MENGAIS CINTA YANG TERSERAK 34
(Tien Kumalasari)
“Bagaimana ?” tanya Gunawan setelah Yessyta menelpon rumah sakit.
“Belum tahu, katanya. Mungkin belum ada laporan dari rawat inap.”
“Semoga tidak terjadi apa-apa. Tadi ngomong apa, dia?”
“Hanya bilang minta maaf, aku jawab sudah aku maafkan, semoga segera sembuh. Tiba-tiba ada suara gaduh disana. Nggak tahu ada apa. Apa aku harus menelpon balik ya.”
“Nanti saja. Kalau tadi terjadi kegaduhan, pasti ada sesuatu yang terjadi. Barangkali nanti, beberapa saat lagi kamu bisa menelponnya.
“Baiklah. Tapi aku kasihan sama dia. Mengapa mengalami nasib seperti itu.”
“Kamu itu sudah disakiti, tapi masih merasa kasihan sama dia. Hatimu terbuat dari apa sih Yess?”
“Manusia ini kan sesuatu atau mahluk yang menjalani hidup sesuai takdir yang tertulis. Jadi kalau aku disakiti, ya memang aku memang harus merasa sakit. Kalau aku bahagia, ya memang aku ini sudah saatnya bahagia. Semuanya akan aku jalani dengan penuh syukur dan ikhlas.”
“Aduhai…”
“Kok aduhai.. apa maksudnya?”
“Kamu ini masih muda, tapi bisa memiliki hati seluas samudra. Aku kagum sama kamu, dan itu juga mungkin yang membuat aku jatuh cinta.”
“Mas, aku bisa mengatakan itu karena bapak yang mengajari aku. Bapak itu dikaruniai harta yang berlimpah, tapi beliau sangat peduli kepada sesama. Dan itulah yang selalu dikatakannya. Kalau kita merasa sakit, kekurangan, menderita, karena semuanya sudah tertulis didalam takdir, demikian juga kalau kita bahagia, kalau kita ‘punya’. Itu sebabnya bapak sangat suka berbagi, dan penuh kasih sayang.”
“Iya aku tahu, Aku suka berguru pada bapak, pandangan tentang kehidupan ini sangat luas. Beliau tahu kapan harus bersikap keras, kapan harus bersikap lunak. Tapi hatinya tetap selembut salju. Aku bangga punya mertua seperti beliau.
“Kalau sama anaknya, bangga tidak.”
“Salah satu kebanggaan dan kebahagiaan aku adalah bisa memiliki kamu. Dulu aku tidak pernah mimpi. Bahkan aku ikhlas ketika kamu sudah memilih suami, lalu tak pernah mengharapkannya lagi. Lalu sesuatu terjadi, rumah tangga kamu terguncang, aku ikut merasa sedih dan marah. Tapi inilah yang sekarang terjadi. Semoga kamu adalah takdirku,” kata Gunawan sambil menatap mesra Yessyta.
Yessyta tersipu. Ini perasaan yang lain. Bahkan berbeda ketika dia jatuh cinta pada Anto. Apakah karena mata batinnya bisa membaca semua kebaikan Gunawan? Kemudian cinta itu berbeda? Getarannya juga berbeda? Rasanya yang ini lebih indah. Aduhai.
“Kenapa diam ?”
“Semoga ini juga takdirku,” bisik Yessyta tersenyum malu, dan senyum itulah yang telah membuat Gunawan tak pernah mengalihkan perasaannya untuk wanita lain.
***
Sony duduk dengan gelisah. Baru saja Indri membuat kegaduhan dengan mencopot jarum infus yang menancap di pergelangannya. Darahpun berceceran.
“Aku mau mati, lepaskan ini.. aku tidak mau.. aku mau mati saja,” jeritnya sambil meronta-ronta karena suaminya memegangi tangannya.
“Indri, dengar, kamu harus kuat ya..”
“Aku tidak tahan lagi, sakit semua badanku.. panas.. aku mau mati saja.”
“Mengharapkan kematian itu dosa. Bukan kamu pemilik mati dan hidup ini Indri.”
“Aku tidak tahan lagi… tubuhku sakit, tanganku sakit..”
“Sabar ya.. sabar..” kata Sony yang terus berusaha memegangi tangan Indri. Lalu seorang perawat datang dan menyuntikkan sesuatu ke lengan Indri. Dan tak lama kemudian Indri terkulai lemas, dan pulas. Perawat memasang lagi selang infus yang berjuntai kebawah karena Indri melemparkannya begitu saja.
Sony berdiri, menuju ke ruang bayi, melihat tubuh bayi laki-laki mungil yang tertidur pulas didalam inkubator, lalu menitiklah air matanya.
“Anak yang malang. Kalau begini terus, bagaimana aku bisa merawat kamu? Aku tidak ingin mengingkari janjiku untuk menjadi ayah bagi kamu. Tapi dengan keadaan seperti ini, bagaimana aku bisa melakukannya?”
***
Pagi ketika bangun Sony melihat Indri masih terbaring lemah. Matanya sedikit terbuka, dan tampak seperti sangat berat dan sayu.
“Indri, apa kamu mau minum?”
Indri mengangguk, Sony memberikan botol berikut sedotan agar Indri bisa meminumnya. Hanya beberapa teguk, lalu dipejamkannya kembali matanya.
