BUKAN MILIKKU
21
(Tien Kumalasari)
“Hallo Mas..” sapa Wuri.
“Kamu lagi dimana?” tanya Wahyudi dari seberang.
“Lagi di rumah sakit.”
“Di rumah sakit? Siapa yang sakit?”
“Aku. Ini ada Mbak Retno.”
“Retno?” tanya Wahyudi terkejut.
“Iya, mau ngomong?” tanya Wuri, tapi Retno
menggoyang-goyangkan tangannya, tanda ia tak ingin bicara.
“Ini, sebentar saja,” kata Wuri berbisik.
Retno kembali menggoyang-goyangkan tangannya.
“Ya sudah Mas, bicara nanti saja kalau aku sudah
dirumah. Eh, kamu menelpon mau ngomong apa?”
“Mau ngomong hari Minggu aku pulang, tolong suruh
orang bersihin rumah.”
“Tidak perlu, semua sudah aku lakukan.”
“Betul?”
“Ya.”
“Ya sudah, aku lanjutkan pekerjaan aku. Lagi lembur
nih.”
Dan pembicaraan terputus begitu saja.
“Ih, tiba-tiba ditutup sih,” kesal Wuri.
“Mengapa Mbak Retno tidak mau bicara? Mas Yudi pasti
senang,” protes Wuri.
“Nggak usah, lebih baik begitu.”
“Mbak sudah melupakan Mas Yudi?”
“Ya enggak. Masa lupa.”
“Maksudnya … kan dulu saling mencintai ….”
“Dia akan segera menemukan gadis yang lebih baik dari
aku.” Kata Retno sendu.
“Mas Yudi masih selalu teringat Mbak Retno, kalau
sudah begitu, wajahnya langsung sedih. Dia belum bisa sepenuhnya melupakan Mbak
Retno.”
Retno menghela napas.
“Ada garis nasib yang membuat semuanya jadi seperti
ini.” kata Retno pilu.
“Maksudnya … takdir?”
“Siapa yang bisa mengingkari takdir? Berusaha semampu
apapun, semua akan bermuara kepada yang namanya takdir.”
“Tapi Mbak Retno bahagia kan?”
“Bagaimana kamu bisa berkata begitu?”
“Memiliki suami tampan, murah senyum, baik hati ….”
“Kamu sudah tahu suami aku?”
“Lha itu, Mas Budi ….” kata Wuri.
“Dia bukan suami aku.”
“Bukan ?”
“Dia adiknya.”
“Kok kemana-mana sama dia?”
“Suamiku ada di Jakarta.”
“Kok nggak ikut?”
Wuri memang cerewet, dan itu berlaku bagi siapapun
yang ditemuinya. Dia juga gampang akrab. Retno senang berbincang dengannya.
Tapi dia tak suka saat Wuri menanyakan tentang suaminya.
Untunglah saat itu Budi sudah kembali. Dia membayar
seluruh beaya perawatan dan obat yang diberikan dokter.
“Sudah selesai, ayo aku antarkan pulang. Ini obatnya.
Sudah ada aturannya.”
“Tadi habis berapa? Aku akan minta ibu untuk
menggantinya.”
“Tidak usah diganti, ayolah,” kata Budi yang langsung
berjalan menjauh untuk mengambil mobilnya.
“Tunggu di lobi saja,” katanya sambil menjauh.
“Ya ampun Mbak, dia baik sekali. Tadi membelikan saya
baju, lalu membayar semuanya, aku jadi sungkan dong.”
“Budi merasa bersalah karena menabrakmu, sehingga kamu
terluka. Jadi jangan dipikirkan, Dia yang harusnya sungkan,” kata Retno yang
berjalan menuntun Wuri ke arah lobi.
“Aku juga salah, menunggu ojol kok berdiri dekat mobil
orang,” gumam Wuri.
