Monday, November 29, 2021

MELANI KEKASIHKU 38

 

MELANI KEKASIHKU  38

(Tien Kumalasari)

 

“Bapak.. mau disuapin Melani ?”

“Tidak.. tidak... biar aku makan sendiri. Ini enak..” kata Anggoro sambil tersenyum. Ada rasa nyaman, seperti diguyur air dingin di kepalanya, mendengar bahwa kroket itu atas saran Anindita agar dibawa ke rumah sakit. Untuk dirinya bukan? Suaminya? Kalau bukan, lalu siapa lagi?

“Enak ya pak, masakan  bibik ?” tanya Melani.

Angoro tersenyum. Yang enak bukan karena masakan bibik, tapi karena ada yang menyuruhnya, dan itu adalah orang yang sangat dicintainya, dan diharapkan bisa memaafkan dirinya. Apakah maaf itu sudah diberikannya? Bagaimana nanti sikap Anindita kalau dia menemuinya sekali lagi?

Anggoro terus membayangkan wajah Anindita sambil mengunyah kroket yang sudah sebuah dihabiskannya. Wajah cantik bermata teduh, walaupun sedikit cerewet dan manja. Anggoro teringat saat mengayun Anindita lalu Anindita berteriak-teriak karena dia sengaja mengayun lebih keras. Senyum selalu menghiasi bibinya ketika mulutnya mengunyah kroket dengan nikmat.

“Kalau bapak suka, besok akan bibik buatkan lagi,” kata bibik.

Anggoro menatap bibik sambil menyendok kroket ke dua yang masih tersisa di piring kecilnya.

“Apakah... Anindita... sudah mau memasak ?” tanyanya hati-hati. Barangkali ada keinginan untuk menikmati kembali masakan isterinya.

“Sejauh ini, menangani sendiri belum pernah pak, tapi dia sering menyarankan apa yang harus dimasak bibik. Setiap bibik memasak, bu Dita selalu ke dapur untuk memberi saran, terkadang mengingatkan bumbu-bumbunya juga.”

Anggoro mengangguk-angguk. Sudah sangat jauh tingkat kesembuhan Anindita, dan dia berharap akan segera bisa kembali bersamanya.

“Nanti kalau bapak sembuh, langsung ke rumah bibik ya? Siapa tahu ibu akan menyambutnya dengan senang hati,” kata Melani yang terus melihat bagaimana lahapnya ayahnya makan.

“Bapak berharap agar bisa segera boleh pulang. Setelah kejadian bapak pingsan itu, rasa pusing masih terus mengganggu,” kata Anggoro.

“Bapak terlalu bersemangat ketika melihat ibu datang.”

“Iya...” kata Anggoro sambil memberikan piringnya yang telah kosong.

“Mau nambah lagi pak?” tanya bibik.

“Sudah bik, nanti lagi saja.”

“Biar bibik taruh di meja dekat sini, supaya gampang bapak mengambilnya,” kata bibik sambil menata sepiring kroket yang masih tersisa.

“Kali ini Melani tidak bisa lama-lama pak, karena ibu sendirian di rumah.”

“Iya benar, cepat pulang dan jangan membuat ibumu cemas. Kan biasanya ada bibik menemani. Dimana Abi?”

“Mas Abi kan harus bekerja pak, hari ini dia tidak bisa mengantar karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.”

“Dia laki-laki yang baik. Apa kalian saling suka?” tanya Anggoro yang membuat Melani kemudian tersipu.

“Tidak usah malu mengakui kalau memang suka. Wajar saja kalau kamu suka, dia laki-laki yang baik. Bapak juga suka punya menantu dia. Sungguh,” kata Anggoro mantap.

“Doakan saja ya pak, Melani belum bisa menjawabnya sekarang.”

“Nak ganteng sangat mencintai nak Melan. Bibik tahu itu,” sambung simbok sambil berdiri, karena melihat Melani berkemas mau pamit.

“Hiih, bibik nih...” kata Melani sambil mencubit lengan bibik pelan.

