MELANI KEKASIHKU 35
(Tien Kumalasari)
Anindita tegak berdiri, menatap tubuh Melani yang tertelungkup sambil memeluk bantal dengan isak yang masih terdengar.
“Ibu....”
“Bayiku yang cantik...” kata Anindita lembut.
“Aku sudah besar Bu, bukan bayi lagi.”
“Aduh... ibu lupa lagi... tapi kamu harus diam ya, jangan menangis lagi.”
“Tapi aku kangen sama bapak...” tangis Melani semakin keras.
Anindita naik ke pembaringan, berbaring disamping Melani dan memeluknya. Tapi Melani menggoyang-goyangkan tubuhnya agar pelukan ibunya terlepas. Anindita merengut. Ditatapnya tubuh Melani yang masih tertelungkup, dan tangisnya semakin menjadi-jadi.
“Sayang, cintaku... kekasih ibu.. diamlah.. jangan rewel.”
“Aku mau bapak.. aku mau bapak...”
“Bibiiiik...” teriak Anindita memanggil bibik.
“Ya, ada apa. Lho, kok nak Melani rewel lagi?” seru bibik sambil mendekat.
“Bagaimana ini bik, dia bilang kangen sama bapaknya,” sungut Anindita.
Bibik tersenyum dalam hati. Dia yakin bahwa ini pasti akal-akalan Melani saja, agar ibunya mau bertemu dengan bapaknya. Tapi bibik kecewa, wajah Anindita tampak muram, mulutnya cemberut. Berdebar hati bibik ketika melihat Anindita turun dari atas tempat tidur.
“Ibuuuu....” tangis Melani masih terdengar keras.
“Bagaimana ini bu, kalau sudah rewel susah membujuknya,” kata bibik ikut-ikutan mengompori.
Anindita keluar dari kamar, duduk di kursi dengan wajah masih muram. Bibik mendekat dan mengelus tangannya sambil duduk di lantai.
“Apa yang harus kita lakukan bu?” kata bibik hati-hati. Sesungguhnya ia takut Anindita akan mengamuk lagi gara-gara diingatkan pada suaminya.
“Aku tak tahan mendengar tangis anakku. Coba kamu gendong dia, ajak keluar dan beri mainan apa saja,” kata Anindita tanpa menatap simbok.
“Nak Melan tidak akan mau bu, bibik pernah mau menggendongnya saat dia menangis, tapi dia bilang bahwa dia sudah besar, tidak mau lagi digendong.”
Anindita mengangguk setuju.
“Bayiku sudah besar..” gumamnya.
“Bagaimana kalau kita turuti saja apa kemauannya?” kata bibik pelan, dengan sangat hati-hati.
Dan yang membuatnya takut benar-benar terjadi.
Anindita menatapnya dengan pandangan marah.
“Maaf bu, sungguh bibik mohon maaf. Jangan ibu marah. Bibik hanya ingin agar nak Melani tidak rewel lagi. Biasanya kalau anak kecil rewel, bisa menjadi sakit.”
“Apa?” Mata Anindita terbelalak, seperti ketakutan mendengar kata ‘sakit’.
“Dulu ada anak tetangga saya yang sakit panas, gara-gara kangen sama bapaknya yang bekerja ditempat jauh,” kata simbok nekat, sudah kepalang tanggung.
“Tidak... anakku tidak boleh sakit.” Lalu Anindita berdiri dan melangkah ke kamar dengan cepat. Dilihatnya Melani masih tertelungkup. Sesungguhnya dia mendengar apa yang dibicarakan bibik dan ibunya, karena ruang tengah ada diluar kamarnya.
Mendengar langkah ibunya, Melani melanjutkan isaknya. Lalu ia merasa ibunya memegangi tangannya, tengkuknya, dan seluruh tubuhnya dielusnya.
“Biik, apakah ini namanya panas? Benarkah bayi kecilku sakit?”
Bibik mendekat, dan ikutan memegang tangan Melani.
“Aduh, ini namanya agak sumer bu.”
“Sumer itu apa?” tanya Anindita khawatir.
“Sumer itu agak panas, mendekati panas.”
“Apa katamu? Ambilkan kompres, cepaat.” Anindita panik.
“Ibuuu... aku tidak mau di kompres...” Melani menangis lagi.
“Ibu nggak mau kamu sakit, sayangku..”
