MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 38
(Tien Kumalasari)
Simbah tua itu menatap wajah Indri yang sudah sedikit rapi, karena rambutnya sudah disisir dengan sisir yang banyak tersumpal rontokan rambut simbah yang beruban.
“Apa aku tidak salah dengar? Kamu mau ikut simbah?”
“Iya, aku mau ikut simbah memulung.”
“Nak, melihat wajah kamu dan kulit kamu yang bersih, tampaknya kamu bukan orang kebanyakan.”
“Orang kebanyakan itu apa mbah?”
“Artinya ya.. orang rumahan.. dan berkecukupan.. gitu..”
“Aku ini orang yang terlunta lunta. Hidup tidak berguna, dan aku juga orang yang tak berharga.”
“Aduh,, banyak sekali kekurangan dalam hidup kamu.”
“Benar..”
“Aku tak ingin tahu apa yang terjadi, tapi aku katakan sama kamu, bahwa orang yang merasa tak berharga itu orang yang sangat kerdil.”
“Apa maksudnya sangat kerdil?”
“Kerdil itu apa.. kecil, ya kan. Kecil hatinya, kecil jiwanya, kecil semangatnya. Nah, yang terakhir inilah pemicu hati kamu sehingga merasa menjadi orang tak berguna, tak berharga.”
“Simbah ini sudah tua, tapi simbah merasa diri simbah ini hebat kok. Lihat saja, simbah berani hidup dalam kesendirian, kesepian, dan simbah tidak pernah merasa kekurangan. Kurang apanya, simbah bisa tidur nyenyak, bisa makan kenyang, bisa menyisihkan sedikit uang untuk orang kekurangan, bisa beli pakaian biarpun pakaian bekas. Dan semangat untuk selalu bergerak itu ada dan selalu ada. Bergerak untuk apa, ya bergerak untuk sesuap nasi, untuk selembar kain, seteguk minuman. Bisa memberi kalau ada peminta-minta. Bukankah simbah ini hebat? Kamu tidak ingin tahu berapa umur simbah ini? Delapan puluh tahun.”
Indri terbelalak. Bukan hanya terpana oleh semua yang dikatakan simbah, tapi terpana mendengar umur simbah yang sudah delapan puluh tahun, tapi semangatnya untuk terus mengarungi hidup tak pernah padam.
“Apa sih yang membuat orang merasa kekurangan? Yang membuat adalah orang yang selalu ingin lebih. Tidak merasa cukup. Kalau simbah sih, sudah merasa kaya. Orang kaya adalah orang yang bisa memberi dan menolong orang lain bukan orang yang berlimpah harta.” Lalu simbah terkekeh lucu, menampakkan sebagian giginya yang sudah tanggal lebih separonya.
“Simbah ini orang gendeng ya, pandangan hidup yang mungkin tidak sama dengan orang lain, biasanya kemudian disebut orang gendeng. Tidak waras. Aah, biarkan saja, ini hidup aku, bukan hidup orang lain. Yang penting aku tidak mengganggu,” kata simbah mengakhiri kata-katanya sambil melanjutkan mengangkut sebungkus besar tas keresek berisi plastik-plastik bekas.
Indri berdiri, membantu mengangkat apa yang akan dibawa keluar oleh simbah tua itu, hanya dengan tangan kirinya.
Simbah melirik kearah tangan kanan Indri yang tampak terkulai. Ia baru melihatnya.
“Tangan kamu sakit?”
“Iya mbah, tidak bisa mergerak bebas, karena kecelakaan,” jawabnya sambil meletakkan sebuah bungkusan yang berisi botol-botol bekas.
“Mana ya si Man kok belum datang?” gumam simbah sambil menoleh kearah kiri jalan.
“Siapa si Man?”
“Itu, tukang becak langganan simbah. Ngomong-ngomong, bener kamu ingin ikut simbah?”
“Bener mbah.”
“Kamu tidak ingin mandi lebih dulu?”
Indri menggeleng, merasa masih belum cukup sarana untuk mandi. Ia masih punya sedikit uang, ia ingin membeli sabun dan sikat gigi, Ia tidak mau seperti simbah itu yang menggosok giginya hanya dengan tembako susur yang digosok-gosokannya ke giginya.
“Saya mandi nanti saja setelah pulang.”
“Baiklah, itu becaknya datang, dia akan membawa rosok itu ke pengepul, aku akan menyusul kesana untuk mengambil uangnya, sambil memulung disepanjang jalan. Pikir baik-baik, benarkah kamu mau ikut simbah?”
