Thursday, August 1, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 12

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA  12
(Tien Kumalasari)

Galang terpaku ditempatnya. Darah yang menggelegak surut seketika.  Diseberang tempat tidur itu dilihatnya Putri memandanginya dengan linangan air mata.

"Apa? Kamu.. mengandung? Maksudnya.. ada janin didalam rahimmu?"
Putri diam tak bergerak, lalu terjatuh lunglai dilantai. Isaknya terdengar lirih memilukan.

Galang melangkah mendekati. Isak itu begitu mengiris perasaannya. Diraihnya tangan Putri, ditariknya agar duduk ditepi pembaringan.

Ada sesal ketika ia bersedia menikahinya. Tapi pilu mendengar ratap tangisnya.

"Jadi itu sebabnya maka pakde Broto minta agar aku cepat2 menikahi kamu? Kemana ayah bayi dalam kandunganmu? Dia kabur? Katakan biar aku seret dia kehadapanmu."
Putri terus tenggelam dalam isaknya.

"Kemana dia.. laki2 keparat itu???" suara Galang meninggi.

Galang marah bukan alang kepalang. Marah kepada laki2 yang menodai kesucian isterinya, tapi juga marah kepada pak Broto yang tidak mau berterus terang kepadanya tentang keadaan Putri.
Ia merasa direndahkan. Ia diberi iming2 harta dan kedudukan agar mau menjilat makanan sisa.
Tapi akan beda suasananya seandainya pak Broto mau berterus terang. Artinya entah apa yang terjadi maka dia akan membantunya. Sekarang ini Galang merasa diberi iming2 agar mau menikahi Putri. Ini menyakitkan. Membuatnya merasa rendah.

"Ma'afkan....," bisik Putri diantara isak.

"Ma'af untuk siapa? Laki2 laknat itu.. atau untuk ayahmu yang menutupi aibmu?"

"Semuanya mas..,"

Galang menghela nafas. Ingin rasanya ia menghapus air mata itu. Menyibakkan sebagian rambut ikal yang menutupi dahi dan pipinya, tapi diurungkannya.

"Nanti kalau hatimu sudah tenang, ceritakan semuanya," kata Galang kemudian keluar dari kamar itu lalu duduk  menyandarkan kapalanya di sandaran sofa.

Simbok yang sudah tau kedatangan Galang, keluar dengan membawa secangkir teh hangat.

"Teh hangat den.." kata simbok sambil meletakkan cangkir dimeja.

"Mbok, kan aku sudah bilang.. jangan panggil pakai "den".. mas atau pak saja," tegur Galang.

"Iya sih den.. eh.. pak.. dirumah Solo juga pak Broto bilang jangan panggil "den" sama bapak.. juga ibu.. tapi ini baru.. jadi nggak enak."

"Sama saja mbok, kan simbok sudah dianggap keluarga oleh kami. Kalau sama bapakku juga jangan den Sapto. Pak Sapto saja."

"Baiklah den.. eh.. pak."

Namun ketika simbok akan mundur kebelakang, Galang memanggilnya.

"Sebentar mbok, jangan pergi dulu."

Simbok berhenti kemudian bersimpuh dihadapan Galang.

"Disini mbok, jangan dibawah. Duduk dikursi dihadapanku sini. Ada yang ingin aku tanyakan."
Simbok menurut, dengan canggungnya ia duduk dihadapan suami momongannya. Dalam hati dia berdebar, apakah ia telah membuat kesalahan?

"Simbok tau, kenapa Putri tiba2 dinikahkan sama aku?"

Simbok terkejut. Ia tau bahwa Putri dipaksa menikah, tapi ia sama sekali tak tau apa alasannya. Ia merasa hanya seorang abdi yang tak pantas mendengarkan semua permasalahan dirumah majikannya.