“Kamu harus kuat,” bisik Sony.
Indri tetap tak mampu membuka matanya, walau ia mendengar Sony berkata-kata.
“Ingat anak kamu. Kamu tidak ingin segera melihatnya? Dia mungil dan sangat tampan,” katanya untuk membangkitkan semangat isterinya.
“Berikan kepada bapaknya,” bisiknya lemah.
“Apa?”
“Aku tak bisa merawatnya. Kamupun tidak.”
“Tapi dia tidak tahu bahwa dia adalah anaknya.”
“Dia akan tahu.”
“Indri..”
“Tolong, turuti kata-kataku.”
“Dia akan memberi kamu semangat, dan kekuatan.”
“Aku tak akan kuat, aku akan mati..”
“Indri!! Jangan sekali lagi mengatakan tentang mati. Bukan kamu pemilik kehidupan ini, jadi kamu tak berhak menentukannya.”
“Aku akan menjadi beban bagi kamu.”
“Tidak, itu kewajiban aku. Semangat dan kuat, karena hal itulah yang akan membuat kamu sembuh.”
Indri tak menjawab.Tampaknya dia benar-benar telah putus asa dan ingin agar hidupnya segera berakhir. Tapi Sony selalu memberinya semangat.
“Aku akan pulang, karena aku harus ke kantor.”
Indri tak menjawab, tampaknya dia kembali tertidur.
***
“Hari Minggu aku akan pulang,” kata Gunawan di kantor setelah berbincang dengan pak Murti bahwa Yessyta telah siap menerimanya.
“Ya, pulanglah. Aku akan bertanya pada Suni, apakah dia juga mau pulang bersama kamu. Tampaknya bapaknya menunggu kedatangannya untuk berbicara tentang lamaran Darman.”
“Oh iya, boleh nanti kamu tanyakan pada Suni. Mungkin lebih baik bareng aku, daripada dia berangkat sendiri.”
“Tapi aku sedih..”
“Sedih ?”
“Bukankah kalau Suni menikah maka dia akan pergi karena harus mengikuti suaminya?”
“Iya juga sih, tapi siapa tahu dia masih ingin ikut bersamamu.”
“Tidak mas, aku tidak mau dibilang keterlaluan. Masa sudah menikah masih harus melayani aku. Nanti suaminya marah dong.”
“Siapa tahu suaminya mengijinkan.”
“Tidak mas, tak apa-apa aku melepaskan Suni, setiap saat kan dia bisa datang kerumah?”
“Memang sebaiknya begitu. Tapi bakalan ada dua pengantin di keluarga pak Murti?”
“Iya, sudah saatnya mas, Tapi nanti setelah kita menikah, jangan lupa selalu memperhatikan bapak juga. Atau kita tinggal saja bersama bapak.”
“Kalau bapak mengijinkan.”
“Bapak pasti suka dong kalau kita tinggal dirumahnya. Apalagi nanti kalau Suni sudah pergi, mana mampu simbok melayani banyak hal. Makannya bapak, obat-obat yang harus diminum rutin. Selama ini kan Suni yang melakukannya.”
“Sebenarnya aku sudah punya rumah sendiri kecil-kecilan, tapi karena bapak juga harus diperhatikan, tidak apa-apa. Nanti bisa kita bicarakan lagi.”
“Ya, benar.”
“Ngomong-ngomong kamu sudah menelpon Sony? Katanya mau menanyakan keadaan Indri.”
“O, sudah beberapa hari yang lalu.”
“Dia baik-baik saja kan?”
“Dia menarik lepas infusnya, membuat banyak orang yang kebetulan ada, pada berteriak panik. Kan Indri berada didalam kamar yang berisi tiga pasien, jadi ada juga pembezoek lainnya waktu itu.”
“Memangnya kenapa?”
“Menurut Sony, dia itu putus asa. Tidak punya semangat sama sekali. Tapi sekarang tampaknya baik-baik saja.”
“Aku heran, apakah Sony tidak mengenal kamu? Ketika kamu menikah bukankah kawan-kawan Anto juga datang?”
“Mungkin lupa. Waktu itu aku kan didandani, dan pastinya wajahku berbeda. Tapi aku juga tidak mengatakan apa-apa. Entahlah kalau Indri kemudian menceritakannya.”
“Bisa jadi lupa, waktu itu wajah kamu seperti apa, sekarang seperti apa.”
“Tapi aku senang kalau dia semakin membaik.”
“Pasti sekarang sudah ditangani dengan baik.”
“Mudah-mudahan.”
***
“Benarkah saya boleh bareng sama mas Gunawan untuk pulang besok Minggu ?”
“Daripada pulangnya sendiri-sendiri?”
“Tapi bapak nggak apa-apa ya bu, kalau saya tinggal pulang beberapa hari? Karena tampaknya banyak yang harus dipersiapkan. Kalau saya tidak menemani, nanti bapak pasti juga bingung.”
“Bapak pasti mengerti dong.”
“Yaa… Sunn..ni..pulang.. pulang.. kasihan.. bapakmu..”
Suni terkejut ketika pak Murti tiba-tiba sudah berada didekat mereka. Biarpun masih berada diatas kursi roda tapi pak Murti sudah bisa menjalankannya sendiri. Bahkan oleh Suni, pak Murti sudah bisa belajar berjalan setapak dua tapak.
