MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 35
(Tien Kumalasari)
“Sony, ayo masukkah,” sambut Anto yang masih heran dengan kedatangan Sony. Tapi Sony memilih duduk di kursi teras. Bayi yang digendongan merengek, lalu Sony menepuk-nepuk pantatnya sebentar, dan bayi itu terdiam. Anto kemudian duduk didepan Sony.
“Anto.. aku akan menyerahkan bayi ini sama kamu. Ia bayi laki-laki, aku beri nama dia Anugerah,” kata Sony sambil menepuk-nepuk bayinya lagi.
Anto masih terpaku ditempatnya, dan belum bisa memahami maksud ucapan Sony.
“Indri tak bisa merawat bayi ini. Kecuali tangan kanannya cacat, dia sama sekali tak bersemangat apapun. Aku khawatir kalau harus meninggalkan bayi ini bersama Indri.”
“Tapi..”
“Hanya satu yang bisa aku lakukan, yaitu menyerahkannya sama kamu.”
Lalu Sony berdiri, mendekati Anto, dan meletakkan bayi itu di pangkuannya.
Anto mendekapnya dengan bingung. Masa dia akan diam saja ketika ada bayi diletakkannya di pangkuan?
“Ttapi… mengapa..? Mengapa kamu memberikannya sama aku? Kamu kan tahu bahwa aku seorang laki-laki, yang tidak punya isteri. Mana bisa aku…”
“Kamu bisa, dan harus bisa,” Sony memotong ucapan Anto yang belum selesai.
“Apa maksudmu?”
“Bayi itu anak kamu.”
Anto merasa bumi yang diinjaknya bergoyang. Ia memejamkan matanya.
“Anakku ?”
“Bayi ini ketika lahir sudah berumur tujuh bulan dalam kandungan, sedangkan aku menikahi Indri baru empat bulan sebelum dia lahir. Tidakkah kamu merasa apa yang terjadi?”
Lalu Anto teringat, ketika ia menghitung-hitung saat bayi itu dilahirkan, dan Sony mengatakan bahwa bayi itu baru tujuh bulan dalam kandungan. Memang terpikir olehnya, dan saat menghitung itu ia bahkan punya pikiran buruk bahwa Indri telah berselingkuh dengan Sony saat masih menjadi isterinya.
Lalu dia melupakan pikiran buruk itu, dan membiarkannya serta merasa bahwa Indri bukan lagi menjadi urusannya. Dan sekarang Sony datang dengan membawa bayi itu, serta mengatakan bahwa bayi itu anaknya?
“Anto, saat aku menikahi Indri, dia sudah mengandung. Aku memintanya agar berterus terang sama kamu, agar kamu bisa membatalkan perceraian, tapi Indri menolaknya. Ia bahkan minta agar aku mau menikahinya. Semula aku ragu-ragu mengingat dia sedang mengandung, tapi karena kasihan aku kemudian bersedia menuruti permintaannya. Kamu harus percaya, bahwa sejak menikah aku tidak pernah menyentuhnya.”
Anto menatap bayi yang ada di pangkuannya. Bertanya dalam hati, apakah benar dia darah dagingnya.
“Anto, tidakkah kamu merasa bahwa Anugerah itu wajahnya mirip sama kamu? Matanya, hidungnya, bibirnya, semuanya milik kamu.”
“Bayiku ?”
“Aku terpaksa menyerahkannya sama kamu, karena pertama Indri yang memintanya, kedua aku memang tak sanggup merawatnya. Maafkan Anto, bebanku sudah sangat berat, mengingat keadaan Indri yang seperti itu. Ia sama sekali tak mau menyentuh anaknya. Aku khawatir bayi itu tak akan bisa terawat dengan baik.”
Tiba-tiba Anto teringat mimpinya beberapa bulan lalu. Ia mendengar seorang anak laki-laki menangis dan minta agar dia menggendongnya. Mimpi itu bukan sekedar bunga tidur. Mimpi itu benar-benar telah menjadi kenyataan kini.
“Ini beberapa baju bayi, dan ini susu kaleng, berikut botol susunya. Sayang sekali dia tak sedikitpun merasakan ASI ibunya.”
Bayi itu tiba-tiba merengek lalu menangis semakin keras. Anto berdiri, dan mencoba mengayunnya dengan kaku karena belum pernah selamanya dia menggendong bayi. Sony segera membuka salah satu tas kecil yang dibawanya, mengambil botol yang sudah berisi susu, diberikannya pada Anto.
“Duduklah, beri dia minum.”
Anto duduk, lalu memberikan susu botol itu ke mulut Anugerah. Bayi itu segera menghisapnya dengan lahap. Tiba-tiba hati Anto tersentuh. Melihat si bayi menghisap isi botol itu, rasa trenyuh segera menyergap perasaannya.