“Aku mau bapak...” pekik Melani semakin berani.
“Bagaimana ini bu,” kata bibik pura-pura bingung.
“Ibuuuu...”
“Baiklah, panggil bapaknya kemari.” Kata Anindita dengan ketus.
“Ibbuuu...”
“Sudah, jangan menangis,” katanya kesal.
“Tapi ibu marah.. aku mau menangis lagii..”
“Tidak.. tidak...” Anindita memeluk Melani erat-erat dengan mata berlinang-linang. Bibik terkejut. Sudah lama sekali dia tidak melihat majikannya menangis. Apa yang terjadi? Apakah ada sesuatu yang menyentuh perasaannya yang paling dalam? Atau majikannya mulai bisa meraba-raba yang ada disekitarnya dengan hatinya?
“Bibiik.. mengapa bengong disitu?” teriak Anindita agak keras.
“Oh.. eh.. apa.. ap_pa.. yang harus saya lakukan?”
“Panggil bapaknya segera.”
“Bb_baiklah...” simbok berlari seperti terbang ke arah dapur, untuk mengambil ponselnya. Tapi kemudian dia bingung, akan diapakan ponsel itu? Dia tidak tahu harus menghubungi siapa karena dia tidak mencatat nomor ponsel keluarga majikannya.
***
“Mas sudah ke rumah sakit lagi?” tanya Maruti ketika suaminya pulang siang itu.
“Sudah, tadi kesana setelah dari kantor.”
“Bagaimana keadaan Anggoro?”
“Tadi sudah boleh duduk. Tapi aku melihat dia seperti tak bersemangat begitu.”
“Dia sangat menyesali perbuatannya, aku bisa mengerti. Tapi menurut aku keadaan Anindita seperti sudah jauh lebih baik. Dia mengingat kita, biarpun belum bisa bersikap ramah. Sikapnya masih dingin, dan hanya baik kepada bibik dan Melani.”
“Itu sudah sangat bagus. Aku yakin dia akan semakin baik. Melani benar, obat yang diminum ibunya sudah dihentikan, dan Anindita tampak tenang.”
“Melani sangat pintar mengambil hati ibunya. Aku berharap dia bisa membujuk ibunya juga agar mau memaafkan ayahnya.”
“Aku kagum pada Melani.”
“Tapi kasihan juga, dia belum diberi tahu tentang keadaan ayahnya. Bagaimana kalau aku beritahu saja mas?”
“Terserah kamu saja, tapi harus hati-hati. Sikap Anin terhadap suaminya belum kita ketahui bagaimana. Nanti kalau membuat ibunya marah malah repot kan?”
“Kalau begitu kita kesana saja. Hari ini kita belum kesana. Dan mas tidak kembali ke kantor kan?”
“Tidak, Andra sudah mengurus semuanya. Saat ini aku juga merasa tidak tenang dalam bekerja. Kepikiran keadaan Melani dan Anindita, ditambah sakitnya Anggoro.”
“Ya sudah, kita ke sana saja. Aku siap-siap ya mas?”
***
“Sa, aku mau ke rumah sakit sebentar ya, kasihan om Anggoro tidak ada yang menengok,” kata Andra di kantor setelah makan siang.
“Tapi tadi om Panji bilang mau ke rumah sakit sebentar.”
“Iya, kan cuma mampir, aku yang diserahi tugas untuk mengurus sakitnya om Anggoro, barangkali dia butuh sesuatu.”
“Baiklah, kalau ada apa-apa aku telpon kamu ya?”
Andra keluar dari ruangannya, diikuti pandangan prihatin dari Sasa, sekretaris yang juga sahabatnya.
“Kasihan keluarganya om Panji. Dulu kebingungan karena tante Anindita belum diketemukan. Setelah ketemu, bingung karena keadaannya parah. Yang satu belum kelar, om Anggoro kecelakaan,” gumam Sasa yang kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Tiba-tiba intercom diruangannya berdering. Dari CS diruang depan.
“Ya..”
“mBak, ada yang mau ketemu pak Andra.”
“Kamu kan tahu, pak Andra sedang keluar?”
“Tapi dia mau ketemu sekretarisnya. Katanya soal penting.”
“Siapa dia?”
“Seorang wanita bernama Indira.”
“Oh, wanita? Tapi baiklah, persilahkan dia menemui aku.”