“Itu benar pak, bibik juga suka melihat nak Melan mendapat pendamping seperti nak ganteng. Sudah ganteng, baik, dan penuh perhatian sama keluarganya.”

“Bibik, ayo.. nanti ibu kelamaan nunggunya.”

“Iya.. iya. Permisi dulu ya pak, segera sembuh dan pulang ke rumah bibik,” kata bibik sambil menepuk-nepuk kaki Anggoro.

Anggoro tersenyum. Hari ini adalah hari yang melegakan, dan membahagiakan. Memang sih, belum tentu nanti Anindita bisa menerimanya dengan manis, tapi perhatiannya sangat membuat harapannya untuk kesembuhan isterinya semakin besar. Lalu timbullah sebuah ide dengan harapan akan membuat isterinya senang.

***

Ketika Melani dan bibik sampai dirumah, dilihatnya Anindita tertidur diatas kursi panjang, sementara televisi masih tampak menyala. Melani segera mengambil bantal lalu diletakkannya bantal itu di bawah kepala ibunya dengan hati-hati.

Anindita masih terlelap, tapi ketika Melani meninggalkannya untuk berganti pakaian, dia membuka matanya.

“Kamu sudah pulang ?”

Melani berhenti melangkah, lalu membalikkan tubuhnya dan kembali mendekati ibunya.

“Ibu tertidur ya? Mau pindah di kamar saja?”

“Tidak, sudah lama ibu tidur,” katanya sambil bangkit.

“Bu, Melani seneng banget. Bapak suka sekali kroketnya. Dua biji sekaligus dihabiskan,” kata Melani bersemangat.

Mata Anindita bersinar, lalu ada senyuman tersungging di bibirnya.

“Bapak akan segera sembuh.”

Anindita hanya mengangguk.

“Ternyata Bu, kroket itu makanan kesukaan bapak. Kata bapak, sudah lama sekali bapak tidak makan kroket. Ibu sungguh pengertian,” kata Melani bersemangat.

Anindita mengalihkan pandangannya ke arah televisi. Tapi Melani menangkap ada rasa senang dihati ibunya.

“Nak ganteng tidak kemari?” tanya Anindita mengalihkan pembicaraan.

“Tadi sudah bilang, bahwa hari ini dia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya. Itu sebabnya Melan berangkat ke rumah sakit bersama bibik.”

“Ibu suka anak itu.”

Melani tersenyum. Hari itu juga bapaknya juga bilang suka sama Abi. Melani berdebar. Dia ingat ketika Abi bertemu simbok, lalu simbok menyarankan agar Abi dan keluarganya melamar kepada ayahnya. Tapi bukankah sekarang ibunya sudah jauh lebih baik ? Melani berharap nanti Abi dan ibunya akan melamar dihadapan ayah dan ibunya. Alangkah menyenangkan, alangkah manisnya. Dan tiba-tiba Melani merasa sangat rindu kepada simboknya. Besok dia akan minta kepada budenya agar membawa serta simbok datang kerumah  bibik.

“Ibu... kalau mas Abi melamar Melani, apakah ibu mau menerima?” kata Melani pelan, malu kalau sampai bibik mendengarnya.

Anindita menatap Melani.

“Melamar ? Dia mau apa..?”

“Sssh... ibu jangan berteriak, Melani malu.”

Sesungguhnya Melani hanya memancing apa yang akan dikatakan ibunya setelah mendengarnya. Apakah ibunya berharap juga agar Abi menemui bapaknya?

“Ibu, Abi mau menjadikan Melani sebagai isteri,” kata Melan masih dengan berbisik.

“Bayi kecilku mau dijadikan isteri orang?”

“Ibu... Melani sudah besar.”

Tiba-tiba wajah Anindita berubah muram. Melani ketakutan. Bagaimana kalau ibunya marah?

“Ibu, Melani hanya bertanya, bukan meminta agar ibu menyetujuinya.”

“Ibu tidak mau kehilangan kamu lagi.”

“Tidak ibu, ibu tidak pernah kehilangan Melani. Kita akan tetap bersama-sama.”

