Wednesday, November 24, 2021

MELANI KEKASIHKU 34

 

MELANI KEKASIHKU  34

(Tien Kumalasari)

 

“Suruh dia pergi... pergiiii...” Anindita terus berteriak-teriak.

Melani memeluknya erat.

“Ibu... ibu jangan marah ya.. ibu jangan marah sama bapak.”

“Suruh dia pergiiiii.. suruh dia pergi....” Anindita tak mau mendengarkan bujukan Melani. Kebenciannya kepada Anggoro sudah memenuhi seluruh aliran darahnya. Serasa tak akan ada tempat lagi dia dihatinya. Mata Anindita nyalang memandang ke arah luar.

“Pergiiii... suruh dia pergiii...” teriaknya tak berhenti.

Melani hanya bisa memeluknya erat. Air matanya mulai membasahi pipinya. Ia merasa kasihan kepada ayahnya yang diusir dengan kemarahan meluap oleh ibunya. Tapi dia juga iba melihat keadaan ibunya yang berteriak-teriak mengusir ayahnya.

“Baiklah, saya mau pulang dulu mas..” pamit Anggoro kepada Panji sambil berdiri dan melangkah lunglai keluar rumah.

“Bawalah mobilku Ang,” pinta Panji.

“Tidak, biar aku jalan kaki saja..” katanya sambil menjauh.

Langkahnya begitu gontai. Ia merasa seluruh tulang terlepas dari tubuhnya, sehingga ia hampir tak mampu lagi melangkah. Lalu ia menyadari, barangkali inilah yang dulu juga dirasakan isterinya ketika dia mengusirnya. Sangat bengis, tak punya perasaan. Padahal Anindita tak berdosa.

Air mata meleleh membasahi pipinya. Anggoro merasa, bahwa dia memang harus menebusnya.

“Semua memang salahku Dita. Bukan karena kamu kejam ketika kamu mengusirku. Kamu pantas membenciku, bahkan membuangku ke comberan. Aku tidak pantas menyentuhmu. Aku laki-laki tak berharga Dita, aku laki-laki lemah dan tidak bisa menjadi pelindung bagimu dan Melani, sehingga bertahun-tahun kalian menderita,” katanya sambil terus melangkah dengan lunglai.

Ia terus melangkah sehingga tak sadar ketika sebuah mobil menyerempetnya. Anggoro terpelanting, dan jatuh tak sadarkan diri.

Lalu lintas sangat ramai. Jeritan orang-orang yang terkejut, memenuhi tempat terjadinya kecelakaan itu. Mereka tak sempat menghentikan mobil yang barusan menyerempet dan kabur tanpa belas kasihan.

“Heiiii... berhenti !!” beberapa orang berteriak, tapi mobil itu berbelok di tikungan.

“Tolong pinggirkan,” kata seseorang.

“Dia berjalan terlampau ke tengah,” komentar beberapa orang.

Sebuah mobil berhenti, pengemudinya turun tak jauh dari sana, lalu setengah berlari mendekati.

“Om Anggoro ?”

Beberapa orang yang berkerumun minggir ketika mendengar laki-laki yang turun dari mobil itu menyebut sebuah nama. Dia memang Abi, yang akan pergi ke rumah bibik.

“Bapak mengenalnya?” tanya seseorang.

“Ya, dia kerabatku. Tolong bantu aku memasukkannya kedalam mobil, aku akan membawanya ke rumah sakit.

Beberapa orang membantu mengangkat tubuh Anggoro yang tak sadarkan diri, dan membaringkannya di jok belakang mobil Abi. Abi segera melarikannya ke rumah sakit.

***

“Suruh dia pergi... suruh pergiii...” Anindita masih berteriak-teriak.

Maruti mendekat, memegang tangan Anindita yang menuding-nuding ke arah depan.

“Anin... Dita... tenang ya, dia sudah pergi,” kata Maruti lembut.

Anindita melepaskan pegangan kakaknya.

“Kamu harus tenang, lihat, Melani sedih karena melihat kamu marah,” kata Maruti lagi.

