Thursday, March 24, 2022

BUKAN MILIKKU 21

 

BUKAN MILIKKU  21

(Tien Kumalasari)

 

“Hallo Mas..” sapa Wuri.

“Kamu lagi dimana?” tanya Wahyudi dari seberang.

“Lagi di rumah sakit.”

“Di rumah sakit? Siapa yang sakit?”

“Aku. Ini ada Mbak Retno.”

“Retno?” tanya Wahyudi terkejut.

“Iya, mau ngomong?” tanya Wuri, tapi Retno menggoyang-goyangkan tangannya, tanda ia tak ingin bicara.

“Ini, sebentar saja,” kata Wuri berbisik.

Retno kembali menggoyang-goyangkan tangannya.

“Ya sudah Mas, bicara nanti saja kalau aku sudah dirumah. Eh, kamu menelpon mau ngomong apa?”

“Mau ngomong hari Minggu aku pulang, tolong suruh orang bersihin rumah.”

“Tidak perlu, semua sudah aku lakukan.”

“Betul?”

“Ya.”

“Ya sudah, aku lanjutkan pekerjaan aku. Lagi lembur nih.”

Dan pembicaraan terputus begitu saja.

“Ih, tiba-tiba ditutup sih,” kesal Wuri.

“Mengapa Mbak Retno tidak mau bicara? Mas Yudi pasti senang,” protes Wuri.

“Nggak usah, lebih baik begitu.”

“Mbak sudah melupakan Mas Yudi?”

“Ya enggak. Masa lupa.”

“Maksudnya … kan dulu saling mencintai ….”

“Dia akan segera menemukan gadis yang lebih baik dari aku.” Kata Retno sendu.

“Mas Yudi masih selalu teringat Mbak Retno, kalau sudah begitu, wajahnya langsung sedih. Dia belum bisa sepenuhnya melupakan Mbak Retno.”

Retno menghela napas.

“Ada garis nasib yang membuat semuanya jadi seperti ini.” kata Retno pilu.

“Maksudnya … takdir?”

“Siapa yang bisa mengingkari takdir? Berusaha semampu apapun, semua akan bermuara kepada yang namanya takdir.”

“Tapi Mbak Retno bahagia kan?”

“Bagaimana kamu bisa berkata begitu?”

“Memiliki suami tampan, murah senyum, baik hati ….”

“Kamu sudah tahu suami aku?”

“Lha itu, Mas Budi ….” kata Wuri.

“Dia bukan suami aku.”

“Bukan ?”

“Dia adiknya.”

“Kok kemana-mana sama dia?”

“Suamiku ada di Jakarta.”

“Kok nggak ikut?”

Wuri memang cerewet, dan itu berlaku bagi siapapun yang ditemuinya. Dia juga gampang akrab. Retno senang berbincang dengannya. Tapi dia tak suka saat Wuri menanyakan tentang suaminya.

Untunglah saat itu Budi sudah kembali. Dia membayar seluruh beaya perawatan dan obat yang diberikan dokter.

“Sudah selesai, ayo aku antarkan pulang. Ini obatnya. Sudah ada aturannya.”

“Tadi habis berapa? Aku akan minta ibu untuk menggantinya.”

“Tidak usah diganti, ayolah,” kata Budi yang langsung berjalan menjauh untuk mengambil mobilnya.

“Tunggu di lobi saja,” katanya sambil menjauh.

“Ya ampun Mbak, dia baik sekali. Tadi membelikan saya baju, lalu membayar semuanya, aku jadi sungkan dong.”

“Budi merasa bersalah karena menabrakmu, sehingga kamu terluka. Jadi jangan dipikirkan, Dia yang harusnya sungkan,” kata Retno yang berjalan menuntun Wuri ke arah lobi.

“Aku juga salah, menunggu ojol kok berdiri dekat mobil orang,” gumam Wuri.

