-tiba diculik, dosa dia
itu apa, coba.”
“Sudah lapor polisi?”
“Tampaknya setelah kejadian itu polisi juga datang dan
orang-orang melaporkan apa yang terjadi. Tapi tak seorangpun bisa memberi
keterangan tentang mobil itu. Maklum, orang-orang pasar, ditanya mobilnya merk
apa juga tidak ada yang tahu, apalagi ketika ditanya berapa nomor polisinya.
Yah, polisi juga bingung. Mereka hanya bilang, mobilnya warna hitam.
Kejadiannya begitu cepat.”
“Saya sangat prihatin mendengar kabar ini. Kami
bersahabat belum lama, tapi sudah sangat dekat.”
“Nak Pinto pacaran sama Aliyah?”
“Tidak Bu, atau belum, entahlah. Kami baru bersahabat
saja.”
“Sekarang ini kita hanya bisa menunggu. Semoga polisi
bisa menguak peristiwa ini dan Aliyah segera kembali,” kata bu RT dengan wajah
prihatin.
***
Aliyah sedang menangis di sebuah kamar yang terkunci.
Ia tidak mengerti mengapa dibawa ke tempat itu. Kamar itu tidak begitu besar.
Kosong tak ada perabot di dalamnya, jadi Aliyah hanya duduk bersandar pada
tembok sambil mengalirkan air mata, tak henti-hentinya.
“Tolong keluarkan aku, aku salah apa? Tolooong,”
Aliyah berteriak-teriak sambil menangis.
Tapi suaranya hanya menimbulkan gema yang membuatnya
pusing, karena sepertinya tak ada seorangpun yang mendengar jerit dan
tangisnya.
Tiba-tiba pintu itu terbuka dengan kasar, lalu
seseorang masuk, kemudian menutupkan pintunya dengan kasar pula.
Aliyah mengangkat wajahnya, seorang laki-laki berwajah
tampan tapi bermata garang menatapnya sengit.
“Apa salahku? Biarkan aku pergi,” rintihnya.
Laki-laki itu mendekat, matanya seperti menyemburkan
api. Aliyah sangat ketakutan.
***
Besok lagi ya.
Mtrnwn mbak
ReplyDeleteGak ada yang woro-woro, ternyata jeng Mimiet sdh ada di paling atas.
DeleteMatur nuwun bu Tien
Dalam seger kwarasan
Tetap berkarya dan ADUHAI
Iseng2 ngungak, alhamdulillah mb Tien gasik tayang.
ReplyDeleteSehat sll mbak Tien .
Matur nuwun tayang gasik
ReplyDeleteWajah tayang gasik , matur suwun Bu Tien
ReplyDeleteWaaduuh
DeleteNulis nya waaah kok jadi wajah hedewww
Matur suwun Bu Tien salam sehat dari bumi Arema Malang
Alhamdulillah.
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien .. semoga kita semua sehat Aamiin🌹🌹🌹🌹🌹
Alhamdulillah cepet bu... Mau terawehan ya? 😀😀
ReplyDeleteIya, jeng dokter, setelah 3 hari absen ke masjid
Delete🌸🍃🌸🍃🦋🍃🌸🍃🌸
ReplyDeleteAlhamdulillah CBE 07 telah
hadir.Matur nuwun Bu Tien.
Semoga sehat selalu &
tetap smangaats.
Salam Aduhai...
🌸🍃🌸🍃🦋🍃🌸🍃🌸
Alhamdulillah maaih sore audah tayang, terima kasih Bu Tien, semoga sehat selalu.
ReplyDeleteMaturnuwun Bu Tien...
ReplyDelete🙏🙏
Asyiikk....tayang awal hari ini. Terima kasih, bu Tien...sehat selalu.🙏😘😘
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku CBE sudah tayang.
ReplyDeleteKok agak tersendat ya, bentar" nge-hang.
Pang ripto mumêt kon mbade arep crigiz waé ah.