“Bapak.. bapak tidak apa-apa kalau saya tinggal beberapa hari?”
“Tidak.. tid..dak.. nanti.. setelah menikah.. kamu.. juga akan ikut suami.. kan?”
“Entahlah bapak, nanti tergantung dianya.”
“Harus.. harus.. “
“Tuh, kamu setelah menikah kan harus mengikuti suami.”
“Sedih ya bu..” kata Suni sambil menitikkan air mata.”
“Lho.. belum-belum kamu sudah menangis, gimana sih.”
“Sedih harus pergi.. “
“Kamu tahu Suni, aku juga sedih.”
“Bisssaaa set.. tiap saat ddatang.. Sunnii…
“Tuuh.. kan kita hanya jauh dimata nantinya, tapi dekat dihati Suni,” sambung Yessyta.
“Kkamu.. mau.. menik..kah bareng.. Yessyta?”
“Bareng bagaimana, bapak ?”
“Di..ssini.. jaddi.. akan.. adda dua.. pengantin..”
“Ah, bapak ada-ada saja. Jangan bapak, saya menikah di desa saja, kan bapak juga ingin ada rame-rame dirumah?”
“Haaa.. didess..sa.. pasti ada way..wayang.. yaa kan? Nannti.. aku.. yang bayar.. way..yang…”
“Apa?”
“Suni, bapak nanti akan memberi kamu uang, agar kamu bisa menanggap wayang disana. Ya kan pak.”
“Haa.. beett..tul.. betul.”
“Waduh, itu mahal bu..”
“No… noooo… tiddak.. mahal.. nnanti Yessy akk..kaan mengurusnya.. “
“Ya bapak.”
“Tapi bu…”
“Sudah, diam… dilarang membantah,” kata Yessyta sambil menggoyang-goyangkan jari telunjuknnya.
Pak Murti mengangguk-angguk sambil mengacungkan jempolnya,”
***
Hari terus berjalan. Hari-hari mendebarkan bagi calon mempelai sudah semakin
dekat, karena baik keluarganya Suni maupun pak Murti, menginginkan agar pernikahan sebaiknya
segera dilaksanakan.
Sementara itu Indri sudah menjalani perawatan selama dua bulan dan diijinkan pulang. Tapi sebelah tangannya dari pergelangan sampai ke jari-jari tak bisa melakukan aktivitas. Pasti akan sangat repot, apalagi itu tangan kanan. Tak ada wajah ceria tampak, karena keadaan itu membuat Indri menjadi semakin tersiksa.
“Harus dijalani Indri, jangan pernah putus asa.”
“Aku merasa hidupku sudah berakhir.”
“Mengapa kamu mengatakan itu? Sabar dan ikhlas dalam menjalani cobaan, semua akan baik-baik saja. Kejadian ini harus menjadikan pelajaran bagi kita, dan agar kita selalu mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta.”
Sony selalu menghiburnya dan memberi semangat, tapi tampaknya Indri tak bisa menerima sepenuhnya. Baginya, hidup seperti telah berakhir, dimana dia tak akan bisa lagi melakukan semuanya dengan mudah seperti sebelumnya..
“Kamu tahu, aku sangat berdosa kepada Yessyta. Dia bekas isteri mas Anto yang kemudian aku merebutnya.”
“Ya aku tahu, kamu sudah beberapa kali mengatakannya. Tapi kan kamu sudah minta maaf. Dan dia itu wanita baik. Dia sudah memaafkan kamu bukan?”
“Aku merasa sangat kecil dibandingkan dia. Aku ini manusia tak berharga.”
“Sudah, hentikan semuanya. Tak baik menyesali terus menerus. Yang penting sekarang lakukanlah yang terbaik untuk hidup kamu, aku akan selalu membantu kamu agar kamu kuat menjalani.”
Indri memalingkan muka. Tak ada yang bisa menghiburnya.
***
“Ibu, hari ini tidak usah masak ya, nih.. Anis bawakan sayur gudeg sama sambal goreng,” kata Anis ketika tiba-tiba datang siang itu. Bu Darso memang belum memasak, karena Anto berjanji akan membeli lauk matang untuk makan siang dirumah.
“Ibu hari ini tidak usah memasak ya. Memasak tidak harus setiap hari, supaya ibu tidak terlalu capek,” kata Anto pagi itu sebelum berangkat kerja.
“Ya, terserah kamu saja. Dirumah juga sudah ada telur, kalau nggak ada lauk ya tinggal menggorang telur, sama sambal kecap.”
“Nggak bu, nanti Anto saat istirahat akan membeli lauk.”
“Ini bu, saya taruh di mangkuk ini ya bu,” kata bu Anis yang sudah mengambil mangkuk-mangkuk dan meletakkan lauk yang dibawanya disana.
“Eh, ya ampun.. ibu sampai melamun, bingung karena nak Anis kok jadi repot-repot begini.”
“Nggak repot bu, tadi sekalian masak, pengin membuat gudeg, tapi kan dirumah saya hanya sendirian, lalu saya kirim kesini separo, ini juga ada telur pindangnya.”
“Nak, ini lauk yang lengkap sekali. Nanti ibu akan bilang sama Anto agar tidak usah membeli lauk.”
“Iya bu, coba deh, ibu cicipin, barangkali kurang asin atau kurang manis.”
“Sedang melihat ujudnya saja sudah merasakan enak kok.”
