MELANI KEKASIHKU 36
(Tien Kumalasari)
Semua mata memandang Anindita yang terbelalak menatap anak gadisnya.
“Ibu... Apakah ibu marah?”
Anindita tetap memandangi Melani.
“Kalau ibu tidak mau, biarlah aku...”
“Tidak, ibu tidak mau kehilangan kamu lagi.”
“Jadi... ibu mau ikut bersamaku?”
Anindita mengangguk, Melani segera memeluk ibunya erat sambil kembali menangis.
“Mengapa kamu selalu rewel?” kata Anindita sambil mendongakkan kepala Melani. Kemudian menciumi pipi Melani bertubi-tubi.
“Aku tak mau kehilangan kamu lagi,” bisiknya pelan.
“Aku senang ibu menuruti kemauanku. Cepatlah ibu ganti pakaian bagus, kita pergi bersama-sama,” kata Melani sambil menarik tangan ibunya, dibawanya ke kamar.
Maruti mengusap air matanya.
“Sudah, mengapa kamu ikut-ikutan menangis?” tegur Panji sambil merangkul pundak isterinya.
“Melani sungguh pintar membujuk ibunya. Dengan cara yang mungkin orang lain tak bisa melakukannya.”
Panji mengangguk setuju.
“Kita antarkan mereka ke rumah sakit ya.” Tanya Panji.
“Iya mas, tentu saja. Bibik, hari ini, semoga menjadi hari bahagia di keluarga Anindita. Aku berharap suami isteri bisa bertemu dalam suasana yang manis.”
“Bibik akan berdoa untuk itu bu. Sudah lama mereka berpisah, dan bu Dita menganggapnya laki-laki jahat yang telah membuatnya sengsara. Sekaranglah saatnya mereka menyadari apa yang sebenarnya terjadi, lalu bisa saling memaafkan,” kata bibik yang ikut terharu.
“Iya bik, seneng, bibik tidak usah selalu momong Anindita yang pastinya sangat rewel selama ini.”
“Iya bu, sangat rewel. Setiap hari selalu minta pergi mencari bayi kecilnya. Tidak mengira, dia sudah tumbuh besar dan sangat cantik.”
“Hanya karena Kuasa Allah maka kami bisa dipertemukan bik.”
“Kita harus berterimakasih kepada yang Maha Pengasih dan Penyayang.”
“Benar bik.”
“Saya ke kamar dulu, melihat apakah bu Dita sudah selesai berganti pakaian. Biasanya dia juga rewel setiap kali harus memilih baju yang ingin dipakainya.
Ketika simbok mau masuk ke kamar, dilihatnya Melani sudah menggandeng ibunya keluar, dengan pakaian rapi. Pakaian yang sudah lama sekali tidak dipakainya. Warnanya hijau tosca berupa gamis, dan kerudung berbunga-bunga dengan warna senada.
“Aduuh, ibu cantik sekali...” puji bibik sambil menatap majikannya.
Melani tersenyum senang.
“Tuh kan bu, baju pilihan Melani membuat ibu kelihatan lebih cantik, pasti bapak akan terkagum-kagum,” kata Melani mencoba menggoda ibunya. Tapi tiba-tiba wajah Anindita berubah muram. Tampaknya kata-kata ‘bapak’ belum bisa meluluhkan hatinya. Dia pergi hanya karena takut Melani tak akan kembali. Takut kalau Melani hilang lagi seperti dulu.
“Ibu jangan cemberut dong, nanti cantiknya hilang,” kata Melani sambil mencium pipi ibunya. Melani juga menyapu wajah ibunya dengan bedak yang disediakan bibik atas permintaan Melani.
Tapi Anindita masih tetap cemberut. Tak apa, yang penting dia menurut ketika Melani menggandengnya ke jalan besar, dimana mobil pakdenya diparkir.
***
“Om Anggoro harus terus bersemangat, percayalah badai akan segera berlalu,” hibur Andra ketika di rumah sakit, karena melihat Anggoro tampak lesu.
