Tuesday, April 28, 2020

KEMBANG TITIPAN 11

KEMBANG TITIPAN  11

(Tien Kumalasari)

Darmin terkejut, tak mengira semarah itu Basuki mendengar perkataannya. 

"Tapi tuan.."

"Tidak ada tapi-tapi, kamu sudah janji, dan kamu harus menepai. Ingat itu. Dan ingat juga, aku bisa melakukan apa saja. Sayangi nyawa tuamu." kata Basuki sambil berdiri lalu melangkah keluar dan tak perduli pada Darmin yang duduk melongo. Tapi tiba-tiba Basuki kembali.

"Jadi Min, jelas bukan, batalnya perjanjian adalah ketika nywamu terlepas dari tubuh tuamu yang tidak berguna itu!!  Tak lama lagi aku akan membawa anakmu, mau atau tidak aku akan tetap membawanya."  kata Basuki yang dibisikkannya  ketelinga Darmin, kemudian dia benar-benar keluar dari ruangan itu.

Tak ada amplop diatas meja, tak ada tawaran untuk membebaskannya dari tahanan. Dan tiba-tiba Darmin merasa muak pada Basuki, yang dinilainya sombong dan ugal-ugalan. Dan tiba-tiba juga Darmin merasa menyesal telah  menukar nyawa nya dengan imbalan anak gadisnya.  Lalu ia teringat akan perkataan lurah Mardi

"Dan satu lagi pak Darmin, jangan kembali meneguk minuuan keras."

"Saya sebenarnya merasa menjadi orang tak berguna., Berbuat semau saya seakan bisa menutupi penderitaan saya. Sekarang saya merasa bahwa ada yang sebenarnya mencengkeram jiwa saya."

"Pak Darmin sadar bahwa langkah pak Darmin itu salah? Bertobatlah,  bertobat adalah obat terbaik untuk mengobati luka hati."

Darmin menghela naafas.

"Dan apa yang pak Darmin lakukan itu bukan mengobati penderitaan, tapi justru memperparah. Kasihan si Sri, dia sangat menderita.

Lalu Darmin benar-benar merasa menderita. Tapi bagaimana caranya menebus kesalahan masa lalu? Ini menyangkut uang dan yang bersangkutan tak sudi seandainya uang dikembalikan. Apa yang harus Darmin lakukan?  'Kasihan Sri, dia sangat menderita', kembali kata-kata itu terngiang ditelinganya.  Derita, ia sekarang merasa menderita. Berada dalam tahanan dan tak bisa melakukan apa-apa. Sangat menyiksa. Dan jika Sri menderita.. alangkah sakit rasa hatinya.  Aduhai, benarkah anakku menderita? Bisiknya ber-kali-kali. Jadi begitu sakit rasanya menderita.. seperti aku sekarang ini, sendirian dalam ruang yang pengap. Tak ada minuman kesukaanku. Tapi tidak, aku tak akan meminumnya lagi. aku benci semuanya, benci minuman itu, benci uang yang diberikan Basuki, benci .. bahkan kepada dirinku sendiri. Berapa lamakah aku akan ada ditempat ini, lalu akan diadili dan dipenjara. Apakah orang yang aku pukul akan mati, atau selamat? Bagaimana kalau mati lalu aku dihukum lebih lama? Kata batin Darmin yang selalu menyiksanya.

Darmin memegangi kepalanya dengan kedua tangannya, yang ditumpukannya diatas meja. Hatinya bagai tercabik menyadari betapa kejamnya Basuki. Betapa buruk nasibnya, betapa buruk kelakuannya, betapa menyiksa semua perasaan itu. Mengapa baru sekarang dia menyadari? Ia terus meratapi keadaan dirinya sampai petugas mengajaknya kembali masuk ke ruang tahanan.

 

***

 

"Sri, jangan kebanyakan melamun .. ayo sini duduk sama simbah," kata mbah Kliwon ketika  mereka sudah selesai melakukan semua tugasnya.

Sri mendekat kearah simbahnya, duduk bersandar di kursi bambu itu, matanya menerawang kelangit-langit.

"Apa yang kamu pikirkan?"

"Apakah bapak benar-benar benci sama Sri?" 