“Ibu jangan begitu, rasain dulu, supaya kalau ada kurangnya, lain kali saya bisa memperbaiki.”
“Nak Anis ini selalu rendah hati. Padahal beberapa kali mengirimi ibu makanan, selalu enak lho.”
“Ah, ibu nih, cicipin dulu dong bu, nih, saya ambilkan piringnya.”
“Ya sudah, baiklah, kalau ngicipin kan hanya sesendok. Makannya nanti, sekalian nungguin Anto pulang. Sekarang ini kalau waktunya makan dia lebih baik pulang dan makan dirumah, kalau makan diluar terus kan boros.”
“Iya bu, itu benar.”
“Hmmm.. apa ibu bilang, ini enak sakali.. pas dengan selera ibu nak. Gudegnya enak, sambel gorengnya juga tidak terlalu pedas. Pokoknya sempurna lah.”
“Benarkah?”
“Iya nak, benar sekali. Tapi jangan selalu repot untuk ibu lho nak, jadi nggak enak.”
“Nggak repot bu, cuma masak saja. Kan tiap hari saya juga memasak.”
“Terimakasih banyak ya nak.”
***
Ketika Anto memasuki rumahnya, ibunya sudah menunggu di meja makan.
“Nah, ini le, lihat, nak Anis sudah mengirimkab lauk untuk kita. Itu sebabnya ibu melarang kamu beli lauk siang ini.”
“Alhamdulillah bu. Hm, kelihatannya enak.”
“Memang enak, nak Anis selalu memasak dengan rasa yang begini,” kata bu Darso sambil mengacungkan jempolnya.
Anto hanya tersenyum. Ia tahu, hampir setiap hari ibunya selalu memuji-muji bu Anis. Yang pinter masak lah, yang hatinya baik lah.
Setelah mencuci tangannya Anto segera duduk didepan ibunya, yang kemudian menyendokkan nasi untuknya.
“Rasakan , nanti kamu pasti menghabiskan nasi se bakul.”
Anto tertawa.
“Masa sih bu, nasi sebakul bisa habis, perut Anto bisa meletus dong. Tapi memang enak,” gumam Anto sambil menyendok nasinya.
“Ibu bilang apa..”
“Besok kalau kamu cari isteri…..”
“Tuh kan, ibu mulai deh..” kata Anto memotong perkataan ibunya, karena sudah tahu apa yang akan dikatakannya.
“Kamu tidak bisa selamanya begini. Ibu sudah tua, ibu juga ingin punya cucu. Sayang ketika menikah dengan nak Yessy kamu belum memiliki keturunan.”
Anto menghela napas. Iya juga, kalau saja Yessyta hamil waktu itu…
“Permisiii….”
Lamunan Anto terhenti karena mendengar suara orang didepan. Ia mengelap mulutnya, lalu berjalan kedepan.
“Siapa, siang-siang ada tamu,” gumam bu Darso yang meneruskan menyendok makanannya.
Anto melihat seseorang didepan teras. Dia Sony, sedang menggendong bayi.
***
Besok lagi ya
ADUHAIIIIII ...
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien MCYT 34 bisa tayang sore.
Salam kami dari Yogya.
Selamat buat pa YOWA Yogja, jurikunci blogspot tienkumalasari22, disusul jeng Dewiyana Jakata. Jeng Iin Maimun, jeng Agustina Semarang, jeng Wahyu Istiqomah Lamongan, jeng Wiwik Suharti Ngasem Jonegoro.
DeleteYah.. P. Yowa juara 1 lagi. Bu Tien, baru nulai khan konfliknya? Salam setoja nggih👍
DeleteHore...
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeletematur suuwun bu Tein...sehat selalu utk ibu
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT sudh hadir
DeleteMatr nuwn Bunda Tien
Mugi sehat selalu
Aamiin...
Alhamdulillah sudah tayang lg, terima kasih bunda Tien
ReplyDeleteSalam aduhai
Selamat p. Yowa juara 1
ReplyDeleteAlhamdulillah sdh tayang gasik.
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, mugi-2 panjenengan tansah pinaringan sehat wal'afiat , bahagia, sejahtera bersama keluarga. Salam ADUHAI fari Bandung
Alhamdulillah.. salam Aduhai bunda..❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah ... blm pernah dapat comment yg peetama ,padahal dah di pantengin jg ... semoga tambah sehat nggih Mbak Tien Aamiin. Matur nuwun
ReplyDeleteAlhamdulillah .... barakallah fikum
ReplyDeleteTerima kasih bu tien minggu sore sdh menayangkan mcyt
Semoga bu tien sehat2 terus dan selalu dalam lindungan Allah SWT - aamiin yaa rabbal'alamiin
Salam aduhai selalu
Alhamdulillah MCYT 34 dah tayang, makasih Bun Tien.
ReplyDeleteSalam aduhai
ReplyDeleteTerimakasih MCYT sudah tayang. 🙏
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien..Salam Aduhai dari saya Winarti
ReplyDeleteMbk Winarti,edit profilnya biar muncul nama dan fotonya,caranya :
Delete1.Klik tulisan Unknown
2.Klik edit profil
3.Isi biodata
4.Pilih foto
5.Klik simpan
Selamat mencoba
Alhamdulilah.. Terimakasih bunda Tien MCYT sdh hadir.. Semoga bunda tambah sehat & bugar. Aamiin...
