Friday, March 24, 2023

CINTAKU BUKAN EMPEDU 03

 

CINTAKU BUKAN EMPEDU  03

(Tien Kumalasari)

 

Aliyah menoleh, melihat pak RT berdiri di dekat pagar. Aliyah merasa aneh, karena pak RT tidak mau mendekat. Lalu Aliyah menoleh ke arah Pinto yang sudah dipersilakannya duduk di kursi.

“Sebentar ya Mas, itu pak RT,” katanya sambil melangkah cepat mendekati pak RT.

“Ya Pak RT?”

“Itu siapa?”

“Itu teman saya, tadi membantu beli bohlam, karena lampu serambi semalam mati,” terang Aliyah.

“O, teman?”

“Iya. Apakah pak RT sudah mendapatkan pekerjaan untuk saya?” Aliyah mencoba menebak dengan harap-harap cemas.

Tapi pak RT menggeleng.

“Aku mau minta tolong sama kamu.”

“Oh iya Pak, apa yang harus saya bantu?”

“Datanglah ke rumah, istriku sedang pergi.”

“Bu RT ke mana?”

“Biasa, mengurus arisan, aku sedang tidak enak badan, aku tunggu ya,” kata pak RT sambil berlalu.

“Tapi … saya sedang ada tamu Pak. Nanti bisa kan?”

“Tolonglah Yah,” kata pak RT sambil terus berlalu.

“Ya ampuun, sakit sekali kah? Kenapa buru-buru? Lalu aku harus melakukan apa di sana?” gumamnya pelan..

Aliyah tidak mengerti, mana yang harus dia lakukan. Membantu pak RT dengan meninggalkan Pinto? Masa dia harus mengusir Pinto?

“Semoga tidak banyak yang harus aku lakukan, biar saja aku meninggalkan mas Pinto sebentar,” gumam Aliyah pelan. Lalu ia bergegas mendekati Pinto.

“Mas, aku tinggal sebentar ya."

“Mau ke mana?”

“Pak RT minta tolong sebentar, katanya. Aku segera kembali,” kata Aliyah sambil membalikkan badan, bergegas menuju ke rumah pak RT.

Aliyah memasuki rumah yang tampak sepi, tapi pintunya terbuka. Ragu-ragu Aliyah berdiri di depan pintu.

“Pak …”

“Masuklah Yah,” suara pak RT dari dalam.

Aliyah masuk. Ia belum pernah masuk ke rumah itu. Walaupun tidak besar, tapi ia tidak tahu, dari arah mana pak RT memanggilnya.

Ia masuk perlahan, dan mencari-cari. Ia sampai di ruang makan, tapi tak tampak pak RT di setiap ruang.

“Yah,” terdengar pak RT memanggil.

“Bapak di mana?”

“Di kamar, depan ruang tamu itu, pintunya terbuka sedikit.”

Aliyah membalikkan badannya menuju ke arah depan. Memang ada kamar setengah terbuka di sana, tapi Aliyah ragu-ragu untuk memasukinya.

“Yah, masuklah.”

Aliyah termangu. Masa dia harus masuk kamar pak RT, sementara istrinya tidak ada di rumah? Aliyah memang masih gadis lugu, tapi ia tahu, mana yang pantas dilakukan, dan mana yang tidak.

“Yah, tolong masuklah, aku tak tahan lagi,” kata pak RT lagi dari dalam.

Aliyah mendorong pintu pelan. Tampaknya pak RT benar-benar butuh pertolongan. Yang dia heran, kalau sakit, mengapa memanggil dirinya, dan bukan dokter? Walau begitu Aliyah mendorong pintunya lebih lebar. Lalu dia melihat pak RT sedang terbaring.

“Ada apa Pak?”

“Tolong kerikin aku ya.”

“Apa?” Aliyah terkejut. Dia bukan tukang kerik. Lagi pula dia seorang gadis, dan pak RT itu laki-laki. Memang sudah setengah tua, tapi Aliyah merasa tidak pantas, karenanya dia masih berdiri termangu di depan pintu.

“Tolong Yah.”

“Kenapa tidak menunggu bu RT saja?”

“Aku sudah tidak tahan, Yah. Kalau rasanya begini, tidak bisa mereda kalau tidak di kerik,” kata pak RT setengah memaksa.

“Tap … pi … saya tidak bisa mengerik.”

