Wednesday, June 30, 2021

MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 37

 

MENGAIS CINTA YANG TERSERAK  37

(Tien Kumalasari)

 

“Maaf Indri, aku baru mengatakannya.”

Indri masih bersandar pada pintu. Menatap wanita cantik yang kemudian mendekatinya lalu mengulurkan tangannya.

“mBak Indri, biarkan aku membantu kamu. Aku tidak sekedar merebut mas Sony kok, aku akan melayaninya bersama kamu,” katanya sambil meraih tangan Indri, karena Indri diam saja.

Indri merasa semuanya berputar, ia hampir roboh, tapi wanita itu segera memapahnya untuk duduk.

Sony beranjak kebelakang untuk mengambilkan air minum, lalu diberikannya pada Indri, yang kemudian meminumnya seteguk.

“mBak, namaku Winar, Winarti lengkapnya. Marilah kita bersahabat,” kata wanita itu memperkenalkan namanya.

Indri masih diam, tubuhnya terasa lemas. Menurutnya, wanita bernama Winar itu sangat keterlaluan.

“Dia mengajak bersahabat, setelah berebut suamiku ?” kata batin Indri yang teriris.

Tiba-tiba saja beberapa kejadian yang telah lalu melintas dibenaknya. Ketika dia dengan enteng bergandengan tangan dengan Anto, dan meminta kepada Yessyta agar mengijinkan mereka menikah. Ternyata sakit sekali rasa kehilangan itu. Kehilangan suami pula. Dan dulu ia tak pernah membayangkannya, betapa sakit hati Yessyta ketika melihatnya tidur bersama Anto, dikamarnya. Sekarang wanita ini bersikap sangat manis, setelah merajang-rajang hatinya sehingga lumat tak bersisa.

“Aku mau mas Sony menikahi aku, karena katanya mbak Indri sakit dan tidak mampu melakukan apa-apa.”

Indri memandangnya dengan mata menyala. Biarpun itu benar, Indri tak suka dibilang tak mampu melakukan apa-apa.

“Mas Anto masih muda, dia butuh sesuatu yang tidak bisa mbak berikan. Kasihan bukan? Pahamilah dia, jangan dilihat dari penghianatannya, tapi lihatlah bagaimana dia kehausan ditengah padang kering yang terasa membakar.”

“Diaaam !!” Indri akhirnya bisa mengumpulkan kekuatannya lalu berteriak dengan keras dan garang.

Winar terkejut, sampai pegangan tangannya terlepas.

“Sungguh aku tidak bermaksud jahat.”

“Hentikan omong kosong itu.”

“Indri, Winar sudah menjadi isteriku. Biarkan dia tinggal disini. Kita akan hidup bersama-sama dalam satu rumah,” kata Sony .

Indri menatap Sony tak berkedip. Baru saja dia berencana untuk meminta maaf, dan berjanji akan memperbaiki kehidupan rumah tangganya, ternyata Sony justru datang bersama isteri barunya, merobek dan mengoyak batinnya.

Tiba-tiba juga ia teringat ketika dia datang bersama Anto, mengatakan pada Yessyta bahwa mereka akan tinggal serumah.

Indri berdiri, lalu menatap keduanya.

“Tinggallah disini.”

Indri melangkah keluar rumah.

“Indri, kamu mau kemana?”

Tapi Indri tak menjawab. Ia terus melangkah keluar dari halaman.

“Mas, kejarlah dia.”

“Biarkan saja, pasti nanti dia akan kembali. Dia harus tahu bahwa tidak semua kehendaknya akan bisa diwujudkannya.

***

Indri terus berjalan, menyusuri jalanan sore yang mulai temaram. Lampu jalanan mulai menyala, dan kerlip kendaraan yang berlalu lalang menghiasi awal malam dihari itu.

Indri mulai menghitung-hitung, sakit jiwa raga yang dideritanya adalah akibat dari perbuatan yang pernah dilakukannya. Ia baru sadar, betapa dulu dia menyakiti Yessyta dengan semena-mena. Mengira bahwa kenikmatan yang didambakannya akan bisa diraihnya setelah itu. Ternyata tidak. Hari-hari yang dilaluinya kemudian menjadi kelabu, lalu gelap. Rasa sakit, menderanya, rasa kecewa menyiksanya.

Indri terus berjalan, sampai kakinya lelah. Rambutnyaa yang awut-awutan oleh angin malam yang sedikit kencang, dibiarkannya. Lalu dia duduk di sebuah bangku panjang, entah bekas orang jualan apa. Kakinya terasa ngilu karena letih yang menderanya. Lalu ia memijit-mijit kakinya dengan tangan kirinya. Sesungguhnya dia lapar, tapi tak di pedulikannya.

Tiba-tiba banyak orang lalu lalang disekitarnya, dan tanpa diduga seseorang meletakkan uang duaribuan didekatnya, lalu diikuti oleh orang-orang lainnya. Indri ingin berteriak bahwa dia bukan pengemis, tapi mulutnya kelu, tak mampu berkata-kata. Bahkan ketika angin menerbangkan lembaran-lembaran uang itu, kemudian dia memungutnya, lalu memasukkannya kedalam saku bajunya.