“Anto, aku tak bisa lama-lama berada disini. Aku harus pulang, karena Indri sendirian,” kata Sony sambil berdiri.
“Kalau kamu meragukan bayi itu, kamu boleh melakukan tes DNA. Permisi, dan maafkan aku,” dan Sony kemudian berlalu.
Anto masih memegangi botol itu, karena Anugerah masih menghisapnya dengan lahap.
“Kok aku mendengar suara bayi ?” tiba-tiba bu Darso muncul, dan dengar heran dilihatnya Anto yang sedang memberikan susu botol kepada bayi itu.
“Anto, itu anak siapa?” tanya bu Darso heran.
Anto masih belum bisa menjawabnya.
“Duuh, tampan sekali. Anak siapa ini, dan siapa tadi tamunya?”
“Ini anak Anto bu.”
“Apa ?” bu Darso mengamati bayi itu, lalu menarik kursi agar bisa duduk didekat Anto.
“Anak kamu darimana ? Tapi wajahnya mirip kamu ketika kamu masih bayi.”
“Benarkah? Ini bayi yang dilahirkan Indri bu, anaknya Anto.”
Lalu Anto menceritakan semuanya kepada ibunya. Bahwa Indri tak bisa merawat bayi itu karena kesehatannya belum pulih, sedangkan suaminya kan harus bekerja.
“Menurut ibu, apakah ini hal terbaik yang harus Anto terima?”
Bayi itu sudah melepaskan dot nya, dan susu didalamnya memang sudah habis. Ia sudah kenyang lalu kembali tidur dengan pulas.
“Ya Tuhan.. ya Tuhan, benarkah ini anak kamu?” seru bu Darso pelan, kemudian meminta bayi itu dan menggendongnya.
“Ganteng sekali, ia tidur sangat nyenyak. Ayo kita bawa masuk kerumah,” kata bu Darso yang segera membawa bayi itu masuk.
Tak ada tatapan tidak percaya, bu Darso justru tampak begitu bersemangat ketika menggendong bayi itu. Wajah bayi adalah wajah yang sangat menggemaskan, apalagi Anto mengatakan bahwa bayi itu adalah anaknya.
“Bu.. “ kata Anto ketika mengikuti ibunya kedalam kamar.
“Sssst…” bu Darso meletakkan jari telunjuknya ke mulut, memberi isyarat agar Anto diam. Ia sedang menidurkannya. Setelah menyelimutinya, barulah bu Darso keluar dari kamar, pelan-pelan.
“Ada apa?” tanya bu Darso ketika sudah duduk di luar kamar.
“Apa ibu akan merawat bayi itu?”
“Ya iyalah le, ini kan cucuku. Dia begitu manis dan menggemaskan. Ibu akan merawatnya.”
“Merawat bayi itu bukan pekerjaan mudah bu.”
“Lalu apa maksudmu? Mengembalikannya? Tidak, bukankah dia darah daging kamu?”
“Saya kasihan sama ibu.”
“Kalau begitu pikirkan apa yang terbaik menurut kamu, demi bayi itu.”
“Apa Anto akan mencari perawat bayi?”
“Tidak, itu sangat mahal nak. Ibu lebih suka merawatnya sendiri. Ibu masih kuat kok.”
“Anto tidak tega bu.”
“Kalau begitu carilah isteri,” kata bu Darso enteng.
Anto terdiam. Tuh, sekarang ibunya menemukan alasan untuk itu kan? Sampai kemudian dia harus kembali ke kantornya, ia belum juga menjawabnya.
***
Ketika kembali ke kantor, Anto ternyata tidak bisa menemui Sony. Pertemuan yang hanya sekilas belum bisa memuaskannya. Ia duduk di meja kerjanya, memikirkan keinginan ibunya.
Cari isteri. Sejauh ini Anto belum pernah berpikir untuk mencari isteri lagi. Ucapan-ucapan ibunya yang menggelitik kupingnya selalu ditanggapinya dengan canda dan senyuman, yang membuat ibunya gemas.
Tapi kali ini ia tak lagi bisa bercanda. Demi Anugerah yang semakin lama membuatnya jatuh sayang, ia memang harus memikirkannya. Tapi siapa? Ibunya selalu mengatakan bahwa bu Anis adalah pilihan terbaik. Iya sih, dia cantik, manis budi, selalu memperhatikan ibunya.. Tapi apakah dia mau menjadi isterinya?
“Ibu ada-ada saja. Seandainya aku mau, apakah dia juga mau?”
Lalu diam-diam terbayang wajah manis bu Anis. Adakah cinta yang tersisa dihatinya setelah kegagalannya? Anto menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Lalu terbayang pula wajah mungil tampan menggemaskan. Anto tersenyum senang. Tak disangkanya dia punya anak. Tampaknya itu memang darah dagingnya. Haruskah melakukan tes DNA? Tidak, kecuali biayanya tidak murah, dia yakin bahwa itu darah dagingnya. Ada getar ketika menyentuhnya. Ada wajah yang sangat dikenalnya, wajah dirinya.