“Aku ikut mbah.”
“Baiklah, biar si Man sendiri mengangkat barang-barang itu.”
Lalu simbah mengambil uang dari saku bajunya, dan memberikannya kepada tukang becak itu, yang hanya diam saja tanpa mengucapkan terimakasih, karena ia sudah biasa melakukannya.
Simbah mengambil karung dari bekas tempat beras, disampirkan dipundaknya, lalu meninggalkan rumahnya. Si tukang becak memandang sekilas kepada wanita yang berjalan disamping simbah, tapi kemudian ia mulai mengangkut barang-barang simbah yang siap di setorkan ke tempat biasanya.
***
Sony tak bisa menemukan dimana Indri berada. Winar memaksanya untuk pergi ke rumah orang tua Indri. Tapi sampai disana, ayahnya Indri yang masih tampak gagah justru menyalahkan dia.
“Kalau benar dia sudah menjadi isteri kamu, berarti kamu harus bertanggung jawab atas semuanya. Bagaimana mungkin dia tiba-tiba lenyap selama dua hari.”
“Banyak kejadian yang perlu bapak tahu tentang Indri. Saya minta maaf karena tidak pernah datang kemari setelah bapak dan ibu mengatakan bahwa tak akan peduli sama Indri.
“Dan sampai sekarangpun aku tetap tidak akan peduli. Jadi jangan harap kamu bisa menemukannya disini.”
Sony benar-benar putus asa. Kedua orang tua Indri sudah tak peduli lagi kepada anak perempuannya, seperti sudah membuangnya begitu saja sejak mengetahui kelakuan Indri ketika merusak rumah tangga orang.
Sony pergi ketika kedua orang tua Indri meninggalkannya masuk ke rumah dan membiarkan dia sendirian di teras.
Sony akhirnya pulang dengan lesu, dan isterinya ikut sedih dengan kejadian itu.
“Kalau begitu kita harus melaporkannya pada polisi mas.”
“Baiklah, kalau sampai besok tidak pulang, aku harus melaporkannya kepada polisi.”
Winar seorang wanita yang baik, dia tidak sekedar ingin merebut Sony, tapi juga ingin membantu Indri yang belum pulih dari kejiwaannya yang terguncang. Apa daya, Indri malah pergi meninggalkan rumah.
***
“Mas, lihat ini, dicari, seorang wanita bernama Indriani, dia menghilang,” kata Yessyta kepada suaminya sambil menunjukkan sebuah koran.
“Menghilang? Apa dia Indri bekas isteri Anto?”
“Iya, ini ada fotonya. Lihat, mas nggak lupa kan wajah Indri?”
“Yang melaporkan adalah suaminya. Apa yang terjadi?”
“Entahlah, aku juga sudah lama tidak mendengar berita tentang dia. Apa dia patah hati karena mas Anto menikah lagi?”
“Ya nggak ada hubungannya sama Anto, kan Indri sudah punya suami lagi.”
Yessyta mendesah dan menampakkan wajah sedih.
“Aku prihatin sekali. Sungguh sebenarnya aku tidak merasa dendam biarpun dia pernah melukai hati aku. Melihat dan mendengar keadaannya aku justru ikut sedih.”
“Semoga semuanya segera menjadi baik.”
“Iya mas, Aamiin. Tapi besok mas bisa mengantarkan aku ke dokter kan?”
“Kamu sakit?”
“Badanku rasanya nggak enak banget.”
“Mungkin kamu capek. Nggak usah ikut membantu di kantor dulu lah, kan tugas kamu merawat bapak.”
“Iya sih mas, maksudku setelah merawat kemudian nggak punya kerjaan, jadi iseng pengin jalan-jalan ke kantor, barangkali ada yang bisa aku lakukan.”
“Ya, tapi jangan terlalu ke seringan.”
“Sebenarnya sekalian mengantar bapak kontrol kan mas ?”
“Iya, kok aku jadi lupa. Baiklah, besok mengantarkan ke rumah sakit dulu.”
“Terimkasih ya mas.”
“Kenapa harus berterimakasih, kan itu sudah menjadi kewajiban aku. Lagipula besok kita jadi ke pestanya Suni kan ?”
“Iya jadi, bapak ingin melihat wayang kulit.”
“Tapi jangan lama-lama, wayang kulit itu kan bisasanya keluarnya malam. Nanti kesenengan terus lupa pulang, bagaimana?”
“Ya enggak mas, kita datang sekedarnya saja, mengingat bapak kan tidak boleh terlalu capek?”