Ia kehilangan rasa malu dan menerima setiap denting uang dan lembaran-lembaran yang ditaruh disisinya.

“Biarkan saja. Toh mereka tidak mengenal aku. Lagi pula aku tidak membawa uang sepeserpun.”

Lalu Indri teringat akan perutnya yang terasa lapar. Ia bangkit, lalu mendekati penjual nasi dipinggir jalan, meminta sebungkus dan segelas teh hangat yang dimasukkannya kedalam plastik.

“Ya Tuhan, aku benar-benar seperti pengemis jalanan,” bisiknya sambil berlinangan air mata, ketika ia membuka bungkusan nasinya ditempat sepi, memakannya dan meminumnya sampai habis.

“Harus kemana aku sekarang? Pulang? Tidak, dirumah ada Sony dan perempuan itu. Mana bisa aku hidup serumah dengan perempuan sok ramah itu. Dasar gila, berbaik-baik sama wanita yang suaminya dia rebut? Lebih baik aku pergi. Kemana? Aku ingin pulang ke rumah ibu bapakku, tapi aku takut, bapak sangat marah sama aku, aku bisa dihajarnya.

“Ya Tuhan, apa yang harus hamba lakukan ?”

Indri kembali duduk, kali ini disebuah emperan toko. Hari sudah malam dan toko-toko sudah tutup.

“Aku benar-benar seperti gelandangan? Ooh, ini karena dosaku.. aku akan mencari Yessyta dan meminta maaf, barangkali ini bisa mengurangi bebanku.”

Lalu Indri terus berjalan. Ia tahu jarak dia berada sekarang dan rumah Yessyta lumayan jauh. Tak ada angkuta lewat. Becak juga jarang. Kalau berjalan, rasanya kakiku tak kuat lagi. Indri berhenti ditempat sepi, merogoh kantongnya, menghitung uang yang diberikan orang lewat karena mengira dia pengemis, biarlah, ia terus menghitung. Ada duapuluh ribu saja, selebihnya adalah uang receh limaratusan. Hanya ada beberapa. Cukupkah untuk membayar becak?

Indri, perempuan cantik yang dulu teramat seksi dan menarik, selalu ingin diantar mobil kemanapun dia pergi, selalu ingin makan enak saat perutnya lapar, sekarang berjalan dengan pakaian kusut dan rambut semrawut, menerima uang receh dan lembaran uang kecil yang dilemparkan oleh orang-orang lewat, benar-benar seperti gelandangan.

Indri menangis sedih. Ia terduduk kembali di sebuah emperan toko yang lain.

“nDuk, kenapa menangis?” sebuah sapa perempuan tua mengejutkannya.

Indri mengangkat kepalanya. Seorang perempuan tua duduk mendekatinya, rambutnya sudah putih, dimulutnya ada susur masih tersumpal, karenanya bicaranya sedikit pelo.

“Kamu lari dari rumah ?” tanya perempuan tua itu lagi.

Indri mengangguk pelan. Bau kinang menyengat hidungnya.

“Kenapa ?”

Indri menggeleng-gelengkan kepalanya.

Apa kamu mau tidur disini?”

Indri mengangguk pelan, walau masih ragu akan tidur dimana.

“Nanti kalau ada orang jahat, lalu kamu di perkosa bagaimana?”

Mata Indri terbelalak. Kata-kata diperkosa membuatnya ngeri. Iya juga, bagaimana kalau hal itu benar-benar terjadi ?

“Mau tidur dirumah simbah?”

“Bolehkah?” kata Indri bersemangat, sambil mengusap air matanya.

“Rumah simbah tak jauh dari sini. Masuk ke gang itu, tapi itu sebuah gubug, temboknya dari anyaman bambu, alas tidurnya juga bangku dari bambu.”

“Simbah sendirian ?”

“Simbah tak punya anak. Suami sudah lama sekali meninggal. Simbah hidup dari memulung. Ya sekuatnya saja, yang penting bisa makan.”

“Ya Tuhan, sudah setua simbah, bekerja sebagai pemulung?”

“Memangnya kenapa? Burukkah pekerjaan memulung?”

“Bukan buruk. Tapi simbah kan sudah tua?”

“Memangnya kalau tua nggak boleh bekerja? Makan apa aku kalau disuruh duduk-duduk saja. Mengemis? Emoh aku menadahkan tanganku untuk meminta-minta.”

Indri terbelalak. Baru saja dia makan dengan uang yang didapatnya dari pemberian orang.

“Ah, tapi aku kan tidak mengemis, mereka sendiri yang memberi,” katanya untuk menghibur dirinya sendiri.

“Ayo, kalau mau ikutlah aku,” kata simbah tua itu sambil berdiri. Jalannya sudah terbungkuk bungkuk, tapi dia bisa melangkah dengan cepat. Mau tidak mau Indri mengikutinya.