ReplyDeleteAlhamdulillah....💖💖💖💖
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku, mcyt-nya sudah hadir.
ReplyDeleteMungkin benar juga Anto harus merawat anaknya. Tentunya dia sadar betul bahwa ketika menghitung bulan lahirnya bayi, dia sudah curiga.
Yessy dan Suni, bersama menikahnya juga tidak apa-apa. Bulan depan sudah bulan Jawa Besar, banyak orang tua menikahkan anaknya.
Salam sehat mbak Tien Kumalasari, dari sragentina selalu ADUHAI.
Terim kasih bu Tien MCYT 34 sdh tayang...salut deh sama semangat dan kelihaian bu Tien ...pokoknya top dan mantap ..rangkaian kata dapat mengaduk2 hati pembaca...selalu di buat penasaran ..trm.kasih bu Tien slam sehat dan selalu aduhai ...
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien MCYT yang ke tiga puluh empat sudah muncul
ReplyDeleteSehat sehat selalu doaku, sejahtera dan bahagia bersama keluarga tercinta
http://tienkumalasari22.blogspot.com/2021/06/mengais-cinta-yang-terserak-34.html?m=1
ReplyDeleteAlhamdulillah, sdh tayang lg...
ReplyDeleteTerima kasih Bu Tien....
Salam sehat selalu....
Alhamdulillah MCYT~34 telah hadir... maturnuwun Bu Tien..🙏
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien..salam sehat selalu dari kami di GWK Bali
ReplyDeleteAlhamdulillah MCYT34 hadir matur suwun sanget Bu Tien memang ADUHAI..Apakah bayi yg di bawa Sony akan di serahkan ke Anto ya..?? Karena Indri tidak sanggup merawatnya...wah gawat bisa Ambyar ini.. kita tunggu kelanjutannya saja..Salam sehat untuk Bu Tien dan keluarga tercinta 🙏🙏🙏
ReplyDeleteTerimakasih sudah tayang edisi 34 semoga ibu sehat walafiat.
ReplyDeleteTerimakasih .. salam ADUHAI
ReplyDeleteAssalamualaikum, malam. Ibu malam semua..
ReplyDeleteWaah tayang gasiik hari ini..
Maksiih ibu Tien, sehat selalu tuk ibu n kluarga..
Salam aduhai
Alhamdulillah iseng2 buka blog, eeh sdh tayang seneng bngt matur nuwun bu Tien, salam aduhai
ReplyDeleteBu darso bingung, ada bayi. Apakah yakin itu anak Anto?
ReplyDeleteTerima kasih mbak Tien. Semoga mbak Tien Sehat² selalu.
Makasih Bunda untuk MCYT met malam dan met istirahat Bun
ReplyDeleteSalam dari kami berdua
Hallow
ReplyDeleteSugeng enjing Bu Tien, Mugi tansah pinaringan sehat wal'afiat, sejahtera, bahagia, sukses, dimudahkan segala urusan.
DeleteMohon maaf semalam selesai komen disini, maksudnya trus baca dan "nggoleki' bahan koreksi, ning mripate ora kuwat...trus tepar. Lagi esuk Iki isa nyaosi bahan koreksi.
1. “Iya aku tahu, Aku suka berguru pada bapak, pandangan tentang kehiduoan ini sangat luas.
# “Iya aku tahu, Aku suka berguru pada bapak, pandangan tentang kehidupan ini sangat luas. #
2. "Aku heran, apakah Sony tidak mengenal kamu? Ketika kamu menikah bukankah kawan-kawannya Anton juga datang?”
# "Aku heran, apakah Sony tidak mengenal kamu? Ketika kamu menikah bukankah kawan-kawan Anto juga datang?” #
3. "Mengapa kamu mengatakan ibu?
Sabar dan ikhlas dalam menjalani cobaan, semua akan baik-baik saja.
# "Mengapa kamu mengatakan itu?
Sabar dan ikhlas dalam menjalani cobaan, semua akan baik-baik saja. #
4. "Ibu hari inii tidak usah memasak ya.
# "Ibu hari ini tidak usah memasak ya. #
5. ...Dirumah juga sudah ada telur, kalau nggak ada lauk ya tingga menggorang telur, sama sambal kecap.”
# ....Dirumah juga sudah ada telur, kalau nggak ada lauk ya tinggal menggoreng telur, sama sambal kecap.” #
6. "Hmmm.. apa ibu bilang, ini enak sakali.. pas dengan selera ibu nak.
# "Hmmm.. apa ibu bilang, ini enak sekali.. pas dengan selera ibu nak. #
7. "Nah, ini le, lihat, nak Anis sudah mengirimkab lauk_ untuk kita.
# "Nah, ini le, lihat,nak Anis sudah mengirimkan lauk untuk kita. #
Monggo Bu ana 7 sing ketemu, Sugeng ngedit naskah MCYT_34.
Anto melihat seseorang didepan teras. Dia Sony, sedang menggendong bayi._
Lha ....tenan ta..... Ora lidok..
keturutan keinginan Bu Darso. Allah telah mengijabah doanya.
Mulai siang ini Bu Darso punya cucu....
Waduuhh senangnya.
***
Besok lagi ya
Alhamdulillah MCYT 34 sdh hadir
ReplyDeleteApakah Sony mau memberikan bayinya kpd Anto?
