Thursday, November 25, 2021

MELANI KEKASIHKU 35

 

MELANI KEKASIHKU  35

(Tien Kumalasari)

 

Anindita tegak berdiri, menatap tubuh Melani yang tertelungkup sambil memeluk bantal dengan isak yang masih terdengar.

“Ibu....”

“Bayiku yang cantik...” kata Anindita lembut.

“Aku sudah besar Bu, bukan bayi lagi.”

“Aduh... ibu lupa lagi... tapi kamu harus diam ya, jangan menangis lagi.”

“Tapi aku kangen sama bapak...” tangis Melani semakin keras.

Anindita naik ke pembaringan, berbaring disamping Melani dan memeluknya. Tapi Melani menggoyang-goyangkan tubuhnya agar pelukan ibunya terlepas. Anindita merengut. Ditatapnya tubuh Melani yang masih tertelungkup, dan tangisnya semakin menjadi-jadi.

“Sayang, cintaku... kekasih ibu.. diamlah.. jangan rewel.”

“Aku mau bapak.. aku mau bapak...”

“Bibiiiik...” teriak Anindita memanggil bibik.

“Ya, ada apa. Lho, kok nak Melani rewel lagi?” seru bibik sambil mendekat.

“Bagaimana ini bik, dia bilang kangen sama bapaknya,” sungut Anindita.

Bibik tersenyum dalam hati. Dia yakin bahwa ini pasti akal-akalan Melani saja, agar ibunya mau bertemu dengan bapaknya. Tapi bibik kecewa, wajah Anindita tampak muram, mulutnya cemberut. Berdebar hati bibik ketika melihat Anindita turun dari atas tempat tidur.

“Ibuuuu....” tangis Melani masih terdengar keras.

“Bagaimana ini bu, kalau sudah rewel susah membujuknya,” kata bibik ikut-ikutan mengompori.

Anindita keluar dari kamar, duduk di kursi dengan wajah masih muram. Bibik mendekat dan mengelus tangannya sambil duduk di lantai.

“Apa yang harus kita lakukan bu?” kata bibik hati-hati. Sesungguhnya ia takut Anindita akan mengamuk lagi gara-gara diingatkan pada suaminya.

“Aku tak tahan mendengar tangis anakku. Coba kamu gendong dia, ajak keluar dan beri mainan apa saja,” kata Anindita tanpa menatap simbok.

“Nak Melan tidak akan mau bu, bibik pernah mau menggendongnya saat dia menangis, tapi dia bilang bahwa dia sudah besar, tidak mau lagi digendong.”

Anindita mengangguk setuju.

“Bayiku sudah besar..” gumamnya.

“Bagaimana kalau kita turuti saja apa kemauannya?” kata bibik pelan, dengan sangat hati-hati.

Dan yang membuatnya takut benar-benar terjadi.

Anindita menatapnya dengan pandangan marah.

“Maaf bu, sungguh bibik mohon maaf. Jangan ibu marah. Bibik hanya ingin agar nak Melani tidak rewel lagi. Biasanya kalau anak kecil rewel, bisa menjadi sakit.”

“Apa?” Mata Anindita terbelalak, seperti ketakutan mendengar kata ‘sakit’.

“Dulu ada anak tetangga saya yang sakit panas, gara-gara kangen sama bapaknya yang bekerja ditempat jauh,” kata simbok nekat, sudah kepalang tanggung.

“Tidak... anakku tidak boleh sakit.” Lalu Anindita berdiri dan melangkah ke kamar dengan cepat. Dilihatnya Melani masih tertelungkup. Sesungguhnya dia mendengar apa yang dibicarakan bibik dan ibunya, karena ruang tengah ada diluar kamarnya.

Mendengar langkah ibunya, Melani melanjutkan isaknya. Lalu ia merasa ibunya memegangi tangannya, tengkuknya, dan seluruh tubuhnya dielusnya.

“Biik, apakah ini namanya panas? Benarkah bayi kecilku sakit?”

Bibik mendekat, dan ikutan  memegang tangan Melani.

“Aduh, ini namanya agak sumer bu.”