“Iya, aku sudah berusaha. Tidak apa-apa, aku kan sedang mengunduh buah yang aku tanam sendiri. Dulu menyakiti, sekarang aku disakiti, impas kan?”
“Kalau begitu om Anggoro tidak boleh tampak suntuk begitu. Nanti kalau dokter sudah mengijinkan om Anggoro pulang, kita coba lagi mendekatinya.”
“Sepertinya sulit bagi dia untuk memaafkan aku. Dia sangat membenci aku. Kebencian itu sudah sangat mendalam, mengingat kesengsaraan yang dirasakannya sudah bertahun-tahun silam.”
“Semuanya pasti akan ada batasnya om. Ada saat dimana sesuatu yang sangat buruk, kemudian menjadi indah.”
Anggoro membaringkan tubuhnya lagi, setelah duduk di tepi pembaringan beberapa saat lamanya. Selang infus masih tersambung pada ujung lengannya. Dia masih sering merasa pusing, walau luka di kepalanya sudah mulai mengering.
“Apa kabarnya Melani?”
“Melani sangat bersemangat menghibur ibunya. Dan perlahan tapi pasti, tante Dita akan kembali pulih.”
“Aamiin.”
“Selamat siang...” sebuah suara merdu mengejutkan mereka. Andra menoleh ke arah pintu, dan melihat sesosok wanita tinggi semampai, yang menatapnya sambil tersenyum. Andra menghampirinya dengan dada berdebar. Tentu saja dia mengenali gadis itu, karena ia memang tak bisa melupakannya.
“Indira?”
“Aduh, terimakasih karena masih mengingatku.”
“Bagaimana kamu bisa sampai ketempat ini?”
“Tadi aku ke kantor. Sekretaris bapak memberi tahu bahwa bapak ada di rumah sakit. Tapi aku bertanya pada Abi, di rumah sakit mana dan kamar mana kerabat kamu dirawat.”
“Oh, apakah ada yang perlu sehingga kamu menemui aku? Tapi tunggu, jangan panggil aku bapak dong, kita kan seumuran, panggil saja aku Andra.”
“Baiklah, Andra,” kata Indi yang langsung menanggapinya.
“Bagaimana pertanyaanku tadi, ada perlu sehingga bersusah payah menemui aku?”
“Tidak, hanya penasaran saja. Ternyata kamu kenal sama Abi, sahabat aku.”
“Tidak mengira juga. Tapi aku senang kita bertemu.”
“Aku hanya kebetulan lewat kantor kamu, lalu mampir.”
“Darimana juga kamu tahu kantor aku?”
“Dari Abi...”
Andra tersenyum, senang rasanya gadis yang baru pertama kali bertemu ternyata mau menemuinya. Dan gadis itu juga tampak sangat mudah bergaul. Mereka seperti sudah berteman sejak lama.
“Oh, ayo aku kenalkan sama Omku yang sedang dirawat,” kata Andra sambil mengajak Indira mendekati Anggoro.
Indira meletakkan sekeranjang buah yang dibelinya, lalu diletakkannya di meja.
“Om, ini Indira..” kata Andra memperkenalkan Indira.
“Oh, namanya bagus. Ini pacar kamu? Cantik sekali..”
“Ini.. eh.. dia.. dia.. kami baru dua kali ini bertemu.”
“Oh ya? Syukurlah. Senang kalau kalian bisa berjodoh,” canda Anggoro.
Baik Andra maupun Indi tersipu mendengar canda itu.
“Tapi aku tidak bisa lama. Sebenarnya aku ingin bicara tentang perumahan yang sedang kamu bangun. Aku tertarik untuk membelinya. Tempatnya sangat strategis.”
“Oh, kalau itu nanti kita bicara di kantor. Apa kamu sudah bicara juga sama sekretaris aku?”
“Belum, inginnya bicara sama kamu dulu.”
“Besok datanglah ke kantor.”