Sasa duduk menunggu. Ia mengingat-ingat, apakah Andra pernah menyebut nama Indira ya? Tapi sebelum ia berhasil mengingatnya, pintu diketuk dari luar. Sasa mempersilahkan masuk, lalu seorang wanita muncul.
Sasa terpana melihatnya. Tamunya begitu cantik dan anggun. Pakaian yang hampir menutupi seluruh tubuhnya membuat kecantikannya semakin menonjol. Wajah oval, hidung mancung, bibir tipis yang menawan, dan mata indah bak sepasang bintang. Aduhai. Kapan Andra mengenal wanita ini? Ada rasa tak enak dihatinya, entah mengapa.
“Selamat siang,” sapa Indira.
“Selamat siang, silahkan duduk,”
“Terimakasih,” kata Indira sambil duduk didepan Sasa. Bibirnya selalu tersenyum manis, menggambarkan sebuah keteduhan yang menawan. Dengan manis pula ia menyalami Sasa.
“Anda ingin bertemu pak Andra?”
“Ya, benar. Dia sedang keluar?”
“Ya, menjenguk kerabatnya di rumah sakit. “
“Oh, maaf. Saya Indira.”
“Saya Sasa. Sudah kenal sama pak Andra? Maksud saya sudah janjian mau ketemu pak Andra?”
“Oh, belum, saya hanya mampir, sambil ingin membicarakan sesuatu.”
Lalu Sasa teringat, Andra pernah menemukan dompet seorang wanita disebuah rumah makan. Ya, benar, Andra menyebutkan namanya, Indira. Ini ternyata orangnya? Bukan main cantiknya.
“Ada yang bisa saya bantu? Atau ada pesan untuk pak Andra?”
“Dimana kerabat pak Andra dirawat?”
“Rumah Sakit Pusat. Belum lama berangkatnya, apa anda ingin menunggu?”
“Tidak, saya mau kesana saja.”
“Sudah tahu kamar berapa beliau dirawat?”
“Saya akan menelpon dia saja. Baiklah, kalau begitu saya permisi,” katanya sambil berdiri, menyalami Sasa lagi, kemudian melenggang menuju pintu keluar.
Sasa kembali terpana. Wanita itu sungguh menarik, tapi ada rasa kurang suka dihati Sasa. Kenapa ya? Sasa juga bingung tampaknya.
“Kenapa aku ini? Dia hanya mau ketemu Andra, memangnya kenapa? Ya Tuhan, apa yang terjadi padaku?” gumam Sasa sambil menyandarkan tubuhnya di kursi yang didudukinya.
***
“Melani... ayo bangunlah, jangan rewel lagi ya?”
“Aku kangen sama bapak..” bisiknya lirih.
“Iya, bibik sudah ibu suruh memanggil dia,” kata Anindita, tapi tampak bahwa ia kurang suka. Melani terdiam, paling tidak ibunya mengijinkan bapaknya datang. Entah bagaimana nanti membuat supaya ibunya mau berbaikan, Melani baru akan memikirkannya. Tiba-tiba Melani teringat, bibik tak mungkin bisa meghubungi bapaknya. Dia mana tahu nomor kontak keluarganya.
Ketika Anindita keluar, dan duduk dikursi, Melani menghampiri bibik, dan memberikan ponselnya sendiri secara diam-diam, lalu memutar nomor telpon ayahnya.
“Bik, ini aku sudah memutar nomornya bapak, bibik tunggu ya, dan bicaralah, serta meminta agar bapak mau datang kemari.”
Bibik mengangguk senang. Dia keluar rumah lewat pintu belakang, dan menunggu jawaban Anggoro dari seberang sama. Tapi lama sekali tak ada jawaban. Bibik mencoba memutar lagi, tetap tak ada jawaban. Bibik bingung. Ia akan mengatakannya pada Melani, tapi Melani sudah duduk di samping ibunya.
“Ibuuu.. mengapa wajah ibu muram? Ibu marah sama Melani?”
Anindita menatap Melani dengan tersenyum tipis.
“Ibu tidak akan marah sama bayi kecilku yang sudah besar.”
Melani tersenyum, dan memeluk ibunya erat. Ketika itulah dia melihat bibik menggoyang-goyangkan tangannya dan mulutnya berbisik mengatakan, ‘tidak bisa’.