“Sumer itu apa?” tanya Anindita khawatir.

“Sumer itu agak panas, mendekati panas.”

“Apa katamu? Ambilkan kompres, cepaat.” Anindita panik.

“Ibuuu... aku tidak mau di kompres...” Melani menangis lagi.

“Ibu nggak mau kamu sakit, sayangku..”

“Aku mau bapak...” pekik Melani semakin berani.

“Bagaimana ini bu,” kata bibik pura-pura bingung.

“Ibuuuu...”

“Baiklah, panggil bapaknya kemari.” Kata Anindita dengan ketus.

“Ibbuuu...”

“Sudah, jangan menangis,” katanya kesal.

“Tapi ibu marah.. aku mau menangis lagii..”

“Tidak.. tidak...” Anindita memeluk Melani erat-erat dengan mata berlinang-linang. Bibik terkejut. Sudah lama sekali dia tidak melihat majikannya menangis. Apa yang terjadi? Apakah ada sesuatu yang menyentuh perasaannya yang paling dalam? Atau majikannya mulai bisa meraba-raba yang ada disekitarnya dengan hatinya?

“Bibiik.. mengapa bengong disitu?” teriak Anindita agak keras.

“Oh.. eh.. apa.. ap_pa.. yang harus saya lakukan?”

“Panggil bapaknya segera.”

“Bb_baiklah...” simbok berlari seperti terbang ke arah dapur, untuk mengambil ponselnya. Tapi kemudian dia bingung, akan diapakan ponsel itu? Dia tidak tahu harus menghubungi siapa karena dia tidak mencatat nomor ponsel keluarga majikannya.

***

“Mas sudah ke rumah sakit lagi?” tanya Maruti ketika suaminya pulang siang itu.

“Sudah, tadi kesana setelah dari  kantor.”

“Bagaimana keadaan Anggoro?”

“Tadi sudah boleh duduk. Tapi aku melihat dia seperti tak bersemangat begitu.”

“Dia sangat menyesali perbuatannya, aku bisa mengerti. Tapi menurut aku keadaan Anindita seperti sudah jauh lebih baik. Dia mengingat kita, biarpun belum bisa bersikap ramah. Sikapnya masih dingin, dan hanya baik kepada bibik dan Melani.”

“Itu sudah sangat bagus. Aku yakin dia akan semakin baik. Melani benar, obat yang diminum ibunya sudah dihentikan, dan Anindita tampak tenang.”

“Melani sangat pintar mengambil hati ibunya. Aku berharap dia bisa membujuk ibunya juga agar mau memaafkan ayahnya.”

“Aku kagum pada Melani.”

“Tapi kasihan juga, dia belum diberi tahu tentang keadaan ayahnya. Bagaimana kalau aku beritahu saja mas?”

“Terserah kamu saja, tapi harus hati-hati. Sikap Anin terhadap suaminya belum kita ketahui bagaimana. Nanti kalau membuat ibunya marah malah repot kan?”

“Kalau begitu kita kesana saja. Hari ini kita belum kesana. Dan mas tidak kembali ke kantor kan?”

“Tidak, Andra sudah mengurus semuanya. Saat ini aku juga merasa tidak tenang dalam bekerja. Kepikiran keadaan Melani dan Anindita, ditambah sakitnya Anggoro.”

“Ya sudah, kita ke sana saja. Aku siap-siap ya mas?”

***

“Sa, aku mau ke rumah sakit sebentar ya, kasihan om Anggoro tidak ada yang menengok,” kata Andra di kantor setelah makan siang.

“Tapi tadi om Panji bilang mau ke rumah sakit sebentar.”

“Iya, kan cuma mampir, aku yang diserahi tugas untuk mengurus sakitnya om Anggoro, barangkali dia butuh sesuatu.”

“Baiklah, kalau ada apa-apa aku telpon kamu ya?”

Andra keluar dari ruangannya, diikuti pandangan prihatin dari Sasa, sekretaris yang juga sahabatnya.