ReplyDeleteRupanya ada yang mengikuti, lihat gelagat tidak baek, pengendara motor ndongkol ini berhenti mendadak di depan lagi, lho kok maen paksa masukin orang buru buru kaya bis bumel aja, ih berantakan lagi bawaannya.
Hei buka kamera rekam tuh, iya ya..
Ini siapa lagi kalau bukan kita nggak ada yang nolong, ikutin aja jangan deket deket asal tahu kemana itu taksi gelap berhenti.
Nah lo masuk halaman lumayan luas, keren lagi rumahnya, ah sudahlah orang kita juga cuma bisa sampai sini; ngegeledah juga bukan hak nya. Dah ayo balik kita ceritakan aja apa yang kita lihat dah gitu titik. Sabar sih napa, masa kita lihat hal yang aneh nggak respek? dari pada bikin hoak ini nyata bro, coba kalau itu saudaramu gimana?
Iya deh, bakal heboh nich konten kita di YouTube, lumayan tambah follower. Wow youtuber rupanya.
ADUHAI
Terimakasih Bu Tien
Cintaku bukan empedu yang ke tujuh sudah tayang
Sehat sehat selalu doaku
Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
🙏
Rasanya sulit menemukan Aliyah. Tidak ada yang punya data akurat. Mungkin Pinto yang akan jadi pahlawan.
ReplyDeleteSalam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.
Alhamdulillah
ReplyDeleteDatang gasik
Matur nuwun bu Tien
Semoga sehat selalu
Alhamdulilah..Alyah sdh tayang
ReplyDeleteTks bunda Tien..
Semoga sehat selalu..
Aamiin.. 🙏🙏🥰
Matur nuwun bunda Tien..
ReplyDelete🙏🙏
slhamdulillsh..
ReplyDeleteAlhamdulillah Maturnuwun sanget.salam SEROJA CBE kian Aduhai.
ReplyDeleteAlhamdulillah, Matur nuwun Bu Tien.
ReplyDeleteMugi2 panjenengan tansah ginanjar kasarasan, kabegjan, karaharjan sahengga saget paring lelipur dumateng para sutrisno carita sambung.. 👃
Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~07 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..🙏
ReplyDeleteAlhmdllh...terima kasih ..
ReplyDeleteMatur nuwun Bunda
ReplyDeleteSaya bacanya deg2an .... sugeng ndalu poro sederek
ReplyDeleteMasyaAllah.
ReplyDeleteSdh dibuat deg2 an sama Bunda Tien...terimakasih bunda..sehat selalu
Lama nggak komen nih, apa kabar ibu Swisti
DeleteMatur nuwun Mbak Tien sayang. CBE 7 sudah hadir. Smoga Mbak Tien selalu sehat wal'afiat.
ReplyDeleteMatur nuwun, bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien Cintaku Bukan Empedu 07 sdh tayang
ReplyDeleteMoga bu Tien sekeluarga sehat sll
Salam dari Bojonegoro
Alhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .
ReplyDeleteAlhamdulilah bu tien... semoga sehat selalu ...
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat dan bahagia selalu
Matur suwun bunda Tien ...sehat2 selalu .
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien, Alhamdulilah sudah sehat kembali dan bisa melaksanakan ibadah di bulan penuh rahmat dan ampunan dengan lancar...
ReplyDeleteAlhamdulilah, matur nuwun mbakyu Tienkumalasari, cerbung udh tayang (hampir seminggu tdk bisa coment) kangen selamat menjalankan ibadah puasa sehat² sll inggih , wassalam dari Tanggamus, Lampung
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteMakasih mba Tien.
ReplyDeleteSehat selalu mba. Aduhai
Alhamdulillahi rabbil'alamiin
ReplyDeleteTerima kasih bu tien ..... semoga bu tien sehat2 selalu
Alhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bu Tien
ReplyDeleteSeruuuu,,,,kita tunggu selanjutnya 🤗🥰
Semoga aja wajahnya gak di mirip2 kan dgn Narita......
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bu Tien
ReplyDeletesehat dan bahagia selalu bu Tien . .