Melani kecewa. Ia melepaskan pelukan ibunya dan bermaksud mendekati bibik untuk memberikan nomor budenya atau Andra sepupunya, tapi tiba-tiba dilihatnya bude dan pakdenya muncul.
“Ibu.. ada bude sama pakde...” teriak Melani.
Anindita bergeming. Ia mengira Anggoro akan datang bersama mereka, tapi ternyata tidak. Mereka hanya berdua.
“Dita.. apa kabarmu hari ini ?” tanya Maruti sambil mendekati Anindita yang masih saja duduk mematung.
“Bude, bude tidak bersama bapak?” tanya Melani yang membuat Maruti heran. Bagaimana mungkin Melani menanyakan ayahnya sementara ada ibunya didekatnya?”
“Ibu mau bapak datang kemari, bude. Ya kan bu?”
Anindita mengangguk, tapi wajahnya masam.
“Tolong bude telpon bapak. Ibu mengijinkan Melani bertemu bapak.”
Alangkah senang hati Maruti, karena semakin ada kemajuan pada diri adiknya.
“Mas, duduklah disini. Lihat, Dita suka kita datang, bukan? Aku membawa nagasari, makanan kesukaan kamu juga kan Dit?”
Maruti memberikan bungkusan kepada Melani. Melani mengambil piring, lalu meletakkan makanan itu di meja, di depan ibunya.
“Ibu, Melani buka bungkusnya ya? Ibu suka kan?”
Anindita hanya mengangguk. Lalu ia menerima nagasari yang sudah dikupas kulitnya, serta diletakkannya disebuah piring kecil.
“Bude sudah menelpon bapak ?”
“Belum nak. Sebentar, bude mau bilang, bahwa ayahmu sedang dirumah sakit,” kata Maruti pelan.
Bukan hanya Melani yang terkejut. Anindita menghentikan mengunyah nagasari yang sudah digigitnya. Ia juga tampak terkejut.
“Bapak sakit ?”
Maruti mengangguk.
“Kapan bude?”
“Sudah seminggu lebih.”
“Mengapa bude baru mengatakannya?” kata Melani yang mulai berkaca-kaca. Ia menduga ayahnya pasti sakit karena hatinya terluka.
“Bapakmu kecelakaan sepulang dari sini seminggu yang lalu.”
“Bapak ?”
“Maaf Melan, bude tidak ingin kamu terganggu.”
“Tidak, tidak... Ibu.. ijinkan aku ke rumah sakit untuk melihat bapak,” kata Melani sambil menangis.
“Anakku, jangan menangis..”
“Ibu, ijinkan aku pergi ke rumah sakit..”
“Kamu jangan pergi.. aku tidak mau kamu pergi...” Anindita mulai berteriak. Bibi menatapnya khawatir.
Melani memeluk ibunya.
“Ibu, kalau ibu tidak mau Melani pergi, ayolah ibu pergi bersama Melani, ya bu. Kita pergi bersama-sama..” bujuk Melani sambil tetap menangis.
Anindita menatap anaknya dengan mata berkaca-kaca.
***
Besok lagi ya
ADUHAI
ReplyDeleteHoreee
DeleteHorses mb Nani yes juara 1
DeletePantesan di admin gak muncul lha nongkrongin disini. Selamat bu Ketua juara 1 di eMKa episode ke 35.
DeleteUcapan terimakasih & penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada :
Delete1. Ibu Rosen Rina (blogger)
2. Ibu Nina Setianingsih (blogger/PCTK)
3. Ibu Enny Rose (blogger)
4. Ibu Yati Sri Budiarti (blogger)
5. Ibu Farida Zubir (blogger).
Atas partisipasinya yang telah ikut membantu biaya untuk perbaikkan laptop bu Tien Kumalasari, yang terbakar mainboardnya, melalui rekening *BCA 0780131454* an Ibu
R. Ayu Sudartini.
Semoga amalan ibu² dibalas Allah dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah.
Aamiin ya Robbal' Alamiin.
Aamiin YRA ... Salam sehat Kakek Habi ... Tksh sama2 ...
DeleteSelamat j. Nani juara 1 lagi. Bu Tien konflictnya gantian, Sasa, Andra dan Indira hehe duwun bu Tien MK 35
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteMK tigapuluhlima tayang
ReplyDeleteMoga Anindita segera bs maafin Anggoro biar Melani bahagia
Horeeee....
Melani..