“Tak ada jalan lain, ini sebuah pertolongan untuk aku, apapun bentuknya,” gumamnya dalam hati.

Indri mengikuti simbah tua itu memasuki sebuah lorong kecil yang ada diantara pertokoan itu, dan berjalan agak jauh untuk mencapai sebuah gubug kecil, yang memang benar terbuat dari anyaman bambu.

“Ini rumahku,” kata simbah tua sambil membuka pintunya, dan terdengar sebuah derit  ketika pintu itu terbuka.

“Berhenti dulu, aku harus menyalakan lampu minyak, nanti kamu menubruk sesuatu,” lanjut simbah yang kemudian merogoh sesuatu dari saku bajunya yang lebar. Ia menyelipkan sebuah kantong disitu, dan mengambil sesuatu dari kantong itu  yang ternyata sebuah korek api. Ia menyalakannya, dan Indri menutupi wajahnya karena silau ketika simbah menyalakan sebuah lampu minyak yang tergantung di dinding.

“Nah, sudah terang. Apa kamu sudah makan ?”

Indri mengangguk. Ada bau pengap yang menusuk hidungnya. Rupanya simbah tua itu menumpuk barang-barang yang dipulungnya disudut ruangan. Ia ingin menutup hidungnya, tapi khawatir simbah tersinggung, sementara dia sudah ditolongnya. Jadi bagaimanapun ia harus menghisapnya walau dengan hidung dikernyitkan.

“Dibelakang ada kamar mandi, yang pagarnya juga dari bambu, dan ada ember yang sudah berisi air, kalau sewaktu-waktu aku ingin membersihkan diri atau kencing di waktu malam. Kalau mandi, di sebelah rumah ada kamar mandi untuk umum, kalau mau mandi harus membayar seribu rupiah, disana juga ada WC umumnya,” kata nenek panjang lebar.

Ini ada bangku, tidurlah, simbah punya bantal dua, aku tidur disana, kamu disini,” kata simbah sambil menunjuk ke arah bangku yang kosong, lalu mengambilkan sebuah bantal dan diletakkan disitu. Tak tampak ada kamar digubug itu.

“Aku mau ke belakang dulu mbah,” kata Indri sambil melangkah ke belakang.

“Ya, buka saja pintunya, biar aku bawakan lampunya supaya kelihatan mana ember dan mana gayungnya,” kata simbah sambil mengambil lampu dan mengikuti Indri yang melangkah ke belakang, lalu membuka pintu yang kembali mengeluarkan suara berderit.

Bau pesing segera menyengat hidungnya.

“Adduh, simbah kurang bersih menyiramnya nih,” desisnya pelan.

“Ini, lampunya aku taruh disini, nanti kalau masuk dibawa lagi ya, simbah hanya punya satu lampu.”

Indri butuh buang air kecil, dan menyiram kakinya agar terasa segar.

“Ini sebuah kehidupan yang tak pernah diimpikannya. Hidup papa, serba kekurangan, dan nanti kalau tidur juga pasti kedinginan. Ya sudah, ini adalah hidupku,” bisiknya pelan sambil mengusap air matanya.

Ketika membaringkan tubuhnya, Indri merasa penatnya sedikit terobati. Bisa merebahkan tubuhnya dan menyelonjorkan kakinya. Tapi bau anyir dari barang-barang bekas yang ada diruangan itu sangat mengganggunya, dan sekarang bantal apak yang mengalasi kepalanya juga membuatnya tak bisa tidur.

“Tidurlah, memang inilah gubugnya simbah.”

Indri tak menjawab, ia memejamkan matanya sampai akhirnya benar-benar pulas karena kelelahan.

***

“Bagaimana? Tidak ketemu?” tanya Winar yang menunggu Sony kembali dari mencari Indri.

“Tidak, barangkali dia pergi kerumah orang tuanya,” kata Sony yang merasa letih karena sejak sore sampai larut mencari Indri kemana-mana.

“Mas tidak pergi kesana?”

“Aku ragu-ragu, mungkin juga tidak kesana, karena sudah lama orang tuanya selalu menolak kedatangan Indri.”

“Memangnya kenapa? Bagaimana ada orang tua yang tega terjadap anaknya sendiri?”

“Mereka kecewa atas perbuatan Indri. Aku sudah menceritakan semuanya kan?”

“Kasihan. Sebenarnya aku ingin menemani dia, dan membantu dia. Tapi tampaknya dia tak bisa menerima.”

“Iya, itu salah dia sendiri. Harusnya dia mengerti.”

“Besok mas harus mencarinya lagi.”

“Aku kan harus bekerja, kamu juga kan?”

“Mulai besok aku akan memasak pagi-pagi sebelum berangkat kerja, sehingga kita tidak perlu beli makanan di warung setiap hari.”

“Ya, bagus sekali. Kamu juga sangat baik. Aku senang bisa menemukan kamu.”

“Kita dipertemukan karena kita berjodoh. Aku tak ingin merebut kamu dari mbak Indri sebenarnya. Aku ingin kami bisa berteman.”

