Thursday, September 12, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 58

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA  58

(Tien Kumalasari)

Galang memacu mobilnya, ada perasaan was-was mendengar laporan simbok. Jaman sekarang banyak kejahatan yang dilakukan dengan cara yang berbeda, dan kadang tak terduga.

"Mas, perutku mendadak sakit," keluh Putri tiba-tiba.

"Kamu tadi belum makan?"

"Bukan karena lapar, aku sekarang mual, setiap kali perasaanku tegang pasti begini," kata Putri sambil menyandarkan kepalanya.

"Tenanglah Putri, kita akan segera sampai. Lihat, setelah perempatan itu kita tinggal belok kekiri, dan sampai deh," kata Galang mencoba menghibur. Tangan kirinya memegangi tangan isterinya agar bisa menenangkannya. Beruntung Adhitama tertidur pulas dipangkuan ibunya.

Galang ingin memacu mobilnya, tapi jalanan ramai, mereka harus sabar.

Namun ketika mobil Galang akan memasuki halaman, tiba-tiba sebuah mobil yang lain sedang bersiap keluar. Galang terkejut. Begitu Galang mau masuk, pembawa mobil itu mengundurkannya lagi mobilnya. Galang berdebar tidak karuan.

"Itu kan mobil pak Haris?" teriak Galang sambil turun dari mobilnya, diikuti Putri yang seketika menghela nafas lega/

Dilihatnya pak Haris juga turun dari mobilnya.

"Aduh pak, ma'af sekali, nggak tau kalau pak Haris mau datang kemari," tergopoh Galang menyalami pimpinannya.

"Nggak apa-apa, aku baru pulang kemarin sore, lalu pagi ini ingin melihat rumah baru kamu sambil muter-muter, ee.. ada simbok-simbok dari dalam, celingak celinguk ketakutan," kata pak Haris sambil tertawa.

"Ma'af pak, ma'af, " Galang terbungkuk-bungkuk dengan masih terus memegang tangan pak Haris.

"Tapi aku suka duduk dibawah pohon mangga itu, ditata asri, aku menikmatinya, dan disekitarnya ada bunga-bunga, pinter kamu Lang."

"Terimakasih pak, ini kan karena bantuan pak Tarman juga. Oh ya, perkenalkan, ini isteri saya pak."

 "Oh, ya...," pak Haris menyalami Putri yang masih menggendong Adhit.

"Cantik isteri kamu Lang, ini yang akan menari di pesta kita nanti ya?"

Galang memandangi isterinya, dan Putri tak bisa mengelak dari tatapan pak Haris yang terus memandanginya kagum.

"Silahkan masuk pak," Galang mempersilahkan  tamunya masuk, sementara Putri memencet bel rumahnya agar simbok membuka pintu. 

Melihat majikannya pulang, tegopoh simbok membuka pintu. Pak Haris tertawa lucu.

"mBok, kamu tadi ketakutan melihat aku ya?"

"Ma'af pak, ma'aaaf, benar saya takut, habis saya dirumah sendirian, tadi pak Galang bilang, jangan sekali-sekali membuka pintu untuk orang yang saya tidak kenal, takut jadinya pak," kata simbok sambil terbungkuk-bungkuk.

"Hahaaa... iya mbok, nggak apa-apa, aku senang tadi duduk dibawah mangga itu, hahaa.. kamu kira aku orang jahat ya?"

"Ma'aaaaf pak..."

"mBok, buat minum untuk tamu kita. Ini namanya pak Haris, pemilik perusahaan tempat aku bekerja," terang Galang.

"Oh, ya... ma'aaaf," kata simbok sambil masuk kedalam rumah.

"Banyak sekali ma'afnya," kata pak Haris sambil tertawa.

"Silahkan duduk pak, kami baru saja mengantar orang tua pulang ke Solo," Galang mempersilahkan duduk setelah sampai didalam.

"Oh sudah pulang? Sayang aku nggak bisa ketemu dan berkenalan. Besok kalau pas perayaan ulang tahun, undang mereka ke Jakarta.

"Baik pak," jawab Galang singkat.

" Sebentar, itu anak kamu Lang?"

"Iya pak, namanya Adhitama."

"Ganteng sekali anakmu, ah iyalah, bapaknya ganteng ibunya cantik."

Pak Haris pada dasarnya seorang yang hangat dan menyenangkan, tapi disiplin dalam pekerjaan. Itu sebabnya dia disukai semua anak buahnya. Ia tak pernah membedakan status karyawannya, dari yang cleaning servis sampai staf tertinggi.. sering kali pak Haris  mengajak mereka makan satu meja dengannya.