“Kasihan keluarganya om Panji. Dulu kebingungan karena tante Anindita belum diketemukan. Setelah ketemu, bingung karena keadaannya parah. Yang satu belum kelar, om Anggoro kecelakaan,” gumam Sasa yang kemudian melanjutkan pekerjaannya.

Tiba-tiba intercom diruangannya berdering. Dari CS diruang depan.

“Ya..”

“mBak, ada yang mau ketemu pak Andra.”

“Kamu kan tahu, pak Andra sedang keluar?”

“Tapi dia mau ketemu sekretarisnya. Katanya soal penting.”

“Siapa dia?”

“Seorang wanita bernama Indira.”

“Oh, wanita? Tapi baiklah, persilahkan dia menemui aku.”

Sasa duduk menunggu. Ia mengingat-ingat, apakah Andra pernah menyebut nama Indira ya? Tapi sebelum ia berhasil mengingatnya, pintu diketuk dari luar. Sasa mempersilahkan masuk, lalu seorang wanita muncul.

Sasa terpana melihatnya. Tamunya begitu cantik dan anggun. Pakaian yang hampir menutupi seluruh tubuhnya membuat kecantikannya semakin menonjol. Wajah oval, hidung mancung, bibir tipis yang menawan, dan mata indah bak sepasang bintang. Aduhai. Kapan Andra mengenal wanita ini? Ada rasa tak enak dihatinya, entah mengapa.

“Selamat siang,” sapa Indira.

“Selamat siang, silahkan duduk,”

“Terimakasih,” kata Indira sambil duduk didepan Sasa. Bibirnya selalu tersenyum manis, menggambarkan sebuah keteduhan yang menawan. Dengan manis pula ia menyalami Sasa.

“Anda ingin bertemu pak Andra?”

“Ya, benar. Dia sedang keluar?”

“Ya, menjenguk kerabatnya di rumah sakit. “

“Oh, maaf. Saya Indira.”

“Saya Sasa. Sudah kenal sama pak Andra? Maksud saya sudah janjian mau ketemu pak Andra?”

“Oh, belum, saya hanya mampir, sambil ingin membicarakan sesuatu.”

Lalu Sasa teringat, Andra pernah menemukan dompet seorang wanita disebuah rumah makan. Ya, benar, Andra menyebutkan namanya, Indira. Ini ternyata orangnya? Bukan main cantiknya.

“Ada yang bisa saya bantu? Atau ada pesan untuk pak Andra?”

“Dimana kerabat pak Andra dirawat?”

“Rumah Sakit Pusat. Belum lama berangkatnya, apa anda ingin menunggu?”

“Tidak, saya mau kesana saja.”

“Sudah tahu kamar berapa beliau dirawat?”

“Saya akan menelpon dia saja. Baiklah, kalau begitu saya permisi,” katanya sambil berdiri, menyalami Sasa lagi, kemudian melenggang menuju pintu keluar.

Sasa kembali terpana. Wanita itu sungguh menarik, tapi ada rasa kurang suka dihati Sasa. Kenapa ya? Sasa juga bingung tampaknya.

“Kenapa aku ini? Dia hanya mau ketemu Andra, memangnya kenapa? Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku?” gumam Sasa sambil menyandarkan tubuhnya di kursi yang didudukinya.

***

“Melani... ayo bangunlah, jangan rewel lagi ya?”

“Aku kangen sama bapak..” bisiknya lirih.

“Iya, bibik sudah ibu suruh memanggil dia,” kata Anindita, tapi tampak bahwa ia kurang suka. Melani terdiam, paling tidak ibunya mengijinkan bapaknya datang. Entah bagaimana nanti membuat supaya ibunya mau berbaikan, Melani baru akan memikirkannya. Tiba-tiba Melani teringat, bibik tak mungkin bisa meghubungi bapaknya. Dia mana tahu nomor kontak keluarganya.

Ketika Anindita keluar, dan duduk dikursi, Melani menghampiri bibik, dan memberikan ponselnya sendiri secara diam-diam, lalu memutar nomor telpon ayahnya.