“Tampaknya dia tak bisa menerima.”

“Bagaimana kalau dia tetap tak bisa menerima?”

“Aku bebaskan dia, apa maunya. Aku tak bisa terus-terusan hidup dalam situasi yang sangat menyiksa.”

“Aku merasa bersalah.”

“Tidak, jangan berkata begitu. Kamu telah mengisi hari-hari aku yang senyap oleh rasa bahagia. Aku juga tak ingin meninggalkan Indri kalau dia mau menerima keadaan ini. Entahlah nanti bagaimana, sekarang aku letih, ingin beristirahat.”

“Tapi besok teruslah berusaha untuk mencari tahu kemana perginya mbak Indri.”

“Baiklah, kalau terpaksa aku juga akan menemui kedua orang tuanya, barangkali dia ada disana, dan menanyakan apa maunya.”

“Lakukan yang terbaik mas.”

Sony mengangguk sambil tersenyum. Ia bahagia bisa menemukan Winar yang baik hati dan penuh pengertian. Gadis yang sering ditemuinya ketika makan di warung, yang semula hanya berbincang sekadarnya, kemudian menjadi jodohnya. Apa boleh buat, dari Winar dia menemukan kembali hidup normalnya.

***

Pagi ketika Indri bangun, ia merasa bingung, bagaimana bisa tidur ditmpat seperti itu. Lalu dilihatnya simbah sudah rapi. Maksudnya sudah mandi dan sudah mengumpulkan barang-barang di pintu depan.

“Oh, aku sudah mengingatnya, aku ikut kerumah simbah yang seorang pemulung itu ke rumahnya.”

Ketika  duduk, di meja kecil di dekat bangku dimana dia berbaring, Indri melihat dua bungkusan, dan dua gelas plastik berisi teh. Simbah mendekat begitu melihat Indri sudah bangun.

“Nak, itu, simbah beli nasi liwet sama teh hangat. Satu untuk simbah, satu untuk sampeyan.”

“Terimakasih mbah,” jawabnya sambil bangkit, lalu berjalan ke belakang, kearah ‘kamar kecilnya’ simbah.

Ketika berjongkok, bau pesing itu sudah jauh berkurang, karena mungkin simbah sudah mengguyurnya dengan air sebanyak-banyaknya. Lalu Indri hanya membersihkan wajahnya.

“Apa kamu seorang muslim?” tanya simbah mengejutkannya.

“Saya.. saya..” Indri bingung menjawabnya. Tulisan agama di KTP nya memang menunjukkan agamanya, tapi apakah dia pernah beribadah?”

“Kalau kamu muslim, bersholatlah. Aku sudah selesai. Rukuh dan sajadahnya ada diatas bangku itu.”

Indri menghampiri sajadah dan rukuhnya, dan dengan gemetar dia menggelarnya. Ia berbalik ke belakang dan mengambil wudhu.

Ketika bersujud, tangisnya tiba-tiba meledak tak tertahankan.

“Ya Allah, kemana hamba selama ini, jangan meninggalkan hamba ya Allah, hambaMu akan bersujud kepadaMu.”

Simbah hanya menatapnya dengan iba. Tapi sedikitpun dia tak mau bertanya, apa yang terjadi dengan Indri. Bahkan namanya pun dia tak pernah menanyakannya. Simbah merasa bahwa itu bukan urusannya.

“Kalau mau mandi, itu ada sabun, ada handuk kecil bekas simbah, disitu. Ini uang seribu, nanti masukkan kedalam kotak. Tapi makan saja dulu,” kata simbah sambil mengambil segelas teh dan menghirupnya.

Indri mendekati bangku dan mengambil segelas teh yang masih hangat. Didalam situasi yang sangat menyedihkan itu, segelas teh sederhana terasa sangat nikmat.

“Ini makanlah, aku sudah memanggil becak langganan yang akan mengantar barang-barang itu ke tempat pengepul. Tapi ayo sarapan dulu.”

Indri mengambil bungkusan nasi liwet. Hanya nasi, beberapa suwir ayam, dan sambal goreng jepan. Itupun terasa nikmat. Indri menghabiskannya. Lalu ia merogoh sakunya dan meletakkan beberapa lembar uang yang diletakkan dimeja.

“Ini untuk apa?”

“Untuk simbah, pengganti beli nasi dan teh.”

“Tidak, aku tidak mau. Ambil kembali uang kamu. Ambil.. sungguh aku tidak mau,” kata simbah sambil mendorong-dorong uang itu.

“Terimakasih mbah.”

Indri sangat terharu. Simbah itu sangat miskin, tapi hatinya sangat baik. Lalu Indri teringat, pernahkah dia berderma? Kalau ada pengemis datang kerumah saja dia mengusirnya dengan kata-kata kasar.

“Ya Allah.”

“Kalau kita berbaik hati kepada orang lain, maka Allah akan menggantikannya dengan berlipat ganda,” kata simbah sambil mengumpulkan bekas bungkusan nasi itu dan membuangnya ke tempat sampah.