“Baiklah, tapi sekarang aku mau permisi dulu.”
“Mengapa buru-buru ?” sela Anggoro.
“Saya harus segera kembali ke kantor om. Semoga om cepat sembuh ya.”
“Terimakasih Indi.”
Andra mengantarkan Indi sampai ke depan. Tapi tak lama kemudian Andra juga berpamit sama Anggoro karena dia juga harus kembali ke kantor.
“Kalau om butuh sesuatu, telpon saya saja,” kata Andra sebelum pergi.
Dalam melangkah ke arah tempat parkir mobilnya, Andra menelpon Sasa, apakah ada sesuatu yang penting di kantor.
“Tidak ada,” jawab Sasa singkat.
“Tidak ada?”
“Kan aku sudah bilang kalau ada sesuatu pasti aku menelpon kamu?”
“Iya, aku tahu, kok kelihatannya agak kesal begitu? Aku kelamaan ya perginya?”
“Oh ya, tadi ada yang mencari kamu.”
“Siapa?” tanya Andra meskipun sudah tahu.
“Gadis, cantik sekali.. pasti sudah menemui kamu kan?”
“Iya, sudah.. dia tertarik dan ingin mengambil rumah yang sedang kita kerjakan. Tapi nanti kita bicara saja di kantor.”
“Aku mau pulang sekarang,” nada suara itu dirasakan Andra seperti orang yang sedang kesal.”
“Pulang? Tungguin aku dong, kamu kan nggak bawa mobil.”
“Nggak usah, aku sudah memanggil taksi. Maaf, kepalaku agak pusing, jadi belum saatnya pulang aku sudah pergi.”
“Sasa...”
Tapi Sasa keburu menutup ponselnya. Andra agak heran, sikap Sasa hari ini agak aneh, sedikit ketus, dan mengapa buru-buru pulang padahal dia belum sampai di kantor.
***
Abi dalam perjalanan ke rumah Bibik ketika Indi menelponnya.
“Ada apa nih?”
“Bi, aku sudah ketemu sahabat kamu itu.”
“Syukurlah. Berterimakasih dong sama aku, bukankah aku yang memberi kamu alamat kantor dia, dan juga rumah sakit dimana om nya dirawat?”
“Iya, terimakasih deh.”
“Kamu benar-benar gadis yang luar biasa. Aku kira kamu tak pernah tertarik pada laki-laki manapun.”
“Kamu jangan berprasangka buruk sama aku, aku tertarik membeli rumah yang sedang dibangunnya.”
“Oh, iya benar, dia sedang membuat perumahan elit. Tempatnya ditengah kota.”
“Nah, untuk itu aku menemui dia, jadi jangan menduga yang macam-macam.”
“Macam-macam ya nggak apa-apa kok.”
“Ah.. nggak tahu aku, belum begitu terpikirkan.”
“Tapi dia baik kan?”
“Dia punya sekretaris yang cantik.”
“Apa hubungannya?”
“Tiba-tiba aku merasa takut sendiri.”
“Indi...”
“Ya sudah, ini aku sudah sampai di kantor, nanti telponan lagi.”
Abi tersenyum, ia merasa Indi tertarik pada Andra. Mengapa dia bicara tentang sekretarisnya? Atau jangan-jangan benar ada sesuatu antara Andra dan Sasa. Abi menghentikan lamunannya karena dia sudah sampai di gang, dimana rumah bibik berada.
Tapi Abi kecewa karena di rumah itu ia hanya bisa menemui bibik.
“Nak ganteng terlambat datang, mereka semua pergi,” kata bibik.
“Kemana?”
“Ke rumah sakit. Katanya pak Anggoro dirawat?”
“Iya bik, aku yang waktu itu membawanya ke rumah sakit. Om Anggoro terserempet mobil ketika berjalan sepulang dari sini.”
“Ya ampuun, kasihan pak Anggoro. Dulu bibik juga kesal sama pak Anggoro karena mengusir bu Dita dengan semena-mena. Tapi setelah tahu ceritanya, biarpun masih kesal juga, bibik bisa memakluminya.”