Mendengar kata Melani, Anindita menoleh ke arah samping, dan melihat Melani mengusap air matanya.

“Melani kecilku ... jangan nangis..” katanya sambil memeluk Melani.

Melani terisak di pundak ibunya.

“Ibu jangan membenci bapak..”

“Dia laki-laki jahat!”

“Ibu, maafkanlah dia..”

“Dia jahat !! Aku benci.. aku benci..!” Anindita berteriak lagi.

“Baiklah ibu.. baiklah.. “ bujuk Melani sambil mengusap air matanya.

“Kamu jangan membela dia... dia itu jahat.. jahat..!”

“Baiklah, baiklah...”

“Anindita sayang, sudah, jangan marah lagi, dia sudah pergi. Kamu mau makan? Tadi aku masak rendang daging kesukaan kamu,” kata Maruti.

Anindita menatap Maruti. Ia merasa sangat dekat dengan wanita yang berdiri didepannya.

“Kamu melupakan aku? Aku sangat kangen sama kamu..”

Anindita tak menjawab, tapi matanya mulai meredup.

“Ibu, aku lapar sekali, aku mau makan,” kata Melani, untuk memancing ibunya supaya mau makan.

“Sayangku, kamu lapar? Bibiiik... mana bubur untuk Melani?”

“Ibu, aku tidak mau bubur...”

“Susu ?”

“Aku mau nasi, sama rendang...”

“Melani, anak kecil tidak boleh makan rendang, nanti perut kamu sakit.”

“Ibu, aku sudah besar...”

Anindita menatap wajah anaknya.

“Ibu selalu lupa kalau aku sudah besar..” gerutu Melani.

“Aku selalu lupa..”

“Ayolah makan ibu, aku mau ibu juga makan..”

Dan karena bujukan Melani itu pula maka Anindita bersedia makan, dengan rendang daging masakan kakaknya.

“Rendang ini sangat enak...”

“Enak sekali ibu..”

“Dulu kakakku suka masakin rendang untuk aku...” gumamnya pelan.

“Ini memang masakan kakaknya ibu. Ini masakan bude Maruti.”

Anindita berhenti menyuap makanannya. Ia seperti mengingat ingat...

“Bude Maruti sangat pintar memasak ya bu, rendangnya enak sekali.”

Anindita mengangguk lemah. Nama itu sudah sejak kemarin didengarnya, seperti tak asing baginya.

“Ibu sayang kan, sama bude Maruti? Sama pakde Panji?”

“Biiik... nak ganteng tidak kemari?” tiba-tiba teriaknya.

Bibik mendekat.

“Nak ganteng tidak kemari bu, mungkin bekerja.”

Anindita melanjutkan makan, sambil sebentar-sebentar memandangi Melani yang tersenyum-senyum mendengar ibunya ingat pada nak ganteng.

“Ibu, aku mau tidur di kasur yang empuk...” kata Melani. Anindita tampak terkejut.

“Bibiiik.. Melani minta kasur yang empuk.. apa ada?”

“Ibu, bude Maruti sudah membawa kasur yang empuk, supaya kita bisa tidur nyenyak.”

Anindita menoleh ke samping. Dilihatnya Maruti berdiri, bersandar pada pintu sambil terus memandanginya.

Maruti mengangguk-angguk, meng ‘iya’ kan apa yang dikatakan Melani.

“Daripada Melani rewel, biar mas Panji menata kasurnya ya Dit?”

Kalau ancaman itu adalah ‘Melani rewel’, Anindita tak akan bisa menolaknya. Melani adalah segala-galanya.

Lalu ia membiarkan Panji membawa kasurnya ke dalam kamar, dibantu bibik. Kasur baru itu ditumpuknya begitu saja diatas kasur lama yang sudah menipis. Itupun kepunyaan pemilik rumah yang diberikan pada bibik karena sudah tidak dipakai.

Maruti sibuk membantu mengalasi dengan seprai baru, bantal guling dengan sarung yang baru. Bibik tersenyum senang.

“Gara-gara ada nak Melani, ibu Dita lebih gampang diatur. Nak Melan sangat pintar. Dia memiliki cara yang bagus untuk meluluhkan hati ibunya,” kata bibik sambil membantu memasang sarung guling.”