“Iya baiklah. Ya sudah, kita pulang saja sekarang, sebentar lagi bapak harus minum obat, dan sebaiknya kamu nggak usah kembali lagi ke kantor, nanti kecapekan.”
“Iya, siap mas suami.”
“Kok mas suami sih?”
“Kan kamu suami aku?”
Yessyta tertawa lucu, lalu ikut membantu membenahi meja kerja Gunawan sebelum beranjak pulang.
***
“Aku baru ingat, besok aku ingin nonton wayang..” kata pak Murti ketika makan siang dirumah.
“Iya, bapak, tapi paginya bapak harus kontrol dulu.”
“Apa obatku sudah habis?”
“Ya sudah pak, setiap obat habis kan bapak harus kontrol. Lihat nih, hanya tinggal diminum sore nanti dan besok pagi.”
“Ya sudah, baiklah, aku nurut saja, pokoknya sorenya melihat wayang kulit di kampung Suni.”
Gunawan dan Yessyta tertawa melihat semangat pak Murti untuk menghadiri pernikahan Suni.
“Nanti ajak juga simbok.. biar dia senang.”
“Iya benar pak, nanti Yessy bilang simbok Tapi bapak sekarang benar-benar sehat kan? Apakah masih ada yang bapak rasakan? Sesak napas, barangkali?”
“Bapak merasa sangat sehat, bapak bahagia. Dan jangan lupa, cepatlah beri aku cucu.”
Yessyta tersipu.
“Bapak, kami menikah kan belum ada subulan, bagaimana bisa memberi bapak cucu?”
“Iya sih, tapi harus segera, biar bapak bertambah senang.”
“Bapak jangan khawatir, nanti kami akan ngebut supaya bapak senang, ya kan Yes?” canda Gunawan.
“Ih, ngebut, seperti orang lagi berkendara saja.”
Pak Murti tertawa keras.
“Benar, benar.. harus ngebut..”
“mBok, sini mbok, “ kata Yessyta untuk mengalihkan pembicaraan yang membuatnya tersipu itu.
“Ya bu,” kata simbok sambil mendekat.
“Besok simbok siap-siap ya, kita semua akan ke pernikahan Suni, bapak ingin melihat wayang kulit disana.”
“Oh, simbok boleh ikut ?”
“Boleh.. biar kamu senang, siapa tahu kamu nanti mendapatkan jodoh disana,” canda pak Murti.
Simbok dan yang lainnya tertawa.
“Bapak ada-ada saja, masa sih simbok akan mencari jodoh. Lha wong simbok sudah peyot begini.. mana ada yang mau,” kata simbok sambil beranjak ke belakang.
“Eh mbok, jangan pergi dulu, ini kami sudah selesai makannya.”
“Oh iya, baiklah. Simbok sih buru-buru mau nyiapin baju bagus untuk besok.”
Kata-kata simbok juga disambut tawa oleh semuanya.
***
Simbah dan Indri pulang ke rumah ketika senja mulai temaram. Mereka masuk ke
rumah, dan Indri langsung memijat-mijat kakinya yang diselonjorkannya di bangku
bambu, sementara simbah sudah meletakkan karung berisi barang-barang yang
didapatnya seharian itu bersama Indri.
“Kita mendapat rosok lebih banyak karena kamu membantu aku.”
Indri tak menjawab, ia terus memijit-mijit kakinya.
“Capek ya? Kalau tidak terbiasa memang capek. Kata simbah sambil menuangkan segelas air putih dari khan lalu diberikannya kepada Indri.
“Minum dan setelah itu mandi. Ganti baju kamu dengan ini,” kata simbah sambil meletakkan sebuah bungkusan disebelah Indri.
“Ini apa mbah?”
“Ini baju dari tukang loak yang aku beli tadi.”
“Kok diberikan ke aku?”
“Simbah memang beli untuk kamu. Kan kamu tidak punya baju ganti selain yang menempel ditubuh kamu, dan itu sebabnya tadi pagi kamu nggak mau mandi kan ?”
Indri membuka bungkusan itu. Tadi simbah membeli dua potong baju, berwarna kuning dan pink. Baju loak yang masih tampak baru. Indri tidak mengira kalau baju itu akan di berikannya pada Indri.
“Mengapa untuk aku mbah?”
“Baju simbah masih banyak. Sudah, pakai saja. Kamu mandi di sebelah, kalau jam segini sudah nggak ada lagi orang mandi di kamar mandi umum. Bawa uang seribu ini. Kamu tadi kan sudah membeli sabun sama sikat gigi? Kalau simbah nggak perlu sikat gigi. Gigi simbah tinggal beberapa biji, sudah disikat sama tembako susur simbah setiap hari.