“Tapi aku heran. Ibu Dita mau diajak menemui suaminya?”
“Itu kan semua gara-gara nak Melan. Dia itu setiap hari membujuk ibunya agar begini, agar begitu. Senjatanya cuma nangis. Kalau nak Melan nangis, bu Dita seperti orang bingung, apa yang dimintanya pasti diberikan. Sejak tadi nak Melani nangis, bilang kalau kangen sama ayahnya. Pada awalnya bu Dita seperti akan marah. Tapi kan hatinya pasti luluh kalau melihat nak Melan menangis.”
“Aduh, jadi akhirnya mau di ajak ke rumah sakit?”
“Nak Melan bilang kalau ibunya nggak mau, dia mau berangkat sendiri. Mungkin karena takut kehilangan anaknya lagi, bu Dita mau ikut. Nggak tahu nanti bagaimana setelah ketemu, bibik agak takut juga, karena sebenarnya kan bu Dita belum mau ketemu pak Anggoro.”
“Mudah-mudahan Melani bisa menenangkannya,” kata Abi sambil berdiri.
“Nak ganteng mau ke mana?”
“Menyusul ke rumah sakit bik, khawatir kalau ada apa-apa. Bibik mau ikut?”
“Tidak nak, bibik mau bersih-bersih. Lagian dirumah nggak ada orang.”
***
Panji menurunkan isterinya dan Melani serta Anindita di lobi, baru dia ke parkiran untuk memarkir mobilnya.
Agak alot Anindita melangkahkan kakinya, sehingga Melani dan Maruti yang menggandengnya di kiri dan kanannya harus sedikit memaksanya.
“Ibu, apakah ibu tidak mau masuk? Membiarkan aku pergi sendiri?” kata Melani ketika merasa ibunya agak ogah-ogahan.
“Tidak.. tidak..” katanya sambil mencengkeram erat lengan anaknya.
Maruti merangkul pinggang adiknya.
“Kita harus terus menemani Melani bukan? Kasihan Melani, pasti sedih bapaknya terluka.”
Ketika di mobil, Maruti bercerita tentang kecelakaan yang menimpa Anggoro. Biarpun diam, Anindita tampak sangat memperhatikan cerita itu. Entah apa yang dipikirkannya.
“Anindita tampak mendengar ceritaku tadi, mungkinkah dia menyesali perbuatannya yang telah mengusir Anggoro?” kata batin Maruti.
Mereka sudah sampai didepan pintu kamar inap Anggoro. Pelan Melani membuka pintunya. Lalu tiba-tiba dia menghambur ke pelukan ayahnya yang saat itu terbaring sambil memejamkan mata.
Terkejut Anggoro ketika melihat Melani menelungkup di dadanya.
“Bapak sakit, mengapa tidak mengabari Melani?” isak Melani.
“Bapak tidak apa-apa, bapak tak ingin kamu kepikiran. Jangan khawatir, bapak baik-baik saja kok.”
“Melani sedih, bapak sakit.”
“Lihat, bapak tidak apa-apa.”
Melani menatap bapaknya. Ada balutan di kepalanya. Wajahnya juga terlihat pucat.
“Melani, kamu sama siapa?”
“Coba tebak, sama siapa..” goda Melani.
Anggoro menatap ke arah pintu, dan melihat Anindita berdiri mematung di depan pintu, sementara Maruti merangkul pinggangnya.
Berdebar Anggoro, dan tanpa diduga dia mendorong Melani pelan, lalu melompat dari tempat tidur, menghambur ke arah dimana isterinya berdiri.
Melani menjerit. Selang infus terlepas dan darah berceceran di mana-mana.
“Bapaaak...”
***
Besok lagi ya.
Asyik....