“Bik, ini aku sudah memutar nomornya bapak, bibik tunggu ya, dan bicaralah, serta meminta agar bapak mau datang kemari.”

Bibik mengangguk senang. Dia keluar rumah lewat pintu belakang, dan menunggu jawaban Anggoro dari seberang sama. Tapi lama sekali tak ada jawaban. Bibik mencoba memutar lagi, tetap tak ada jawaban. Bibik bingung. Ia akan mengatakannya pada Melani, tapi Melani sudah duduk di samping ibunya.

“Ibuuu.. mengapa wajah ibu muram? Ibu marah sama Melani?”

Anindita menatap Melani dengan tersenyum tipis.

“Ibu tidak akan marah sama bayi kecilku yang sudah besar.”

Melani tersenyum, dan memeluk ibunya erat. Ketika itulah dia melihat bibik menggoyang-goyangkan tangannya dan mulutnya berbisik mengatakan, ‘tidak bisa’.

Melani kecewa. Ia melepaskan pelukan ibunya dan bermaksud mendekati bibik untuk memberikan nomor budenya atau Andra sepupunya, tapi tiba-tiba dilihatnya bude dan pakdenya muncul.

“Ibu.. ada bude sama pakde...” teriak Melani.

Anindita bergeming. Ia mengira Anggoro akan datang bersama mereka, tapi ternyata tidak. Mereka hanya berdua.

“Dita.. apa kabarmu hari ini ?” tanya Maruti sambil mendekati Anindita yang masih saja duduk mematung.

“Bude, bude tidak bersama bapak?” tanya Melani yang membuat Maruti heran. Bagaimana mungkin Melani menanyakan ayahnya sementara ada ibunya didekatnya?”

“Ibu mau bapak datang kemari, bude. Ya kan bu?”

Anindita mengangguk, tapi wajahnya masam.

“Tolong bude telpon bapak. Ibu mengijinkan Melani bertemu bapak.”

Alangkah senang hati Maruti, karena semakin ada kemajuan pada diri adiknya.

“Mas, duduklah disini. Lihat, Dita suka kita datang, bukan? Aku membawa nagasari, makanan kesukaan kamu juga kan Dit?”

Maruti memberikan bungkusan kepada Melani. Melani mengambil piring, lalu meletakkan makanan itu di meja, di depan ibunya.

“Ibu, Melani buka bungkusnya ya? Ibu suka kan?”

Anindita hanya mengangguk. Lalu ia menerima nagasari yang sudah dikupas kulitnya, serta diletakkannya disebuah piring kecil.

“Bude sudah menelpon bapak ?”

“Belum nak. Sebentar, bude mau bilang, bahwa ayahmu sedang dirumah sakit,” kata Maruti pelan.

Bukan hanya Melani yang terkejut. Anindita menghentikan mengunyah nagasari yang sudah digigitnya. Ia juga tampak terkejut.

“Bapak sakit ?”

Maruti mengangguk.

“Kapan bude?”

“Sudah seminggu lebih.”

“Mengapa bude baru mengatakannya?” kata Melani yang mulai berkaca-kaca. Ia menduga ayahnya pasti sakit karena hatinya terluka.

“Bapakmu kecelakaan sepulang dari sini seminggu yang lalu.”

“Bapak ?”

“Maaf Melan, bude tidak ingin kamu terganggu.”

“Tidak, tidak... Ibu.. ijinkan aku ke rumah sakit untuk melihat bapak,” kata Melani sambil menangis.

“Anakku, jangan menangis..”

“Ibu, ijinkan aku pergi ke rumah sakit..”

“Kamu jangan pergi.. aku tidak mau kamu pergi...” Anindita mulai berteriak. Bibi menatapnya khawatir.

Melani memeluk ibunya.

“Ibu, kalau ibu tidak mau Melani pergi, ayolah ibu pergi bersama Melani, ya bu. Kita pergi bersama-sama..” bujuk Melani sambil tetap menangis.

Anindita menatap anaknya dengan mata berkaca-kaca.