***

“Mengapa Budi belum pulang? Ini sudah jam delapan kurang,” tanya pak Siswanto sambil melihat ke arah jam dinding di ruang keluarga.

“Mungkin ada pekerjaan yang belum selesai.”

“Tidak ada, aku baru saja menelpon kantor, Budi sudah pulang sejak jam lima sore. Aku suruh dia mengantarkan aku, malah belum pulang sampai jam segini.”

“Barangkali menjemput Retno.”

“Memangnya Retno kemana? Tidak pamit sama aku.”

“Dia berangkat pagi, bapak belum bangun. Dia kangen sama ibunya.”

“Mengapa Budi harus menjemputnya?”

“Ya tidak apa-apa kan Pak, kasihan Retno, suaminya tidak ada disini.”

“Tapi dia kan bisa naik taksi atau ojol.”

“Memangnya salah apa Retno? Budi dengan suka rela mau mengantar dan menjemputnya.”

“Aku tidak ingin Budi keterusan.”

“Keterusan bagaimana maksud Bapak?”

“Budi itu laki-laki, Retno itu perempuan. Kalau lama-lama Budi suka, bagaimana?”

“Masa Budi serendah itu, menyukai kakak iparnya? Tidak tampak tanda-tanda itu, Budi sangat menghargai Retno.”

“Lama-lama bisa saja hal itu terjadi. Bukan apa-apa sih, tapi seandainya nanti Retno sudah dicerai Sapto, aku juga tidak suka kalau Budi kemudian menyukai Retno.”

“Bapak kok berpikir bahwa Sapto akan menceraikan Retno?”

“Retno kan tidak suka sama Sapto.”

“Apapun itu, mereka suami isteri, dan aku tidak berharap mereka bercerai. Retno itu wanita yang baik. Kalau boleh memilih, aku lebih memilih Retno daripada Kori.”

“Apa kamu bermimpi? Kori gadis terpandang, orang tuanya juga bukan orang sembarangan. Lha Retno itu anaknya orang apa? Ayahnya hanya buruh pemotong kayu di tempatku.”

“Bukan karena dia anak siapa. Tapi aku melihat kelakuannya. Kori sangat kasar dan terkadang tidak menghormati orang tua, sedangkan Retno begitu lembut dan santun.”

“Omong kosong apa itu. Aku tidak suka.”

“Bapak melihatnya dari derajat orang tuanya, tidak melihat kelakuannya.”

“Kori itu pantas dikasihani.  Apa Ibu lupa? Dia tidak bisa memiliki anak karena kecelakaan itu. Kita harus bisa mengobati rasa kecewanya, dengan memberinya seorang anak.”

Bu Siswanto merasa kesal, lalu meninggalkan suaminya sendirian.

***

“Nak, terima kasih banyak karena telah menolong Wuri, bahkan membayar semua beaya dan obat untuk dia,” kata bu Mantri ketika Budi dan Retno mengantarkan Wuri pulang.

“Mengapa Ibu berterima kasih, ini kesalahan saya Bu,” kata Budi.

“Wuri yang salah Bu, berdiri di dekat mobilnya Mas Budi.”

“Kamu itu memang sembrono, selalu tidak hati-hati.”

“Sudah Bu, jangan dimarahi lagi. Kasihan, dia sudah kesakitan,” sambung Retno.

“Ya sudah, kami permisi dulu ya Bu. Wuri, minum obatnya dan oleskan salepnya, mudah-mudahan tidak sampai melepuh,” pesan Budi.

“Ya mas.”

Wuri mengantarkan ke pintu ketika Budi dan Retno berlalu.

“Lha ini kok kamu masih membawa bakso lagi Wuri? Katanya baksonya tumpah?”

“Ya itu Bu, mereka memaksa beli lagi setelah dari rumah sakit.”

“Kamu itu lain kali harus hati-hati. Sakit sekali kan kaki kamu?”