Indri terpana. Simbah yang miskin harta ini benar-benar kaya akan rasa kasih sayang. Ia bahkan belum tahu siapa namanya, dimana rumahnya, tapi dia sangat memperhatikan apa yang dibutuhkannya.
“Terimakasih ya mbah,” kata Indri terharu.
“Ayo mandilah, simbah akan beli teh hangat di warung, dan nasi oseng bungkus untuk kita makan malam.”
“Kemarin itu simbah masih ada dijalanan saat malam, mengapa sekarang masih sore sudah pulang?”
“Simbah biasanya pulang lebih malam, karena saat malam terkadang simbah menemukan botol-botol plastik bekas minum setelah orang-orang selesai makan malam di warung pinggir jalan. Tapi hari ini aku melihat kamu sangat letih. Ayo sudahlah, jangan banyak bertanya, cepat mandi, ganti bajumu, dan bersiaplah untuk shalat, sebelum saat maghrib lewat.
Indri bangkit dari tempatnya duduk, lalu mengambil sabun dan peralatan mandi yang tadi dibelinya, mengambil salah satu baju yang dibelikan simbah, dan beranjak keluar.
“Aku wudhu dirumah saja, kamu mandi sekalian wudhu ya.”
Indri mengangguk sambil mengusap air matanya yang menitik. Disepanjang mengikuti simbah memulung di setiap tempat sampah, disaat harus shalat dia mengajak Indri singgah di masjid atau mushala.
“Sesibuk apapun, jangan melupakan saat shalat, karena hanya ketika kita dekat dengan Dia, maka akan tenteramlah hati kita.”
Ya Tuhan, dimana selama ini nurani bersihnya sehingga lupa bahwa ada Yang lebih dari apapun diatas sana.
Indri mengguyur tubuhnya, membiarkan air matanya mengalir, berpacu dengan guyuran air dingin yang membasahi tubuhnya.
Ketika Indri selesai shalat, simbah baru saja masuk ke rumah. Dibangku bambu miliknya, sudah siap dua plastik teh hangat dan dua bungkusan nasi.
“Itu nasi oseng, dengan sambal teri,” kata simbah.
Indri melipat mukena dan sajadahnya lalu meletakkannya ditempat semula, kemudiaan duduk didekat simbah.
“Minumlah tehnya, masih hangat. Setiap hari aku makan dan minum dari membeli di warung. Tak pernah masak sendiri,” kata simbah sambil membuka bungkusan nasi. Indri mengikutinya karena dia memang merasa lapar.
Sehari di gubug simbah, dia sudah terbiasa dengan suasana apak dan terkadang anyir yang tercium oleh hidungnya.
“Besok malam kita akan bepergian, dan menginap disana,” kata simbah tiba-tiba.
“Kemana ?”
“Ada kerabatku yang punya kerja. Tampaknya besannya orang kaya. Mereka menanggap wayang kulit.”
“Wah, pasti rame mbah.”
“Ya, dan paginya kita bisa membawa botol-botol plastik bekas yang lebih banyak.”
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah Tayang juga....
ReplyDeleteAlhamdulillah tayang MCYT 38 tepat pukul 00'15
DeleteMtnuwun mbak Tien....sayah ya tetep lanjut nulis,Smg berkah buat menghibur kita semua,Aamiin
Alhamdulillah tayang
DeleteSelamat Uti Nani juara 1 berkat kesabarannya begadang menunggu tayangnya MCYT_38.
DeleteTerimakasih bu Tien, walau cuapek seharian mencari dan mencari keberadaan IVERMEC12 obat cacing yang telah menjadi obat COVID-19 walau sedang "uji klinis' tapi keberadaannya sdh langka dipasaran, ibu tetap setia, tetap komit menulis dan menlis cerbung yang ditunggu penggemarnya.
HATUR NUHUN IBU, SALAM ADUHAI dari mas kakek mBandung.
Alhamdulillah
DeleteIni bnr2 deh bunda Tien luar biasa
Sbnrnya kan udah Capek seh,tp loyalitas yg tinggi buat kita2
Doaku bunda ttp sehat
MCYT 38 ttp tayang juga udah gak hitung lelah yg pntg bikin happy
Dan selalu ADUHAI
Mksh bundaku sayang
Ngaturi bahan koreksi MCYT_38, sbb :
Delete1. “Iya mbah, tidak bisa "mergerak" bebas, karena kecelakaan,”
# “Iya mbah, tidak bisa "bergerak bebas", karena kecelakaan,” #
Wah ada hikmahnya tayang lebih malam, tidak diburu-2 cepat tayang jadi sempat berulang membaca atau ada pembaca yang sdh mengirim bahan koreksi???