Anindita tak menjawab. Matanya kembali menatap ke arah televisi yang sedang menyiarkan beberapa iklan.

“Ya sudah, ibu mau makan sekarang? Melani ganti baju dulu ya? Tampaknya bibik sudah menyiapkan makan untuk kita,” kata Melani sambil beranjak ke kamar untuk ganti baju. Biarkanlah ibunya memikirkan apa  yang dikatakannya. Baik atau buruknya hasilnya nanti, ia akan menerimanya dengan sabar.

Anindita mengangguk, tanpa mengalihkan pandangannya dari arah televisi.

***

“Sasa.. nanti aku akan mengantarkan Indi lagi untuk melihat lahan itu. Tampaknya dia ingin mengaturnya sendiri tatanan bangunan rumah itu.”

“Oh, ya,” jawab Sasa tanpa mengalihkan pandangannya dari laptop yang dihadapinya.

Ada rasa tak senang karena sudah tiga kali ini Indi meminta agar Andra memperlihatkan lokasinya, dengan alasan dia punya ide untuk bangunan yang akan dibelinya.

“Mungkin sekalian makan siang.”

Sasa tak menjawab. Tangannya sibuk menari-nari diatas keyboard seakan tak mendengar apa yang dikatakan Andra.

“Kamu mau ikut?” pertanyaan itu sebenarnya sering dilontarkan Andra setiap kali dia keluar bersama Indi, tapi Sasa tak pernah menjawab ‘ya’.

“Mau?”

“Tidak.. tidak, pekerjaan aku masih banyak.”

“Nanti makan di kantin atau keluar?”

“Entahlah, belum aku pikirkan.”

Andra menghela napas sambil menyandarkan tubuhnya di kursi kerjanya. Akhir-akhir ini sikap Sasa amat berbeda. Ia juga tak pernah mau diantarkannya pulang walau dia tak membawa mobil sekalipun.

“Sa...”

Kali ini Sasa mengangkat wajahnya.

“Apa kamu sakit?”

“Tidak... aku baik-baik saja.”

“Kalau sakit, bilang saja, jangan memaksa untuk terus bekerja.”

“Hmh, memangnya kamu benar-benar peduli sama aku?” katanya gemas, namun kalimat itu hanya diucapkannya didalam hati.

“Sa... “

Sasa tetap melanjutkan pekerjaannya.

“Apa kamu marah sama aku?”

Sasa kembali mengangkat wajahnya. Marah? Haruskah dia marah ketika seseorang dianggapnya tidak lagi memperhatikannya?

“Apa?”

“Kamu nggak marah kan sama aku?”

“Memangnya kenapa aku harus marah?”

“Barangkali saja, karena aku sering keluar tanpa kamu.”

“Tidak... tidak...” Sasa begitu cepat menjawabnya. Sangat memalukan kalau itu memang ‘iya’.

“Selamat siang...”

Dan keduanya menatap kearah pintu, ketika suara nyaring itu terdengar. Begitu merdu, seperi suara musik lembut yang mengalunkan sebuah lagu.

“Selamat siang,” jawab Andra renyah, seperti kerupuk baru digoreng.

“Kita jadi kan ?”

“Iya, aku sudah menunggu dari tadi. Kita berangkat sekarang?”

“Iya, aku sudah membawa konsepnya, nanti dibicarakan sambil makan kan?”

“Baiklah.”

“mBak Sasa mau ikut?” tanya Indi ramah.

“Tidak, saya banyak pekerjaan,” jawab Sasa sambil mengulaskan senyuman ikhlas.

“Aduh, sekretaris kamu ini rajin sekali ya Ndra. Setiap kali diajak keluar nggak pernah mau,” kata Indi sambil tersenyum.

“Aku juga sudah mengajaknya tadi. Kalau begitu, ayo berangkat sekarang,” kata Andra sambil berdiri.

“Sa, bener nih, nggak mau ikut?”