“Tadi sangat perih dan panas Bu, tapi setelah diberi salep kemudian sudah berkurang sakitnya. Tapi kata dokternya tidak boleh terkena air. Nggak mandi dong aku.”

“Ya harus sabar. Paling dua tiga hari akan pulih.”

“Ya ampun Bu, yang namanya Mas Budi itu ganteng sekali ya?”

“Hush. Kamu itu. Nggak pantas  memuji-muji suami orang.”

“Itu bukan suaminya Bu, itu adik iparnya.”

“Oh, Ibu kira suaminya.”

“Makanya Wuri bilang dia ganteng. Kan dia memang ganteng? Besok kalau Wuri punya pacar, penginnya yang ganteng kayak Mas Budi.”

“Jangan cari yang ganteng Wuri. Cari yang baik, setia, bertanggung jawab.”

“Dan ganteng. Lebih lengkap kan Bu?”

“Tapi manusia itu pasti ada kekurangannya. Tidak ada manusia yang sempurna.”

“Paling tidak ya mendekati, gitu lhoh Bu.”

“Kamu itu sudah pengin punya pacar? Jangan cari pacar, cari suami. Nanti Ibu yang carikan.”

“Eh, ogah. Kayak jaman Siti Nurbaya saja.”

“Ya sudah, mohon kepada Allah agar diberikan jodoh yang baik, yang bisa menjadi imam di keluarga.”

“Iya Bu. Sekarang ayo di santap baksonya, keburu dingin.”

***

Malam itu Wahyudi kembali menelpon Wuri.

“Ada apa sih Mas, aku sudah ngantuk nih.”

“Baru jam delapan lebih, sudah ngantuk?”

“Iya tuh, mungkin karena pengaruh obatnya.”

“Nah, itu. Kamu belum cerita mengapa kamu tadi di rumah sakit.”

“Aku ketumpahan bakso panas.”

“Apa? Kok bisa? Terus … di rumah sakit ketemu Retno?”

“Bukan, aku ditabrak suaminya … eh … bukan … adik iparnya Mbak Retno, saat aku membawa bungkusan bakso. Baksonya tumpah, kakiku panas dong dari paha sampai ke bawah.”

“Lalu mereka membawa kamu ke rumah sakit?”

“Iya. Dan dibelikan baju sama Mas Budi yang ganteng itu, karena bajuku basah dan bau bakso.”

“Kok bisa ketabrak?”

“Kamu kayak wartawan saja, pertanyaannya banyak sekali.”

“Ya ampun, kan cuma bertanya tentang kejadiannya. Bagaimana kamu bisa ditabrak?”

“Aku sedang menunggu ojol, karena tidak membawa kendaraan sendiri. Tapi aku berdirinya tuh di dekat mobilnya mas ganteng tadi. Ketika dia mau naik  ke mobilnya, tiba-tiba menabrak aku. Baksonya tumpah dong, padahal masih sangat panas.”

“Kasihan kamu nak.”

“Ih, kok nak sih.”

“Katamu aku sudah tua.”

“Ya sudah, terserah kamu saja. Sekarang aku mau tidur.”

“Eit, nanti dulu. Retno ngomong apa sama kamu?”

“Nggak ngomong apa-apa.”

“Masa, sedikitpun nggak ngomongin aku?”

“Yeeey, penasaran ya. Kan kamu sudah janji mau melupakan dia. Dia juga sudah lupa sama Mas.”

“Masa?”

“Iya. Perutnya sudah kelihatan besar, tampaknya dia hamil.”

“Ya sudah, sekarang tidur saja kamu.”

“Baiklah, tapi jangan sedih ya, aku menyesal tadi bilang ada mbak Retno di dekat aku.”

“Nggak apa-apa.”

“Eh, besok Minggu benar, mau pulang?”

“Iya, melihat rumah, dan kamu.”

“Memangnya kenapa aku dilihat-lihat.”