“Yah, bagaimana ini,” kata pak RT setengah mengeluh.

“Maaf, sungguh saya tidak bisa.”

“Kalau begitu gosok saja dengan minyak. Itu, sudah aku siapkan di atas meja kecil.”

Aliyah menatap ke arah meja kecil yang ditunjuk, dan melihat ada minyak gosok terletak di sana. Aliyah bingung. Ia enggan menyentuh tubuh pak RT yang bukan mahram nya. Tapi ada rasa kasihan, melihat pak RT tampak kesakitan.

Ia segera mengambil botol minyak itu, dan membukanya, lalu mendekat ke arah tempat tidur.

“Sini, agak dekat, tolong gosokkan di punggung, agak keras ya. Nanti aku beri 

 kamu uang.”

“Tidak Pak, saya tidak minta uang,” kata Aliyah sedikit kesal, tapi juga kasihan, mendengar suara pak RT tampak kesakitan.

“Ya sudah, cepat gosok Yah,” kata pak Rt yang sudah membuka baju bagian atasnya, lalu tidur tengkurap.

Tangan Aliyah gemetar.

“Ya Tuhan, aku melakukannya karena kasihan, dia sakit.”

“Agak keras Yah, tanganmu halus sekali.”

Aliyah menumpahkan minyak agak banyak dipunggung kehitaman itu, lalu menggosoknya merata. Kemudian dia mundur sambil menutup botol minyak itu, meletakkannya kembali di meja.

“Kok sudah Yah?”

“Sudah merata Pak, maaf, saya ditunggu tamu saya.”

“Dia masih menunggu? Apa dia pacar kamu?”

“Bukan Pak, hanya teman baik.”

“Tanganmu halus sekali Yah. Oh ya, ini uang untuk kamu,” kata pak RT, sementara Aliyah sudah melangkah ke arah pintu.

“Tidak usah Pak, terima kasih.”

“Kamu kan butuh uang, untuk kebutuhan kamu sehari-hari, sementara kamu belum punya pekerjaan.”

“Uang yang kemarin Bapak berikan masih ada. Maaf Pak, saya pamit dulu,” kata Aliyah memaksa, lalu keluar sambil menutupkan kembali pintunya.

Ia bergegas pulang, dan melihat Pinto masih duduk di serambi rumahnya.

“Maaf ya Mas, kelamaan kah?”

“Tidak? Kok bau minyak angin?”

“Iya, aku cuci tangan dulu ya,” kata Aliyah langsung beranjak ke belakang untuk mencuci tangannya dengan sabun. Bau minyak masih sedikit tercium ketika dia kembali keluar menemui Pinto.

“Minyaknya keras sekali.”

“Pak RT masuk angin, aku disuruh ngerik, tapi aku tidak bisa, jadi hanya menggosoknya saja.”

“Oh, apa dia tidak punya istri?”

“Istrinya sedang pergi, dia tak tahan rasa sakitnya, entahlah, sebenarnya aku enggan, tapi dia tampak kesakitan, jadi ya aku lakukan. Masih bau ya?”

“Sedikit, tapi tidak apa. Aku heran, pak RT menyuruh kamu menggosok tubuhnya.”

“Dia sudah setengah tua, aku hanya membantu. Tapi lain kali aku tak akan mau. Tadi seperti dipaksa.”

“Kamu dipaksa?”

“Dipaksa oleh keadaan. Dia tampak kesakitan begitu.”

“Lain kali kamu harus hati-hati,” cetus Pinto tiba-tiba.

“Memangnya kenapa?”

“Dia, walaupun sudah tua, tapi tetap laki-laki, sementara tidak ada orang lain di situ. Bukan menuduh dia akan melakukan hal yang tidak pantas, tapi hal itu bisa saja terjadi.”

“Begitu kah?”

“Kamu gadis yang masih polos. Laki-laki itu punya setan yang selalu mengipasinya untuk melakukan hal-hal yang tidak pantas.”

“Apa? Apa Mas juga punya setan?”

“Tergantung orangnya. Gampang terkena bujukan setan, atau tidak. Ada yang suka digoda setan, karena dosa itu nikmat. Tapi orang beriman akan bisa menahan apapun agar tak terjerumus ke dalam dosa.

Aliyah melongo. Jadi bisa saja tadi pak RT melakukan hal yang tidak pantas? Tapi dia sakit kok, aku kasihan, walau sebenarnya nggak suka melakukannya,” kata batin Aliyah.