"Bapakmu sedang tidak waras. Jangan kamu pikirkan. Nanti pada sa'atnya dia akan menyadari kesalahannya."

"Kapan bapak menyadari kesalahannya?"

"Pada suatu hari nanti, mungkin sekarang ini belum sa'atnya. Kamu harus sabar, ya nduk?"

"Sri memikirkan cara mengembalikan uang Basuki , mas Timan mengatakan sanggup membayarnya, Sri jadi sedih. "

"Itu wujud cinta kasihnya Timan sama kamu, kamu harus mensyukurinya nduk."

"Rasanya sulit menerima kenyataan ini. Sedih bukan menjadi orang yang seperti Sri ini? Bahkan Sri sekarang merasa bahwa tubuh Sri ini juga bukan milik Sri lagi."

"Semuanya akan ada akhirnya, dan percayalah bahwa kebenaran akan menang. Suatu hari nanti bapakmu akan sadar."

"Simbah, biarpun bapak seperti benci sama Sri, tapi Sri ingin menjenguknya lagi. "

"Simbah maklum, bagaimanapun dia adalah bapakmu, ikatan itu tak akan bisa terputus sampai kapanpun. Kamu anak baik, walau disakiti masih memiliki rasa sayang."

"Semalam Sri bermimpi, dipeluk bapak dengan kasih sayang. Bapak menangis sambil mengelus kepala Sri."

"Mungkin bapakmu juga sedang kangen sama kamu."

Sri merenung lagi, alangkah senangnya kalau  bapaknya benar kangen sama dirinya. Selama ini ia merasa  bapaknya tak pernah memperdulikannya.

"Sri juga teringat kata mas Mardi.. eh.. pak lurah, bahwa orang yang dipukul Bapak masih ada dirumah sakit. Bisakah kita menjenguknya? Sri ingin melihat keadaannya dan meminta ma'af atas kelakuan bapak."

"Besok kita tanya pak lurah, dimana dia dirawat."

"Kata pak lurah, kalau orang itu sampai meninggal maka hukuman bapak akan lebih berat."

"Ya, itu benar nduk, karena dengan demikian bapakmu dianggap telah membunuh orang. Tapi sudahlah, jangan terlalu memikirkan itu, besok bisa saja kita kerumah sakit, baru menjenguk bapakmu. Ya kan?"

"Ya mbah, begitu ya?"

"Nanti simbah akan bertanya kepada pak lurah dulu, dimana orang itu dirawat.

"Ya, mbah?"

"Sudah, jangan sedih, serahkan semuanya kepada Yang Maha Kuasa, karena disana letak segala kemurahan dan kebesaranNya. Dan kepadaNya kamu harus selalu memohon. Jangan lupakan itu. Ayuk..ini sudah dhuhur, sa'atnya bersujud. Nanti hatimu akan lebih terasa ringan.

"Baiklah mbah."

 

*** 

 

 "mBah, kalau Sri mau membezuk ayahnya dan orang yang menjadi korban, saya antar saja. Tapi saya mau ke kantor dulu.

"Waduh, jangan pak lurah, jangan sampai merepotkan dan mengganggu pak lurah. Tidak apa-apa saya sama Sri saja. Kan banyak angkutan umum," kata mbah Kliwon buru-buru.

"Tidak apa-apa, saya juga butuh ketemu pak Darmin. Kemarin pernah mencari rumah Basuki tapi belum ketemu, barangkali pak Darmin bisa memberi gambaran kira-kiranya dimana."

"Tapi mengganggu tugas pak lurah juga kan."

"Tidak mbah, sama sekali tidak mengganggu, besok setelah ke kantor sebentar saya langsung nyamperin mbah Kliwon."

"Wah, terimakasih banyak pak lurah. Maksudnya cuma mau bertanya, malah jadi merepotkan."

"Tidak mbah, saya kan juga punya kepentingan. Saya sudah janji sama mas Timan bahwa saya akan membantunya. Kemarin itu dimana Basuki tinggal masih belum ketemu. Beberapa rumah yang saya datangi hanya ditungguin oleh orang yang tidak tau dimana persisnya Basuki tinggal. Barangkali pak Darmin bisa memberi gambaran. Soalnya ketika saya kesana, dia juga tidak bisa mengatakan apa-apa. "

"Tapi kalau kemarin sudah mengatakan tidak tau, apa besok dia bisa ditanya lagi?"