Aduhai semakin seru ceritanya
Terima kasih Bu Tien, semoga semakin sehat ya Bu
Salsm ADUHAI dari Bekasi
Alhamdulillah sdh tayang gasik....
ReplyDeleteTrmksh mb Tien...
Salam sehat sll ADUHAI BANGET...
Alhamdulillah MCYT 34 dah tayang
ReplyDeleteYerimakasih bunda Tien
Semoga bunda Tien selalu s
Semoga bunda Tien selalu sehat
ReplyDeleteSalam sehat n aduhai...
Hallow mas2 mbak2 bapak2 ibu2 kakek2 nenek2 ..
ReplyDeleteWignyo, Opa, Kakek Habi, Bambang Soebekti, Anton, Hadi, Pri , Sukarno, Giarto, Gilang, Ngatno, Hartono, Yowa, Tugiman, Dudut Bambang Waspodo, Petir Milenium (wauuw), Djuniarto, Djodhi55, Rinto P. , Yustikno, Dekmarga, Wedeye, Teguh, Dm Tauchidm, Pudji, Garet, Joko Kismantoro, Alumni83 SMPN I Purwantoro, Kang Idih, RAHF Colection, Sofyandi, Sang Yang, Haryanto Pacitan, Pipit Ponorogo, Nurhadi Sragen, Arni Solo, Yeni Klaten, Gati Temanggung, Harto Purwokerto, Eki Tegal dan Nunuk Pekalongan, Budi , Widarno Wijaya, Rewwin, Edison, Hadisyah,
Sastra, Wo Joyo, Tata Suryo, Mashudi, B. Indriyanto, Nanang, Yoyok, Faried, Andrew Young, Ngatimin, Arif, Eko K, Edi Mulyadi, Rahmat, MbaheKhalel, Aam M, Ipung Kurnia, Yayak, Trex Nenjap, Sujoko, Gunarto, Latif, Samiadi, Alif, Merianto Satyanagara, Rusman, Agoes Eswe, Muhadjir Hadi, Robby, Gundt, Nanung, Roch Hidayat, Yakub Firman, Bambang Pramono, Gondo Prayitno , Zimi Zaenal M. , Alfes, Djoko Bukitinggi, Arinto Cahya Krisna , HerryPur,
,
Hallow..
ReplyDeleteYustinhar. Peni, Datik Sudiyati, Noor Dwi Tjahyani, Caroline Irawati, Nenek Dirga, Ema, Winarni, Retno P.R., FX.Hartanti, Danar, Widia, Nova, Jumaani, Ummazzfatiq, Mastiurni, Yuyun, Jum, Sul, Umi, Marni, Bunda Nismah, Wia Tiya, Ting Hartinah, Wikardiyanti, Nur Aini, Nani, Ranti, Afifah, Bu In, Damayanti, Dewi, Wida, Rita, Sapti, Dinar, Fifi, Nanik. Herlina, Michele, Wiwid, Meyrha, Ariel, Yacinta, Dewiyana, Trina, Mahmudah, Lies, Rapiningsih, Liliek, Enchi, Iyeng Sri Setyawati , Yulie, Yanthi , Dini Ekanti, Ida, Putri, Bunda Rahma, Neny, Yetty Muslih, Ida, Fitri, Hartiwi DS, Komariah P., Ari Hendra, Tienbardiman, Idayati, Maria, Uti Nani, Noer Nur Hidayati, Weny Soedibyo, Novy Kamardhiani, Erlin, Widya, Puspita Teradita, Purwani Utomo, Giyarni, Yulib, Erna, Anastasia Suryaningsih, Salamah, Roos, Noordiana, Fati Ahmad, Nuril, Bunda Belajar Nulis, Tutiyani, Bulkishani, Lia, Imah P Abidin, Guru2 SMPN 45 Bandung, Yayuk, Sriati Siregar, Guru2 SMPN I Sawahlunto, Roos, Diana Evie, Rista Silalahi, Agustina, Kusumastuti, KG, Elvi Teguh, Yayuk, Surs, Rinjani, ibu2 Nogotirto, kel. Sastroharsoyo, Uti, Sis Hakim, Tita, Farida, Mumtaz Myummy, Gayatri, Sri Handay, Utami, Yanti Damay, Idazu, Imcelda, Triniel, Anie, Tri, Padma Sari, Prim, Dwi Astuti, Febriani, Dyah Tateki, kel. SMP N I Gombong, Lina Tikni, Engkas Kurniasih, Anroost, Wiwiek Suharti, Erlin Yuni Indriyati, Sri Tulasmi, Laksmie, Toko Bunga Kelapa Dua, Utie ZiDan Ara, Prim, Niquee Fauzia, Indriyatidjaelani,
Bunda Wiwien, Agustina339, Yanti, Rantining Lestari, Ismu, Susana Itsuko, Aisya Priansyah, Hestri, Julitta Happy, I'in Maimun, Isti Priyono, Moedjiati Pramono, Novita Dwi S, Werdi Kaboel, Rinta Anastya, r Hastuti, Taty Siti Latifah, Mastini M.Pd. , Jessica Esti, Lina Soemirat, Yuli, Titik, Sridalminingsih, Kharisma, Atiek, Sariyenti, Julitta Happy Tjitarasmi, Ika Widiati, Eko Mulyani, Utami, Sumarni Sigit, Tutus, Neni, Wiwik Wisnu, Suparmia, Yuni Kun, Omang Komari, Hermina, Enny, Lina-Jogya, mbah Put Ika, Eyang Rini ,Handayaningsih, ny. Alian Taptriyani, Dwi