“Iya bik, syukurlah. Semoga perlahan-lahan nanti Anindita bisa sembuh sepenuhnya. Dia juga belum begitu mengenal aku, ia masih memandang aku seperti memandang orang asing,” kata Maruti.

“Hanya kasihan pak Anggoro ya bu, terpaksa pergi. Pasti sangat sakit hatinya. Tapi dulu pak Anggoro juga mengusir ibu Dita bersama nak Melani yang masih bayi.”

“Untunglah ada  bibik yang setia melayani. Aku harus berterimakasih sama kamu bik. Entah bagaimana nasib Dita kalau tidak ada bibik.”

“Sudahlah bu, kalau itu memang dasarnya bibik tuh sayang banget sama ibu Dita. Nah, sudah selesai, sekarang kamarnya jadi rapi.”

“Nanti kasur satunya yang lebih kecil,  bisa untuk tidur bibik.”

“Aduh, mau diletakkan dimana bu, kamarnya hanya satu.”

“Tidak bik, didekat dapur itu aku lihat masih ada tempat. Ada bangku panjang yang bisa untuk meletakkan kasurnya. Nanti biar mas Panji mengaturnya.”

“Kalau begitu biar bibik bersihkan dulu ya bu.”

“Lampu kamar ini diganti yang lebih terang ya bik, adakah toko alat-alat listrik disekitar sini?”

“Ada bu, nanti saya belikan. Atau sekarang saja bu, biar kamarnya sekalian beres, sehingga ibu Dita senang. Dekat kok. Sebentar ya bu.”

“Eh, bik.. uangnya...”

“Ini masih ada bu,” kata bibik sambil menjauh.”

***

Abi menunggui Anggoro yang masih dirawat. Tapi dia sudah sadar. Dokter meminta agar Anggoro dirawat inap karena ada gegar otak walaupun ringan.

Abi sudah memilihkan kamar terbaik untuk Anggoro, tapi ia belum mengabari siapapun. Ia tahu keluarga Panji ada di rumah bibik. Kalau dia mengabari dan Melani mendengarnya, pasti dia akan sedih dan  bingung, padahal dia sedang mencoba mendekati ibunya.

Abi juga ingin mengabarkannya pada Andra, tapi tadi Andra bilang akan ada tamu di kantornya, pasti dia sedang sibuk.

Abi duduk di dekat Anggoro yang sedari tadi juga tak banyak bicara.

“Apa yang om rasakan? Pusing bukan?” tanya Abi.

“Sakit...”

“Mana yang sakit om? Biar saya bilang sama dokternya.”

“Hatiku yang sakit. Bukan karena aku diusir oleh isteriku dengan kasar, tapi karena aku menyadari semua kesalahanku selama ini,” katanya pelan.

“Semua sudah berlalu. Yang berbuat kejahatan sudah pasti akan menerima hukumannya.”

“Tapi aku juga terhukum.”

“Dengan berjalannya waktu, pasti semuanya akan baik-baik saja. Jangan terlalu menyesali yang telah lalu.”

“Aku pantas mendapatkannya, bahkan lebih beratpun. Dosaku serasa tak terampuni,” katanya dengan mata berkaca-kaca.

Abi memegang tangan Anggoro dan menggenggamnya erat.

“Tapi Abi juga minta maaf om, Abi belum mengabari keluarga om Panji, karena ana Melani disana. Nanti kalau dia mendengarnya pasti sedih dan bingung.”

“Jangan Abi, jangan sampai Melani mendengarnya, karena saat ini dia sedang mendekati ibunya, dan berusaha membuatnya sadar.”

“Baiklah, nanti Abi akan bilang saja pada Andra, dengan pesan agar jangan sampai Melani mendengarnya.”

“Terimakasih karena kamu menolongku Abi.”

“Kebetulan saja saya melihat ketika kecelakaan itu terjadi. Saya sebenarnya mau ke rumah bibik juga.”

“Anak baik. Semoga kamu bisa menjadi menantuku,” katanya pelan.