“Kemarin, waktu di kamar Mas, aku juga takut, kalau ….”

“Kalau aku terbujuk oleh setan itu?”

Aliyah tersenyum. Nyatanya Pinto laki-laki baik, yang tetap menjaga diri dari godaan setan itu.

“Terima kasih, Mas telah menjaga aku.”

“Baiklah, ini sudah hampir maghrib, aku harus pulang,” kata Pinto sambil berdiri.

“Aku belum membuatkan minum untuk Mas,” sesal Aliyah.

“Tidak apa-apa, tempat kost ku kan dekat, seperti tamu saja. Oh ya, nanti kalau ada pekerjaan untuk kamu, aku akan segera mengabari kemari.”

“Terima kasih banyak, Mas.”

Aliyah mengantarkan Pinto sampai ke depan rumah, lalu masuk ke dalam karena mendengar Adzan mulai mengalun.

***

Bu RT pulang dari arisan atau entah apa, ketika Maghrib telah berlalu. Ia melihat suaminya duduk di ruang tamu, menyaksikan acara televisi.

“Kok bau minyak angin sih pak? Bapak sakit?”

“Agak kurang enak badan.”

“Mau di kerik ?”

“Tidak usah, sudah aku gosok sama minyak, agak mendingan.”

“Bapak gosok sendiri?”

“Iya, kamu tidak pulang-pulang,” kata pak RT berbohong. Kenapa ya, pak RT harus berbohong?

“Sekarang sudah baikan?”

“Sudah. Kamu bawa apa?”

“Beli sate lontong, untuk makan malam kita nanti, kan siang tadi aku tidak sempat memasak, karena harus membelikan snack untuk keperluan arisan.”

“Kalau begitu kamu butuh pembantu.”

“Tidak terlalu butuh Pak, ngirit dong, bayar pembantu itu tidak murah,” kata bu RT sambil melangkah ke belakang, meletakkan bungkusan lontong di meja makan, kemudian kembali menemani suaminya, duduk.

“Benar, ngirit, tapi kalau kebutuhan rumah tangga terbengkalai, gara-gara kamu sibuk mengurusi organisasi di luar sana, bagaimana?”

“Cuma sesekali saja kok Bapak bilang terbengkalai, sih.”

“Aku itu kan sebenarnya memikirkan kamu sih Bu, silakan saja kalau kamu mau aktif diluaran, kasihan juga kalau di rumah terus, melayani aku, pasti membosankan, ya kan?”

“Eh, Bapak kok ada-ada saja, masa istri bosan sama suami?”

“Maksudku, supaya kamu juga bisa bergaul dengan teman-teman kamu di luar. Kamu kan ibu RT, sering diajak ke sana, kemari.”

“Lha terus maksud Bapak itu apa? Karena itu, lalu tugas aku di rumah jadi terbengkalai, begitu?”

“Ibu itu kok terus seperti kesal begitu, aku itu hanya memikirkan Ibu. Maksudku, supaya tidak kecapekan, dan rumah juga terurus, ada baiknya Ibu meminta Aliyah untuk membantu, gitu lhoh.”

“O, itu. Memang sih, selama Aliyah belum mendapat pekerjaan, biar saja, sewaktu-waktu ibu meminta tolong untuk membantu. Lalu memberikan uang ala kadarnya, dan makan, pastinya.”

“Na, itu maksudku Bu, supaya Ibu tidak terlalu capek, kecuali itu sekaligus bisa membantu orang yang membutuhkan. Ya kan?”

“Iya, aku mengerti Pak. Gampang, nanti kalau memang dia belum mendapat pekerjaan, biar aku suruh bantu-bantu.”

“Besok ibu kasih tahu dia saja.”

“Bapak apa belum ketemu sama siapa itu, Rusdi atau siapa, yang mau Bapak titipin Aliyah untuk ikut bekerja di restoran?”

“Belum ada keterangan, aku sudah bilang sama dia.”

“Semoga segera mendapat pekerjaan. Kalau bantu-bantu di rumah kita, uangnya kan hanya ala kadarnya. Sementara ini dia masih punya uang, tapi nanti kalau habis kan kasihan.”

“Nanti aku tanyakan lagi.”

***

Pagi hari itu, ketika bu RT menyajikan minuman hangat untuk suaminya, dilihatnya sang suami sedang bertelpon, entah dengan siapa. Bu RT hanya mendengar akhir dari percakapan itu.