Pas jam 6 pagi saya selesai membaca dan mengeditnya sesuai versiku.
Matur nuwun nggih bu Tien....
Terimakasih...🙏
ReplyDeleteAlhamdulillah tayang malam2.. sehat2 bude
ReplyDeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur,
,
Alhamdulillah ....
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir,
Matur nuwun bu......
Mugi Bu Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin.....
Salam ADUHAI
Sugeng ngaso
DeleteAlhamdulillah MCYT_38 sdh tayang menyapa penggemar setianya di setiap malam setelah pkl 21.00.
Terima kasih Bu Tien dalam kesibukan kerja di apotek masih sempat menulis cerbung yang menghibur kita semua dimasa Pandemi covid-19 ini.
Salam ADUHAI, salam SEROJA...sehat terus ya Bu Tien......
Dalam kepenatan ibu tetap setia menghiburku, terimakasih ibu. Semoga ibu selalu diberikan kesehatan yang prima. Aamiin.
Salam ADUHAI......dari Bandung
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , RahayuHernadi , Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
😘 tak kancani melek mbk ...🙏
ReplyDeleteNgantuk sekarang aku.
DeleteADUHAI PAK Wiyoto
Mbk Tien sare dulu mbk...
DeleteSmg sehat selalu dan segar bugar,Aamiin
Karo nonton bal
ReplyDeleteMestinya Ibu Tien Kumalasari nggak usah maksain .....
ReplyDeletedi bela”in mpe segitunya demi kita” yaa ...
🤝 suwun, mugi Ibu tansah pinaringan Rahayu widodo nir ing sambekolo
Alhamdulillah..
ReplyDeleteAduhaaaai bunda Tien..❤️😘
Alhamdulillah akhirnya tayang.
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien, sayah - sayah tetep tayang MCYT 38 karena beliau tidak mau mrngecreakan penggemar cerbungnya.
Semoga Bunda sehat selalu.
Sugeng istirahat.
Alhamdulillah.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien.
Alhamdulillah ternyata MCYT~38 tetap hadir juga malam ini.. terimakasih bu Tien..🙏
ReplyDeleteSugeng istirahat semoga bu Tien tetap sehat.. Aamiin..
He he he he, ngeyel diaturi rehat ya .. tetep nyethuthuk nyerat wiss jian...
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien sampun paring dongeng MCYT ingkang kaping tigang dasa wolu sampun ka babar ing layar hape kula..
Mugio tansah winantu karaharjan kawilujengan.
Jebulnya mBah Runtah kerabat pak Kardi to..
DeleteSyukurlah..
Tentu Indri tidak mengira; bakal ketemu sama yang mengenali dirimu nDri, hmm yakin deh pasti ada sentuhan kasih dari yesita, yang dalam angannya sempat terbersit dibenaknya, untuk datang menemuinya.
Rupanya selama ini Yesita seorang penemu perempuan malang, eh keliru enggak ya, itu lo yang keblondrok angan angannya terus mendapat jadi sengsara.
Hee.. keblondrok itu apa ya.. haa kebablasan nah itu.
Kok perempuan malang..
ya maksud nya tertimpa kemalangan .. sengsara gitu..
Tapi juragan Murti kan sudah pesan kalau menemui supaya dibantu.
Tuh betapa beliau tidak tega kalau mendengar ada yang tertimpa kemalangan..
lo.. kok malang lagi to..
Ash angil nulis mubeng mubeng wae ..
Ya sudahlah nyimak saja lah..
Terima kasih Bu Tien, walaupun lelah MCYT 38 tetap hadir... Aduhai...
ReplyDeletesemoga Ibu sehat selalu
Selamat beristirahat.
Salam ADUHAI dari Bekasi
Besok malam si Mbah akan mengajak si Indri ke acara pesta Suni dan Darman. 😋
ReplyDeleteAduhai ... Apa yg akan terjadi ?! Roda Hidup dan Kehidupan memang selalu berputar. 👍🙏
Si Indri ikut si Mbah ke acara Suni ... Sungguh Aduhai ya Bu Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSi Indri ikut si Mbah ke acara Suni ...sambil memulung... Sungguh Aduhai ya Bu Tien Kumalasari.