***
“Mengapa Budi belum pulang? Ini sudah jam delapan
kurang,” tanya pak Siswanto sambil melihat ke arah jam dinding di ruang
keluarga.
“Mungkin ada pekerjaan yang belum selesai.”
“Tidak ada, aku baru saja menelpon kantor, Budi sudah
pulang sejak jam lima sore. Aku suruh dia mengantarkan aku, malah belum pulang
sampai jam segini.”
“Barangkali menjemput Retno.”
“Memangnya Retno kemana? Tidak pamit sama aku.”
“Dia berangkat pagi, bapak belum bangun. Dia kangen
sama ibunya.”
“Mengapa Budi harus menjemputnya?”
“Ya tidak apa-apa kan Pak, kasihan Retno, suaminya
tidak ada disini.”
“Tapi dia kan bisa naik taksi atau ojol.”
“Memangnya salah apa Retno? Budi dengan suka rela mau
mengantar dan menjemputnya.”
“Aku tidak ingin Budi keterusan.”
“Keterusan bagaimana maksud Bapak?”
“Budi itu laki-laki, Retno itu perempuan. Kalau lama-lama
Budi suka, bagaimana?”
“Masa Budi serendah itu, menyukai kakak iparnya? Tidak
tampak tanda-tanda itu, Budi sangat menghargai Retno.”
“Lama-lama bisa saja hal itu terjadi. Bukan apa-apa
sih, tapi seandainya nanti Retno sudah dicerai Sapto, aku juga tidak suka kalau Budi
kemudian menyukai Retno.”
“Bapak kok berpikir bahwa Sapto akan menceraikan
Retno?”
“Retno kan tidak suka sama Sapto.”
“Apapun itu, mereka suami isteri, dan aku tidak
berharap mereka bercerai. Retno itu wanita yang baik. Kalau boleh memilih, aku
lebih memilih Retno daripada Kori.”
“Apa kamu bermimpi? Kori gadis terpandang, orang
tuanya juga bukan orang sembarangan. Lha Retno itu anaknya orang apa? Ayahnya
hanya buruh pemotong kayu di tempatku.”
“Bukan karena dia anak siapa. Tapi aku melihat
kelakuannya. Kori sangat kasar dan terkadang tidak menghormati orang tua,
sedangkan Retno begitu lembut dan santun.”
“Omong kosong apa itu. Aku tidak suka.”
“Bapak melihatnya dari derajat orang tuanya, tidak melihat
kelakuannya.”
“Kori itu pantas dikasihani. Apa Ibu lupa? Dia tidak bisa memiliki anak
karena kecelakaan itu. Kita harus bisa mengobati rasa kecewanya, dengan
memberinya seorang anak.”
Bu Siswanto merasa kesal, lalu meninggalkan suaminya
sendirian.
***
“Nak, terima kasih banyak karena telah menolong Wuri,
bahkan membayar semua beaya dan obat untuk dia,” kata bu Mantri ketika Budi dan
Retno mengantarkan Wuri pulang.
“Mengapa Ibu berterima kasih, ini kesalahan saya Bu,”
kata Budi.
“Wuri yang salah Bu, berdiri di dekat mobilnya Mas
Budi.”
“Kamu itu memang sembrono, selalu tidak hati-hati.”
“Sudah Bu, jangan dimarahi lagi. Kasihan, dia sudah
kesakitan,” sambung Retno.
“Ya sudah, kami permisi dulu ya Bu. Wuri, minum
obatnya dan oleskan salepnya, mudah-mudahan tidak sampai melepuh,” pesan Budi.
“Ya mas.”
Wuri mengantarkan ke pintu ketika Budi dan Retno
berlalu.
“Lha ini kok kamu masih membawa bakso lagi Wuri? Katanya
baksonya tumpah?”
“Ya itu Bu, mereka memaksa beli lagi setelah dari
rumah sakit.”
“Kamu itu lain kali harus hati-hati. Sakit sekali kan
kaki kamu?”