Abi tersenyum.

“Apa kamu sudah punya pacar?”

Abi menggeleng.

“Saya mencintai Melani,” katanya berterus terang.

Anggoro menatap Abi, dan mengulaskan sebuah senyuman.

“Aku senang mendengarnya.”

***

“Syukurlah mas, tampaknya dia tertarik dengan penawaran kita tadi,” kata Sasa siang hari itu.

“Semoga berhasil. Ini proyek besar.”

“Aamiin.”

Tiba-tiba sebuah pesan singkat masuk ke ponsel Andra.    

“Kalau kamu sudah nggak sibuk, aku akan mengabarkan sesuatu yang tidak begitu baik.”

Andra terkejut. Pesan itu dari Abi. Tak puas hanya sebuah pesan, Andra menelponnya.

“Abi, ada apa?”

“Kamu masih sibuk?”

“Tidak, tamunya sudah pulang.”

“Om Anggoro kecelakaan.”

“Apa?”

“Kalau bisa datanglah ke rumah sakit, aku tuliskan alamatnya. Ceritanya di rumah sakit saja. Beliau harus dirawat karena lukanya. Tapi jangan sampai kamu mengabari ayah atau ibumu dulu, nanti Melani mendengarnya.”

“Baiklah, tuliskan rumah sakit dan kamarnya, aku segera ke sana.”

***

Anindita terkejut melihat kamarnya sudah rapi, dan lampunya menjadi terang benderang. Takut ibunya akan menolaknya, Melani buru-buru melompat ke atas kasur dan berbaring sambil memeluk guling.

“Ibu, ini menyenangkan, aku suka sekali,” katanya sambil berguling-guling dan tertawa-tawa. Maruti yang menyaksikan dari luar kamar, sangat kagum melihat cara Melani meluluhkan hati ibunya.

“Kamu suka?” tanya Anindita.

“Suka sekali, ayo ibu tidurlah disini.”

Kegembiraan Melani selalu membuat Anindita senang. Ia kemudian juga berbaring disamping Melani, lalu memeluk Melani dengan rasa sayang.

“Bayiku sudah besar, ibu sangat senang. Kamu tidak boleh rewel lagi ya? Kalau kamu ingin sesuatu, bilang saja pada ibu.”

“Benarkah ?”

“Tentu saja. Kamu kesayangan ibu, cinta ibu. Buah hati ibu.”

***

Hari-hari terus berlalu. Melani selalu berusaha agar ibunya senang. Sebentar-sebentar dia mengingatkan kebaikan Maruti dan Panji, sehingga membuat Anindita bisa menerima kedatangan mereka. Maruti harus berterimakasih kepada Melani, yang muncul seperti obat yang perlahan membuat Anindita semakin bisa berbiara seperti orang normal. Melani juga meminta agar bibik menghentikan pengobatan atas ibunya, yang sepertinya hanya membuat ibunya tertidur pulas. Berhari-hari Anindita tak pernah lagi meminum obatnya, dan setiap kali mendengar cerita Melani, Anindita selalu tersenyum senang. Yang membuat Melani tersenyum lucu adalah apabila setiap kali Abi datang, ibnya selalu memanggilnya nak ganteng. Tapi sejauh ini tak seorangpun memberi tahu Melani bahwa ayahnya dirawat di rumah sakit. Melani mengira, ayahnya tidak pernah datang karena menjaga perasaan ibunya.

Hari itu ketika Anindita sedang mandi, Melani duduk sendirian di kamar, sementara bibik sedang memasak di dapur. Melani mendengar ibunya berbicara dengan bibik, tentang masakan yang harus dimasaknya.

“Melani suka sekali ayam goreng. Besok beli ayam lagi ya?”

“Iya bu...”

“Tapi aku nggak punya uang bik, apa kamu masih punya?”

“Masih ada bu, bu Maruti memberikan uang pada bibik untuk belanja setiap hari.”

“mBak Maruti itu kakakku kan bik?”

“Iya bu, itu sebabnya bu Maruti sangat memperhatikan ibu, karena bu Maruti sayang sama ibu,” kata bibik.