Wulansari, Arie Kusumawati, Arie Sumadiyono, Sulasminah , Wahyu Istikhomah, Ferrita Dudiana, SusiHerawati, Lily , Farida Inkiriwang, Wening, Yuka, Sri, Mbah Wi, Si Garet, ibu Wahyu Widyawati, Rini Dwi, Pudya , Indahwdhany, Butut, Oma Michelle, Linurhay, Noeng Nurmadiah, Dwi Wulansari, Winar, Hnur, Umi Iswardono , RahayuHernadi , Hallow Pejaten, Tuban, Sidoarjo, Garut, Bandung, Batang, Kuningan, Wonosobo, Blitar, Sragen, Situbondo, Pati, Pasuruan, Cilacap, Cirebon, Bengkulu, Bekasi, Tangerang, Tangsel,Medan, Padang, Mataram, Sawahlunto, Pangkalpinang, Jambi, Nias, Semarang, Magelang, Tegal, Madiun, Kediri, Malang, Jember, Banyuwangi, Banda Aceh, Surabaya, Bali, Sleman, Wonogiri, Solo, Jogya, Sleman, Sumedang, Gombong, Purworejo, Banten, Kudus, Ungaran, Purworejo, Jombang, Boyolali. Ngawi, Sidney Australia, Boyolali, Amerika, Makasar, Klaten, Klipang, JAKARTA...hai..., Mojokerto, Sijunjung Sumatra Barat, Sukabumi, Lamongan, Bukittinggi, Hongkong, El Segudo, California, Terimakasih atas perhatian dan support yang selalu menguatkan saya. Aamiin atas semua harap dan do'a.
ADUHAI.....
Alhamdulillah ....
DeleteYang ditunggu tunggu telah hadir,
Matur nuwun bu......
Mugi Bunda Tien tansah pinaringan sehat selalu.
Aamiin.....
Salam ADUHAI
Mtnuwun mbk Tien....
DeleteSehat....sehat....sehat....nggih mbk
ADUHAI....alangkah senang hatiku MCYT tayang awal..😍
ReplyDeleteMatur nuwun bunda Tien...🙏
Sehat selalu njih bun..
Terima kasih bu Tien sdh nunggu2 dari td malam
ReplyDeleteAlhamdulilah.Terima kasih Bunda Tien. Sehat selalu dan salam ADUHAI
ReplyDeleteSemoga Anto ndak pingsan krn tiba" dpt kejutan seperti itu.
ReplyDeleteYa memang sangat terkejut kok tiba" Sony datang dg menggendong bayi dan itu anak Anto sendiri
Terima sajalah Anto....
Itu rejeki dari Yg Maha Kuasa....
Apalagi bu Darso sdh sangat merindukan seorang cucu
Kan ada bu Anis... cantik lho... dia...
Gitu aja kok repot.....
Hitung" kamu nebus dosalah Anto
Andai Anto bersedia dijodohkan dg bu Anis....
Bakalan ada 3 pasangan temanten.
Yessyta + Gunawan, Suni + Darman, Anto + Anis
Aduhaiii....
Trimakasih...
Moga sll sehat dan bahagia
Salam kami dari Bojonegoro
Alhamdulilah MCYT 34 sudah terbit...matur nuwun sanget
ReplyDeleteMugi Ibu Tien tansah sehat.
Semakin seru...bu Darso senang?..mendapat cucu..akankah Anto menerima Anis...
Salam aduhai..tangsel
Terimakasih mbak Tien, salam aduhai, dan Sugeng ngaso, 🥱😴
ReplyDeleteMaturnuwun ibu Tien,sepertinya mimpi Anto menggendong bayi laki2 akan terwujud
ReplyDeleteBesok lagi ya ibu,salam sehat nan aduhai
Salam Aduhai u bu Tien ..MCYT 34 DAH hadir. Sehat selalu u bu Tien ..Aamiin makasih u bu Tien
ReplyDeleteJadi kalau aku disakiti, ya memang aku memang harus merasa sakit. Kalau aku bahagia, ya memang aku ini sudah saatnya bahagia. Semuanya akan aku jalani dengan penuh syukur dan ikhlas.”
ReplyDeleteSy senang sekali dng qoute di atas. ini qoute yang bagus banget. Mksh mb Tien
Alhamdulilah. MCYT 34 sdh hadir.
ReplyDeleteTerima kasih Bunda Tien. Sehat selalu dan salam ADUHAI
Alhamdulillah MCYT34 hadir juga. Matursuwun mbak Tien.
ReplyDeleteSalam sehat sll dr bekasi timur
Alhamdulillaah...akhirnya terbit juga ..
ReplyDeleteKesuwun b Tien..semoga tetap ADUHAI
Salam sehat dari Rewwin 🌿
Makasiih mbak Tien..sudah sempat menghadirkan mcyt34 dihari minggu yg hrsnya hari utk.keluarga..
ReplyDeleteMakin mendekati hari2 bahagia bagi kedua calon pasangan pengantin..
Hny indri yg merutuki nasibnya...dan benar bayinya akn diaerahkan pd anto..