Sasa menggeleng. Tetap saja dia menebarkan senyum ramah sampai keduanya menghilang di balik pintu. Tapi senyum itu menghilang begitu pintu tertutup kembali.

***

“Andra, kamu dari mana ?” tanya Anggoro ketika Andra datang membezoeknya.

“Dari mengantar teman, lalu mampir kemari.”

“Teman yang itu? Yang dulu pernah datang kemari?”

“Iya, dia akan membeli rumah yang baru kami bangun.”

“Kamu suka sama dia?”

“Ah, kan dia cantik, siapa yang tidak suka gadis cantik?”

“Hm, dulu om kira kamu pacaran sama Sasa, anaknya mas Agus.”

“Kami memang sangat dekat, bahkan sejak ketika masih kecil.”

“Itu bisa menjadi jodoh kamu kan?”

Andra tertawa.

“Tidak mengecewakan kok. Tapi apa kamu memilih Indira?”

“Belum memikirkan om. Bagaimana keadaan om ?”

“Lebih baik. Tadi Melani kemari bersama bibik.”

“Lhoh, lalu tante Dita sendirian?”

“Ya, memang dia yang menyuruh Melani pergi bersama bibik.”

“Syukurlah. Dulu tante sangat takut kalau Melani pergi tanpa tante.”

“Aku senang, barangkali memang banyak kemajuan. Oh iya Ndra, aku ingin minta tolong sama kamu.”

“Apa itu om?”

“Maukah kamu membelikan sebuah baju. Gamis untuk tante kamu, sekalian kerudungnya?”

“Wouw..  pasti Andra mau, hadiah untuk tante kan? Nanti Andra akan meminta Sasa untuk memilihkannya. Pasti dia lebih pintar memilih.”

“Ya, tapi aku ingat warna kesayangan tante kamu. Pilihkan yang nuansa coklat muda. Sesuaikan dengan kerudungnya. Tante kamu suka warna lembut, dan coklat muda itu yang paling disukainya.”

“Siap om, nanti juga akan saya belikan. Langsung diberikan, atau ditunjukkan dulu sama om?”

“Kalau kamu sempat, bawa kesini dulu, aku mau lihat.”

“Saya akan beli hari ini juga. Baiklah, akan saya telpon Sasa supaya tidak pulang lebih dulu.”

***

Sasa sudah berkemas, karena jam kerja sudah hampir habis. Dia mengambil ponselnya untuk memesan taksi online, ketika tiba-tiba ponselnya berdering. Dari Andra. Wajahnya langsung muram.

“Ya?” jawabnya singkat.

“Sa, kamu jangan pulang dulu ya,” kata Andra dari seberang.

“Ini aku sudah mau memanggil taksi.”

“Jangan dong Sa, aku mau mengajak kamu.”

“Kemana ? Sama siapa saja?”

“Tidak sama siapa-siapa, hanya aku sama kamu.”

“Kemana?”

“Belanja. Pokoknya jangan pulang dulu.”

Belum sempat Sasa menjawabnya, Andra sudah menutup ponselnya. Ada rasa senang di hati Sasa ketika Andra mau mengajaknya. Berdua saja? Tadi dia sudah khawatir, jangan-jangan bersama Indi juga.

***

Besok lagi ya.

71 comments:

  1. Replies
    1. Selamat jeng dr. Dewiyana di episode ke 38 juara 1.

      Matur nuwun bu Tien salam ADUHAI

      Delete
    2. Ucapan terimakasih & penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada :

      1. Ibu Rosen Rina (blogger);
      2. Ibu Nina Setianingsih (blogger/PCTK);
      3. Ibu Enny Rose (blogger);
      4. Ibu Yati Sri Budiarti (blogger);
      5. Ibu Farida Zubir (blogger;
      6. Troeno Danardana (blogger);
      7. Ibu Yetty Srijeti (blogger);
      8. Ibu Maria Christina (bu Sukardi) blogger;
      9. Ibu Idayati, (blogger);
      10. Ibu Dartini Dunak (blogger);

      Atas partisipasinya, telah ikut membantu biaya untuk perbaikkan laptop bu Tien Kumalasari, yang terbakar mainboard- nya, melalui rekening *BCA 0780131454* a.n Ibu
      R. Ayu Sudartini.