Tiba-tiba dilihatnya sebuah undangan di meja. Anto meraihnya, dan hatinya terasa teriris nyeri. Yessyta akan menikah minggu depan. Dengan Gunawan. Anto meletakkan undangan itu kembali ke atas meja.
“Baiklah, semua adalah salahku. Aku harus ikhlas menerimanya, dan berharap agar mereka bahagia,” bisiknya pelan sambil terus menatap kartu undangan itu.
***
“Anugerah sudah aku serahkan sama bapaknya,” kata Sony ketika sudah sampai dirumah.
“Syukurlah,” kata Indri datar. Ia bahkan belum pernah menimang anak yang baru dua bulan dilahirkannya.
Indri memang seperti tak memiliki semangat hidup. Anak yang seharusnya bisa menerbitkan rasa bahagia, tak pernah bisa mengusiknya. Sony hanya diam, tak tahu apa yang harus dilakukannya lagi. Ia bahkan lebih sering menghabiskan waktunya di kantor, atau nongkrong di warung dekat rumahnya, bercanda dengan beberapa tetangga, untuk meringankan ke gundahan didalam hatinya.
Setiap hari membeli makanan dari luar, untuk dirinya dan Indri, yang hanya mau makan sekadarnya. Memasak? Jangankan memasak, membersihkan rumah saja dia tak mampu. Jadi Sony lah yang melakukan semuanya.
Terkadang Sony menyesali pernikahannya. Tapi kemudian dia sadar bahwa memang itulah jalan hidupnya.
“Mas Sony kok setiap hari makan disini? Apa isterinya tidak bisa memasak?” kata salah seorang pembeli yang sering ketemu saat makan di sebuah warung langganannya.
“Isteri saya sakit. mBak sendiri, mengapa selalu makan disini, apa mbak juga tak bisa memasak?” kata Sony seakan membalas ucapan wanita itu.
“Saya berbeda dong mas, saya pegawai di rumah konveksi itu, berangkat pagi, pulang sore. Kapan bisanya memasak? Sampai dirumah terkadang sudah lewat saat maghrib kalau sedang ramai pesanan.”
“Oh, gitu ya.”
Lalu Sony hanya terdiam, tenggelam menyusuri jalan hidupnya yang terasa tak membuatnya tenang dan nyaman. Ada wanita yang berjuang mengais rupiah demi rupiah tanpa mengenal waktu dan lelah, sementara isterinya sejak awal pernikahan kurang suka bekerja, apalagi di awal pernikahan mereka, dengan alasan sedang ngidam.
“Aku menjatuhkan cinta pada wanita yang salah,” kata batinnya sambil menghirup habis teh kentalnya, meletakkan uang di meja pemilik warung, kemudian berlalu.
“Kasihan, dia itu..” celetuk pemilik warung sambil memasukkan uangnya kedalam laci.
“Memangnya kenapa bu?”
“Dia itu setiap hari beli makanan disini, untuk dirinya sendiri dan juga isterinya.”
“Memangnya isterinya sakit apa sih?”
“Nggak tahu aku mbak. Katanya dia nggak pernah bisa mendekati isterinya.”
“Wah, kasihan.. “
“Kalau dia anakku, sudah aku suruh dia kawin lagi..”
“Wah.. aku mau lho bu, dia kan ganteng,” candanya sambil tertawa.
“Memangnya sampeyan belum punya suami?”
“Belum bu, lagi ngumpulin uang dulu. Lagian belum ada yang mau.”
“Bekerja itu boleh saja, tapi ya harus memikirkan masa depan, cari suami.. gitu lho nak.”
“Iya bu, nanti kalau ada yang ganteng, carikan buat saya ya bu.”
Lalu keduanya tertawa terkekeh.
***
“Buu… kok ada suara bayi?” teriak bu Anis ketika masuk kedalam rumah bu Darso.
“Bu Darso…”
“Nak Anis ya? Ini.. ibu ada didalam kamar.”
Bu Anis melongok kedalam kamar dimana terdengar suara bu Darso. Lalu bu Anis terkejut melihat bu Darso sedang mengganti popok bayi.’
“Adduh.. ganteng sekaliii… anak siapa ini bu?”
“Ini cucu ibu..” kata bu Darso sambil mengangkat Anugerah yang telah diganti popoknya setelah ngompol.
“Cucu ibu?” tanya bu Anis sambil mengikuti bu Darso keluar kamar.
“Iya, lihat, bukankah wajahnya mirip Anto ?”