ReplyDeleteAlhamdulillah tayang MK 35
ReplyDeleteMK Makin Aduhai.Selalu sehat & tetap Semangat nggih Mbak Tien.Maturnuwun
ReplyDeleteTerima masih Mbu Tien... melani nya sdh hadir... sehat² trs Mbu Tien dan keluaraga
ReplyDeleteDitunggu part berikutnya...
Matur nuwun Melani nya
ReplyDeleteHoreeee….Alhamdulillah
ReplyDeleteAlhamdulillah MK 35 sudah tayang
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien utk MK 35nya. Sehat selalu nggih Bu... 🙏😊
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien , MK 35 sdh hadir ... Smg sehat sll ... Salam Aduhai ...
ReplyDeleteAlhamdulillah MK35 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
ReplyDeleteUR.T411653L
ALHAMDULILAH
ReplyDeleteHoreeee sdh tayang
ReplyDeleteTrmkshmb Tien, smg sehat sll
Salam ADUHAI
Kesuwun b Tien. Sugeng dalu.
ReplyDeleteBuat pemirsa semua selamat menikmati karya b Tien.
Salam sehat penuh semangat dari Rewwin...🌿
Maturnuwun bu Tien..🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteYg ditunggu dah tayang
Makasih bunda Tien
🙏🙏🙏
Ucapan *_Terimakasih & Penghargaan setinggi-tingginya_* kepada:
ReplyDelete1. Ibu drg. Isdarmirah Daly, (PCTK);
2. Ibu Enchi Sri Rahayu, (PCTK);
3. Ibu Umi Iswardono (PCTK);
4. Bpk. Antonius Sarjo (PCTK);
5. Ibu Marheni, (PCTK);
6. Ibu Nani Nur'aini Siba, (PCTK);
7. Bpk. Djoko BS/Kakekhabi, (PCTK);
8. Ibu Iyeng Santoso, (PCTK);
9. Bpk.Bambang Subekti, (PCTK);
10. Ibu Kusumawati Prayogo, (PCTK);
11. Ibu Jalmi Rupindah, (PCTK);
12. Ibu Eny Libra (PCTK);
13. Ibu dr. Dewiyana Sp.P (K) (PCTK);
14. Roesmiyati (PCTK);
15. Tingting Hartinah (PCTK)
Atas partisipasinya ikut membantu biaya perbaikkan LAPTOP ACER (cindera mata WAG PCTK ke bu Tien) yang terbakar mainboardnya, via rekening BRI 014001006493532 an Ibu Hj. Nur'Aini
Semoga Allah mengganti dengan
rezki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin ya Robbal'alamin.
*_siapa menyusul_* ???
Matur niuwun bu Tien ..slam sehat selalu
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,
WORO-WORO
ReplyDeleteDiberitahukan kepada sahabat-2 blogger, (sebenarnya agak sungkan menyampaikannya), bahwa sudah 3 minggu ini laptop baru bu Tien (Cindera mata dari WAG PCTK saat milad ke 72 thn yll) terbakar mainboardnya, untuk itu perlu penggantian spare part yang terbakar (sayangnya di blog bu Tien tdk bisa tayang gambar/foto). Untuk perbaikannya perlu dana +/- 4 jutaan.
Oleh karena itu, yuk kita bantu biaya servicenya, agar bu Tien tetap "heppy" menulis cerbung buat kita², laptop yang dipakai sekarang sdh tua, layar LCD sdh retak jika PLN mati, ya ikut istirahat menulisnya. Bagi yang ada kelapangan rezki, dan berkenan membantu biaya perbaikan laptop dimaksud, mohon transfer langsung ke rekening BCA bu Tien, nomor rekening 0780131454 an Rd Ayu Sudartini.
Atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya disampaikan rasa hormat dan terimakasih banyak. Semoga Allah membalas Anda dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin.
Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Pamulang, Nusakambangan, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Bogor, Tasikmalaya, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ReplyDeleteADUHAI.....
Alhamdulillah.. matur nuwun mBak Tien Kumalasari, MK Eps 35 sudah terbit.
ReplyDeleteSemoga mBak Tien tetap sehat, bahagia sejahtera bersama keluarga, dan selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam hangat dari Tangerang.
Trmksh bu tien, sehat dn bahagia selalu..