ReplyDeleteSangat luar biasa semangat Bun Tien dalam karya soektakuler menulis MCYT 38, dalam kondisi yg blm sepenuhnya sehat serta tekanan kerja apotek yg begitu berat melelahkan, tetap bisa menyelesaikan karya penulisan cerbung ini sampai lewat tengah malam, makasih makasih semoga Bun Tien Kumalasari akan senantiasa dirahmati dg kesehatan dan kekuatan yg prim, Allahuma aamiin.
ReplyDelete#. karya spektakuler
ReplyDelete#. yg prima
ReplyDeleteIndri sudah mulai menyadari kesalahannya. Mudah2an mendapatkan kehidupan yg lebih baik. Mau ke acr pernikahan Suni kah? Pasti ketemu Yessyta ya.
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Salam hangat selalu. Aduhai
Alhamdulillah MCYT38 tayang..ternyata simbahnya Indri masih kerabat bapaknya Suni..oh dunia ternyata selebar daun kelor. Hebat Bu Tien meskipun dalam kondisi sesibuk apapun masih terus berkarya menghibur penggemarnya. Salam hormat dan sehat selalu kami akan selalu berdoa agar Bu Tien selalu dalam lindungan Allah SWT ..Aamiin YRA🙏🙏😊😊👍👍🌺🌼🌺
ReplyDeleteNdilalah ngelilir ngintip ternyata sdh tayang, Alhamdulillah yang penting sehat Mbak Tien ya.... Aamiin...
ReplyDeleteNglilir mau ngecharge hp tyt mcyt hadir...trmksh mb Tien pasti sdg tidur nyenyak stlh menyelesaikan mmcyt ini... Mgknkah simbah mengajak Indri ke pernikahan Suni dan Darman? Oh my god..apa yg akan terjd ya?. ditunggu bsk ya mb Tien.. slm seroja sll🤗😘
ReplyDeleteBunda memang luar biasa dalam keadaan lelah karena pekerjaan di apotik masih memaksa diri untuk menyelesaikan cerbungnya, semua demi memenuhi keinginan para penggemar cerbungnya.Sekali lagi terima kasih Bunda.
ReplyDeleteTetap jaga kesehatan ya Bun.Salam dari kami berdua di Solo
Mb Tien , ceritanya top markotop . Selalu ada hal2 baru yg mengejutkan . Indri sudah sadar akan kesalahannya. Eh simbah malah saudara Suni . Pengen besok lg . Baca kelanjutannya.
ReplyDeleteSalam sehat n aduhai .
Yuli Smrg .
Matur nuwun banget... Mbak Tien...luar biasa fiksinya dan yg lebih luar biasa penulisnya.Semoga Allah selalu melimpahkan kesehatan utk mbak Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah,tansah pinaringan sehat Bu Tien,Aamiin
ReplyDeleteAlhamdulillah, suwun cerbungnya mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat semangat dr Bekasi Timur
Waaaa...simbah mau njagong kerabat yg sedang mantu apakah ke tempat Suni? Bagaimana reaksi indri kalau ketemu keluarga Yessyta dan suni?
ReplyDeleteBikin penasaran bunda...cerita yang apik dan menarik ,kami selalu tunggu lanjutannya bunda
Semoga bunda Tien selalu sehat rejeki berlimpah dan selalu dalam perlindungan Allah...Aamiin
Salam Aduhai..
Aamiin yaa Robbal'alamiin
DeleteMatur nuwun bunda Tien..MCYT38 telah hadir...
ReplyDeleteADUHAI...rasa nya hati teraduk-aduk setiap membaca perepisode karya bunda Tien..
meleleh hatiku.😰😥
Mb Tien ingat kesehatan..... ga usah dipaksakan, istirahat yng cukup....
ReplyDeleteSehat itu mahal.....
Terimakaaih mb Tien....
Salam sehat ADUHAI BANGWT...
Matur nuwun mbak Tien kesayangan, meskipun capek tetap menghibur kita², masya Allah dijaga kesehatannya injih sampun sayah²,ini baru baca sambil nunggu subuhan, salam aduhaai dari Cibubur
ReplyDeleteSelamat pagi jengTien ,,,wah hebat tetep berkarya walaupun capek ,,apotik rame. Semoga selalu sehat
ReplyDeleteTerima kasih banyak bunda Tien, meski capek tetap memaksakan utk bs menghibur pembaca.
ReplyDeleteSemoga bunda Tien selalu diberi kesehatan
Salam aduhai
Aduhaiiiii ...
ReplyDeleteSalam sehat dari kota kretek, mbak Tien.