“Iya sih bu, mirip mas Anto ya. Sini bu.. biar saya pangku..aduuh.. kok ganteng sih nak, kamu itu. Namanya siapa bu?”
“Namanya Anugerah. Lihat nak, dia menatap nak Anis sambil tertawa-tawa.”
“Oh, iya.. dduuh.. lucunya.. kok tiba-tiba seperti mengenal saya ya bu..”
“Bayi itu perasaannya lebih peka. Dia tahu mana orang baik dan mana yang tidak.”
“Masa sih bu..Tapi mengapa baru sekarang Anugerah berada disini bu?”
“Itu benar. Sebentar, sudah saatnya dia minum susu, saya akan buatkan dulu ya nak. Nanti saya ceritakan tentang anak itu dan mengapa baru sekarang sampai dirumah ini.”
“Ya bu, duh.. dia memandangi saya terus.”
“Hati-hati nanti diompolin lho nak,” kata bu Darso sambil beranjak ke belakang.
“Pasti Mia akan senang kalau ada adik disini. Ya dik, cepat besar ya, nanti main sama mbak Mia,” kata bu Anis sambil tertawa-tawa, dan Anugerah juga ikut tertawa sambil menggerak-gerakkan kakinya.
“Sehat sekali anak ini.”
“Padahal tidak minum ASI dari ibunya lho,” kata bu Darso sambil membawa botol berisi susu.
“Iya bu, bagaimana ceritanya ini, kok tiba-tiba cucu ibu sampai disini.”
“Ibu juga tidak menduga kalau ternyata sudah punya cucu.”
Lalu bu Darso menceritakan perihal kehidupan Anto, yang semula mendapat isteri cantik dan baik, lalu kemudian tergoda oleh Indri yang tak urung kemudian diceraikannya.
“O, iya bu, saya pernah bertemu ketika sedang mencari ibu kemari, dia itu cantik tapi kasar sekali. Kemarin-kemarin ingin bertanya sama ibu, siapa sebenarnya dia, tapi sungkan.”
“Kasar dan sama sekali tidak menghormati saya. Itu sebabnya Anto sangat marah lalu kemudian menceraikannya. Jadi dia itu sudah menduda dua kali.”
“Ya ampun bu.. dan ternyata isterinya yang galak itu kemudian melahirkan anak ini?”
“Ya itulah nak, seperti yang saya ceritakan tadi, karena tidak bisa merawat anak itu, lalu suami barunya menyerahkannya kemari.”
“Pasti ibu repot ya, mengurus bayi.”
“Tidak nak, ibu senang sekali.”
“Tapi merawat bayi itu melelahkan lho.”
“Itulah nak, semoga segera ada wanita yang mau menjadi menantu ibu,” kata bu Darso memancing.
“Mas Anto kan ganteng bu, pasti banyak wanita yang mau..” kata Anis sambil membetulkan letak botol susunya.
“Saya ingin, menantu saya nanti nak Anis..” bu Darso melanjutkan serangannya.
“Saya bu? Aduh.. mana mau mas Anto sama saya? Janda beranak satu, sementara isterinya dulu cantik sekali.”
“Bagaimana Anto tidak mau. Dia ingin wanita yang lembut keibuan, baik hati seperti nak Anis.”
“Ah, ibu… “ bu Anis hanya tertunduk tersipu, sambil mengambil botol dari mulut Anugerah yang telah habis, dan bayi mungil itu kembali terlelap.
“Kuat sekali minumnya,” kata bu Anis sambil mendekapnya.
Bu Darso menatap bu Anis dengan tersenyum. Besar harapannya agar bisa mengambil bu Anis sebagai menantu.
“Nak Anis, saya serius dengan apa yang saya katakan. Tapi memang sih, Anto bukan orang kaya. Dia hanya laki-laki sederhana yang…”
“Tidak bu.. bukan itu, “
“Nak Anis menolaknya?”
“Tidak, bukan menolaknya. Saya juga tidak mendambakan seorang suami yang kaya. Yang penting dia setia dan menyayangi keluarganya.”
“Saya akan minta Anto agar segera melamar nak Anis.”
***
Sudah berhari-hari Sony berpikir tentang hidupnya yang sangat membuatnya tidak nyaman. Berdampingan dengan isteri yang tidak bersemangat, melakukan sesuatu yang selalu membuatnya kecewa. Duh, sejak beristerikan Indri bahkan Sony belum pernah menyentuhnya.
Sony masih muda, ia tak bisa kalau selamanya begini, seperti laki-laki loyo yang tak punya minat terhadap perempuan. Hasratnya masih menggebu, tapi ia hanya bisa bermimpi. Jangankan menyentuh isterinya, dia mendekat saja Indri menolaknya mentah=mentah.
“Indri, apa sebenarnya mau kamu? Aku ini suami kamu, kamu punya kewajiban untuk melayani. Mengapa sikapmu selalu dingin begitu?”