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah Melani ku sudah tayang,,🥳🥳🥳
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien,,😘😘😘
Salam aduhai n salam sehat walafiat selalu,,🥰🙏🥰
Alhamdulillah MK 35 tayang
ReplyDeleteTerima kasih Bunda, srmoga sehat selalu salam aduhai dari Pasuruan
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien, semakin menarik saja. Semoga Anggoro tidak melarikan diri dari rumah sakit, dan bisa ketemu Melani
ReplyDeleteSami2 Bunda
DeleteADUHAI
Makasih Bunda untuk MELANI nya, yang pasti selalu ditunggu tayangnya.
ReplyDeleteMet malam dan met istirahat.
Sehat dan tetap semangat.
Salam ADUHAI buat Bunda
Sami2 mas Bambang
DeleteSalam ADUHAI
Melani begitu cerdas untuk berakting mengembalikan ingatan Ibu demi kesehatan Ibunya. Namun ini yg paling cerdas bukan Melani ataupun Abi tentu saja sang Penulis Bu Tien yang hebat..
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien sehat selalu dan semoga lancat terus....
Sami2 inu Tochmah
DeleteADUHAI
𝑨𝒅𝒖𝒉𝒂𝒊 𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒍𝒖𝒍𝒖𝒉 𝒋𝒖𝒈𝒂 𝒉𝒂𝒕𝒊 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒕 𝒌𝒆𝒈𝒊𝒈𝒊𝒉𝒂𝒏 𝑴𝒆𝒍𝒂𝒏𝒊..
ReplyDelete𝑺𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒂𝒋𝒂 𝑨𝒏𝒈𝒈𝒐𝒓𝒐 𝒃𝒊𝒔𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒍𝒂𝒈𝒊 𝒅𝒈𝒏 𝑨𝒏𝒊𝒏𝒅𝒊𝒕𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑴𝒆𝒍𝒂𝒏𝒊 𝒅𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒖𝒂𝒔𝒂𝒏𝒂 𝒚𝒈 𝒃𝒂𝒓𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂.
𝑺𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒌𝒂𝒈𝒆𝒎 𝑩𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝒅𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂 ...𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨.🙏🙏🙏
Alhamdulillah.. MK35 sdh hadir, mksh bu Tien, salam sehat dan aduhai...
ReplyDeleteAlhamdulillah... Terima kasih Bu Tien...
ReplyDeleteSami2 ibu Yati
DeleteAbi Si nak ganteng lg dimana bunda Tien?
ReplyDeleteKok ga datang nemuin Melani? 😭❤️
Abi lagi mencari hati baik ibu Lily
DeleteHari baik
DeleteAlhamdulillah,matur nuwun Bu Tien..
ReplyDeleteMugi tansah pinaringan sehat,Aamiin.
Terimakasih mb Tien sdh tayang
ReplyDeleteYuli Semarang
Sami2 ibu Yuli
DeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, Melani sudah diijinkan singgah.
ReplyDeleteIni makin gayeng namanya, Dita diajak membezuk Anggoro. Nanti Andra disusul Indi .
Semoga makin mantap.
Salam sehat mbak Tien yang selalu ADUHAI.
Sami2 pak Arief
DeleteADUHAI
Alhamdulilah melanisdh dtg ...sehwt selalu ya bun ...salam aduhai dari pondok gede
ReplyDeleteSalam ADUHAI ibu Sri
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerima kasih bu tien
Semoga bu tien sehat2 selalu
Sami2 pak Arif
DeleteAamiin
Matur nuwun
Assalamuslaikum wrwb
ReplyDelete.. apakah tandanya Sasa juga mencintdi Andra?
Wsh , semoga kelakuan dokter Santi tidak menurun pada Sasa🤲🤲,
Alhamdulillah Anindita sudak menunjukkan banyak kemajuan ,,
Nich ,, mbak Tien muklai mengaduk2 perasaan pembaca ..Aduhai mbak Tien salam sehat Aduhai
dari Kuta Bali ,,semoga mbak Tien senantiasa sehat ,,🤲🤲🥰🥰🥰🙏🏻
Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
ReplyDeleteADUHAI
Aamiin ya rabbal alamiin
Maturnuwun mbak Tien..MK35nya...
ReplyDeleteMasih campur aduh penasaran krn aduhai bangeet..
Salam sehat dan aduhaii mbak Tien..🙏😘🌹
Sami2
DeleteSalam ADUHAI banget ibu Maria
Makasih mba Tien.