“Tadi sangat perih dan panas Bu, tapi setelah diberi
salep kemudian sudah berkurang sakitnya. Tapi kata dokternya tidak boleh
terkena air. Nggak mandi dong aku.”
“Ya harus sabar. Paling dua tiga hari akan pulih.”
“Ya ampun Bu, yang namanya Mas Budi itu ganteng sekali
ya?”
“Hush. Kamu itu. Nggak pantas memuji-muji suami orang.”
“Itu bukan suaminya Bu, itu adik iparnya.”
“Oh, Ibu kira suaminya.”
“Makanya Wuri bilang dia ganteng. Kan dia memang
ganteng? Besok kalau Wuri punya pacar, penginnya yang ganteng kayak Mas Budi.”
“Jangan cari yang ganteng Wuri. Cari yang baik, setia,
bertanggung jawab.”
“Dan ganteng. Lebih lengkap kan Bu?”
“Tapi manusia itu pasti ada kekurangannya. Tidak ada
manusia yang sempurna.”
“Paling tidak ya mendekati, gitu lhoh Bu.”
“Kamu itu sudah pengin punya pacar? Jangan cari pacar,
cari suami. Nanti Ibu yang carikan.”
“Eh, ogah. Kayak jaman Siti Nurbaya saja.”
“Ya sudah, mohon kepada Allah agar diberikan jodoh
yang baik, yang bisa menjadi imam di keluarga.”
“Iya Bu. Sekarang ayo di santap baksonya, keburu
dingin.”
***
Malam itu Wahyudi kembali menelpon Wuri.
“Ada apa sih Mas, aku sudah ngantuk nih.”
“Baru jam delapan lebih, sudah ngantuk?”
“Iya tuh, mungkin karena pengaruh obatnya.”
“Nah, itu. Kamu belum cerita mengapa kamu tadi di
rumah sakit.”
“Aku ketumpahan bakso panas.”
“Apa? Kok bisa? Terus … di rumah sakit ketemu Retno?”
“Bukan, aku ditabrak suaminya … eh … bukan … adik
iparnya Mbak Retno, saat aku membawa bungkusan bakso. Baksonya tumpah, kakiku
panas dong dari paha sampai ke bawah.”
“Lalu mereka membawa kamu ke rumah sakit?”
“Iya. Dan dibelikan baju sama Mas Budi yang ganteng
itu, karena bajuku basah dan bau bakso.”
“Kok bisa ketabrak?”
“Kamu kayak wartawan saja, pertanyaannya banyak
sekali.”
“Ya ampun, kan cuma bertanya tentang kejadiannya.
Bagaimana kamu bisa ditabrak?”
“Aku sedang menunggu ojol, karena tidak membawa
kendaraan sendiri. Tapi aku berdirinya tuh di dekat mobilnya mas ganteng tadi.
Ketika dia mau naik ke mobilnya,
tiba-tiba menabrak aku. Baksonya tumpah dong, padahal masih sangat panas.”
“Kasihan kamu nak.”
“Ih, kok nak sih.”
“Katamu aku sudah tua.”
“Ya sudah, terserah kamu saja. Sekarang aku mau tidur.”
“Eit, nanti dulu. Retno ngomong apa sama kamu?”
“Nggak ngomong apa-apa.”
“Masa, sedikitpun nggak ngomongin aku?”
“Yeeey, penasaran ya. Kan kamu sudah janji mau
melupakan dia. Dia juga sudah lupa sama Mas.”
“Masa?”
“Iya. Perutnya sudah kelihatan besar, tampaknya dia
hamil.”
“Ya sudah, sekarang tidur saja kamu.”
“Baiklah, tapi jangan sedih ya, aku menyesal tadi
bilang ada mbak Retno di dekat aku.”
“Nggak apa-apa.”
“Eh, besok Minggu benar, mau pulang?”
“Iya, melihat rumah, dan kamu.”
“Memangnya kenapa aku dilihat-lihat.”