“Kangen, tahu.”

“Ih nggak enak banget dikangenin orang tua.”

“Tuh, kumat deh. Ya sudah, tidurlah.”

Wuri menutup ponselnya, dan merasa menyesal telah membicarakan Retno saat di rumah sakit. Ia tahu bahwa Wahyudi pasti akan kembali mengingatnya dan merasa sedih.

***

“Budi, kok sampai malam, tadi ayahmu nungguin kamu.”

“Bapak pergi?”

“Akhirnya pergi sendiri. Tadinya kamu disuruh mengantarkan. Tapi karena kamu nggak pulang-pulang jadinya berangkat sendiri.”

“Kemana sih Bu?”

“Ibu nggak tahu, ayahmu kan begitu, kalau pergi nggak mau mengatakan kemana perginya.”

“Tadi menjemput mbak Retno sepulang dari kantor, terus Budi pengin makan bakso, ee disitu Budi menabrak orang, padahal orang itu juga baru saja beli bakso mau dibawa pulang. Jadinya bakso itu tumpah, mengenai kaki orang itu.”

“Lalu bagaimana? Melepuh dong karena panas.”

“Budi cepat-cepat membawanya ke rumah sakit, untungnya tidak sampai melepuh. Mungkin karena bajunya agak tebal sehingga mengurangi panasnya.”

“Jadi sampai malam karena menunggui dia di rumah sakit?”

“Iya Bu.”

“Retno pasti capek.”

“Sudah Budi suruh istirahat sekarang. Barangkali juga tidak ikut makan malam, kami kenyang makan bakso tadi.”

“Ya sudah, biarkan dia istirahat. Tadi pagi begitu kalian berangkat, tidak lama ayahnya Retno datang.”

“Oh, mencari mbak Retno?”

“Ibu tidak menemuinya. Bicara sama ayahmu, entahlah. Paling-paling minta uang.”

Budi mengangkat pundaknya.

“Budi mau mandi dulu Bu, gerah.”

“Mandi sana, dari pagi belum mandi.”

***

“Besok aku mau ke luar kota,” kata Sapto malam itu.

“Kemana ?”

“Semarang. Ada pembicaraan penting dengan perusahaan  besar.”

“Aku ikut.”

“Bagaimana kamu mau ikut? Ini urusan proyek besar yang sedang aku tangani.”

“Kalau dia di Semarang, mengapa tidak mengambil yang di Solo saja?”

“Dulu aku yang mengajukan penawaran. Bukan dari Solo. Waktu itu Solo masih belum dipegang Budi. Bapak mengurusi banyak anak cabang sendiri.”

“Berapa lama Mas perginya?”

“Paling hanya satu atau dua hari.”

“Mampir ke Solo kan?”

“Kamu tuh, pasti begitu.”

“Pastinya iya, kan sudah dua bulan lebih tidak ketemu. Pasti rindu dong.”

“Tidak.”

“Awas ya, jangan bohong.”

“Jangan membuat aku marah. Lama-lama aku bosan kamu bicara tentang itu-itu saja,” kesal Sapto.

“Mas tahu kan, itu karena aku sangat mencintai Mas. Aku takut kehilangan Mas.”

“Kalau begitu berperilakulah yang baik, dan jangan membuat aku marah,” kata Sapto sambil masuk ke dalam kamar.

Kori mengikutinya, tapi Sapto mengacuhkannya. Sudah lama Sapto ingin pulang, dan sekarang mendapat akal untuk bisa mengelabui isterinya.

Sapto tersenyum dalam hati, kali ini kerinduannya akan terobati. Ia tidur membelakangi Kori. Kori memeluknya dari belakang, tapi tubuh itu seakan membeku.

***

“Yu kali ini biar aku yang memasak ya, yu Asih nungguin aku saja.”

“Kok sekarang bu Retno jadi rajin memasak. Ibu kan sudah menegur.”