Melani tersenyum mendengar ibunya mulai menganal kakaknya dengan baik. Anindita sudah mandi dan sudah berpakaian bersih.

Tapi ketika ia masuk ke kamar, dilihatnya Melani sedang telungkup di tempat tidur, sambil memeluk bantal. Anindita terkejut mendengar Melani terisak menangis.

“Sayangku, cintaku.. mengapa kamu menangis? Kamu ingin apa? Bilang sama ibu.”

“Ibu...”

“Ya, katakan saja kamu ingin apa..”

“Ibu.. Melani kangen sama bapak...”

Anindita mundur selangkah, urung memeluk anaknya.

***

Besok lagi ya.

 

 

 

89 comments:

  1. Ucapan *_Terimakasih & Penghargaan setinggi-tingginya_* kepada:
    1. Ibu drg. Isdarmirah Daly;
    2. Ibu Enchi Sri Rahayu;
    3. Ibu Umi Iswardono;
    4. Bpk. Antonius Sarjo;
    5. Ibu Marheni;
    6. Ibu Nani Nur'aini Siba;
    7. Bpk. Djoko BS;
    8. Ibu Iyeng Santoso;
    9. Bpk. Bambang Subekti;
    10. Ibu Kusumawati Prayogo;
    11. Ibu Jalmi Rupindah;
    12. Ibu Rosen Rina (blogger);
    13. Nina Setianingsih (blogger+PCTK);
    14. Ibu Eny Libra (PCTK);
    15. Ibu dr. Dewiyana Sp.P (K) (PCTK);


    Atas kesediaannya ikut membantu biaya perbaikkan LAPTOP ACER (cindera mata WAG PCTK ke bu Tien) yang terbakar mainboardnya.
    Semoga Allah mengganti dengan
    rezki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin ya Robbal'alamin.

    *_siapa menyusul_* ???

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah Melani 34 dah tayang.
    Aduhai...

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah
    Msh penasaran Melan belajar minum pake gelas

    Botol yg di beli krn msh baru dot nya msh keras

    Dorododot dodot dodot
    Horeeeee...👏👏👏

    ADUHAI

    ReplyDelete
  4. Matur nuwun mbak Tien-ku Melani sudah berkunjung

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah MK 34 tayang ,makasih bunda sayang

    ReplyDelete
  6. WORO-WORO
    Diberitahukan kepada sahabat-2 blogger, (sebenarnya agak sungkan menyampaikannya), bahwa sudah 3 minggu ini laptop baru bu Tien (Cindera mata dari WAG PCTK saat milad ke 72 thn yll) terbakar mainboardnya, untuk itu perlu penggantian spare part yang terbakar (sayangnya di blog bu Tien tdk bisa tayang gambar/foto). Untuk perbaikannya perlu dana +/- 4 jutaan.
    Oleh karena itu, yuk kita bantu biaya servicenya, agar bu Tien tetap "heppy" menulis cerbung buat kita², laptop yang dipakai sekarang sdh tua, layar LCD sdh retak jika PLN mati, ya ikut istirahat menulisnya. Bagi yang ada kelapangan rezki, dan berkenan membantu biaya perbaikan laptop dimaksud, mohon transfer langsung ke rekening BCA bu Tien, nomor rekening 0780131454 an Rd Ayu Sudartini.
    Atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya disampaikan rasa hormat dan terimakasih banyak. Semoga Allah membalas Anda dengan rezeki yang lebih banyak dan berkah. Aamiin.

    ReplyDelete
  7. Alamdulillah
    Yang ditunggu tunggu telah hadir
    Matur nuwun bu Tien
    Semoga bu Tien selalu sehat dan tetap semangat
    Salam ADUHAI dr Cilacap

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah......
    Mugi bu Tien tansah pinaringan sehat.
    Tetap menghibur...