ReplyDeleteUcapan terimakasih & penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada :
Delete1. Ibu Rosen Rina (blogger);
2. Ibu Nina Setianingsih (blogger/PCTK);
3. Ibu Enny Rose (blogger);
4. Ibu Yati Sri Budiarti (blogger);
5. Ibu Farida Zubir (blogger);
6. Bp. Troeno Danardana (blogger);
7. Ibu Yetty Srijeti.
8. Ibu Maria Christina;
Atas partisipasinya yang telah ikut membantu biaya untuk perbaikkan laptop bu Tien Kumalasari, yang terbakar mainboardnya, melalui rekening *BCA 0780131454* an Ibu
R. Ayu Sudartini.
Semoga amalan Bpk²/ibu² dibalas Allah dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah.
Aamiin ya Robbal' Alamiin.
Horreeeey
DeleteSelamat jeng dr. Dewiyana di episode ke 36 juara 1, di sela² kesibukannya masih bisa ikut balapan.
DeleteMatur nuwun bu Tien.
Jeng dokter Dewi....Juara 1
DeleteAlhamdulillah,mtnuwun nuwun mbk Tien mgi2 tansah pinaringan sehat
Kakek Habi lanjuuuut....
Yey, heng dokter juara, selsmat ya say. Bu Tien Tien yrtima kasih MK 36 udh tayang, nah Sasa dibuat cemburu nih sama Indira, fyuh....
DeleteAlhamdulillah MK hadir nih
ReplyDeleteYg di tunggu2 yuk kita baca bersama
Harapan seh hati Anindita mulai luluh dgn tangisan Melani
Jadinya bs baikan lg meskipun baru proses seh
Mksh bunda sehat selalu
ADUHAI
Alhamdulillah...
ReplyDeleteKok kacrit jeng Wiwik, biasanya playune buanter.....
DeleteMakasih bu...
ReplyDeleteUcapan *_Terimakasih & Penghargaan setinggi-tingginya_* kepada:
Delete1. Ibu drg. Isdarmirah Daly;
2. Ibu Enchi Sri Rahayu;
3. Ibu Umi Iswardono;
4. Bpk. Antonius Sarjo;
5. Ibu Marheni;
6. Ibu Nani Nur'aini Siba;
7. Bpk. Djoko BS;
8. Ibu Iyeng Santoso;
9. Bpk. Bambang Subekti;
10. Ibu Kusumawati Prayogo;
11. Ibu Jalmi Rupindah;
12. Ibu Eny Libra (PCTK);
13. Ibu dr. Dewiyana Sp.P (K) (PCTK);
14. Ibu Roesmiyati (PCTK);
15. Ibu Tingting Hartinah (PCTK);
16. Ibu Salamah (PCTK);
Atas partisipasinya ikut membantu biaya perbaikkan LAPTOP ACER (cindera mata WAG PCTK ke bu Tien) yang terbakar mainboardnya, via rekening BRI 014001006493532 a.n Ibu Hj. Nur'Aini.
Semoga Allah mengganti dengan
rezki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin ya Robbal'alamin.
*_siapa menyusul_* ???
Alhamdulillah....Lanjut Kek
DeleteJeng Nani, matur nuwun
DeleteSami2 jeng dokter Dewi
DeleteSami2 jeng dokter Dewi
DeleteAlhamdulillah MK 36 sdh tayang.. smg Abi datang ketemu Melani yah .❤️
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien saysng.. salam Aduhaaaai 😘❤️
Sami2 ibu Lily
DeleteSalam ADUHAI
Makasih Bunda
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat
Sami2 mas Bambang
DeleteAssalamualaikum wrwb
ReplyDeleteAlhamdulillah ,,,Aduhai mbak Tien ,,
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteADUHAI ibu Susi
Alhamdulillah
ReplyDeleteMatur nuwun
Sami2 pak Wedeye
DeleteAlhamdulillah MK36 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
Sami2 ibu Uchu
DeleteADUHAI
Alhamdulillah, Terima kasih...
ReplyDeleteSami2 ibu Nanung
DeleteKesuwun b Tien. Sugeng dalu.