“Tidak apa-apa Yu, masa aku harus makan dan tidur saja setiap hari. Lagi pula ibu bilang masakanku enak kan?”

“Iya sih Bu, memang harus diacungi jempol Bu Retno ini. Baru sehari dua hari belajar masak, sudah hebat masakannya. Bapak juga diam-diam suka. Tapi bapak itu kan pendiam, jadi tidak mengatakan apa-apa.”

“Kalau begitu dari mana Yu Asih tahu bahwa bapak suka?”

“Lha kalau nggak enak masa nambah beberapa kali? Yu Asih kan selalu nungguin kalau bapak sama ibu lagi makan?”

“Iya, aku tahu. Syukurlah kalau tidak mengecewakan. Tapi kan biasanya aku dibantu Yu Asih saat menyiapkan bumbu-bumbunya. Sekarang aku mau masak sendiri, semuanya aku yang membumbui, Yu Asih hanya memotong-motong sayur atau menggoreng apa yang perlu di goreng, sayurnya aku yang masak. Ya Yu?”

“Baiklah, sekarang Yu Asih siapkan semuanya di meja, terserah Bu Retno, Yu Asih mau nggoreng tempe sama tahu ya.”

“Aku mau masak kare ya Yu.”

“Siap, semua bahannya sudah ada disitu. Tapi nanti putranya bu Retno ini kayaknya perempuan deh.”

“Kelihatan karena aku suka masak?”

“Iya.”

“Kata orang juga begitu Yu, tapi laki-laki atau perempuan, bagiku itu adalah anugerah.”

“Iya Bu, harus diterima dengan penuh syukur.”

“Benar. Oh ya Yu, kupas kentangnya dulu saja, aku mau nyiapin bumbu.”

“Oh iya, nanti Yu Asih saja yang menggoreng kripik kentangnya.”

“Ramai sekali, ternyata Asih ada yang menemani lagi,” tiba-tiba bu Siswanto muncul di dapur.

“Ini Bu, Bu Retno nekat mau masak setiap hari, saya sudah melarangnya lho.”

“Tidak apa-apa Bu, biar saya punya kesibukan.”

“Kamu tidak kecapekan kalau tiap hari masak?”

“Tidak Bu, Retno belajar banyak dari Yu Asih. Dan suka.”

“Ibu … Ibu…” tiba-tiba terdengar teriakan dari luar. Retno berdebar, ia mengenali suara itu.

“Itu seperti Bu Kori,” kata Asih.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

80 comments:

  1. Trimakasih bunda BM 21 sudah tayang.
    Aduhai...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Tere...
      Juara lagi.
      Selamat bunda Wiwik


      Kakek dimana ya
      Apa sengaja ngalah...

      Delete
    2. Ojo dipek dewe ta ....ngene iki lho yen aku ora melu balapan, juaranya ora gantian.
      Selamat ya jeng Wiwik

      Alhamdulillah BM_21, sudah tayang.
      Matur nuwun bunda Tien sugeng dalu, selalu sehat & tetap semangat.
      Salam ADUHAI mas kakek mBandung.

      Delete
    3. Kok gak ikut,emange sibuk apa mas kakek

      Delete
    4. Lagi ngurusi pesanan MUG SYANTIEK souvenir HUT Bu Tien.
      Sayang disini saya tidak dapat menampilkan foto MUG-nya ada tandatangan bu Tien lagi. Bagi para blogger yang pengin memiliki MUG Syantiek Foto bu Tien Kumalasari bisa wapri ke saya 0851 0177 6038 atau langsung ke Bunda Tien Kumalasarai 0822 2632 2364..... Buruan keburu kehabisan stok. Pengiriman setelah acara JUMPA FANS di hotel LOJI SOLO 26-27 Maret 2022, hayo para blogger yang berada di Solo, Klaten, Yogya, Semarang ikut gabung yuk sama kita-2.