“Simbah akan berangkat sekarang, kalau kamu mau tinggal, silahkan saja. Rumah simbah tak pernah terkunci. Tak ada barang-barang berharga yang menarik bagi pencuri.

“mBah, bolehkah aku ikut?” tiba-tiba kanta Indri.

“Apa?”

***

Besok lagi ya

78 comments:

  1. Terimkasih.... Mbak tien... Semoga mbak tien sehat selalu dan salam aduhai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Akhirnya berhasil juga jeng Nanik. Dengan sabar menunggu jadilah penjemput pertama menerima kedatangan Yessyta dan Suni. Selamat.

      Delete
    2. Alhamdulillah.. tayang jg ya bun MCYT nya.. smg bunda Tien sehat sll ya.. Aamiin YRA 🤲..
      Tetaaaap Aduhaaaai ❤️😍

      Delete
  2. Alhamdulillah tayang waulaupun malem banget
    Makasih mbk smg sehat selalu

    ReplyDelete
  3. Terimakasih Bu Tien MCYT yang ke tiga puluh tuju sudah tayang
    Sehat sehat selalu doaku, sejahtera bahagia bersama keluarga tercinta 🙏

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah ....
    Yang ditunggu tunggu telah hadir,
    Matur nuwun bu......
    Mugi Bunda Tien tansah pinaringan sehat selalu.
    Aamiin.....

    Salam ADUHAI

    ReplyDelete
  5. Selamat malam,,puji Tuhan sudah tayang ,,semoga jeng Tien selalu sehat

    ReplyDelete
  6. Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
    Wignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
    Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur,
    ,

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selamat malam Bu Tien,, nglilir semalam sdh tidak kuat. Terimakasih sudah disapa dan terimakasih pula atas penayangan cerbung MCYT Episode yang ke 37. Dalam ADUHAI dari mBandung.

      Delete
  7. Hallow..
    Yustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
    Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , RahayuHernadi , Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
    ADUHAI.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Asslm alaykum. Smoga kesehatan tercurah buat smua utama buat bu tien.

      Indri kah yg mengais cinta yg terserak. Ke sony ato ke anak anto yg tak mengnal ibunya, saat mulai mengerti bersyukur dr si mbah pemulung.
      Aduhai teniiiin bu tien.

      Delete
    2. Aduhai juga bu Tien, sehat selalu. Terima kasih tayangan episode 37. Mengingatkan betapa Maha Besar Allah

      Delete
  8. Piawai sekali mbak tien mengurai kehidupan Indri,diluar dugaan saya tokoh antagonis menarik dikupas.... Luar biasa.... Aduhai

    ReplyDelete
  9. Alhamdulillah MCYT 37 tayang juga
    Terimakasih bunda Tien
    Soga bunda Tien selalu sehat
    Salam sehat dan aduhai bunda...

    ReplyDelete
  10. Panen karmakah yg kini didapat oleh si Indri.?!
    Terimakasih Bu Tien Kumalasari. Semangat terus dan semoga selalu sehat walafiat. Aamiin YRA.

    ReplyDelete
  11. Luar biasa ceritaxa akin mengasiksn pembaca ngk bisa menebak alur cerita iajinasixa fiksixa ibu tien luar biasa amazing tenan hebat hebst jadi pembaca mcyt betul2 berharap ibu tien sehat selalu umur panjang jauh dri lir sambikolo aamiin
    Allah swt selalu ridho dsn melimpahkan hidayat amazing tenan

    ReplyDelete
  12. MCYT 37.
    Aduhai Indri kau menuai hasil dari perbuatanmu yang dulu. Semua perlakuanmu kepada Yessyta terbayang kembali. Betapa zalimnya dirimu pada Yessyta. Apakah Indri akan mengikuti jejak sipemulung ?
    Salam sehat dan bahagia mbak Tien. Terima kasih

    ReplyDelete
  13. Mcyt ke 37 betul2 diluar prediksi pembaca saya berpikir suni nikah nanggap wayang cutel tamat critane happy ending jebule di eps37 baru muncul crita yg sebenarxa disini indri yg jadi peran utamaxa orang yg dulu sehat punya perangai sombong congkak ayu centil adigung adiguna mumpung urip begitu mendapat musibah yg luar biasa karena perangaixa bisa inssp dan tobat dan mau mujahadah yg selama hidup belum pernah dirasskan dri tidur digubuk. Kencing.ditempat yg blum pernah mandi di km mandi umum bayar 1rb makan pakai godogpisang wis iki mcyt memamg ooooyeee teban top markotop disini crita mulai dibangun bisa2 sampai eps. Lebih 60 seri dan bisa 100 seri iso memecahkan rekor murri episode novel iso 100 seri sing moco ora jeleh malah pingin nunggu mana sambunganxa lagi maaaaaf commentxa dowo saking takjub dan salut imajinasixa ibu tien ruuuuuaaaaar hiasaaaaa tenan hebat hebat hebat tenan

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah, salam sehat selalu buat Mbak Tien....