“Kamu lupa ya, bahwa aku ini sakit.”
“Jiwamu yang sakit. Karena kamu tak punya semangat. Kamu tenggelam dalam kekecewaan kamu, dan tak pernah mau bangkit.”
“Sony, bersabarlah, aku sedang menata hati aku. Aku ini wanita yang tidak sempurna.”
“Aku bosan mendengar alasan kamu!” kata Sony dengan nada tinggi.
Indri terdiam. Ia beringsut menjauh ketika Sony mendekatinya.
Kesabaran Sony sudah habis. Ia sudah mengalah, banyak berkorban untuk Indri, tapi Indri tak pernah peduli.
“Baiklah, kalau begitu jangan menyesal kalau aku mencari isteri lagi,” kata Sony sambil bangkit, lalu pergi keluar rumah.
Indri terkejut. Tak pernah disangkanya Sony akan berkata seperti itu. Ia mengira Sony sepenuhnya menjadi miliknya, dan sekarang akan mencari isteri yang lain?
“Sony.. jangan begitu, katamu kamu mencintai aku,” teriaknya keras. Tapi Sony sudah hilang di kegelapan malam.
***
Besok lagi ya.
ADUHAI
ReplyDeleteSelamat ya...sing woro-2 juara 1 di MCYT Episode 35
DeleteDiworo2 ora ndang2 cepet
DeleteSelamat mbak Nani juara 1
DeleteMatur nuwun mbk
DeleteYey, j. Nani juara 1, selamat. Nah bener khan kataku bahwa konflik baru dimulai episode kemarin, terima kasih bu Tien🙏, semakin seru dan mengaduk2.
DeleteSuwun Bu Tien
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien
ReplyDeleteSalam sehat selalu agar bisa menghibur kami2.
Alhamdulillah..
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
ReplyDeleteSalam aduhai
Jawaranya Optik AINI
ReplyDeleteMbah Wi meh juara,besuk lebih cepet lagi ya mbah
DeleteAlhamdulillah terima kasih bunda, semoga selalu sehat
ReplyDeleteAamiin
DeleteADUHAI IBU Umi
Terima kasih mbak Tien cerbung nya. Salam sejahtera.
ReplyDeleteSelamat bu Nani no 1
ReplyDeleteMksih mbk Alian
DeleteSelamat JUARA
DeleteADUHAI jeng Nani..
Mksh bunda Tien
ReplyDeleteSehat selalu doaku
Hadeeh makin gemes deh
Alhamdulillah Gunawan udah dpt angin segar
Tunggu klnjtn happy always
Tp knp tiba2 Soni dtg dgn menggendong bayi
Ada apakah cerita di balik itu
Yuk kita ikutin aj yah
Penisirin bingitz pastinya
ADUHAI
_“Siapa, siang-siang ada tamu,” gumam bu Darso yang meneruskan menyendok makanannya. Anto melihat seseorang didepan teras. Dia Sony, sedang menggendong bayi. (MCYT_34)_
ReplyDeleteADUHAI......
Alhamdulillah MCYT_35 sdh hadir.
Matur nuwun, Bu Tien, semoga bunda sehat terus dan terus sehat.
Aamiin ya Mujibassailiin.
Aamiin Allahumma Aamiin, mas kakeh
DeleteLembar koreksiku:
Delete1. Bayi yang digendongan "merengak", lalu Sony menepuk-nepuk pantatnya sebentar,
# Bayi yang digendongan "merengek", lalu Sony menepuk-nepuk pantatnya sebentar,#
2. “Ttapi… mengapa..? "Mengaoa" kamu memberikannya sama aku?
# “Ttapi… mengapa..? "Mengapa" kamu memberikannya sama aku? #
3. Bayi itu tiba-tiba merengek lalu "menanguis" semakin keras.
# Bayi itu tiba-tiba merengek lalu "menangis" semakin keras. #
4. .. tiba-tiba bu Darso muncul, dan "dengar" heran dilihatnya Anto yang sedang memberikan susu botol kepada bayi itu.
# ...tiba-tiba bu Darso muncul, dan "dengan" heran dilihatnya Anto yang sedang memberikan susu botol kepada bayi itu. #
5. Jangankan menyentuh isterinya, dia mendekat saja Indri menolaknya "mentah=mentah".
# Jangankan menyentuh isterinya, dia mendekat saja Indri menolaknya "mentah-mentah. #
6. Aku bosan mendengar alasan kamu!” kata "Anto" dengan nada tinggi.
# Aku bosan mendengar alasan kamu!” kata "Sony" dengan nada tinggi. #
Monggo Bu Tien, ada 6 bahan koreksi di episode 36 ini.
Sony.. jangan begitu, katamu kamu mencintai aku,” teriaknya keras. Tapi Sony sudah hilang di kegelapan malam.