"Eeh, bu Galang, mau kemana? Duduk disini saja," teriak pak Haris ketika melihat Putri mau masuk kedalam.

Putri menghentikan langkahnya.

"Mau menidurkan Adhit dulu pak," sahut Putri.

"Oh, baiklah. Setelaah itu duduklah disini. Hm, cantik isteri kamu Lang, boleh aku panggil bu Galang?"

"Namanya Putri pak," kata Galang.

"Oo, namanya juga cantik, pintar menari lagi. Oh ya, apakah sudah mulai latihan?"

Galang terperangah, tak tau harus menjawab apa. Putri yang sudah selesai menidurkan Adhit kembali lalu duduk diantara mereka sambil sedikit mengundurkan kursinya.

"Bagaimana Putri, sudah latihan menarinya?" tanya pak Haris sambil menatap Putri.

Aduh, harus jawab apa ini? Putri memandangi suaminya, tapi Galangpun tak kuasa menjawabnya. Putri tau, pasti berat bagi Galang mengatakan apa yang harus dilakukannya.

"Bagaimana, kok diam semua?"

"Mm.. latihannya nggak lama pak, masih ingat sedikit-sedikit," jawab Putri lirih. Galang menarik nafas lega, jawaban itu menyiratkan bahwa Putri bersedia.

"Oh, gitu ya, oke, pokoknya semua aku serahkan pada kamu Galang. Aku yakin perayaan kali ini akan berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya.

Pembicaraan terhenti ketika simbok menghidangkan minuman dan makanan kecil.

***

"Putri, kalau kamu mau, bicaralah sama Raharjo," kata Galang kepada Putri malam harinya.

"Bicara apa ta mas, aku tuh bingung...,"

"Nanti Raharjo akan datang kemari ."

"Nggak usah mas... mas saja yang bicara."

"Lho, aku harus bicara apa, wong ini tentang tarian itu. Nanti ada juga Retno, calon isterinya."

Putri pernah mengenal Retno, walau hanya sekilas, ketika ia sedang bersama Teguh dan menemui Retno. Ia senang kalau Teguh sudah menemukan cintanya. Itu mengurangi rasa canggung yang akan dihadapinya ketika nanti bertemu Teguh atau Raharjo. Akhirnya Putri merasa pasrah, apapun yang terjadi memang harus dihadapinya. Demi nama baik suaminya didepan pak Haris yang sangat mempercayakan semuanya padanya.

Dan Putri tetap saja merasa debaran jantungnya berdetak keras ketika mobil Raharjo memasuki halaman rumahnya disore hari itu.

Galang menarik Putri menuju teras, menunggu kedua tamunya turun dari mobil.

Raharjo juga tetap saja merasa canggung. Digandengnya Retno untuk menguatkan hatinya.

"Selamat datang Jo, Retno, ayo masuk."

Retno memandangi Putri dengan kagum. Perempuan yang dulu dicintai Teguh ini memang cantik luar biasa. Ia memiliki wajah yang lembut, mata bening, bibir tipis yang tanpa dipoles lipstick pun tampak rona menggemaskan. Tak heran dulu Teguh sangat mencintainya, dan sekarangpun Galang juga sangat mencintainya.

"Selamat bertemu Putri," sapa Retno dengan manis sambil menyalami Putri yang disambut senyuman oleh Putri. Namun berkeringat tangannya ketika Teguh menyalaminya.

"Silahkan masuk, dan ayo bicara santai saja, kita bukan orang lain lho.." kata Galang sambil mendahului masuk.

"Mari kita lupakan yang telah lalu, karena kita harus menjalani hidup kita dengan garis kita masing-masing bukan?" kata Galang sambil duduk setelah tamu-tamunya duduk.

"Ayo Jo, mulailah darimana tentang tarian itu, aku sama Retno cuma akan mendengarkan. Atau, ayo kita keteras saja Ret, biar enak mereka bicara," kata Galang tiba-tiba, sambil berdiri mengajak Retno keteras. Retno meng iyakan, iapun berdiri mengikuti Galang.

"Mas.." Putri memanggil dengan bingung, tapi Galang melambaikan tangan sambi tersenyum. Barangkali itu cukup untuk membuat Putri percaya bahwa Galang memang menaruh kepercayaan padanya.

Raharjo menghela nafas panjang.

"Putri, aku minta ma'af.." kata Raharjo lirih.

"Aku juga minta ma'af," kata Putri.

"Aku tidak mengerti kalau harus begini jalan hidup kita masihng-masing. Tapi sungguh, aku sangat bahagia melihat kamu bahagia dan bahkan sudah memiliki seorang anak yang cakap."