“Kangen, tahu.”
“Ih nggak enak banget dikangenin orang tua.”
“Tuh, kumat deh. Ya sudah, tidurlah.”
Wuri menutup ponselnya, dan merasa menyesal telah
membicarakan Retno saat di rumah sakit. Ia tahu bahwa Wahyudi pasti akan
kembali mengingatnya dan merasa sedih.
***
“Budi, kok sampai malam, tadi ayahmu nungguin kamu.”
“Bapak pergi?”
“Akhirnya pergi sendiri. Tadinya kamu disuruh mengantarkan.
Tapi karena kamu nggak pulang-pulang jadinya berangkat sendiri.”
“Kemana sih Bu?”
“Ibu nggak tahu, ayahmu kan begitu, kalau pergi nggak
mau mengatakan kemana perginya.”
“Tadi menjemput mbak Retno sepulang dari kantor, terus
Budi pengin makan bakso, ee disitu Budi menabrak orang, padahal orang itu juga
baru saja beli bakso mau dibawa pulang. Jadinya bakso itu tumpah, mengenai kaki
orang itu.”
“Lalu bagaimana? Melepuh dong karena panas.”
“Budi cepat-cepat membawanya ke rumah sakit, untungnya
tidak sampai melepuh. Mungkin karena bajunya agak tebal sehingga mengurangi
panasnya.”
“Jadi sampai malam karena menunggui dia di rumah
sakit?”
“Iya Bu.”
“Retno pasti capek.”
“Sudah Budi suruh istirahat sekarang. Barangkali juga
tidak ikut makan malam, kami kenyang makan bakso tadi.”
“Ya sudah, biarkan dia istirahat. Tadi pagi begitu
kalian berangkat, tidak lama ayahnya Retno datang.”
“Oh, mencari mbak Retno?”
“Ibu tidak menemuinya. Bicara sama ayahmu, entahlah.
Paling-paling minta uang.”
Budi mengangkat pundaknya.
“Budi mau mandi dulu Bu, gerah.”
“Mandi sana, dari pagi belum mandi.”
***
“Besok aku mau ke luar kota,” kata Sapto malam itu.
“Kemana ?”
“Semarang. Ada pembicaraan penting dengan perusahaan besar.”
“Aku ikut.”
“Bagaimana kamu mau ikut? Ini urusan proyek besar yang
sedang aku tangani.”
“Kalau dia di Semarang, mengapa tidak mengambil yang
di Solo saja?”
“Dulu aku yang mengajukan penawaran. Bukan dari Solo.
Waktu itu Solo masih belum dipegang Budi. Bapak mengurusi banyak anak cabang
sendiri.”
“Berapa lama Mas perginya?”
“Paling hanya satu atau dua hari.”
“Mampir ke Solo kan?”
“Kamu tuh, pasti begitu.”
“Pastinya iya, kan sudah dua bulan lebih tidak ketemu.
Pasti rindu dong.”
“Tidak.”
“Awas ya, jangan bohong.”
“Jangan membuat aku marah. Lama-lama aku bosan kamu
bicara tentang itu-itu saja,” kesal Sapto.
“Mas tahu kan, itu karena aku sangat mencintai Mas.
Aku takut kehilangan Mas.”
“Kalau begitu berperilakulah yang baik, dan jangan
membuat aku marah,” kata Sapto sambil masuk ke dalam kamar.
Kori mengikutinya, tapi Sapto mengacuhkannya. Sudah
lama Sapto ingin pulang, dan sekarang mendapat akal untuk bisa mengelabui
isterinya.
Sapto tersenyum dalam hati, kali ini kerinduannya akan
terobati. Ia tidur membelakangi Kori. Kori memeluknya dari belakang, tapi tubuh
itu seakan membeku.
***
“Yu kali ini biar aku yang memasak ya, yu Asih
nungguin aku saja.”