***

Besok lagi ya

 

 

 

91 comments:

  1. Replies
    1. Pantesan di admin gak muncul lha nongkrongin disini. Selamat bu Ketua juara 1 di eMKa episode ke 35.

      Delete
    2. Ucapan terimakasih & penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada :

      1. Ibu Rosen Rina (blogger)
      2. Ibu Nina Setianingsih (blogger/PCTK)
      3. Ibu Enny Rose (blogger)
      4. Ibu Yati Sri Budiarti (blogger)
      5. Ibu Farida Zubir (blogger).

      Atas partisipasinya yang telah ikut membantu biaya untuk perbaikkan laptop bu Tien Kumalasari, yang terbakar mainboardnya, melalui rekening *BCA 0780131454* an Ibu
      R. Ayu Sudartini.

      Semoga amalan ibu² dibalas Allah dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah.
      Aamiin ya Robbal' Alamiin.

      Delete
    3. Aamiin YRA ... Salam sehat Kakek Habi ... Tksh sama2 ...

      Delete
    4. Selamat j. Nani juara 1 lagi. Bu Tien konflictnya gantian, Sasa, Andra dan Indira hehe duwun bu Tien MK 35

      Delete
  2. MK tigapuluhlima tayang

    Moga Anindita segera bs maafin Anggoro biar Melani bahagia

    Horeeee....

    ReplyDelete
  3. MK Makin Aduhai.Selalu sehat & tetap Semangat nggih Mbak Tien.Maturnuwun

    ReplyDelete
  4. Terima masih Mbu Tien... melani nya sdh hadir... sehat² trs Mbu Tien dan keluaraga

    Ditunggu part berikutnya...

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah MK 35 sudah tayang

    ReplyDelete
  6. Terima kasih Bu Tien utk MK 35nya. Sehat selalu nggih Bu... 🙏😊

    ReplyDelete
  7. Terima kasih Mbak Tien , MK 35 sdh hadir ... Smg sehat sll ... Salam Aduhai ...

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah MK35 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  9. Horeeee sdh tayang

    Trmkshmb Tien, smg sehat sll

    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  10. Kesuwun b Tien. Sugeng dalu.

    Buat pemirsa semua selamat menikmati karya b Tien.

    Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿

    ReplyDelete
  11. Alhamdulillah
    Yg ditunggu dah tayang
    Makasih bunda Tien
    🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  12. Ucapan *_Terimakasih & Penghargaan setinggi-tingginya_* kepada:

    1. Ibu drg. Isdarmirah Daly, (PCTK);
    2. Ibu Enchi Sri Rahayu, (PCTK);
    3. Ibu Umi Iswardono (PCTK);
    4. Bpk. Antonius Sarjo (PCTK);
    5. Ibu Marheni, (PCTK);
    6. Ibu Nani Nur'aini Siba, (PCTK);
    7. Bpk. Djoko BS/Kakekhabi, (PCTK);
    8. Ibu Iyeng Santoso, (PCTK);
    9. Bpk.Bambang Subekti, (PCTK);
    10. Ibu Kusumawati Prayogo, (PCTK);
    11. Ibu Jalmi Rupindah, (PCTK);
    12. Ibu Eny Libra (PCTK);
    13. Ibu dr. Dewiyana Sp.P (K) (PCTK);
    14. Roesmiyati (PCTK);
    15. Tingting Hartinah (PCTK)


    Atas partisipasinya ikut membantu biaya perbaikkan LAPTOP ACER (cindera mata WAG PCTK ke bu Tien) yang terbakar mainboardnya, via rekening BRI 014001006493532 an Ibu Hj. Nur'Aini
    Semoga Allah mengganti dengan
    rezki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin ya Robbal'alamin.

    *_siapa menyusul_* ???