Rasain Lo..... Indri.
Kamu dulu merebut suami orang....
Sekarang tiba giliranmu, bgmn rasanya istri yang ditinggal suami..
Matur nuwun bu Tien....
Indri "ngunduh wohing Pakarti"....
Salam ADUHAI.
Sugeng Dalu,,selamat malam semoga jeng Tien selalu sehat,,,saya selalu menunggu karyanya,,,salam ADUHAI dari Surabaya
ReplyDeleteADUHAI jugs Umi
DeleteYg dtunggu.. sdh hadir... terima kasih... sehat sehat bu Tien...
ReplyDeleteSalam sehat dan ADUHAI pak Zimi
DeleteSelamat tayang MCYT-35, Bu TIEN.
ReplyDelete*SALAM ADUHAI*
Alhamdulillah ... terima kasih
ReplyDeleteADUHAI pak Tutus
DeleteHallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur,
,
Alhamdulillah ...
ReplyDeleteJazaakillah khoiron katsiiron Mbak Tien
yang ditunggu udah tayang....crita nya makin asyik n semakin menantang....salam aduhai mb Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah salam aduhayyy sdh tayang, tks bu tien semoga sehat selalu..
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteJazaakillah khoiron katsiiron Mbak Tien
Aamiin YRA ibu Susi
DeleteYuhuuuiiii .. ADUHAI .. baca aaah
ReplyDeleteAlhamdulillah, makasih Bun Tien, MCYT 35 dah tayang, sallsm aduhai tuk semuanya yaaa.
ReplyDeleteSalam ADUHAI pak Sugoharto
ReplyDeleteAlhamdulillah, MCYT sdh nongol
ReplyDeleteSelamat malam, b Tien, kesuwun
Salam sehat dari Rewwin 🌿
Salam ADUHAI cak
DeleteSalam ADUHAI jeng Atiek
ReplyDeleteAyo Indri ...sadar dan bangkit jangan egois kasian Sony sdh banyak berkorban untukmu ..jangan sampi sony hilang kesabarannya ..dan kamu ditinggalkan ...
ReplyDeleteTrm kasih bu Tien salam sehat dan aduhai
Salam ADUHAI jeng Winarni
DeleteADUHAI .....
ReplyDeleteSalam sehat, mbak Tien.
ADUHAI jeng Puraani
DeleteSalam sehat mbak Tien, terimakasih untuk lanjutannya MCYT 35.
ReplyDeleteAduhai, pengin ngerti lanjutannya.
Terimakasih bunda Tien..
ReplyDeleteSemoga karya bunda tetap aduhai..
dan menginspirasi banyak org..
Semoga bunda Tien sehat selalu dan bahagia..
Aamiin
DeleteADUHAI jeng Hermina
Matur nuwun mbak Tien-ku, mcyt-nya sudah hadir.
ReplyDeleteAnto bawa anak satu, Anis satu, pas jadinya. Sony tidak tahan dengan istrinya, ganti saja.
Yang lain mudah-mudahan lancar saja, tamat di episode 40an.
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.
Maunya...
DeleteADUHAI pak Latief
Episode 40 apa 50, pa Latief???
DeleteAku manut...
Assl.katut....
Sing sapa sregep ing memaca
Angudi ing kawruh.....
Sing sapa wedi Ong gampang...
Wani ing pakewuh...
InsyaAllah....
Sakabehing sedya bakal.kasembadan..
Aamiinnnnnn.
Salam ADUHAI Mbah Tt
ReplyDeleteAlhamdulillah ....
ReplyDeleteYang ditunggu tunggu telah hadir,
Matur nuwun bu......
Mugi Bunda Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin.....
Salam ADUHAI
Alhamdulillah MCYT~35 sudah hadir, maturnuwun bu Tien...🙏
ReplyDeleteSalam sehat senantiasa kagem panjenengan..
Sehat senantiasa ADUHAI mas Djodhi
DeleteAlhamdulillah....maturnuwun bunda Tien sehat sll...ttp semangat nggih💖💖💖💖
ReplyDeleteADUHAI Niquee
DeleteAduhai...terima kasih Bu Tien, MCYT 35 sdh hadir..semoga Ibu sehat selalu
ReplyDeleteSalam ADUHAI dari Bekasi
Jeng Ting ADUHAI deh
DeleteMatur nuwun bunda Tien...MCYT 35 sdh hadir.
ReplyDeleteSalam ADUHAI selalu bun...🙏
ADUHAI Padmasari
ReplyDeleteAlhamdulillah, terima kasih Bu Tien....
ReplyDeleteSalam sehat selalu....selalu aduhai....