    ReplyDelete
  15. Kok saya 2x commment di mo 13 kok ilang yo

    ReplyDelete
  16. Matur nuwun mbak Tien-ku, mcyt-nya sudah hadir.
    Lhooo... masakan jadi pemulung, aduh , kacian bingit tuuu...
    Mungkin juga yang namanya Karma, bisa datang cepat atau lambat.
    Wah... membaliknya kontras banget, sampai bikin mbrebes.
    Salam sehat mbak Tien Kumalasari sang pembolak balik perasaan, dari sragentina selalu ADUHAI.

    ReplyDelete
  17. Aduhai mbak Tien...
    Indri kini baru kau rasa...

    ReplyDelete
  18. Indri mau jadi pemulung?
    Makasih mba Tien. Salam sehat dan aduhai mba

    ReplyDelete
  19. Puji Tuhan walau ibu Tien sibuk, capai tapi tetap semangat untuk menyajikan MCYT 37 bagi kami para penggandrungnya walau waktu sdh menjelang tengah malam.

    Indri benar2 sedang menuai apa yg pernah ditaburnya. Ia tdk pernah tahu/sadar dgn perbuatannya menyakitkan hati orang. Semoga dgn perjumpaan dgn mbah pemulung hatinya tergugah untuk menyesali kesalahannya, bertobat dan menemukan kebahagiaannya.

    Bgmn ibu Tien bisa menulis sedetail itu ttg keadaan rumah pemulung, apakah survei juga? Salut untuk Ibu...

    Monggo ibu, dilanjut aja kami tetap menunggu dgn penasaran. Matur nuwun Berkah Dalem. Salam ADUHAI... SEHAT.. SEGER WARAS...


    ReplyDelete
  20. Alhamdulillah MCYT37 tayang..matur suwun Bu Tien. Kasihan banget jadi kehidupan Indri karma sebagai pelakor telah menimpa dirinya..😭😭😭😭 memang pialang sekali Bu Tien dalam mengolah alur cerita. Semoga Ibu tetap sehat dan makin ADUHAI dengan karya2 tulisnya..Aamiin YRA 🙏🙏🙏👍👍👍🌺🌼🌺

    ReplyDelete
  21. MCYT 37 hadir Alhamdulillah🤲terima kasih bu Tien ..sehat selalu Aamiin..yok bacaa ah

    ReplyDelete
  22. Terimakasih mbak Tien MCYT 37 sdh tayang
    Waaahhhh gak nyangka Indri jd pemulung, inilah buah dari apa yg di tabur ama Indri

    Sehat2 selalu bu Tien,
    Salam aduhaaaiiii

    ReplyDelete
  23. Terima kasih bu Tien ….. salam sehat
    Semoga Indri akan menjadi lebih baik karena merasakan apa yg telah diperbuat akan mendapat hasilnya …

    ReplyDelete
  24. Salut banget dengan takdir yang bu Tien berikan buat si Indri ....
    Setidaknya bisa buat pelajaran bagi siapapun di dunia nyata ....
    Bravo bu Tien .....
    Aduhay .....jemari bu Tien begitu indahnya mengukir nasib seseorang ...
    Trimakasih ya bu Tien ....
    Maaf jarang komen ...
    Soalnya saya terlanjur gak begitu suka dengan cerita poligami ....
    Makanya males komen ....
    Semangat bu Tien ....
    Selalu sehat .....
    Salam hangat dari kota dingin malang

    ReplyDelete
  25. Selamat pagi mbak Tien , salam kejora pagi , trima kasih tayangannya ,
    ada pesan hebat , ngunduh wohing pakarti ,,,,,ADUHAI mbak Tien ,,,,

    ReplyDelete
  26. Alhamdulillah,terima kasih BuTien..salam sehat dari Kediri.

    ReplyDelete
  27. Wuaow, ternyata MCYT hadirrrrrrrrr.
    Terimakasih Ibu. 🙏

    ReplyDelete
  28. Met pagi Bunda, makasih untuk MCYT nya yg bisa tayang walaupun agak malam .
    Sehat selalu dan tetap semangat
    Dalam ADUHAI

    ReplyDelete
  29. Suwun bu Tien
    Semoga sehat selalu untuk bu Tien

    ReplyDelete
  30. Wilujeng enjang Bunda Tien mugi tansaha pinaringan kasarasan.
    Salam ADUHAI. Saking. Klaten.

    ReplyDelete
  31. Alhamdulillah, suwun mbak Tien cerbungnya.
    Salam sehat sll dr Bekasi Timur

    ReplyDelete
  32. Sugeng enjang mb Tien . Salam sehat n aduhai .
    Yuli Semarang

    ReplyDelete
  33. Karma akhirnya benar2 datang kepada indri, apa yg di alami yessyta skr juga dirasakan oleh indri, akankah ibdri bertobat?
    Cerita yang apik dan menarik bunda pengalaman hidup yg luar biasa, siapa nandur bakal ngunduh,
    Aduhai....
    Salam sehat bunda Tien, tetap jaga kesehatan sehingga selalu Aduhai

    ReplyDelete
  34. Terima kasih mbu Tien... cerita MCYT ini sllu bikin adem, asyik dan ngangenin, satu² nya cerita yg setiap part nya sllu sy baca lebih dr 2 lali, krn asyik nya Aduhaii... sehat mbu Tien...