    Salam

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah
    Terimakasih bunda Tien 🙏🙏🙏
    Horeeeee

    ReplyDelete
  10. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur, Djoni August. Gembong. Papa Wisnu, Djoni, Entong Hendrik, Dadung Sulaiman, Wirasaba, Boediono Hatmo,

    ReplyDelete
  11. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , Yustina Maria Nunuk Sulastri Rahayu Hernadi , Sri Maryani, Bunda Hayu Hanin, Nunuk, Reni, Pudya, Nien, Swissti Buana, Sudarwatisri, Mundjiati Habib, Savero, Ida Yusrida, Nuraida, Nanung, Arin Javania. Ninik Arsini, Neni , Komariyah, Aisya Priansyah, Jainah Jan. Civiyo, Mahmudah, Yati Sri Budiarti, Nur Rochmah. Uchu Rideen
    . Ninik Arsini, Endah. Nana Yang, Sari P Palgunadi, Echi Wardani, Nur Widyastuti, Gagiga family, Trie Tjahjo Wibowo, Lestari Mardi, Susi Kamto, Rosen rina,

    ReplyDelete
  12. Trimakasih mbak tien, smoga Allah memberi kesehatan dan kelancaran ...

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah,terima kasih Bu Tien ..
    Senantiasa sehat,Aamiin.

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah...... Terima kasih Bu Tien

    ReplyDelete
  15. Mudah2an Dita segera pulih dan hidup bahagia bersama suami dan anaknya.
    Makasih mba Tien. Salam sehat dan selalu aduhai

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah MK34 telah tayang, terima kasih bu Tien sehat n bahagia selalu. Aamiin.
    UR.T411653L

    ReplyDelete
  17. Menyimak dulu asyik alurnya..


    Terimakasih Bu Tien

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sandiwaranya Melani, padahal suntuk nunggu Abi, alasan kangen bapak
      Abi kan sama dengan bapak ..

      Delete
  18. Begitu beejasanys Abi kepada klrg Melani. Dapat menemukan Ibunya, ketika Pak Anggoro kecelakaan Abilah sang super Hero. Begitu jg untuk kesembuhan Anindya Abi jg berperan. Wah calon mantu Idaman ini......
    Alhamdulilah sudah bisa mengikuti MK 34. Matur nuwun B Tien semoga sehat selalu, ilmu yg barokah serta lancar swmuanya. Aamiin

    ReplyDelete
  19. Horee peringkat ke 10 hehe
    Langsung baca
    Salam aduhai tuk bunda tien dan semua penggembar PCTK

    ReplyDelete
  20. Terimakasih bu Tien, semoga sehat selalu. Aamiin.

    ReplyDelete
  21. Assalamualaikum wrwb
    Alhamdulillah, Anggoro tertolong,..semoga lambat laun Anindita pulih ingatannua,
    Salam sehat Aduhai buat mbak Tien .. 🥰🥰🙏🏻

    ReplyDelete
  22. 𝑴𝒂𝒕𝒖𝒓 𝒔𝒖𝒘𝒖𝒏 𝒃𝒖 𝑻𝒊𝒆𝒏 𝑴𝑲 𝒔𝒅𝒉 𝒕𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈...𝒔𝒂𝒍𝒂𝒎 𝒔𝒆𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒍𝒖 𝒃𝒖𝒂𝒕 𝒊𝒃𝒖 𝒅𝒂𝒏 𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒈𝒂 𝒕𝒆𝒓𝒄𝒊𝒏𝒕𝒂.

    𝑨𝒂𝒎𝒊𝒊𝒏 𝒀𝑹𝑨..🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  23. Yang dinanti dah muncul ...MELANI.....Ma kasih Bunda
    Met malam dan met istirahat

    ReplyDelete
  24. Trimakasih mbak Tien MK34nya..

    Duuh campur aduk rasanya...

    Salam.sehat dan aduhaii sekali mbak Tien..🙏🌹😘

    ReplyDelete
  25. Alhamdulillah, matur nuwun mBak Tien Kumalasari MK Eps 34 sudah tayang.
    Salam sehat dan salam hangat dari Tangerang.

    ReplyDelete
  26. Terimakasih mbak Tien...MK 34 telah hadir...dibelain blom tidur ..biar bis baca segera

    Dalam sehat mbak Tien cantik
    Salam Aduhaiii

    ReplyDelete
  27. Alhamdulillah.....
    Mtur swun Bun....
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....