Selalu ADUHAI Prim
DeleteSalam ADUHAI Prim
DeleteTernyata watak Indri yg selalu ingin menguasai dan manja dengan Lelaki tdk hilang juga. Sudah dalam kondisi lemah saja masih egonya tinggi.Tinggalkan saja Son. Indri biar merasakan hasil perbuatan nya.
ReplyDeleteAnto bukalah hati dg B Anis biar Anugrah ada yg ngrawat dan mengasihi.
Kabar Suny masih kutunggu dan ernikahan M Yesy sama Gunawan..
Semakin bikin greeget untuk menunggu eps berikutnya.
Mksh dan salam sehat selalu, buat Bunda Tien yg karya2nya selalu Aduhai👍👍👍
ADUHAI ibu Rochmah
DeleteAduh, Indri akan jadi janda lagi ni.
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien
Alhamdulillah MCYT 35 sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien selalu sehat dan bahagia
Salam sehat dan aduhai..dari Purworejo
Bu Tien Kumasari mulai lagi #bikin_penasaran para penggemar nya. Akankah Anto menikahi Bu Anis (single parents), seperti pilihan Bu Darso (ibu yg disayanginya.?...) untuk ibu sambung bagi Anugerah.?🙏
ReplyDeleteDan sudahkah Sony sampai pada akhir #kesabarannya.?😓
Yg pasti Anugerah sudah selamat sebagai seorang anak yang bermartabat.👍
... Lanjutkan karyamu #piawaimu Bu Tien Kumasari... 👍
🙏 Bu Tien Kumalasari,
Semoga selalu sehat walafiat dan tetap semangat utk #berkarya.🙏👍❤️
Alhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun...
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Aduhai...sekarang MCYT 35
ReplyDeletesalam sehat mbak Tien. Bahagia selalu terima kasih
ADUHAI ibu Imah
DeleteAlhamdulillah MCYT 35 sdh hadir,terima kasih ibu Tien ..sehat selalu salam aduhai selalu ..Aamiin ..Sony ahkirnya nya bawa anak Indri dan Anto yaa ma si janda deh bu Anis .gpp dr pada ma Indri ...
ReplyDeleteADUHAI jeng Yanti
DeleteAlhamdulillah MCYT35 SDH tayang..Aduhai kasihan rumah tangga Indri dan Sony.. Apakah Sony akan cari istri lagi karena Indri msh belum move on dari keinginan yg hidup enak melulu.. Kita tunggu lanjutannya... Salam sehat dan aduhai Bu Tien tetap semangat berkarya dan menghibur kita semua dikala Pandemi ini..🙏🙏😊😊🌼🌺
ReplyDeleteSemoga terhibur dan makin ADUHAI pak Indriyanto
DeleteAlhamdulillah ketiduran buka hp mcyt 35 dah tayang terimaksih bude salam sehat selalu aduhaii dr depok
ReplyDeleteSalam ADUHAO Hnur
DeleteMakasih Bunda untuk MCYT nya, met malam dan met beristirahat.
ReplyDeleteSehat selalu dan bahagia bersama keluarga tercinta.
Salam dari kami
Salam ADUHAI mas Bambang
DeleteMakasiiih mbak Tien mcyt35nya..
ReplyDeleteDuuh..makin seruu..senang ada undangan yessyta&gunawan..
Penasaran bingiit...semoga semua bahagia..kec indri kali..🤭
Salam sehat selalu dan aduhaihaihaii...mbak Tien..🙏🥰⚘
Sehat selalu dan ADUHAI jeng Maria
DeleteMatur nuwun... Mbak tien... Smg sehat jasmani rohani ekonomi
ReplyDeleteAamiin..
DeleteADUHAI jeng Nanik
Alhamdulillah,matur nuwun Bu Tien,tansah sehat,Aamiin.
ReplyDeleteADUHAI jeng Rini
DeleteWaduh mbok Darso main bola, digiring giring dengan sedikit pengamatan dan terus saja nggak habis pengharapan berbagai kemampuan dan keunggulan dipertontonkan, akhirnya bola harapan mbok Darso sudah berada di hadapan gawang penantian tinggal nambahin kecermatan perasaan, rupanya strategi yang disusun hampir menjadi kenyataan, apapun yang ditemui selama ini dianggapnya suatu keberkahan bagi simbok Darso, begitu kira kira angannya.
ReplyDeleteGoal harapannya hanya kebahagiaan anak semata wayangnya, memandang keceriaan cucu cucunya, semoga.
Terimakasih Bu Tien MCYT yang ke tiga puluh lima sudah tayang.
Sehat sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta.