    ReplyDelete
  13. Matur niuwun bu Tien ..slam sehat selalu

    ReplyDelete
  14. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,

    ReplyDelete
  15. WORO-WORO
    Diberitahukan kepada sahabat-2 blogger, (sebenarnya agak sungkan menyampaikannya), bahwa sudah 3 minggu ini laptop baru bu Tien (Cindera mata dari WAG PCTK saat milad ke 72 thn yll) terbakar mainboardnya, untuk itu perlu penggantian spare part yang terbakar (sayangnya di blog bu Tien tdk bisa tayang gambar/foto). Untuk perbaikannya perlu dana +/- 4 jutaan.
    Oleh karena itu, yuk kita bantu biaya servicenya, agar bu Tien tetap "heppy" menulis cerbung buat kita², laptop yang dipakai sekarang sdh tua, layar LCD sdh retak jika PLN mati, ya ikut istirahat menulisnya. Bagi yang ada kelapangan rezki, dan berkenan membantu biaya perbaikan laptop dimaksud, mohon transfer langsung ke rekening BCA bu Tien, nomor rekening 0780131454 an Rd Ayu Sudartini.
    Atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya disampaikan rasa hormat dan terimakasih banyak. Semoga Allah membalas Anda dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin.

    ReplyDelete
  16. Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah.. matur nuwun mBak Tien Kumalasari, MK Eps 35 sudah terbit.
    Semoga mBak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
    Salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  18. Trmksh bu tien, sehat dn bahagia selalu..

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillah Melani ku sudah tayang,,🥳🥳🥳

    Terima kasih bunda Tien,,😘😘😘

    Salam aduhai n salam sehat walafiat selalu,,🥰🙏🥰

    ReplyDelete
  20. Terima kasih Bunda, srmoga sehat selalu salam aduhai dari Pasuruan

    ReplyDelete
  21. Terima kasih mbak Tien, semakin menarik saja. Semoga Anggoro tidak melarikan diri dari rumah sakit, dan bisa ketemu Melani

    ReplyDelete
  22. Makasih Bunda untuk MELANI nya, yang pasti selalu ditunggu tayangnya.
    Met malam dan met istirahat.
    Sehat dan tetap semangat.
    Salam ADUHAI buat Bunda

    ReplyDelete
  23. Melani begitu cerdas untuk berakting mengembalikan ingatan Ibu demi kesehatan Ibunya. Namun ini yg paling cerdas bukan Melani ataupun Abi tentu saja sang Penulis Bu Tien yang hebat..
    Matur nuwun Bu Tien sehat selalu dan semoga lancat terus....

    ReplyDelete
  24. 𝑨𝒅𝒖𝒉𝒂𝒊 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒍𝒖𝒍𝒖𝒉 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒈𝒊𝒈𝒊𝒉𝒂𝒏 𝑴𝒆𝒍𝒂𝒏𝒊..

    𝑺𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒓𝒐 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒅𝒈𝒏 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑴𝒆𝒍𝒂𝒏𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒖𝒂𝒔𝒂𝒏𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂.

    𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒌𝒂𝒈𝒆𝒎 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂 ...𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨.🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah.. MK35 sdh hadir, mksh bu Tien, salam sehat dan aduhai...

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien...

    ReplyDelete
  27. Abi Si nak ganteng lg dimana bunda Tien?
    Kok ga datang nemuin Melani? 😭❤️

    ReplyDelete
  28. Alhamdulillah,matur nuwun Bu Tien..
    Mugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.

    ReplyDelete
  29. Terimakasih mb Tien sdh tayang
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  30. Matur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah diijinkan singgah.
    Ini makin gayeng namanya, Dita diajak membezuk Anggoro. Nanti Andra disusul Indi .
    Semoga makin mantap.
    Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  31. Alhamdulilah melanisdh dtg ...sehwt selalu ya bun ...salam aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah
    Terima kasih bu tien
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    ReplyDelete
  33. Assalamuslaikum wrwb
    .. apakah tandanya Sasa juga mencintdi Andra?
    Wsh , semoga kelakuan dokter Santi tidak menurun pada Sasa🤲🤲,
    Alhamdulillah Anindita sudak menunjukkan banyak kemajuan ,,
    Nich ,, mbak Tien muklai mengaduk2 perasaan pembaca ..Aduhai mbak Tien salam sehat Aduhai
    dari Kuta Bali ,,semoga mbak Tien senantiasa sehat ,,🤲🤲🥰🥰🥰🙏🏻

    ReplyDelete
  34. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
    ADUHAI
    Aamiin ya rabbal alamiin

    ReplyDelete
  35. Maturnuwun mbak Tien..MK35nya...