    ReplyDelete
  28. Terima kasih Bu Tien.... Alhamdulillah MK sdh tayang...
    Salam sehat selalu...🙏

    ReplyDelete
  29. Terima kasih Mbak Tien , MK 34 sdh tayang ... Semoga Mbak Tien / kelrg & Group PCTK happy n sehat sll ... Salam Aduhai ...

    ReplyDelete
  30. Alhamdulillah... Terima kasih Bu Tien... Semoga Bu Tien selalu sehat penuh semangat dalam berkarya... Salam ... 🙏🙏🙏

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah... Matursuwun mbak Tien MELANInya
    Salam sehat selalu... Barokallohu fih

    ReplyDelete
  32. Alhamdulillah sudah tayang
    Terimakasih bu Tien
    Salam sehat selalu
    Sukses selalu serta diberi kemudahan dan kelancaran segalanya
    Aduhai bahagianya Maruti, Melani melihat kemajuan kesembuhan Anindita jadi tidak sabar membaca cerita kelanjutannya...

    ReplyDelete
  33. Terima kasih bu tien, semoga sehat selalu ....melani gadus baik dan pintar semiga semua segera menjadi bahagia ...salan aduhai dari pondok gede

    ReplyDelete
  34. Ibu Farida Zubir terimakasih perhatiannya.. 🙏🙏

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah,matur nuwun bu Tien untuk MK nya,, baarakallahu fiikum
    Salam sehat wal'afiat semua ya bu Tien
    Pokoke ADUHAAII tenan ,, ditunggu episode berikutnya Ibuku yang penuh CINTA n semangat luar biasa, Aamiin 🤗💖

    ReplyDelete
  36. Alhamdulilah Melani 34 udah tayang
    Trims banyak Bu Tien sudah menghibur sehat sehat terus Bu tien

    ReplyDelete
  37. Alhamdulillah MK34 sudah tayang. Tetap sehat dan semangat njih Bu!? Matur nuwun.🙏

    ReplyDelete
  38. Assalamualaikum wr wb Senang sekali pelan tapi pasti, Anindita sdh mulai mengenal dirinya dan orang orang sekitar yg menyayanginya, terutama Melani, Maruti dan Panji. Semoga satu episode lagi ke depan, Anindita sdh kembali normal, bisa menerima dan memberikan curahan kasih sayangnya kpd Melani, Maruti, Panji dan Anggoro. Maturnuwun Bu Tien yg sdh memberikan hiburan yg begitu menarik, banyak kandungan filosofi kehidupan. Semoga Bu Tien beserta keluarga tansah pinaringan karahayon wilujeng ing sadoyonipun. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  39. Wa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
    Aamiin ya robbal alamiin.
    Matur nuwun. ADUHAI pak Mashudi

    ReplyDelete
  40. Alhamdulillah, Terima kasih bu Tien, aduhai banget, salam sehat selalu

    ReplyDelete
  41. Semoga anindita cepat sembuh dan bisa berkumpul lagi bersama keluarganya.
    Aduhai! Terima kasih bunda tien.

    ReplyDelete
  42. Sonten bu .mhn maaf belum biaa konen. Pas kerjasn kantor numpuk. Semoga ibu Tien sehat selalu..asmiin

    ReplyDelete
  43. Ikut ngintip Anggoro sudah sembuh belum ya?
    Semoga pada cepat sembuh semuanya.
    Salam Aduhai mbak Tien dr Tegal.

    ReplyDelete
  44. Baru sempat baca .wah Bp Anggoro kecelakaan kan krn kelakuan dulu ini balasan nya 😢🙏yaa ini lah yg akan di dapat semoga kuat dan sehat u Bu Tien...apa blm tayang yaa u mlm ini Melani Kekasihku

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 42

CINTAKU JAUH Di PULAU SEBERANG  42 (Tien Kumalasari)   Arum terkejut, sekaligus tersipu. Ia melihat Listyo turun dari mobil dan menghampirin...