ADUHAI Nanang
DeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteTerimakasih bu tien dgn penyajian mcyt nya, semoga bu tien sehat2 selalu dan dalam lindunGan Allah SWT ..... Aamiin yra
Salam aduhai selalu
Assalamualaikum wr wb. Wah, Bu Darso seorang ibu yg sabar, gigih, pandai memotivasi Anto utk beristri lagi demi Anugerah. Mudah mudahan Anis mau menerima Anto dan mereka tdk bertepuk sebelah tangan. Akankah Sony mencari istri baru, stlh merasa keliru tlh memilih Indri sbg istrinya. Nampaknya Sony sdh gerah dgn perilaku Indri.
ReplyDeleteSemoga Gunawan hidup bahagia bersama Yessyta dan sekaligus membahagiakan Pak Murti. Harapan di atas, semoga tdk meleset dgn kelanjutan ceritanya dari Bu Tien. Maturnuwun Bu Tien sdh sampai episode 35,yg semakin seru dan menarik. Semoga Bu Tien senantiasa dikaruniai kesehatan lahir dan batin, sehat wal afiat. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dari Pondok Gede...🙏
Aamiin Allahumma Aamiin
DeleteADUHAI pak Mashudi
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteTerima kasih bu Tien MCYT 35,, Aduhaaii sekali
SUKSES ya bu Tien
Sehat wal'afiat
Salam ADUHAAII 🙏🌿💖
Wa'alaikum salam Mbah put.
DeleteADUHAI
Indri...memang nggak tau diri banget. Mau menang sendiri.
ReplyDeleteMakasih mba Tien. Salam sehat selalu. Aduhai.
Sehat dan ADUHAI jeng Sul
DeleteSalam Sehat ter Aduhai Mbak Tien.Matur suwun
ReplyDeletePaling ADUHAI pak Herry
DeleteMatur nuwun bu Tien...cerita makin seru...orang baik dan sanar mendapat yang terbaik..
ReplyDeleteAkankah Sony pergi....makin aduhai...selalu menunggu
Salam Tangsel
Makin ADUHAI ibu Moedjiati
DeleteSony... jangan begitu, katamu mencintai aku...
ReplyDeleteTapi Sony sdh hilang di kegelapan malam
Indri jangan kepedean ya....
Kamu kira semua orang itu bucin sama kamu
Sony juga butuh ketenangan dan kebahagiaan lahir batin
Selama 4 bln menikah bahkan kamu ndak mau disentuhnya.
Rasain kalau Sony mau cari istri lagi,bahkan sdh ada yg menaksirnya,mbak" yg kerja di rmh konfeksi.
Aduhaii Sony....
Bagus Anto mau merawat anaknya, bu Darsopun senang menyambutnya.
Disaat hatinya gembira menyambut buah hatinya, tiba" hatinya nyesek lihat und. pernikahan Yessyta dg Gunawan
Mshkah ada cinta dihatinya....
Tapi sdhlah itu semua krn salahnya.
Biarlah Yessyta menemukan kebahagiaannya.....
Trimakasih bunda, episode ke 35 nya
Salam sehat dari Bojonegoro.
Salam sehat dan ADUHAI jeng Wiwik
DeleteSlmt siang mba tien.. Mksihcerbung mcyt 35 nya.. Kayak2 nya mau happy ending y mbak.. Untungnya anto dan ibunya mau menerima cucunya dan anis jg senang.. Smgaja semuanya happy ksihn sony dpt istrinya yg sutres.. Slmseroja dan aduhai dri sukabumi y mbak Tien🥰🥰
ReplyDeleteSeroja dan ADUHAI Farida
DeleteMatur nuwun bu Tien. Saya getem getem sama yang namanya Indri..maaf sdh cacat masih jual mahal tidak mau nelayani suami bahkan ngurusi anak. Soby tentunya tidak betah lha nikah sdh lebih 4 bulan koq tidak dilayani sbg suami..ya mana tahan.... semoga Anto diberi kemudahan jodoh dan rejeki dengan mengasuh anaknya yg betnama anugerah. Semoga sebagai anugerah untuk krkuarganya..aduhai amiin
ReplyDeleteADUHAI Noor
ReplyDeleteSalam ADUHAI UTI..
ReplyDeleteAamiin. Terimakasih pak Rusman
ReplyDeleteAduhai..... 🥰🥰
ReplyDeleteBu Tien memang ahlinya bikin baper... Jadi ketagihan dan pebasaran apa yang akan terjadi. Semoga bu Tien sehat selalu sehingga bisa berkarya terus..aamiin
ReplyDeleteKutunggu dan kutunggu lagi...
ReplyDeleteBlm juga...tunggu aaah
ReplyDeleteSabarlah hatiku...menunggu lanjutan cerbung yg seru....
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT 35 udah tayang matur suwun bu tien..... Salam ADUHAY...... Selalu
ReplyDeleteSelamat tayang MCYT-36, Bu TIEN.
ReplyDelete*SALAM ADUHAI*
diluk maning 36 nya
ReplyDeletesaya cari episode 34 kok gak ketemu ya
ReplyDelete