      Semoga amalan Bpk²/ibu² dibalas Allah dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah.
      Aamiin ya Robbal' Alamiin.

      Delete
    3. Yey j. Dokter juara 1 lagi. Ma kasih bu Tien

      Delete
  2. Alhamdulillah .
    Matur nuwun Bunda Tien MK 38 sampun tayang.
    Salam sehat, lan Aduhai

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by the author.

      Delete
    2. Bu Tien.....
      Selak kepingin ngerti lanjutannya
      Pinisirin sekali....
      teganya...teganya....
      Mengaduk-aduk hatiku.....

      Selak pinisirin bgmn Sasa saat ketemu Andra.... ?????
      Bgmn Anggoro saat ngasih gamis ke Dita ya....?????
      Bagaimana Dita saat ketemu Anggoro?
      Bagaimana .....
      Bagaimana .....
      Bagaimana …....
      mBuh pokoke bagaimana gitu loh ..

      Delete
  3. Alhamdulillah trmksh mb Tien

    Salam sehat ADUHAI

    ReplyDelete
  4. Alhamfulillah sehari hari ahad ngk tayang emka serasa sebulan nungguin begitu bu nani kasi khabar melani tayang lgs buka google hehehe trimakasih bunani

    ReplyDelete
  5. Ucapan *_Terimakasih & Penghargaan setinggi-tingginya_* kepada:

    1. Ibu drg. Isdarmirah Daly; (PCTK);
    2. Ibu Enchi Sri Rahayu (PCTK);
    3. Ibu Umi Iswardono, (PCTK);
    4. Bpk. Antonius Sarjo (PCTK);
    5. Ibu Marheni (PCTK);
    6. Ibu Nani Nur'aini Siba (PCTK);
    7. Bpk. Djoko BS/Kakek Habi (PCTK);
    8. Ibu Iyeng Santoso (PCTK);
    9. Bpk. Bambang Subekti (PCTK);
    10. Ibu Kusumawati Prayogo (PCTK);
    11. Ibu Jalmi Rupindah (PCTK);
    12. Ibu Eny Libra (PCTK);
    13. Ibu dr. Dewiyana Sp.P (K) (PCTK);
    14. Ibu Roesmiyati (PCTK);
    15. Ibu Tingting Hartinah (PCTK);
    16. Ibu Salamah (PCTK);


    Atas partisipasinya ikut membantu biaya perbaikkan LAPTOP ACER (cindera mata WAG PCTK ke bu Tien) yang terbakar mainboardnya, via rekening BRI 014001006493532 a.n Ibu Hj. Nur'Aini.

    Semoga Allah mengganti dengan
    rezki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin ya Robbal'alamin.

    *_siapa menyusul_* ???

    ReplyDelete
  6. Alhamdulullah MK 38 tayang
    Terimakasih bunda Tien
    Semoga bunda Tien selalu sehat
    Salam sehat dan hangat

    ReplyDelete
  7. 𝐀𝐥𝐡𝐚𝐦𝐝𝐮𝐥𝐢𝐥𝐥𝐚𝐡 𝐦𝐚𝐭𝐮𝐫 𝐬𝐞𝐦𝐛𝐚𝐡 𝐧𝐮𝐰𝐮𝐧 𝐌𝐊 38 𝐬𝐚𝐦𝐩𝐮𝐧 𝐤𝐚𝐭𝐚𝐦𝐩𝐢.

    𝐒𝐚𝐥𝐚𝐦 𝐬𝐞𝐡𝐚𝐭 𝐬𝐞𝐥𝐚𝐥𝐮 𝐮𝐭𝐤 𝐁𝐮 𝐓𝐢𝐞𝐧 & 𝐤𝐞𝐥𝐮𝐚𝐫𝐠𝐚.