Assalamualaikum wr wb. Wah, bakalan rame nih, akankah Yessy ketemu Indri yg diajak simbah ke resepsinya Suni. Maturnuwun Bu Tien, semakin menarik saja ceritanya, yg di episode 38 ini, Indri banyak belajar ttg kehidupan dari Simbah, semoga bisa merubah pribadi Indri menjadi yg lbh baik. Teriring do'a, semoga Bu Tien beserta keluarga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin...
ReplyDeleteSalam sehat dan aduhai dari Pondok Gede...
Aamiin yaa robbal 'alamiin
DeleteSalam ADUHAI pak Mashudi
Puji Tuhan ibu Tien tetap sehat semangat dan produktip shg walau dlm kesibukan yg luar biasa tetap menyajikan MCYT 38 yg bagi kami para penggandrung tunggu2. Ternyata walau sdh tengah malam hadir juga.
ReplyDeleteIndri sdh lebih tenang hidup bersama simbah sang pemulung. Memang benar kebahagiaan tdk berbanding lurus dengan harta kekayaan buktinya simbah pemulung adalah orang yg bahagia hidupnya, sangat mengasihi sesama, terlibat sangat peduli dan sungguh menjadi berkat bagi Indri...
Ibu Tien sang dalang sangat piawai dlm menyampaikan nilai luhur kemanusiaan dgn alur cerita yg aduhai...
Pertobatan pelan2 diri Indri mengantarnya hidup lebih kuat dan baik.
Monggo ibu Tien dilanjut aja, kami menunggu dgn penasaran. Matur nuwun berkah Dalem. Salam ADUHAI seger waras...
Waaah... MCYT makin aduhai ters dr part ke part nya... ceritanya aduhai trs.. terima kash mbu Tien.. sehat² sellu....
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu tien sdh menyajikan karya cerbungnya
Semoga bu tien n kelg sehat2 dan dalam lindungan Allah SWT
Salam aduhai selalu
Tragis banget nasibmu Indri....
ReplyDeleteMoga dg keadaan ini Indri jadi sadar akan semua perbuatan jahatnya dan kembali ke jln yg benar.
Dunia bagi Indri serasa berbalik
Bisa dilihat orang"yg dulu dijahati Indri hidupnya bahagia bersama pasangannya masing"
Sementara Indri malah jadi pemulung,menyusuri jalanan utk mengais rejeki bersama mbah tua yg menampungnya.
Bahkan mbah tua mau mengajaknya pergi agak jauh di rmh kerabat yg mau nanggap wayang....
Itu pasti mantennya Suni....
Bagaimana nanti kalau disana ketemu Yessyta...
Ambyar.....
Trimakasih bunda episode ke 38 nya.
Walau capai tetap memberi hiburan pada penggemarnya
Moga sehat" sll bunda...
Salam aduhai dari Bojonegoro.
Terimakasih mbak Tien MCYT 38 tayang, mbak Tien bener2 mengusahakan nulisnya sampai dini hari...wowwww sesuatu banget, again terimakasih banyak mbak Tien 🙏🙏🙏
ReplyDeleteCerita semakin seru membuat penasaran dan aduhaaaiii
Sehat2 selalu ya mbak Tien 🙏
Alhamdulillah, ternyata tayang juga.....terima kasih Bu Tien.
ReplyDeleteSemoga sehat selalu....Aamiin
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT 38 tayang juga ,,matur nuwun bu Tien,, Aduhaaii hebat mirip simbah semangat nya pantang menyerah 🙏👍
Simbah mau ketemu kerabatnya apakah orang tuanya Darman ?!
Salam Sehat wal'afiat bu Tien dan
Salam Aduhaaii dari Cendana Bintara 🙏🤗
Indri banyak belajar tentang arti kehidupan dari simbah pemulung yg baik hati. Smoga Indri menemukan kehidupannya yg lebih baik.
ReplyDeleteTerima kasih Mbak Tien, MCYT 38 semakin memikat. Semoga Mbak Tien selalu sehat wal afiat dan bahagia bersama keluarga tercinta. Salam ADUHAI selalu dari Semarang.
Simbah yang bijaksana, nrimo ing pandum, tdk mau tergantung pd orang, tast ibadah dan suka bederma.Semoga bisa menginsafkan Indro.. Wah nanti di mantenan Suni ketemu Suni, Yesyta, Gunawan dan p Murti. Kesempatan Indri hntuk nrminta maaf pada mereka. Aamiin. Jalan cerita yang memberi filosofi kehidupan
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien..memang aduhai ceritanya.