“Kok sekarang bu Retno jadi rajin memasak. Ibu kan
sudah menegur.”
“Tidak apa-apa Yu, masa aku harus makan dan tidur saja
setiap hari. Lagi pula ibu bilang masakanku enak kan?”
“Iya sih Bu, memang harus diacungi jempol Bu Retno
ini. Baru sehari dua hari belajar masak, sudah hebat masakannya. Bapak juga
diam-diam suka. Tapi bapak itu kan pendiam, jadi tidak mengatakan apa-apa.”
“Kalau begitu dari mana Yu Asih tahu bahwa bapak suka?”
“Lha kalau nggak enak masa nambah beberapa kali? Yu
Asih kan selalu nungguin kalau bapak sama ibu lagi makan?”
“Iya, aku tahu. Syukurlah kalau tidak mengecewakan. Tapi
kan biasanya aku dibantu Yu Asih saat menyiapkan bumbu-bumbunya. Sekarang aku
mau masak sendiri, semuanya aku yang membumbui, Yu Asih hanya memotong-motong
sayur atau menggoreng apa yang perlu di goreng, sayurnya aku yang masak. Ya Yu?”
“Baiklah, sekarang Yu Asih siapkan semuanya di meja,
terserah Bu Retno, Yu Asih mau nggoreng tempe sama tahu ya.”
“Aku mau masak kare ya Yu.”
“Siap, semua bahannya sudah ada disitu. Tapi nanti putranya bu Retno ini kayaknya perempuan deh.”
“Kelihatan karena aku suka masak?”
“Iya.”
“Kata orang juga begitu Yu, tapi laki-laki atau
perempuan, bagiku itu adalah anugerah.”
“Iya Bu, harus diterima dengan penuh syukur.”
“Benar. Oh ya Yu, kupas kentangnya dulu saja, aku mau
nyiapin bumbu.”
“Oh iya, nanti Yu Asih saja yang menggoreng kripik
kentangnya.”
“Ramai sekali, ternyata Asih ada yang menemani lagi,”
tiba-tiba bu Siswanto muncul di dapur.
“Ini Bu, Bu Retno nekat mau masak setiap hari, saya
sudah melarangnya lho.”
“Tidak apa-apa Bu, biar saya punya kesibukan.”
“Kamu tidak kecapekan kalau tiap hari masak?”
“Tidak Bu, Retno belajar banyak dari Yu Asih. Dan
suka.”
“Ibu … Ibu…” tiba-tiba terdengar teriakan dari luar.
Retno berdebar, ia mengenali suara itu.
“Itu seperti Bu Kori,” kata Asih.
***
Besok lagi ya.
Trimakasih bunda BM 21 sudah tayang.
ReplyDeleteAduhai...
Yes mb Wik lg juara
DeleteTere...
DeleteJuara lagi.
Selamat bunda Wiwik
Kakek dimana ya
Apa sengaja ngalah...
Ojo dipek dewe ta ....ngene iki lho yen aku ora melu balapan, juaranya ora gantian.
DeleteSelamat ya jeng Wiwik
Alhamdulillah BM_21, sudah tayang.
Matur nuwun bunda Tien sugeng dalu, selalu sehat & tetap semangat.
Salam ADUHAI mas kakek mBandung.
Kok gak ikut,emange sibuk apa mas kakek
DeleteLagi ngurusi pesanan MUG SYANTIEK souvenir HUT Bu Tien.
DeleteSayang disini saya tidak dapat menampilkan foto MUG-nya ada tandatangan bu Tien lagi. Bagi para blogger yang pengin memiliki MUG Syantiek Foto bu Tien Kumalasari bisa wapri ke saya 0851 0177 6038 atau langsung ke Bunda Tien Kumalasarai 0822 2632 2364..... Buruan keburu kehabisan stok. Pengiriman setelah acara JUMPA FANS di hotel LOJI SOLO 26-27 Maret 2022, hayo para blogger yang berada di Solo, Klaten, Yogya, Semarang ikut gabung yuk sama kita-2.