Besok lagiii..
Salam sehat selalu mbak Yien dan aduhaiii bangeet..🙏🥰⚘
Mbak Tien..maaf salah nunul..🙏
ReplyDeleteAduhai... Makasih mba Tien. Salam hangat dan sehat selalu mba
ReplyDeleteMb Tien , maturnuwun ceritanya semakin aduhai , salam sehat n aduhai mb Tien . Mb Tien sehat njih .
ReplyDeleteSalam ,
Yuli Semarang
Bangun ada MCYT 34 Alhamdulillah makasih bude sehat selalu salam aduhaiii.. tambah gemess ama ceritany
ReplyDeleteAssalamu'alaikum wrwb Bu Tien,
ReplyDeleteAlhamdulillah yg ditunggu-tunggu sdh hadir, mbacanya gasik sambil nyiapin sarapan. Matur nuwun...🙏
Yessy + Gun, Suny + Darman selamat berbahagia, pak Murti memang org yg sgt baik, mw menanggung pestanya Suny.
Anto, mg percaya bahwa anak yg dibw Sony ke rmhnya adl darah dagingnya dg Indri, dan Anto mw menerima dan dg senang hati dan mw merawatnya aplg bu Darso kan sangat menginginkan cucu...
Smg....smg...dmkian, setia ku menunggu epsd lanjutannya...walau penasaran bgt.
Salam sehat, hangat jg selalu ADUHAI...🙏🙏🙏
Assalamualaikum wr wb. Semoga Anto menyadari bhw saat ceraikan istrinya (Indri) sedang hamil, shg Anto bersedia menerima bayi yg dibawa Sony.
ReplyDeleteSemoga rencana pernikahan Gunawan dgn Yessy dan Suni dgn Darman berjalan lancar. Tapi semuanya tergantung Bu Tien yg punya cerita. Maturnuwun Bu Tien, hari minggu disuguhin cerita yg menarik. Semoga Bu Tien tansah pinaringan karahayon, sehat wal afiat, bahagia bersama keluarga dan amancu. Aamiin Yaa Robbal'alamiin... Salam sehat dan aduh hai dari Pondok Gede...
Alhamdulillah.salam Aduhai Mbak Tien teko suroboyo.suwun
ReplyDeleteTerima kasih Ibu Tien...makin seruuuu.
ReplyDeleteSalam sehat utk ibu...
Aduhaiii.....
Anto akan mrnerima anak yh di bawa Sonia, tapi bgmn merawatnya.....
ReplyDeleteSolusinya bu Anis mau mengurus bayi tsb., akhirnya Anto mrnikahi bu As his
Salam sehat selalu mbak Tien
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh
ReplyDeleteAlhamdulillah, Matur nuwun bu Tien MCYT 34 nya,,
Yessyta baik krn keluarga nya baik
Aduhaaii Yessyta & Gunawan,Suni & Darman , mereka akan menikah
Bu Tien seperti nya gambaran keluarga Pak Murti,nih . maaf ya bu Tien sok tahu 🤭 🙏🙏🙏
Pokoke Aduhaaii banget deh
Salam Sehat wal'afiat
Selamat pagi jeng Tien,,bakal ada serah terima jabatan ini rupanya ,,,hak mengasuh anak,,,Anto bagaimana dirimu,,siapa yang mengasuh anakmu,,,pikirkan baik² ada penawaran dari ibumu,,,aduhai ,,Anto,,kamu bingung ya,,,,sana cari cagak,,,untuk pegangan,,,,yang kenceng pegangannya ,,siapa tahu gempa datang lagi
ReplyDeleteAlhamdulillah....
ReplyDeleteMtur nuwun bun....
Mugi2 tansah pinaringan rahayu wilujeng sedoyonipun.....
Slmt pagi mbak Tien.. Smgsht sll y.. Mksihcerbung mcyt 34 nya.. Smgaja sony menjlskn bayi yg digendong itu.. Antobs menerimanya.. Slmseroja dan tetap semangat dri skbmi.. 🥰🥰
ReplyDeleteMatur nuwun bu Tien tayang gadik. Cuma baru sempat nanggapi
ReplyDeleteAlhamdulillah aka ada 2 pasangan temanten, Suni dan Darman serta Yessyta dan Gunawan. Semoga ..aamiin. Kadihan..Indri sdh patah semangat gara gara cacat, sehingga bayinya diserahkan Anto. Wadhuh..repot dong Anto..apakah akhirnya akan minta tolong bu Anis? Bisa bisa witing tresno jalaran ketemu bendino
Aduhai jadi remember not not
Sony datang ke rumah Bu Darso ... dan ... diterima oleh Anto.
ReplyDeleteKayaknya Sony akan menyerahkan bayi pada #ayah_kandung si bayi. Bayi itukan (?) anak kandung Anto dan Indri.😏
🙏 Lanjut Bu Tien Kumasari dan semoga selalu sehat walafiat dan semangat. 🙏👍
Critanya bagus.. Mengalir enak dibaca bikin penasaran.. Apalagi ya.. Ah pokoknya matur nuwun Bu Tien.. Sht selalu. Biar ttp bs menghibur kita" dg crita"nya..salam kenal sy Tini SZ dari bdg jabar
ReplyDeleteAlhamdulillah..matur nuwun Bu Tien,tansah pinaringan sehat,Aamiin
ReplyDelete