      Delete
    5. Masih taku covid mas kakek, Jane Yo pengin, Yogya solo dekat, tapi ya itu jakon2, selamat berjumparia saja, salam tuk semua ya kek dari Mbah tt.🙏👍
      Semoga sukse acara besok.

      Delete
  2. Matur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah yg ditunggu hadir. Matur nuwun bunda Tien 🙏🙏

    ReplyDelete
  4. Alhamdulilah sampun dugi. Matur nuwun Bu Tien

    ReplyDelete
  5. Terima kasih Mbak Tien...

    Salam sehat dari Purwodadi Grobogan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jeng Win, jika kakek ikutan balapan gak ada yang bisa ngejar. Jadi penjegal sajalah supaya gak hatrick. Beberapa hari gak ikutan balapan, monitor, baca, koreksi dan edit trus share ke WAG PCTK dan teman2ku

      Delete
  6. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien

    ReplyDelete
  7. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,

    ReplyDelete
  8. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP,

    ReplyDelete
  9. Maturnuwun mbak Tien...Ugi ngaturaken sugeng ambal warsa, nadyan telat. Mugi tansah pinaringan yuswa panjang ingkang barokah, tansah pinaringan seger waras,tansah pikantuk rahmatipun Allah SWT. Aamiiiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Allahumma aamiin.
      Matur nuwun pak Bambang. Donga sami kagem pak Bambang saha kulawarga. Aamiin.

      Delete
  10. Slmt mlm bunda Tien..mksih BM 21nya..slm seroja dan aduhai dari skbmi..

    ReplyDelete
  11. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  12. Trimaksih bunda Tien BMnya..slm seroja dari sukabumi

    ReplyDelete
  13. Aljamdulillah BM 21 sudah tayang salam aduhai ....bu Tien

    ReplyDelete
  14. Terima kasih Mbu Tien... sehat² trs...

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah, BM21 telah hadir,
    Trm ksh mbak Tien, sehat selalu dan bahagia bersama keluarga. Salam aduhai

    ReplyDelete
  16. Sugeng dalu, mb Tien
    Wah, cerita semakin seru
    Mb Tien memamang top.
    Semoga Kori ga marah2 ya
    Salam manis nan aduhai
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah BM 21 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  18. Trims ibu cerbung barunya hari ini sy seneng bs membaca lebih awal besok jg jam 10 malam lagi y bu yg ngirim cerbungnya trims sebelumnya

    ReplyDelete
  19. Puji Tuhan, BM 21 yg di tunggu2 para penggandrung hadir cantik...
    Waduh Kori mendahului datang ke Solo. Sempga semuanya baik2 saja...

    Monggo ibu Tien dilanjut aja penasaran banget. Matur nuwun, Berkah Dalem.

    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah...
    Horeee...
    Happy Milad mbak Tien yang aduhai
    Sehat selalu dan berbahagia sampai kakek dan ninen...

    ReplyDelete
  21. Terimakasih Bunda Tien,
    Sehat2 selalu ya...
    Salam aduhaiii

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah BUKAN MILIKKU~21 sudah hadir.. maturnuwun dan salam sehat kagem bu Tien..🙏

    ReplyDelete
  23. Trimakasih bu Tien BM21nya..

    Waduuh..Kori udh sampe solo duluan..pasti Sapto lg di semarang..
    Dasar ya...awas jgn sampe melabrak Retno..ibu mertua pasti belain Retno..hny pak Sis yg seneng sm Kori krn derajat...huh..😏

    Salam.sehat selalu dan makin aduhaiii bu Tien..🙏🌷

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah BM21 sdh tayang.Maturnuwun Mbak Tien

    ReplyDelete
  25. Pengen juara nggak ke sampaian
    Makasih bunda BM nya
    Salam dari Tasikmalaya

    ReplyDelete
  26. Makasih Bunda untuk BM nya.
    Selalu sehat dan terus berkarya.
    Met malam dan met istirahat
    Salam ADUHAI....