Masih taku covid mas kakek, Jane Yo pengin, Yogya solo dekat, tapi ya itu jakon2, selamat berjumparia saja, salam tuk semua ya kek dari Mbah tt.🙏👍
DeleteSemoga sukse acara besok.
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Bukan Milikku sudah tayang
ReplyDeleteAlhamdulilah
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah BM 21 hadir
ReplyDeletealhamdulillaj🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu hadir. Matur nuwun bunda Tien 🙏🙏
ReplyDeleteAlhamdulilah sampun dugi. Matur nuwun Bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien...
ReplyDeleteSalam sehat dari Purwodadi Grobogan
Jeng Win, jika kakek ikutan balapan gak ada yang bisa ngejar. Jadi penjegal sajalah supaya gak hatrick. Beberapa hari gak ikutan balapan, monitor, baca, koreksi dan edit trus share ke WAG PCTK dan teman2ku
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo, R.E. Rizal Effendy, Tonni, Koko Hermanto, Radieska51, Henrinurcahyo, Subagyo,
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
. Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina, Mimin NP, Ermi S, Ira, Nina, Endang Amirul, Wiwik Nur Jannah, Ibu Mulyono, Betty Kosasih, Nanik, Tita, Willa Sulivan, Mimin NP,
Maturnuwun mbak Tien...Ugi ngaturaken sugeng ambal warsa, nadyan telat. Mugi tansah pinaringan yuswa panjang ingkang barokah, tansah pinaringan seger waras,tansah pikantuk rahmatipun Allah SWT. Aamiiiin
ReplyDeleteAamiin Allahumma aamiin.
DeleteMatur nuwun pak Bambang. Donga sami kagem pak Bambang saha kulawarga. Aamiin.
Slmt mlm bunda Tien..mksih BM 21nya..slm seroja dan aduhai dari skbmi..
ReplyDeleteHallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Baturetno, Wonogiri, Salem Massachusetts, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Terimakasih ibu Tien
ReplyDeleteTrimaksih bunda Tien BMnya..slm seroja dari sukabumi
ReplyDeleteAljamdulillah BM 21 sudah tayang salam aduhai ....bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih Mbu Tien... sehat² trs...
ReplyDeleteAlhamdulillah, BM21 telah hadir,
ReplyDeleteTrm ksh mbak Tien, sehat selalu dan bahagia bersama keluarga. Salam aduhai
Sugeng dalu, mb Tien
ReplyDeleteWah, cerita semakin seru
Mb Tien memamang top.
Semoga Kori ga marah2 ya
Salam manis nan aduhai
Yuli Semarang
Alhamdulillah BM 21 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Trims ibu cerbung barunya hari ini sy seneng bs membaca lebih awal besok jg jam 10 malam lagi y bu yg ngirim cerbungnya trims sebelumnya
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
ReplyDeletePuji Tuhan, BM 21 yg di tunggu2 para penggandrung hadir cantik...
ReplyDeleteWaduh Kori mendahului datang ke Solo. Sempga semuanya baik2 saja...
Monggo ibu Tien dilanjut aja penasaran banget. Matur nuwun, Berkah Dalem.
Alhamdulillah...
ReplyDeleteHoreee...
Happy Milad mbak Tien yang aduhai
Sehat selalu dan berbahagia sampai kakek dan ninen...
Terimakasih Bunda Tien,
ReplyDeleteSehat2 selalu ya...
Salam aduhaiii
Alhamdulillah BUKAN MILIKKU~21 sudah hadir.. maturnuwun dan salam sehat kagem bu Tien..🙏
ReplyDeleteTrimakasih bu Tien BM21nya..
ReplyDeleteWaduuh..Kori udh sampe solo duluan..pasti Sapto lg di semarang..