ReplyDeleteBuat pemirsa semua selamat menikmati karya b Tien.
Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Salam penuh semangat Cak..
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMaturnuwun Ibu Tien... 🙏
Sami2 ibu Tri
DeleteAlhamdulilah tks bu tien
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
DeleteTerima kasih mbak Tien....
ReplyDeleteSami2 Bunda
DeleteMaturnuwun, mb Tien.Cerita semakin asyik
ReplyDeleteYuli Semarang
Sami2 ibu Yuli
DeleteSalam asyiik
Alhamdulilah sudah hadir MK 36.
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien sehat selalu dan ADUHAIII
Sami2 salam sehat dan ADUHAI ibu Rochmah
DeleteAduhh...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Sami2 KP LOVER
DeleteAduhh...hai
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah .. Terimakasih mbak Tien Kumalasari, MK Eps 36 sudah tayang.
ReplyDeleteSalam ADUHAI dari Tangerang.
Salam ADUHAI dari Solo, mas Dudut
DeleteAlhamdulillah MK 36 sydah tayang. Akhirnya Melani berhasil membawa ibunya menengok bapaknya. Sakin semangatnya Anggoro lupa kalau infus masih dipasang. Wah bisa heboh karena darah berceceran. Semoga dengan melihat keadaan Anggoro maka Anindita mulai bisa memafkan dan sadar.. aamiin. Salam sehat buat bu Tien. Salut lho dalam menggali iden dan bercerita.. pengin juga bisa nulis..he he he
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Noor
DeleteYuk nulis
Alhamdulillah, Matur nuwun bu Tien untuk MK nya,, baarakallahu fiikum
ReplyDeleteSalam sehat wal'afiat bu Tien & Salam ADUHAAII 🙏🙏🙏🤗💖
Sami2 Mbah put
DeleteSalam sehat nan ADUHAI
Terima kasih bu Tin,salam aduhai dari Sidoarjo
ReplyDeleteSami2 ibu Herlin
DeleteSalam ADUHAI dari Solo
Alhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien semoga sehat walafiat
🙏🙏🙏
Alhamdulillah..... trmksh mb Tien
ReplyDeleteSalam ADUHAI
Sami2 Yangtie
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah MK 36 hadir, maturnuwun Bu Tien 🙏, semoga sehat beserta keluarga..tetap ADUHAI bu
ReplyDeleteSami2 Yangti
DeleteAamiin
Tetap ADUHAI
𝑾𝒂𝒅𝒖𝒉 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒊𝒏𝒇𝒖𝒔 𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒄𝒂𝒃𝒖𝒕 𝒌𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒓𝒐 𝒎𝒂𝒋𝒖 𝒊𝒏𝒈𝒊𝒏 𝒎𝒆𝒎𝒆𝒍𝒖𝒌 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂..?
ReplyDelete𝑺𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒍𝒂𝒓𝒊..𝒉𝒆..𝒉𝒆.
𝑴𝒂𝒕𝒖𝒓 𝒔𝒖𝒘𝒖𝒏 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖...
𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨.🙏🙏🙏
Sami2 pak Indriyanto
DeleteSalam ADUHAI
Sudah tayang ......
ReplyDeleteMakasih bu Tien, semoga sehat selalu dan salam aduhai dari Nganjuk.
Sami2 ibu Sri,
DeleteSalam ADUHAI
Terima kasih Mbak Tien , MK 36 sdh tayang .. makin asyik aja ceritanya , pokoknya seru deeh ... Semoga Mbak Tien / kelrg happy & sehat selalu ... Saplam Aduhai ...
ReplyDeleteSami2 ibu Enny
DeleteSalam sehat dan ADUHAI
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Sami2 wo
DeleteAamiin
Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah sampai di alamat.
ReplyDeleteTampaknya Sasa bersaing dengan Indi, siapa ya pemenangnya...