    ReplyDelete
  27. Makasih mba Tien.
    Wah, Sapto keduluan Kori nih...
    Salam sehat selalu mba. Aduhai

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah, suwun bu Tien BMnya
    salam ADUHAI dan sehat selalu

    ReplyDelete
  29. 𝘒𝘰𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘨𝘢𝘥𝘶𝘩 𝘭𝘢𝘨𝘪...

    ReplyDelete
  30. Halo
    Salam
    Jumpa
    Kembali
    Buat
    Bu
    Tiem
    Terkasih
    Maaf
    Lama
    Gak
    Komen
    Nih

    ReplyDelete
  31. Matur nuwun mbak Tien ... salam sehat bahagia dan ADUHAI ..

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien.

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah yaa gagal maning Sapto u melepas rindu ke Retno😩😩🤭🙏🙏pasti bahagia ya ya.. emang bu Tien the best

    ReplyDelete
  34. Assalamualaikum wr wb. Nah lho Sapto kalah licik dgn istrinya, Kori ular berbisa, lbh cepat sampai di Solo. Membuat penasaran, seperti apa serunya, Kori ketemu Retno dan Sapto blm hadir... Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat pagi selamat beraktifitas semoga Bu Tien selalu sehat dan dilancarkan segala aktifitasnya... Salam aduhai selalu... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  36. Trims Bu Tien sdh menghibur....sehat selalu

    ReplyDelete
  37. Bunda .... apa sapto tidak punya nomer hp retno yaa ..... kok tidak pernah komunikasi lewat hp ....🤗kalau kangen kan bisa telp hi...hi ..hi.....

    ReplyDelete
  38. Waduh..... Kori mau bikin gara-2 nich.
    Nlikung suami ke Semarang dia langsung ke Oslo....
    Mau ganggu perasaan Sapto yang sdh mulai ada perhatian menuju rasa sayang ke Retno......
    Bukan bu Tien jika tidak membuat penasaran dan dag dig dug para penyemangatnya.

    Selamat jalan sahabat-2 yang sdh mulai merangkak meninggalkan kota masing-2 menuju Oslo dalam rangka JUMPA FANS dengan sang IDOLA memperingati 73 tahun usia bu Tien di Hotel LOJI Solo.
    Fii Amanillah sahabat-2ku.... semoga selamat sampai tujuan. Sampai jumpa disana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat berjumpa ria ya kakek Habi & teman2 penggemar cerbung Bunda Tien, maaf sy belum bisa ikutan.
      Semoga acara berjalan lancar ya kek...
      Semua happy ketemu Bunda Tien,
      Semua sehat...
      Salam aduhai buat semua sahabat penggemar Bunda Tien 🙏🙏

      Delete
  39. Bunda Tien libur ga ya?
    Ditunggu penggemar ini. Salam aduhai dari Yogya 😘😘

    ReplyDelete
  40. Bu Tien salam kenal yaa... Sy jg bu Tien Bambang dari depok.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal kembali Ibu Tien
      Senang mendapat perhatian Ibu.

      Delete
  41. Koq BM nya msh blm terbit, apa malam ini libur yaa...???

    ReplyDelete
  42. Kenalkan saya Bam's dari Bantul, penggemar setia bu Tien, tapi baru kali ini ikut koment.
    Semoga bu Tien selalu di beri kesehatan..
    Aamiin..

    ReplyDelete
  43. Bu Tien
    Ada apa gerangan..??
    Jam segini kok belum tayang...