Dasar ya...awas jgn sampe melabrak Retno..ibu mertua pasti belain Retno..hny pak Sis yg seneng sm Kori krn derajat...huh..😏
Salam.sehat selalu dan makin aduhaiii bu Tien..🙏🌷
Alhamdulillah BM21 sdh tayang.Maturnuwun Mbak Tien
ReplyDeletePengen juara nggak ke sampaian
ReplyDeleteMakasih bunda BM nya
Salam dari Tasikmalaya
Makasih Bunda untuk BM nya.
ReplyDeleteSelalu sehat dan terus berkarya.
Met malam dan met istirahat
Salam ADUHAI....
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteWah, Sapto keduluan Kori nih...
Salam sehat selalu mba. Aduhai
Matur nuwun, bu Tien. Sehat selalu
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun bu Tien BMnya
ReplyDeletesalam ADUHAI dan sehat selalu
𝘒𝘰𝘳𝘪 𝘮𝘦𝘮𝘣𝘶𝘢𝘵 𝘨𝘢𝘥𝘶𝘩 𝘭𝘢𝘨𝘪...
ReplyDeleteHalo
ReplyDeleteSalam
Jumpa
Kembali
Buat
Bu
Tiem
Terkasih
Maaf
Lama
Gak
Komen
Nih
Matur nuwun mbak Tien ... salam sehat bahagia dan ADUHAI ..
ReplyDeleteAlhamdulillah. Matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteAlhamdulillah yaa gagal maning Sapto u melepas rindu ke Retno😩😩🤭🙏🙏pasti bahagia ya ya.. emang bu Tien the best
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb. Nah lho Sapto kalah licik dgn istrinya, Kori ular berbisa, lbh cepat sampai di Solo. Membuat penasaran, seperti apa serunya, Kori ketemu Retno dan Sapto blm hadir... Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Selamat pagi selamat beraktifitas semoga Bu Tien selalu sehat dan dilancarkan segala aktifitasnya... Salam aduhai selalu... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteTrims Bu Tien sdh menghibur....sehat selalu
ReplyDeleteBunda .... apa sapto tidak punya nomer hp retno yaa ..... kok tidak pernah komunikasi lewat hp ....🤗kalau kangen kan bisa telp hi...hi ..hi.....
ReplyDeleteWaduh..... Kori mau bikin gara-2 nich.
ReplyDeleteNlikung suami ke Semarang dia langsung ke Oslo....
Mau ganggu perasaan Sapto yang sdh mulai ada perhatian menuju rasa sayang ke Retno......
Bukan bu Tien jika tidak membuat penasaran dan dag dig dug para penyemangatnya.
Selamat jalan sahabat-2 yang sdh mulai merangkak meninggalkan kota masing-2 menuju Oslo dalam rangka JUMPA FANS dengan sang IDOLA memperingati 73 tahun usia bu Tien di Hotel LOJI Solo.
Fii Amanillah sahabat-2ku.... semoga selamat sampai tujuan. Sampai jumpa disana.
Selamat berjumpa ria ya kakek Habi & teman2 penggemar cerbung Bunda Tien, maaf sy belum bisa ikutan.
DeleteSemoga acara berjalan lancar ya kek...
Semua happy ketemu Bunda Tien,
Semua sehat...
Salam aduhai buat semua sahabat penggemar Bunda Tien 🙏🙏
Bunda Tien libur ga ya?
ReplyDeleteDitunggu penggemar ini. Salam aduhai dari Yogya 😘😘
Bu Tien salam kenal yaa... Sy jg bu Tien Bambang dari depok.
ReplyDeleteSalam kenal kembali Ibu Tien
DeleteSenang mendapat perhatian Ibu.
Koq BM nya msh blm terbit, apa malam ini libur yaa...???
ReplyDeleteKenalkan saya Bam's dari Bantul, penggemar setia bu Tien, tapi baru kali ini ikut koment.
ReplyDeleteSemoga bu Tien selalu di beri kesehatan..
Aamiin..