ReplyDeleteSemoga mba Tien selalu sehat.
Salam hangat dan aduhaii
Sami2 ibu Sul
DeleteAamiin
Salam ADUHAI
Waah udah banyak yg baca, kemalaman nugas dulu, makasih bunda... salam sehat dan aduhai..
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI ibu Engkas
DeleteTrima kasih banyak bu Tien,,, sehat selalu,, semoga kebahagian selalu menyertai ibu,,
ReplyDeleteSalam aduhai dr Bandung,, luv,,,luv
Sami2 ibu Ida
DeleteAamiin
Salam ADUHAI
Anindita menolak kehadiran Anggoro orang yang pernah jadi suaminya. Sakit hati dengan kejadian masa lalu yang sangat membekas membuatnya tak bisa menerima kehadiran Anggoro. Tapi karena Melani anak kesayangannya merajuk dan rindu pada ayahnya, membuat Anindita menyuruh bibik memanggil Anggoro.
ReplyDeleteSalam aduhai,, sehat dan bahagia ya mbak Tien. Terima kasih MK 35
Sami2 ibu Imah
DeleteAamiin..
Makin bikin penasaran saja, semoga keadaan anindita tambah membaik dan mau memaafkan anggoro demi anaknya.
ReplyDeleteTerimakasih bu Tien, semoga sehat selalu.
Sami2 ibu Sri
DeleteAamiin
Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat dan semangat dalam berkarya... Salam... 🙏🙏🙏
ReplyDeleteAamiin
ReplyDeleteSami2 ibu Sri
Kapan Anggoro men-talaq Santi?
ReplyDeleteAnggoro dan Anindita rujuk ?
Alhamdulillah
ReplyDeleteDoaku moga Melanie jd pembuka jln Anindita bs rujuk kmbli sama mas Anggoro
Hadeeh terharu bnr nih
Ya Allah tunjukkan jln terbaik spy mereka bs bersatu kmbli
Mksh bunda Tien yg telah bikin pemirsa terbawa mimpi ikut berhalusinasi
Sehat selalu doaku bunda ttp menemani kita dgn MK yg ADUHAI
ADUHAI...ADUHAI...ADUHAI
Horeeee...
Horeeeee...
DeleteADUHAI jeng Maimun
Pinter.... Melani memang anak pinter. Matur nuwun Bu Tien 🙏👍
ReplyDeleteSami2 pak Boediono
DeleteAssalamualaikum wr wb. Semoga ajakan Melani kpd ibunya untuk membezuk Anggoro, menjadi jalan yg mulus pulihnya kesehatan jiwa Dita dan berbahagia ketemu Anggoro dgn melupakan sakit hatinya. Melani memang cerdas. Maturnuwun Bu Tien, semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin. Aamiin Yaa Robbal'alamiin.. Salam sehat dari Pondok Gede...
ReplyDeleteWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
DeleteAamiin ya rabbal alamiin
Matur nuwun pak Mashudi. ADUHAI
Maturnuwun Bu Tien melaninya🙏,salam sehat semangat dan tetap ADUHAI
ReplyDeleteTetap ADUHAI Yangti
DeleteTrims Bu Tien....sehat selalu
ReplyDeleteSami2 ibu Suparmia
DeleteAlhamdulillah.....
ReplyDeleteMtur nuwun Bun......
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun...
Aamiin.
DeleteNuwun wo
Terima kasih bunda Tien MK nya.. Slmsehat dan aduhai dri sukabumi🙏🙏😍😍
ReplyDeleteADUHAI IBU Farida
ReplyDelete"Ibu, kalau ibu tidak mau Melani pergi, ayolah ibu pergi bersama Melani, ya bu. Kita pergi bersama-sama..” bujuk Melani sambil tetap menangis.Wah..salut buat Melani yang sudah membuat Anindita sedikit demi sedikit pulih..Semoga setelah ketemu Anggoro yg terbarung sakit membuat hati Animdita mulai terbuka untuk suaminya. Aamiin. Matur nuwun bu Tien..selangkah demi selangkah menuju muara kebahagiaan. Semiga ibu sehat selalu sehingga dpt berkarya terus. Aamiin
ReplyDeleteTetima ksih MK 35 nya bunda.. Slmtweekeng bersm keluarga.. Salamsehat dan tetap berkarya.. Aduhaaiisll🥰🥰
ReplyDelete