    Masih campur aduh penasaran krn aduhai bangeet..

    Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..🙏😘🌹

    ReplyDelete
  36. Makasih mba Tien.
    Semoga mba Tien selalu sehat.
    Salam hangat dan aduhaii

    ReplyDelete
  37. Waah udah banyak yg baca, kemalaman nugas dulu, makasih bunda... salam sehat dan aduhai..

    ReplyDelete
  38. Trima kasih banyak bu Tien,,, sehat selalu,, semoga kebahagian selalu menyertai ibu,,
    Salam aduhai dr Bandung,, luv,,,luv

    ReplyDelete
  39. Anindita menolak kehadiran Anggoro orang yang pernah jadi suaminya. Sakit hati dengan kejadian masa lalu yang sangat membekas membuatnya tak bisa menerima kehadiran Anggoro. Tapi karena Melani anak kesayangannya merajuk dan rindu pada ayahnya, membuat Anindita menyuruh bibik memanggil Anggoro.
    Salam aduhai,, sehat dan bahagia ya mbak Tien. Terima kasih MK 35

    ReplyDelete
  40. Makin bikin penasaran saja, semoga keadaan anindita tambah membaik dan mau memaafkan anggoro demi anaknya.
    Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  41. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  42. Kapan Anggoro men-talaq Santi?
    Anggoro dan Anindita rujuk ?

    ReplyDelete
  43. Alhamdulillah
    Doaku moga Melanie jd pembuka jln Anindita bs rujuk kmbli sama mas Anggoro

    Hadeeh terharu bnr nih
    Ya Allah tunjukkan jln terbaik spy mereka bs bersatu kmbli

    Mksh bunda Tien yg telah bikin pemirsa terbawa mimpi ikut berhalusinasi

    Sehat selalu doaku bunda ttp menemani kita dgn MK yg ADUHAI

    ADUHAI...ADUHAI...ADUHAI

    Horeeee...

    ReplyDelete
  44. Pinter.... Melani memang anak pinter. Matur nuwun Bu Tien 🙏👍

    ReplyDelete
  45. Assalamualaikum wr wb. Semoga ajakan Melani kpd ibunya untuk membezuk Anggoro, menjadi jalan yg mulus pulihnya kesehatan jiwa Dita dan berbahagia ketemu Anggoro dgn melupakan sakit hatinya. Melani memang cerdas. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
      Aamiin ya rabbal alamiin
      Matur nuwun pak Mashudi. ADUHAI

      Delete
  46. Maturnuwun Bu Tien melaninya🙏,salam sehat semangat dan tetap ADUHAI

    ReplyDelete
  47. Alhamdulillah.....
    Mtur nuwun Bun......
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun...

    ReplyDelete
  48. Terima kasih bunda Tien MK nya.. Slmsehat dan aduhai dri sukabumi🙏🙏😍😍

    ReplyDelete
  49. "Ibu, kalau ibu tidak mau Melani pergi, ayolah ibu pergi bersama Melani, ya bu. Kita pergi bersama-sama..” bujuk Melani sambil tetap menangis.Wah..salut buat Melani yang sudah membuat Anindita sedikit demi sedikit pulih..Semoga setelah ketemu Anggoro yg terbarung sakit membuat hati Animdita mulai terbuka untuk suaminya. Aamiin. Matur nuwun bu Tien..selangkah demi selangkah menuju muara kebahagiaan. Semiga ibu sehat selalu sehingga dpt berkarya terus. Aamiin

    ReplyDelete
  50. Tetima ksih MK 35 nya bunda.. Slmtweekeng bersm keluarga.. Salamsehat dan tetap berkarya.. Aduhaaiisll🥰🥰

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 42

CINTAKU JAUH Di PULAU SEBERANG  42 (Tien Kumalasari)   Arum terkejut, sekaligus tersipu. Ia melihat Listyo turun dari mobil dan menghampirin...