Putri ter batuk-batuk. Kehadiran Adhitama haruslah tetap menjadi rahasia bagi dirinya dan Galang. Raharjo tak boleh tau.

 "Rasa kehilangan itu terobati, ketika melihat kamu hidup bahagia bersama mas Galang yang sangat mencintai kamu," lanjut Raharjo.

"Mas Galang penopang tubuh dan jiwaku, ketika aku terguncang. Ia menjaga dan mengasihi aku, dan tak sulit bagiku untuk mencintainya," kata Putri pelan.

"Sekali lagi aku bersyukur untuk kebahagiaan kamu."

"Semoga kamu juga akan bahagia disamping Retno, karena aku tau sejak dulu dia mencintai kamu."

Raharjo menatap Putri lekat-lekat. Jadi Putri juga tau kalau Retno menyukai dirinya sejak lama? Sungguh Raharjo merasa bodoh.

"Itu benar, dia sangat perhatian sama kamu kan? Tapi sudahlah... untuk apa kita bicara yang telah lalu, yang penting kita semua bertemu dalam keadaan sama-sama bahagia."

"Kamu benar, oh ya, tentang tarian itu, aku bersyukur kamu bersedia , tapi tarian apa sebaiknya yang akan kita tarikan? Nggak usah yang susah-susah, yang masih bisa kita ingat saja."

"Apa ya.."

"Karonsih, misalnya."

"Ya, aku masih ingat, mungkin kita latihan sekali saja sudah cukup."

"Terimakasih Putri, semoga pak Haris tidak kecewa nanti."

"Maaas.. " Putri berteriak memanggil suaminya. Galang dan Retno beriringan masuk.

"Kok cuma sebentar omong-omongnya?"

"Yang penting sudah oke mas,"

***

Sebulan kemudian hari yang ditunggu itu tiba. Putri dan Raharjo memang hanya latihan sekali, Galang yang diserahi semua tanggung jawab dalam perayaan itu sangatlah sibuk. Tapi yang paling menyenangkan adalah ketika kemudian Raharjo dan Putri siap untuk menari bersama. Galang dan Raharjo mencari sendiri kostum tari yang cocog ditempat persewaan pakaian tari untuk keperluan itu. 

***

Perayaan itu dimulai dengan pidato pak Haris, diarena parkir perusahaan yang cukup luas, dan didandani dengan apik dan asri. Ada panggung yang akan dipergunakan untuk pertunjukan tari, musik dan lain-lain. Pak Haris mengucapkan terimakasih atas kerja sama para karyawannya, sehingga mebuat perusahaan menjadi seperti sekarang ini, bisa menghidupi sekitar 800 orang karyawan yang tersebar dibeberapa kota. Ia juga mengatakan akan memberikan apresiasi kepada karyawan-karyawan teladan. Pidato yang panjang lebar itu diakhiri dengan tepuk sorak para karyawan yang hadir. 

Ketika tiba giliran tari yang akan dilakukan oleh isterinya, Galang menempatkan diri duduk dibaris depan, Hatinya berdebar. Sungguh ia belum pernah melihat isterinya menari. Disampingnya ia mengajak simbok yang memangku Adhitama. 

Gamelan mulai bertalu, lalu keluarlah seorang puteri cantik bak bidadari, menari dengan gemulai. Galang terpesona. Ia sudah tau isterinya cantik, tapi ia belum pernah melihat penampilannya seapik itu. Pak Haris bertepuk tangan memuji. Semuanya ikut bertepuk tangan, apalagi setelah sang penari priya keluar dan bersatu dalam tarian yang sangat mempesona. Tepuk tangan tak henti-hentinya, bahkan sampai ketika tarian itu berakhir. Pak Haris berdiri, melompat naik ke panggung dan menyalami keduanya dengan hangat.

Tapi tiba-tiba seakan tak kuat berdiri, Putri limbung dan nyaris terjatuh. Raharjo menangkapnya lalu menggendongnya kedalam. Kisah itu terulang kembali.

***

besok lagi ya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 









4 comments:

  1. Baguus bangeeet jln ceritanya. Saya suka mba Tien..sht sll y..salam dri kota sukabumi

    ReplyDelete
  2. Sekarang 25 Feb 2021 dan barusan selesai bca sekepong cinta menunggu Purnama. Ceritanya apik seperti alunan melodi indah. Enak rsanya meskipun sedikit diselingi ketegangan.
    Terima kasih mbak Tien dan salam sehat selalu

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 29

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  29 (Tien Kumalasari)   Arum menyelesaikan administrasi dengan segera. Peringatan bahwa dia harus beristira...