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun....
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh, Selamat pagi yg kesiangan, selamat menunaikan tugas2. Smg selalu sehat wal afiat dan bahagia.
ReplyDeleteAlhamdulillah menu maksi hr ini ditemani MCYT epsd 38...sungguh sedap nian...Matur nuwun bu Tien.
Nasehat sederhana, dalam kehidupan sederhana dari mbah pemulung yg hidupnya penuh kesederhanaan membuat Indri merenung...menyadari betapa suramnya kehidupan masa lalunya. Tidak ada kata terlambat unt memperbaiki diri Indri. Lantaran mbah pemulung yang baik hati, nti kau akan ketemu dg banyak org2 baik, yg akan membuatmu merasa bahagia. Indri bahagia tdk identik dgn kemewahan...contone mbh pemulung yg selalu bersyukur dg apa yg dy punya maka mbah pun merasa hdupnya bahagia lahir batin....hehehe...gitu ya...🤭🤭🤭
ADUHAI...Jadi penasaran, pengen ikutan mbah dan Indri nonton wayang kulit ntar malem...ga sabar nih bu Tien...😅
Salam sehat, hangat, dan ADUHAI selalu 🙏
Slmr siaang mba Tien.. Rupanyananti i dri ktmu sm jesyta dihajatan pwrnikahan suni.. Ditguah sambungan berikutnya.. Slmseroja dan makin aduhai dri skbmi🥰🥰
ReplyDeleteTerimakasih mbak apisode 38 sudah keluar, dinanti episode selanjutnya
ReplyDeleteLo udah tayank gasik nih ..salam aduh hai buat bu Tien ...nanti malam istirahat ...MCYT 38...sipp deh..terima kasih bu Tien ..smakin seru ...Suni ooo ooo teernyataa
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, mcyt-nya sudah tayang.
ReplyDeleteSimbah yang super, bukan karena harta atau jabatan, tetapi tingkah laku, perbuatan, sikapnya terhadap sesama. Karena simbahlah sifat tidak terpuji dapat berubah.
Mudah-mudahan nasib baik segera datang, eee siapa tahu nanti meningkat jadi bosnya pemulung.
Ternyata episode 38 malah makin asyik saja. Makin 'gemes' ingin segera tahu lanjutannya.
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.
Waaaoooww Indri bakal hadir juga dipesta nikah suni......pasti seruuu!!!
ReplyDeleteGayeng
ReplyDeleteAlhamdulilah sudah bisa baca sampai tuntas MCYT 38 yang dimulai tadi pagi berhenti, siang tdk bisa buka baru deh saat ini tuntas. menunggu MCYT 39.
ReplyDeleteDan inilah pesanteran bagi Indri yang telah lalai akan kewajiban kepada Sang kholiq dan kesempatan untuk berbenah diri untuk bertobat. Dan Simbok akan bertemu jodohnya dengan Bpknya Suni kah ??? Sedang Indri akankan menemukan jalan hidupnya di Pernikahan Suni.
Jadi tidak sabar menunggu kisah berikutnya.
Makasih Bunda Tien Sehat selalu dan salam ADUHAI
Cerita semakin seru karena Indri akan ketemu Suni.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
MCYT 38 tertulis tgl 2juli ,apakah malam ini tayang lagi MCYT 39 mbak Tien.
ReplyDeleteAduhai kl tidak tayang pikiran bs me layang2 nih hihihihi ,Salam sehat2 selalu mbak Tien dari Tegal.
Kan tayang jam 00.05 tg 2 Juli.
Deletehebat mbak Tien, demi menyenangkan penggemarnya, walaupun siang hari sdh lelah bekerja, masih menyempatkan diri untuk menyelesaikan tulisan cerbung ini.
ReplyDeleteTerima kasih banyak mbak Tien. Salam sehat dan sejahtera utk keluarga.
Cerita yang bagus...semoga Indri menjadi baik...
ReplyDeleteTentunya di MCYT 39 akan seru...Indri bakal ketemu Suni...
Makin aduhai saja
Maturnuwun mbak Tien..mcyt38nya..
ReplyDeleteWalaaah...simbah pemulung kerabatnyasuni yaa...
Ini hebatnya mbak Tien..membuat kagetdan senyum dlm membaca..👍👍😊😊
Masih bakal rame nii...tapiii..
Besok lagi yaaa...gmn pertemuan ditempat wayangan..😁😁
Salam sehat dan sangat aduhai mbak Tien...🙏🥰⚘❤
Semoga Ibu Tien sehat selalu
ReplyDelete