Bu Tien
ReplyDeleteAda apa gerangan..??
Jam segini kok belum tayang...
Bu Tien apakah hari ini tayang?
ReplyDeleteMbak tien aku menunggu dengan setia cerbung yg aduhaiii
ReplyDeleteIkutan ngintip
ReplyDelete7x ngintip. Belum tayang juga⁸
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb,
ReplyDeleteBu Tien Kumalasari,
Selamat Ulang Tahun dan Semoga selalu sehat, umur panjang dan bahagia bersama keluarga tercinta. Aamiin Allahumma Aamiinn.🙏
👉
Sebuah pantun utk Bu Tien Kumalasari :
👉
'Saat melamun nunggu cerbung Bu Tien tayang,
Disapa istri jadi malu tersipu.
Selamat Ulang Tahun Bu Tien Kumala Sari,
Semoga saya dapat cendramata MUG SYANTIK.🙏
☘️
Terimakasih,
Wassalam.
Kagem Ibu Tien Kumalasari : Sugeng ambal warso …🤝 mugi tansah pinaringan Karahayon, bagyo mulyo sak keluargo agengipun
ReplyDeleteAssalamualaikum wr wb,
ReplyDeleteBu Tien Kumalasari,
Selamat Ulang Tahun dan Semoga selalu sehat, umur panjang dan bahagia bersama keluarga tercinta. Aamiin Allahumma Aamiinn.🙏
Selamat ulang tahun Bu Tin semoga panjang umur ,sehat dan keberkahan..aamiin
ReplyDeleteBlum tayang ya cerbungnya hari ini
Alhamdulillah, Barakallah Fii Umrik. selamat ulang tahun Ibu Tien Kumalasari, semoga tetap sehat wal afiat, diberikan kelimpahan rejeki,kesuksesan dan makin disayang oleh Allah Tuhan YME serta berbahagia selalu bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin Yaa Rabbil Aalamiin.🙏🙏🙏
Alhamdulillah, Barakallah Fii Umrik. selamat ulang tahun Ibu Tien Kumalasari, semoga tetap sehat wal afiat, diberikan kelimpahan rejeki,kesuksesan dan makin disayang oleh Allah Tuhan YME serta berbahagia selalu bersama keluarga.
ReplyDeleteAamiin Yaa Rabbil Aalamiin.
Happy birthday ibu Tien Kumalasari. Semoga tetap sehat, bahagia bersama keluarga dan sukses dunia akhirat. Aamiin yaa Rabbal'Alamiin.
ReplyDeleteManggar, bekasi - salam kenal
Alhamdulillah
Selamat ultah Bu Tien, semoga sehat selalu, bahagia dg keluarga dan tetap berkarya. Aamiin yra. Semangat Bu Tien💪💪😍🌹💐
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien untuk BMnya
Wuri seneng ya dg Budi,,tp Budi suka dg Retno tuh,, nah Wahyudi mulai suka Wuri
Sehat wal'afiat semua ya bu Tien
Salam ADUHAAII 🤗💖
BM episode 22 belum muncul ya..?
ReplyDeleteSemoga mbak Tien sehat2 aja ya... Aamiin
Sedang menunggu BM 22. Salam sehat untuk bu Tien
ReplyDeleteOoo gak Up yaa ..udah gpp doubel kali sabtu ,👆🙏🙏🙏😱
ReplyDeleteSelamat ulang tahun Bu Tien. Sehat dan panjang umur
ReplyDeleteBarakallahu fii umrik bu Tien
ReplyDeleteSemoga pajang usia, sehat wal afiat, banyak dan barokah rejekinya
Aamiin yra...🤲
Bu Tien Kumalasari,
ReplyDeleteSatu lagi pantun dari Vans nya,:
Indah permata intan Baiduri,
Di pakai anak raja di istana.
Selamat ulang tahun Buk Tien Kumalasari,
Semoga selalu Sehat dan bahagia.