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah MK 38 sdh hadir,, Matur nuwun lbu Tien,,
    Sehat wal'afiat semua ya,,Dan Salam ADUHAAII 🙏💖

    ReplyDelete
  9. Luarbiasa Melani masih sore udah tayang.
    Makasih Bunda.Sehat selalu dan tetap semangat dalam berkarya

    ReplyDelete
  10. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alamdulillah
      Yang ditunggu tunggu telah hadir
      Matur nuwun bu Tien
      Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
      Salam ADUHAI dr Cilacap

      Delete
  11. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  12. Alhamdulullah MK 38 tayang
    Terimakasih mbak Tien
    Semoga selalu sehat, dan tambah semangat
    Salam Aduhai

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah Anggoro udah dpt lampu hijau setidaknya

    Meskipun perlu sabar dan hrs sangat menjaga perasaan Anindita

    Giliran Sasa yg mulai ada rasa cemburu terhadap Indi
    Wajar lah Hindi lbh cantik dan sptnya Andra bakalan pilih Indi

    Nah mw di anak belanja Andra hati mulai ber bunga2

    Kita tunggu bsk yah
    Mksh bunda Tien moga selalu sehat doaku

    ADUHAI...ADUHAI...ADUHAI

    Horeeee....salam sayang selalu

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah. Suwun ibu
    Semoga selalu sehat

    ReplyDelete
  15. Terima kasih mbak Tien, semoga selalu sehat. Salam aduhai...

    ReplyDelete
  16. Eh ternyata MK 38 sudah hadir awal. Alhamdulilah matur nuwun. Sehat n Barokah selalu Bu Tien.

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah MK38 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  18. Makasih bu Tien, makin penasaran saja. Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  19. Wah Sasa cembuker nih ..pasti Andra pilih Sapa Indi apa Sasa ...loo

    ReplyDelete
  20. Alhamdulilah, terima kasih bu tien smg ibu sekeluarga sehat walafiat... salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  21. Terima kasih Bu Tien Melaninya, semoga Bu Tien sehat selalu.

    ReplyDelete
  22. Alhamdulillah......
    Mtur nuwun Bun......
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun......

    ReplyDelete
  23. Alhamdulillah
    Semoga sehat walafiat bunda 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  24. Alhamdulillah MK Eps 38 sudah tayang.
    Matur nuwun mBak Tien Kumalasari.
    Semoga kita semua tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin Aamiin Yaa Robbal Aalamiin.
    Salam sehat dan salam hangat.

    ReplyDelete
  25. Sami2 mas Dudut.
    Aamiin ya robbal alamiin
    Salam hangat dari Solo

    ReplyDelete
  26. Terima kasih bu Tien, salam sehat dan aduhai

    ReplyDelete
  27. Trimakasih mbak Tien MK38nya...

    Semoga semua menjadi bahgia..

    Salam sehat dan aduhaiii mbak Tien..🙏😘🌹

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien
    Senantiasa sehat,Aamiin.

    ReplyDelete
  29. Matur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah sampai di rumah.
    Anggoro sembuh, Anindita sembuh, terus menerima lamaran Abi ... asyik.
    Andra bagaimana ni.. pilih Sasa apa Indira? Ayo yang tegas.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  30. Terima kasih Bu Tien...salam hangat dan sukses selalu...

    ReplyDelete
  31. Wadooooooh Om Anggoro salah pilih nih, seharusnya warna Ungu donk ah..

    ReplyDelete
  32. Makasih mba Tien.
    Sehat selalu mba.
    Salam hangat dan aduhai

    ReplyDelete
  33. Alhamdulillah, terima kasih Bu Tien MK sdh tayang kembali....bakal ada cinta yg pabaliyut...😊
    Salam sehat selalu....

    ReplyDelete
  34. Alhamdulillah MK~38 telah hadir... maturnuwun bu Tien 🙏

    ReplyDelete
  35. Terima kasih Mbak Tien , MK 38 sdh tayang ... Tambah asyik ceritanya ... Smg Mbak Tien & keluarga sehat sll ... Salam Aduhai .