    ReplyDelete
  44. Mbak tien aku menunggu dengan setia cerbung yg aduhaiii

    ReplyDelete
  45. Assalamualaikum wr wb,
    Bu Tien Kumalasari,
    Selamat Ulang Tahun dan Semoga selalu sehat, umur panjang dan bahagia bersama keluarga tercinta. Aamiin Allahumma Aamiinn.🙏
    👉
    Sebuah pantun utk Bu Tien Kumalasari :
    👉
    'Saat melamun nunggu cerbung Bu Tien tayang,
    Disapa istri jadi malu tersipu.
    Selamat Ulang Tahun Bu Tien Kumala Sari,
    Semoga saya dapat cendramata MUG SYANTIK.🙏
    ☘️
    Terimakasih,
    Wassalam.

    ReplyDelete
  46. Kagem Ibu Tien Kumalasari : Sugeng ambal warso …🤝 mugi tansah pinaringan Karahayon, bagyo mulyo sak keluargo agengipun

    ReplyDelete
  47. Assalamualaikum wr wb,
    Bu Tien Kumalasari,
    Selamat Ulang Tahun dan Semoga selalu sehat, umur panjang dan bahagia bersama keluarga tercinta. Aamiin Allahumma Aamiinn.🙏

    ReplyDelete
  48. Selamat ulang tahun Bu Tin semoga panjang umur ,sehat dan keberkahan..aamiin
    Blum tayang ya cerbungnya hari ini

    ReplyDelete
  49. Alhamdulillah, Barakallah Fii Umrik. selamat ulang tahun Ibu Tien Kumalasari, semoga tetap sehat wal afiat, diberikan kelimpahan rejeki,kesuksesan dan makin disayang oleh Allah Tuhan YME serta berbahagia selalu bersama keluarga.
    Aamiin Yaa Rabbil Aalamiin.🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  50. Alhamdulillah, Barakallah Fii Umrik. selamat ulang tahun Ibu Tien Kumalasari, semoga tetap sehat wal afiat, diberikan kelimpahan rejeki,kesuksesan dan makin disayang oleh Allah Tuhan YME serta berbahagia selalu bersama keluarga.
    Aamiin Yaa Rabbil Aalamiin.

    ReplyDelete
  51. Happy birthday ibu Tien Kumalasari. Semoga tetap sehat, bahagia bersama keluarga dan sukses dunia akhirat. Aamiin yaa Rabbal'Alamiin.
    Manggar, bekasi - salam kenal

    Alhamdulillah

    ReplyDelete
  52. Selamat ultah Bu Tien, semoga sehat selalu, bahagia dg keluarga dan tetap berkarya. Aamiin yra. Semangat Bu Tien💪💪😍🌹💐

    ReplyDelete
  53. Alhamdulillah
    Matur nuwun bu Tien untuk BMnya
    Wuri seneng ya dg Budi,,tp Budi suka dg Retno tuh,, nah Wahyudi mulai suka Wuri

    Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    Salam ADUHAAII 🤗💖

    ReplyDelete
  54. BM episode 22 belum muncul ya..?
    Semoga mbak Tien sehat2 aja ya... Aamiin

    ReplyDelete
  55. Sedang menunggu BM 22. Salam sehat untuk bu Tien

    ReplyDelete
  56. Ooo gak Up yaa ..udah gpp doubel kali sabtu ,👆🙏🙏🙏😱

    ReplyDelete
  57. Selamat ulang tahun Bu Tien. Sehat dan panjang umur

    ReplyDelete
  58. Barakallahu fii umrik bu Tien
    Semoga pajang usia, sehat wal afiat, banyak dan barokah rejekinya
    Aamiin yra...🤲

    ReplyDelete
  59. Bu Tien Kumalasari,
    Satu lagi pantun dari Vans nya,:

    Indah permata intan Baiduri,
    Di pakai anak raja di istana.
    Selamat ulang tahun Buk Tien Kumalasari,
    Semoga selalu Sehat dan bahagia.

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 40

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  40 (Tien Kumalasari)   Listyo terpana. Bukankah Dewi menyebut nama Satria? Bukankah Satria mengatakan bahw...