Dikampungnya, gadis seusia Putri memang harus segera dicarikan suami, sehingga simbok tak merasa aneh ketika momongannya dipaksa menikah tiba2. Dulu ia pernah merasakannya. Dinikahkan dengan seorang mandor kebun tebu, tapi tak lama karena sebelum dikaruniai seorang anakpun, suaminya meninggal.

"Mbok..., simbok dengar pertanyaanku?" ulang Galang karena simbok hanya diam menatapnya.

"Oh.. iya dd.. pak.. dengar.. tapi simbok nggak tau kenapa. Lha jeng Putri kan sudah dewasa.. jadi ya biasa saja kalau kemudian dipaksa menikah. Dulu simbok juga begitu."

"Jadi menurut simbok nggak ada apa2? Masak sih simbok nggak tau apa2. Sebelum bertemu aku pasti ada sebuah peristiwa..."

"Peristiwa apa ya.. ya cuma jeng Putri nangis2 karena dipaksa menikah itu. Mungkin karena jeng Putri sudah punya pacar..," kata simbok yang buru2 menutup mulutnya dengan kedua tangan karena merasa keceplosan. Harusnya simbok tak membuat Galang cemburu, iya kan.. itu batinnya sembok yang berfikir sangat sederhana.

"O.. jadi Putri punya pacar?"

"I..iy..iya pak.. tapi ya jangan diambil hati.. anak muda sekarang kan begitu, lha mungkin bapak nggak suka sama pacarnya jeng Putri lalu dinikahkan sama pak Galang. Tapi ma'af, simbok nggak bermaksud membuat pak Galang cemburu.. ma'af ya pak. Yang penting kan sekarang jeng Putri sudah menjadi isterinya mas Galang."

Galang mengangguk angguk. Ternyata simbok tidak tau apa2 kecuali hal sederhana yang baru saja dikatakannua.

"Ya sudah mbok, sekarang pergilah kebelakang, dan istirahat."

"Ma'af lho pak.. jangan marah sama jeng Putri ya," pesan simbok.

"Ya mbok... "

***
Sementara itu Putri merasa sedikit lega karena telah mengatakan keadaan yang sebenarnya kepada suaminya. Ia tak sependapat dengan ayahnya yang melarang mengakui bahwa dirinya telah mengandung anaknya Teguh. Ia berjanji dalam hati akan mengatakan semuanya pada Galang. Dipejamkannya matanya dan tak lama kemudian ia terlelap dalam tidur yang nyenyak. Simbok yang melongok kedepan, dan bermaksud menawarinya makan, heran ketika melihat Galang tidur disofa. Ketika simbok melongok kekamar, dilihatnya Putri tertidur pulas. Simbok tak berani membangunkan keduanya, kemudian ia membersihkan meja makan dari makanan yang tadi disiapkannya.

***
"Jeng, tadi malam kok nggak makan. Simbok nggak berani membangunkan," kata simbok pagi hari itu.

"Iya mbok.. aku ngantuk sekali."
Ya sudah simbok bikin sarapan dulu, nanti keburu pak Galang pergi ke kantor."


" Ya mbok.. aku mau mandi dulu," kata Putri sambil masuk kekamar mandi. Tapi simbok heran mendengar suara Putri muntah2 lagi. Diketuknya pintu kamar mandi.

"Jeng... muntah2 lagi?"