Ayo Dita, segera sembuh dan sehat lagi, kembali bersama Anggoro. Penjahatnya sudah tertangkap dan tinggal menunggu waktu masuk penjara.
Salam sehat selalu mbak Tien yang ADUHAI.
Kl menurutku kok Indi yg akan bersama Andra
DeleteAnindita InShaAllah udah mulai baikan
Kl pelan2 dengerin cerita nya Anggoro juga bibik lht reaksi Melan yg begitu perhatian ma bpknya
Pastilah terketuk hatinya meskipun gak bs frountal seh
Ini seh harapanku aj
Moga bunda Tien sejalan dgn angan2
Yg pntg ttp sehat buat bunda Tien dan ttp ADUHAI
Salam tetap ADUHAI ibu Maimun
DeleteSalam sehat dan ADUHAI pak Latief
DeleteAlhamdulillah,matur nuwun Bu Tien..
ReplyDeleteMugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.
Sami2 ibu Rini
DeleteSalam ADUHAI
Maturnuwun mbak Tien MK36nya..
ReplyDeleteDuuh msh deg2an jg ni..gmn Dita menghadapi Anggoro..
Melani luar biasa ya..jd terapis ibunya..saluuuut..👍👍👏👏
Semoga kebahagiaan segra terwujud dlm bersatunya keluarga..🤲
Salam sehat dan aduhaii sekali mbak Tien..🙏😘🌹
Sami2 ibu Maria
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulillah...
ReplyDeleteAlhamdulillah... Maturnuwun bu Tien
ReplyDelete...
Alhamdulillah, matur suwun mbak Tien, mugi tansah pinaringan sehat. Aamiin
ReplyDeleteAamiin
DeleteMatur nuwun ibu Umi
Ikut deg2an juga nih...infus Anggoro terlepas. Mdh2an Perawat segera datang. Salam sehat kagem Ibu. Matur nuwun Bu Tien MK 36 nya?🙏👍
ReplyDeleteSami2 pak Boediono
DeleteSalam ADUHAI
Assalamualaikum wr wb. Mudah mudahan di episode 37, sdh terjalin hubungan kekeluargaan yg akrab antara Melani, Dita Anggoro, Maruti Panji dgn menghilangkan masa lalu yg buruk. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.... Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
DeleteAamiin ya robbal alamiin
Matur nuwun dan ADUHAI pak Mashudi
Semoga berakhir bahagia utk semua. Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSalam sehat selalu aduhai
Sami2 ibu Sul
DeleteSalam ADUHAI
Alhamdulilah Melani udah hadir trims Bu Tien sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
ReplyDeleteAamiin
Salam ADUHAI
Terima kasih Bu Tien....salam sehat, bahagia dan sukses selalu....
ReplyDeleteSami2 ibu Rosen Rina.
DeleteSalam ADUHAI
Makasih bunda Tien.. Slmtweekeng bersm keluarga dan salam afuhaai🥰🥰
ReplyDeleteSami2.
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Farida
Kasihan kita .... berpihak kemana? Ke Anggoro atau Anindita dan Melani?
ReplyDeleteSilahkan berpihak dengan pandangan kita masing masing secara bijaksana. Terima kasih dan Salam sehat mbak Tien .
MK 36
𝓢𝓮𝓵𝓪𝓶𝓪𝓽 𝓶𝓮𝓷𝓪𝓷𝓽𝓲 𝓭𝓪𝓽𝓪𝓷𝓰𝓷𝔂𝓪 𝓜𝓮𝓵𝓪𝓷𝓲 37.
ReplyDeleteAnggoro sdh kena karma tp krn si dr gila santi sdh di penjara
ReplyDeleteWaduh ada apa dengan akunku diblog sini?
ReplyDeleteBerubah karena sistem?
Rekayasa sistem atau over protective message?
Membuat tidak nyaman user's!
Fp keluar dan menghilang membikin ragu
DeleteIni keluar fp nya
Pertama tadi send tidak nampak jaringan oh jaringan berlemot ria