    ReplyDelete
  36. Alhamdulillah, matursuwun mbak Tien MELANInya
    Salam sehat selalu

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  38. Maturnuwun Bu Tien 🙏 MK 38,salam sehat , ADUHAI dan semangat dlm berkarya

    ReplyDelete
  39. Alhamdulillah. Matur nuwun. Salam sehat dari Depok kagem Ibu.🙏

    ReplyDelete
  40. Assalamualaikum wr wb. Akhirnya ketahuan bhw Sasa memendam rasa cinta kpd Andra dan mudah mudahan Andra tdk bertepuk sebelah tangan. Yg diharapkan juga Anindita sgr sembuh, sehat lahir dan batin seperti sediakala, shg membuat bahagia sekeluarga. Maturnuwun Bu Tien, ceritanya semakin asyik, semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
      Aamiin Allahumma Aamiin
      Matur nuwun pak Mashudi

      Delete
  41. Pengharapan demi utuhnya kembali keluarga ini, semakin di depan, didepan mana?
    Ya didepan mata, berarti bisa dilihat, iya donk
    Masa mau di intip kaya mau baca di wag, ngitip aja ketahuan
    Biasanya sudah mau habis bahan yang akan diwujudkan buat chat, teriak hoy gabung donk masa ngintip terus awas timbilen lho, ih ngancam, ngancam kok tebar penyakit.
    Melani sebagai pelengkap penderita menikmati kasih sayang ibunya, yang telah lama dirindukan.
    Anin juga mau gendong gendong sudah nggak kuat, baru saja anak sudah ditemukan, eh mau diambil orang, udah gedhé, ranumlah
    Kaya buah aja, pakai ranum segala, perlu pengawasan dan perlindungan biar enggak disamber codot(kelelawar pemakan buah) ditempat.
    Perlindungan? apik juga istilah nya, biasanya itu di brongsong gitu, perlindungan perlindungan åpå..
    Nanti kalau sudah sembuh pulang ke rumah bibik, ibu pasti senang.
    Kan harapan belum tentu Anin menerima, suatu ketakutan Anggoro yang merasa bersalah, pinter pinter nya Melani aja yang gigih membangun infrastruktur kasih sayang didalam karya nyata menempatkan diri diantara, bapaknya dan ibunya yang lagi saling berusaha kembali terhubung, perlu jembatan ya..?
    ya itu akal akalan Melani; itu pernyataan bibik Asih yang diwawancarai 'nak ganteng' yang penasaran kenapa cepet sekali dan banyak perubahan di diri tante Anin.
    Maruti pun menceritakan alibi pemberantakan keluarga Anggoro yang terjadi, dari hasil rangkuman berbagai sumber terpercaya, dengan menyisakan penekanan pertanyaan; apakah Anin tidak menceritakan tentang masa lalu Santi, pada Anggoro kan dia mengancam 'Dita harus juga ikut merasakan'.
    Sentuhan lembut yang tulus dari hati meluruhkan amarah, ternyata ada peran dirinya juga terjadinya kejadian ini.
    Niatan mau memupus pakai lambang segala.
    Pakai gaun hijau tosca membezoek Anggoro.

    ADUHAI..

    Di dunia lain, jauh amat, di sisi lain aja.. kenangan kenangan tentang kesukaan antara Anin dan Anggoro yang masih tersimpan dalam diri mereka masing masing berusaha di ungkapkan diantara mereka.
    Memang kebersamaan saling membahagiakan kadang membekas menjadikan kenangan tak terlupakan.


    Terimakasih Bu Tien,
    Melani Kekasihku yang ke tiga puluh delapan sudah muncul.
    Sehat sehat selalu doaku, sedjahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  42. Terima ksih bunda Tien MK 38 nya.. Senang bc nys.. Sbntrlgi psti tamat nih.. Bahagiasemusnya.. Slmsehat dan aduhai dri skbmi🥰🥰

    ReplyDelete
  43. Asyiiiik....
    Terobati ...
    Alhamdulillah seneng bacanya

    Salam sehat semuaaanya
    Salam aduhaiii

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...