"Mungkin dia hanya pura-pura tidak tau. Kan saya juga belum bisa menebak, rasa penyesalan yang tampak waktu itu, benar-benar sesal atau pura-pura."

"Benar pak lurah, orang seperti Darmin itu sangat susah ditebak isi hatinya."

"Semoga dengan ber bicara pelan nanti kita akan mendapatkan sesuatu. Yang penting kita kesana dulu."

"Iya pak lurah, Sri juga bilang kepengin ketemu bapaknya. Katanya semalam bermimpi ketemu bapaknya dan merangkulnya sambil menangis."

"Semoga itu sebuah ikatan yang tak tampak antara \pak Darmin dan anaknya, yang tergambar dalam sebuah mimpi. Mungkin nanti pak Darmin sudah mau menerima Sri dengan baik, tidak seperti pertemuan mereka yang lalu. Karena sesungguhnya pak Darmin juga mencintai si Sri."

"Baiklah pak lurah, terimakasih banyak. Saya mohon diri. Karena Sri itu sesungguhnya takut kalau sendirian dirumah. Ya karena Basuki sering mendatangi ayahnya akhir-akhir ini."

"Ya mbah, bisa dimengerti. Karena merasa  memiliki lalu dia bisa mengambilnya kapan saja. Hati-hati ya mbah.."

***

"Jam segini kok belum pulang ya mas Timan? Tuh rumahnya masih terkunci." kata Lastri ketika bersama suaminya ingin berbincang dengan Timan.

"Tadi nggak telephone dulu."

"Kan sekalian mau belanja. Tapi aneh kalau sudah sore begini belum pulang."

"Coba deh ditelephone Tri."

"Jangan-jangan ke Sarangan.  Nggak aktif nih ponselnya."

"Bisa jadi. Aku sebenarnya pengin tau, bagaimana kelanjutan ceritanya, tentang uang yang harus dibayar itu. Bagaimanapun aku ingin membantu. Kalau terlalu banyak kasihan ms Timan."

"Iya mas, aku setuju. Dulu dia juga mati-matian berkorban mempertemukan kita. Kalau nggak ada mas Timan, sampai sekarang mas Bayu belum menemukan isteri, ya kan? Maksudnya isteri yang seperti aku. Kalau gadis cantik sih banyak."

"Kok larinya jadi ke gedis cantik banyak, aku kan nggak mau punya isteri selain kamu. Susah nyari isteri kayak kamu."

"Karena aku cantik kan?"

"Hm, kalau mau bilang jelek, takut dicubit, kalau mau bilang cantik.. aku juga harus dikasih upah. Gimana ya..."

"O, jadi memuji isteri harus ada upahnya?"

"Iya dong, setiap sa'at."

"Mau upah berapa sih, coba bilang."

"Upahnya bukan uang, jadi jangan bilang berapa..."

"O, gitu.. larinya kesana lagi nih.."

"Kesana tuh kemana?"

"Kayak nggak tau aja apa yang dipikirkan mas Bayu. Taulah aku.."

"Baguslah kalau tau, jadi aku sekarang mau  bilang kalau isteriku memang cantik. Nggak usah sekarang lho upahnya,Boleh nanti.. tapi dobel ya.."

"Iih.. apaan sih, lagi dijalan ngomongin yang enggak-enggak aja. Ayo pulang kalau begitu."

"Tapi belum bisa nyambung mas Timan, bagaimana?"

"Gimana kalau kang Mardi saja. Dia pasti tau."

"Ya sudah, kamu saja yang telephone."

Lastri memutar nomor Mardi.

"Hallo Tri, ada apa?"tanya lurah Mardi dari seberang.

"Ini, aku sama mas Bayu kerumah mas Timan, tapi sudah sore begini kok belum pulang ya?"

"Lho, sekarang mas Timan tiap sore kan kemari, ketemu si Sri."

"Aaah, sudah aku duga. Ini mas, mas Bayu kepengiin tau, kemarin kang Mardi bilang mau ketemu pak Darmin. Sudah ada angka yang disebutkan pak Darmin? Tentang uang yang harus dibayarkan ? Apa pak Darmin mau mengatakannya?"