    ReplyDelete
  35. Alhamdulillah.. tayang jg ya mbakyu MCYT nya.. smoga mbakyu Tien sehat sll ya.. Aamiin Yaa Robbal'Aalamiiin, salam aduhaaai dari Cibubur 🤲..
    Tetaaaap Aduhaaaai ❤️😍

    ReplyDelete
  36. Terima kasih Bu Tien, salam sehat selalu.....

    ReplyDelete
  37. Alhamdulilah akhirnya tayang mcty 37
    Terimakasih bunda ,semoga sehat selalu dan tetap terus berkarya ,salam Aduhai dr Jakarta

    ReplyDelete
  38. Alhamdulillah....
    Mtur nuwun bun...
    Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....

    ReplyDelete
  39. Assalamualaikum wr wb. Maturnuwun Bu Tien, semoga senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin dan tetap berkarya untuk dinikmati orang, in syaa Allah sebagai amal ibadah. Aamiin.
    Salam sehat dan aduhai dari Pondok Gede...

    ReplyDelete
  40. Aduhai.....
    Salam sehat, mbak Tien. 😊

    ReplyDelete
  41. Assalamualaikum wrwb bu Tien, selamat pagi, semoga selalu sehat dan bahagia.
    Alhamdulillah, sarapan menunya MCYT epsd 37, nikmatnya bukan tipu-tipu...👍Terima kasih...
    ADUHAI Indri...baru kau rasakan sekarang...betapa sakit hatinya Yessy waktu itu,hanya saja Yessy waktu itu tak semenderita dirimu yang jd terlunta-lunta tanpa uang dan tanpa tempat tinggal tanpa segala-galanya. Semoga apa yg kau alami saat ini jd pelajaran terakhir yg bs benar2 mengubah dirimu menjadi manusia yg lebih baik dan ntinya menemukan kebahagiaan yg sebenarnya...bukan kebahagiaan semu...😊
    ADUHAI...betapa selalu penasaran diriku di akhir cerita, tak sabar ku menunggu epsd lanjutannya...🤭
    Salam sehat, hangat, dan ADUHAI senantiasa...🙏

    ReplyDelete
  42. Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

    Alhamdulillah MCYT 37 , selesai dibaca
    Terharu,,,,Indri mulai menyadari kekeliruan hidupnya selama itu,,
    Entah mau dibawa kemana cerita selanjutnya, menunggu saja deh
    Maturnuwun bu Tien

    Salam Sehat wal'afiat & Salam ADUHAAII bu Tien 🤗🌿🌼🌿

    ReplyDelete
  43. Pagii mbak Tien.. Smgsht sll y. Mksicerbung mcytnys.. Ygmengurai tentang nasib Indri yg bgtu miris.. Dludia bgtu angkuhnya.. Yahsmg mba Tien sht sll dan tetap semangat dlm berkarya.. Smladuhaaii dri skbmi🥰🥰

    ReplyDelete
  44. Nah ini pendadaran yang menyadarkan, mudah mudahan.
    Apapun yang terjadi kadang perlu pembersihan, cuci otak yang menyadarkan, pemaaf yang menyelamatkan, memang kadang bila belum merasakan secara nyata dan harus di jalani; greget perubahan itu tidak ada, salut berani melangkah apapun yang terjadi walau dengan keterpaksaan, masih ada keingin tahuan yang akan diraih.
    Sampai membingungkan Simbah Runtah yang mati matian di akhir perjalanan hidupnya harus memulung demi hidup yang diberi dari Nya.
    Apakah ini kesempatan untuk menuntun dan menyelamatkan kehidupan seorang wanita yang ditemui di jalanan, terkungkung egoisme yang selama ini dipertahankan.
    Semoga baik baik adanya ..

    ReplyDelete
  45. Alhamdulillah Indri akhirnya menyadari,perbuatannya yang salah ,semoga setelah bertemu nenek tua ,Indri mau merubah dirinya menjadi orang yang baik ,kita tunggu nanti malam tayangan MCYT 38 ,terimakasih bunda Tien yg selalu menghibur pembaca setianya ,moga bunda selalu diberikan kesehatan dan tetap terus berkarya ,salam Aduhaiii ,dr JKT

    ReplyDelete
  46. Indri, Winar sudah menjadi istriku.
    Biarkan dia tinggal disini...

    Makjleb... rasanya mendengar penuturan Sony...
    Itu buah dari perbuatannya, sekarang Indri sdh mendapatkan karmanya...
    Memprihatinkan banget nasibnya Indri
    Selagi yg lain sedang menikmati kebahagiaan kamu malah begini. Miris banget.
    Sementara Suni yg kamu rendahkan yg kamu anggap pembantu, malah bisa tersenyum bahagia bersama sang pujaan hati.
    Akankah dia ikut jadi pemulung bersama simbah tua itu...
    Roda memang berputar kadang diatas kadang dibawah, seperti halnya roda kehidupan Indri yg lagi dibawah.