“Iya, aku tahu, nanti aku sampaikan. Terima kasih banyak ya.” Lalu pak RT menutup pembicaraan itu.

“Hm, Aliyah akan mendapat pekerjaan, baru saja aku mendapat kabar kalau ada lowongan di rumah makan itu. Tapi kalau Aliyah bekerja, aku jadi jarang bertemu dong. Memang aku ini gila. Sejak melihat Aliyah setelah neneknya meninggal, aku merasa bahwa ternyata Aliyah itu sangat cantik. Hanya saja terlihat kumuh, karena tidak terawat. Kalau saja dia berdandan dengan baju ersih, pakai bedak, sedikit lipstik, istriku pasti kalah. Aduh, aku ini kenapa, tiba-tiba punya pikiran yang begini terhadap Aliyah. Kemarin itu, waktu dia aku suruh mengerik punggungku, sebenarnya aku ingin mengutarakan, bagaimana kalau dia menjadi istri muda aku saja. Yah, pasti ibunya anak-anak akan marah, tapi aku bisa melakukannya dengan diam-diam, siapa tahu, Aliyah yang masih lugu itu mau menerima aku. Bukankah yang penting adalah bahwa dia bisa hidup cukup. Tak apa-apa kalau aku menyisihkan sedikit uang untuk dia, supaya_”

“Pak, habis menerima telpon dari siapa? Kok terus melamun begitu?” tanya bu RT sambil meletakkan gelas-gelas berisi kopi untuk sang suami.

“Eh, apa?” pak RT tentu saja terkejut.”

“Bapak itu lho, habis menerima telpon dari siapa, kok terus melamun begitu?”

“Eh, itu Bu, agak sedih aku.”

“Kenapa sedih?”

Pekerjaan untuk Aliyah ternyata belum ada.”

“Itu tadi mengabari tentang lowongan pekerjaan?”

“Iya, dia bilang belum ada lowongan untuk Aliyah.”

“Ya sudah, mengapa Bapak harus sedih? Memang belum ada pekerjaan kan janjinya akan di suruh membantu-bantu di rumah kita, kalau kebetulan aku sedang ada perlu, ya kan?”

“Ya sudah, itu lebih baik. Wah, ini kopinya kok kurang manis Bu,” kata pak RT setelah menyeruput kopinya.

“Apa iya? Sebenarnya ukuran gulanya sudah sama tuh. Mana, biar ibu tambah lagi.”

***

Aliyah sedang bersih-bersih rumah, hari-hari terakhir ini ia selalu menghitung-hitung sisa uangnya. Uang duka saat neneknya meninggal yang diberikan pak RT. Masih cukup sih, kalau hanya untuk hidup sendiri selama sebulan lagi. Tapi bagaimana kalau uangnya habis dan dia belum mendapat pekerjaan?

Pagi hari itu Pinto mau mengunjungi Aliyah, karena kebetulan dia dinas sore. Ia membawa bungkusan berisi nasi dan lauknya barangkali Aliyah belum sarapan. Tapi sebelum ia masuk ke halaman rumah Aliyah, seseorang mencegatnya.

“Mas, berhenti dulu Mas,” katanya.

Pinto berhenti, menatap laki-laki setengah tua yang sepertinya pernah dilihatnya beberapa hari yang lalu.

“Mas mau ke mana?”

“Mau ketemu Aliyah Pak. Bapak kan pak RT ya?”

“Nah, bagus kalau Aliyah sudah memberi tahu. Tapi sayangnya Aliyah sedang tidak ada di rumah.”

“Oh, kemana dia?”

“Saya tidak tahu, pokoknya rumahnya kosong. Mungkin dia mencari pekerjaan, jadi sebaiknya Mas pulang saja.”

***

Besok lagi ya.

 

 

 

 

40 comments:

  1. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien🌷🌷🌷🌷🌷

    ReplyDelete
  2. 🪷🌿🪷🌿🦋🌿🪷🌿🪷
    Alhamdulillah CBE 03 telah
    hadir.Matur nuwun Bu Tien.
    Semoga sehat selalu &
    tetap smangaats.
    Salam Aduhai...
    🪷🌿🪷🌿🦋🌿🪷🌿🪷

    ReplyDelete
  3. Matur nuwun bu Tien....
    Salam SEROJA dan tetap ADUHAI.