"Mau sih, tapi angka persisnya tidak disebutkan. Lumayan banyak. Katanya hutang pak Darmin waktu itu sama dengan harga sebuah rumah bagus."

"Wauuu... bisa ratusan juta dong."

"Benar, tapi mas Timan menyanggupinya. Cuma saja saya belum bisa ketemu Basuki. Entah dimana dia tinggal. Tak seorangpun tau.  Maksud saya mau bicara juga sama Basuki tentang uang itu. Karena bagaimanapun namanya hutang kan harus dibayar?"

"Benar kang, ini tadi aku coba menghubungi mas Timan  belum bisa."

"Iya lah, orang lagi asyik pacaran.. " kata lurah Mardi sambil tertawa.

"Nanti saja saya coba menghubbungi lagi kang/."

"Besok rencananya aku mau mengantarkan Sri ketemu bapaknya, sama Sri ingin ketemu orang yang dipukul bapaknya itu. Mau minta ma'af katanya."

"Baguslah, memang itu seharus nya yang kita lakukan, supaya nanti dia tidak banyak menuntut."

"Sekalian mau mencoba lagi bicara sama pak Darmin, barangkali akan ada perkembangan. Karena kunci dari semua ini hanyalah Basuki."

"Ya mas, nanti kabari aku kalau ada perkembangan. Mas Bayu bilang ingin membantu."

"Baiklah, nanti aku kabari."

"Bagaimana? Apa kata pak lurah?" tanya Bayu ketika pembicaraan sudah selesai.

"Nanti saja sampai rumah aku ceritain mas, kenapa ya tiba-tiba aku kok merasa mual."

"Kamu lapar barangkali? Makan dulu yuk, coba cari enaknya dimana?"

"Nggak mas, aku pengin segera pulang dan tidur, nggak enak nih perutku."

 

***

 

Mobil lurah Mardi berhenti didepan pagar rumah mbah Kliwon. Ketika pak lurah turun, mbah Kliwon dan si Sri sudah siap didepan pintu. mBah Kliwon mengunci pintu rumahnya.

"Merepotkan ya pak lurah?" sapa Sri sungkan.

"Tidak apa-apa Sri, kan aku juga punya kepentingan. Sudah siap ?"

"Sudah, tinggal nungguin simbah, tuh lagi mengunci pintu."

"Bawa apa itu Sri?"

"Cuma pisang,  dua haru yang lalu sudah matang pohon. Nanti saya juga nitip untuk yu Marni. Yang ini ya pak."

"Oh ya, pasti ibunya Jarot suka. Ayo masuk, itu simbah sudah selesai."

Sri berjalan mengitari mobil, tetangga didepan rumah menyapanya.

"Mau kemana Sri?"

"Ini kang, mau nengokin bapak."

"Masih belum keluar?"

"Belum kang, do'akan ya." kata Sri lalu masuk kedalam mobil.

 

***

 

Siang itu sebuah mobil berhenti ddepan pagar rumah Lastri. Mobilnya bagus, semua orang lewat menatap kearah mobil itu. Seorang laki-laki gagah turun  dari mobil. Jalannya tegap, memakai kaca mata hitam yang keren banget. Bercelana jean dan memakai t shirt ketat yang  menutupi dada bidangnya.  Laki-laki itu masuk kehalaman kecil rumah Lastri dan berdiri didepan pintunya.

  Perlahan ia mengetuk, lalu semakin keras karena tak ada yang menjawabnya dari dalam.

"Permisi... permisi.. assalamu'alaikum... "

Tak ada jawaban sampai beberapa sa'at lamanya.

"Kemana dia? Tadi dirumah Darmin juga tidak ada. Jangan-jangan dia kabur dari aku, awas kamu Darmin," gerutunya dengan wajah kesal.

 Ia kemudian berbalik dan kembali kejalan. Seseorang yang rumahnya didepan melihatnya dan mendekati laki-laki gagah itu.

"Tuan mencari siapa?"

"Si Sri ada ?"

"O, Sri sedang pergi sama simbahnya."

"Pergi kemana?"

"Nggak tau, tadi disamperin mobil pak lurah. Dengar-dengar mau nyambangin bapaknya Sri yang masih ditahan.."