"Oh.. nggak.. nggak papa," jawab Putri berbohong. Perutnya memang terasa mual dan sekarang Putri tau bahwa itu semua karena dirinya mengandung.
Ketika Putri selesai berganti pakaian, dihampirinya Galang yang sudah rapi, tapi tampaknya bukan baju kekantor yang dipakainya. Ia memakai celana jean dan t shirt biru muda. Ia duduk dikursi diteras depan, memandangi kebun kecil yang ditumbuhi mawar2 cantik beraneka warna.  Dulu bu Broto yang menanamnya karena katanya Putri sangat menyukai bunga mawar.
Putri mengakui, suaminya ini bukan hanya tampan tapi juga penuh pengertian. Kalau semalam sedikit kasar itu karena terkejut mendengar kata2nya. Sayangnya hati Putri masih terpaut pada Teguh, yang ditinggalkannya tanpa pesan. Sudahlah, Putri mencoba mengibaskan bayangan Teguh yang melintas dibenaknya.
Sekarang Putri mendekati Galang, lalu duduk dihadapannya. Galang memandangi wajah cantik itu dengan perasaan tak menentu. Ia isterinya dan benih2 cinta mulai tumbuh dihatinya. Lihatlah, rambut yang tergerai sebahu, wajah tanpa polesan make up tapi tetap kelihatan cantik mempesona, bibir tipis kemerahan.. mata indah walau tampak kuyu.. aduhai.. tapi apakah benar aku bisa memilikinya? Kata Galang dalam hati.

"Mas..." Putri menata hatinya yang berdegup kencang. Ia harus menceritakan semuanya pagi ini juga.
Galang memandanginya tak berkedip.

"Aku akan menceritakan semuanya."

"Baiklah, katakan saja sebelum aku menentukan langkah apa yang akan aku ambil dalam pernikahan ini."

Dan Putripun mengatakan semuanya, tentang Teguh yang dicintainya tapi kemudian harus ditinggalkannya karena ayahnya tak menyukainya dan kemudian memaksanya menikah untuk menutupi aibnya."
Galang mendengarkan dengan sesama. Titik air mata yang semula mengambang kemudian jatuh dipipi Putri membuatnya iba.

"Ma'afkan aku mas, kalau kamu mau menceraikan aku, aku bisa menerima."

"Apa kamu ingin menjadi isteri Teguh?" tanya Galang tiba2.

Tapi tanpa diduga Putri menggelengkan kepalanya.

"Kenapa? Kamu tidak lagi mencintainya?" tanya Galang heran.

"Dia masih kuliah, aku tak ingin mengganggunya. Kalau mas Galang menceraikan aku, aku akan membesarkan anakku seorang diri."

Galang memandangi wajah cantik yang masih berlinangan air mata masih dengan perasaan iba. Ingin ia merengkuh tubuhnya dan mendekapnya erat2. Tapi takut Putri menolaknya.

"Ya sudah, nanti kalau aku pulang dari Semarang kita akan bicara lagi."

"Mas mau ke Semarang?"

Ya, sebentar lagi aku berangkat. Tapi besok aku sudah kembali."

"Kalau begitu makan pagi dulu, simbok sudah siapkan."

Galang mengangguk, ini pertama kalinya Putri menawarkan makan sejak menjadi isterinya.

***
Galang sudah berangkat. Putri masih termenung diteras. Barangkali Galang akan mengadukan peristiwa semalam kepada ayahnya, kemudian memutuskan untuk menceraikannya. Entahlah, Putri sudah pasrah. Ini lebih baik daripada hidup berumah tangga dengan menyimpan kebusukan selamanya. Tiba2 bayangan Teguh kembali melintas, dan Putri ingin menelponnya. Diambilnya ponsel dan mengingat ingat nomor telephone Teguh. Yah, masih ingat kok.

"Hallo..," suara dari seberang, tapi suara perempuan. Putri heran.

"Hallowww...," suara itu lagi karena Putri terdiam.

"Oh ya, hallo.. saya bisa bicara sama Teguh?"

"O.. temannya mas Teguh ya, ini mas Teguh sudah berangkat kuliah, hapenya ketinggalan."

"Oh ya, ini saya bicara dengan siapa?"

"Saya Naning, calon isterinya."

Dan Putri pun tercengang.

***
besok lagi ya

1 comment:

BULAN HANYA SEPARUH

BULAN HANYA SEPARUH (Tien Kumalasari) Awan tipis menyelimuti langit Lalu semua jadi kelabu Aku tengadah mencari-cari Dimana bulan penyinar a...