    Trimakasih bunda saya pikir ndak tayang,ternyata walau capai dan udah larut malam tetap tayang.
    Bukti cinta kasih bunda Tien pada kita" peggemarnya.
    Aduhaii...
    Salam kami dari Bojonegoro.

    ReplyDelete
  47. Apakah Indri Mau jadi pemulung??
    Setelah dia bertobat.....
    Semoga ada sama yg me no long..
    Salam sehat selalu mbak Tien

    ReplyDelete
  48. Semoga dengan bertemu dgn simbah,indri bisa sadar dan bertaubat..kembali ke jalan yg benar..kasian juga lihatnya.. walaupun dulu jahat sekali

    ReplyDelete
  49. Ibu tien makasih banyak 😊 semoga selalu diberi kesehatan 🤲🏻😇

    ReplyDelete
  50. Alhamdulillah setelah merasakan penderitaan cacat, dimadu dan sdh tdk bergelimpang harta,melihat semangat simbah tua untuk tetap cari nafkah tdk sekedar menerima belas kasih pemberian orang. Akhirnya Indri ingat Tuhan.Semoga segera insaf dan jadi orang baik. Terima kasih ya mbah..garagara simbah Indri jadi insaf..Hebat bu Tien menggiring cetita jafi aduhai buat Yessyta dan Gunawan , Anto dan Anis, Suni dan Darman..lha Indri mau tidak pilang je rumah Dony..jangan makan gengsi ah


    ReplyDelete
  51. Alhamdulillah
    Terima kasih bu tien tayangan mcyt nya
    Semoga bu tien sehat2 selalu

    ReplyDelete
  52. Maturnuwun Mbak Tien.cerbung sangat inspiratif.jempol & salam SEROJA Aduhai.

    ReplyDelete
  53. ADUHAI..sy kq ketinggslan 🤣🤣

    ReplyDelete
  54. Sudah hampir muncul MCYT 38 baru baca. Ternyata MCYT 37 sudah sejak semalam.
    Mksh Bunda Tien semoga sehat selalu.

    ReplyDelete
  55. ADUHAI .. indri Sony, winar

    ReplyDelete
  56. Insya Allah Jeng Tien sekeluarga dikaruniai kesehatan dan kebahagiaan. Kita do’akan covid berlalu segura Aamiin Ya Rabbal Alamiin

    ReplyDelete
  57. Selamat malam...
    Alhamdulillah, Suni sdh tayang di MCYT 27.
    Tetap Aduhai, b Tien.
    Salam sehat penuh semangat dari Rewwin 🌿

    ReplyDelete
  58. Menginjan..koq belum.muncul MCYT 38

    ReplyDelete
  59. Sahabat Penggemar Cerbung Tien Kumalasari.
    Malam ini MCYT_38 "ABSEN"

    [1/7 22.15] Tien Kumalasari: Mungkin tidak tayang. Saya lelah sekali
    Seharian di apotik dengan hiruk pikuk orang mencari obat yang mulai langka. Menolong mencarikan dan tobat aku. Baru sepertiga rasanya nggak kuat lagi nulisnya.
    [1/7 22.20] Djoko Budi Santoso: Matur Nuwun infonya, istirahat Bu, aja memaksakan diri.
    Kita semua maklum kok.

    ReplyDelete
  60. Monggo istirahat dulu. Matur nuwun infonya kakek Habi

    ReplyDelete
  61. ggih bu tien...kagem istirahat... Semakin sehat bu tien..

    ReplyDelete
  62. Trimakasih mbak Tien..mcyt37nyaa..

    Waah..ketinggalan jg ni..smlm nginguk diinfokan libur jd tutup n bobok..

    Naah...indri merasakan bgmn sakitnya perasaan..semua ada karmanya..smoga sadar..selama ini semaput dia..🤦‍♀️🤦‍♀️

    Besok lagii masih adaa..👍😊

    Salam sehat dan aduhaiii mbak Tien..🙏🥰⚘

    ReplyDelete
  63. Semoga Bu Tien sehat selalu, kami akan sabar menanti Bu....semoga besok bisa tayang dengan kisah yg lebih aduhai....😊

    ReplyDelete
  64. Semoga segera pulih dr lelah ..dan kembali aktivitas ..semangat u bu Tien ..salam Aduhai dr Surabaya

    ReplyDelete
  65. Monggo Bunda istirahat saja dulu jangan terlalu dipaksakan.
    Kami sabar menunggu kok.
    Met malam dan met istirahat Bunda.

    ReplyDelete
  66. Selamat istirahat bunda, semoga capeknya ilang, dan sehat bugar kembali. Aamiin yra🤲

    ReplyDelete
  67. Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
    Sehat wal'afiat ya bu Tien
    Salam Aduhaaii 🙏🙏🙏

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...