"Oh, terimakasih."

Laki-laki itu naik keatas mobilnya. setelah ia tau harus mencari kemana.

 

***

 

besok lagi ya

 

 

 

 

 

20 comments:

  1. Selamat berbuka puasa jeng tien
    Terima kasih lanjutan cerbungnya.
    Salam sehat

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah eps 11 sdh tayang. Matur nuwun Mbak Tien. Selamat berbuka puasa semoga puasa dan ibadah2 kita hari ini diterima Allah Taala. Aamiin....
    Salam sejahtera dari Pangkalpinang. Nuwun...

    ReplyDelete
  3. Alhamdulillah ... Yuhuuuui ... sdh tayang .. alinea terakhir, kok di dpn rmh Lastri ? Maksudnya mbah Kliwon ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Rmh yg ditempati mbah kliwon itu adalah rmhnya lastri:)

      Delete
  4. Maturnuwun bu Tien ...GUSTI tansah paring kawilujengan

    ReplyDelete
  5. Halloww mas Anton. Mas Ngatno. Kakek Habi. Mas Pri. Mas Wongso.mas Sopo. Mb Jum. Mb. Rita. Mb. Sul. Mb. Umi. Pati Garut. Bandung. Pangkalpinang. Malang
    Madiun. Bekasi. Jakarta. Kuningan. Tangerang. Jogya. Solo. Wonogiri. (Aduh aku kayak kernet angkuta ya) Salam hangat dari Solo..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Assalamu'alaikum mb Tien... Bekasi hadir Alhamdulillah
      Salam sehat sll. Pun tenggo lajengipun Mba Tien

      Delete
    2. Dhalem buk , sllu hadir ☝️☝️

      Meski sdg menceritakan perjuangan cinta mas Timan , tp bu Tien jg membagi kbahagiaan pengantin baru Lastri Bayu , dan sperti,y Lastri dah tanda" hamil nih 😁😁😁

      Maturswun buk , salam sehat slluπŸ™πŸ™
      Tarriiik bu Tien.....lanjut eps 12 πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚πŸ’ͺπŸ’ͺ

      Delete
  6. Alhamdulillah, Sri sudah hadir, teman rebahan stay at home...πŸ˜† salam sehat, Bu Tien.

    ReplyDelete
  7. Trimakasih bu tien, semakin penasaran saja.. Salam sehat dr madiun yg sllu hadir

    ReplyDelete
  8. Alhamdulillah sebelum Isya'si Sri sdh hadir mtr nwn bunda Tien ..kesepakatan para pensiunan di wag kami 256 anggt 80% pendemen bunda Tien selama puasa ini kami share habis Taraweh ..salam Tahes Ulales dari Jogya sll menunggu lanjutannya ...

    ReplyDelete
  9. Penasaran nih mba Tien. Apa yg mau dilakukan Basuki? Sehat selalu mba Tien. Ditunggu lanjutannya.Salam dari Padang

    ReplyDelete
  10. Mksh mb tien...sehat selalu, dan trs berkarya, pecinta cerbungnya mb tien...ditunggu eps selanjutnya...

    ReplyDelete
  11. Lastri hamil yaaa..... semoga membawa kebahagiaan tersendiri bagi kel Marsudi.... Salam sayang dr Surabaya mbak Tien.... Semoga makin banyak idea cerita yg menginspirasi shg menjadikan alur ceritanya indah, mengasyikan dan membuat penasaran ReadersπŸ˜πŸ˜πŸ€—πŸ˜˜πŸ˜˜

    ReplyDelete
  12. Hallow.. mas Sukarno. Mb. Dewi.. hallow Padang.. Surabaya...
    Kakek Habi mana ya..

    ReplyDelete
  13. Hallow.. mas Sukarno. Mb. Dewi.. hallow Padang.. Surabaya...
    Kakek Habi mana ya..

    ReplyDelete
  14. Assalamualaikum wr wb...suwun mb Tien sdh bs ngikuti lanjutan m Timan ...sy kok jd ingat pas prjalanan Sawangan Twngmangu...suwun tetap semangat...Wass.wr wb.

    ReplyDelete
  15. Waduuuh... siapa lagi sosok yg baru datang itu ya? Jadi kepo nih... 😊😁

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...