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah...
    Maturnuwun, salam sehat selalu...

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah CBE 03 sdh tayang
    Trimakasih bu Tien
    Moga sehat sll

    ReplyDelete
  6. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  7. Horee...Aliyah tayang awal. Matur nuwun, ibu Tien. Salam sehat selalu. 🙏😘

    ReplyDelete
  8. Matur nuwun bunda Tien...🙏

    Dalam Sehat Selalu...

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah, matur nuwun, sehat dan bahagia selalu bunda Tien . .

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah CINTAKU BUKAN EMPEDU~03 sudah hadir, terimakasih semoga tetap sehat bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  11. Sugeng ambal dinten kelairan panjenengan. Mugi tansah sehat, tetep semangat, sukses dan bahagia selalu. Aamiin

    ReplyDelete
  12. Alhamdulillah plg tarawih makmal tyt CBE03 sdh tayang...trmksh mb Tien. Slm seroja sll utk mb Tien d para pctk dmnpun berada.🤗

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah tayang sugeng ndalu bu Tien

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah
    Pulang taraweh Cintaku sdh ada
    Matur nuwun buTien

    ReplyDelete
  15. Wah seru nih,baru episode 3 pak RT yang sudah beristri jatuh hati sama Aliyah yg masih muda belia ,Salam Aduhai buat mbak Tien dari Neni Tegal

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah..sdh tayang.. mulai bkin gregetan... trma kasihMbu tien....

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah, matur nuwun mbak Tien cerbung CBE Eps. 03 sudah tayang gasik.
    Salam sehat dan salam hangat untuk keluarga.

    ReplyDelete
  18. Matur nuwun mbak Tien-ku, CBE sudah tayang.

    ReplyDelete
  19. Terima kasih Bunda , salam sehat dan penuh semangat menjalankan Ibadah puasa

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah CBE-03 sdh hadir
    Terima kasihvBunda Tien, semoga Bunda sehat dan bahagia selslu.
    Aamiin

    ReplyDelete
  21. Oalah pak RT...mbok ya nyebut, satu istri saja tidak habis mau nambah??
    ... tiba-tiba Aliyah muncul dan menyapa Pinto yang sudah balik kanan...
    ... dan pak RT dipanggil istrinya...
    begitulah harapanku.
    Salam sukses mbak Tien yang ADUHAI, semoga selalu sehat, aamiin.

    ReplyDelete
  22. Terima kasih Bu Tien.... salam sehat selalu.....
    Baru2 udah dibikin kesal sama pak RT, kasihan Pinto...

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah
    Cintaku sdh ada
    Matur nuwun buTien

    ReplyDelete
  24. Hah,...pak RT Ndak ada akhlak .
    Jangan sampai Aliyah terjebak .
    Makasih mba Tien.

    ReplyDelete
  25. Sebenarnya Pinto mau percaya apa yang dikatakan oleh oknum RT itu, tapi karena Iyah kemaren cerita yang terjadi sampai bau balsem menyeruak, disitulah ketidak percayaan Pinto pada oknum RT yang jelas tingkahnya nggak bener, mencari celah agar bisa sekedar merasakan halusnya tangan perawan kencur yang sudah sebatangkara, nah kan bener ini oknum RT yang harusnya melindungi warganya; malah ingin meraih sesuatu yang sangat tidak terpuji.
    Panggilan dari rumah itu yang membuat mentheleng mata Pinto dengan sedikit mencibir melangkah kerumah Iyah.
    Kala itu Pinto mengingatkan agar hati hati, mengisyaratkan yang dinamakan setan sudah rajin mengawal dan pernah berhasil dapat merasakan sentuhan lembut tangan perawan kencur itu; dari situ, mulai mencari-cari celah; agar dapat ulangan, mau cari nilai kelulusan ngkali ya.
    ADUHAI

    Terimakasih Bu Tien
    Cintaku bukan empedu yang ke tiga sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku
    Sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
    🙏
    b

    ReplyDelete
  26. Assalamualaikum wr wb..slnt pgii bundaqu..terima ksih CBE nya..slm seroja dan tetap Aduhaai driskbmi🙏😘🌹

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 42

CINTAKU JAUH Di PULAU SEBERANG  42 (Tien Kumalasari)   Arum terkejut, sekaligus tersipu. Ia melihat Listyo turun dari mobil dan menghampirin...