Tuesday, July 30, 2019

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA 10

SEKEPING CINTA MENUNGGU PURNAMA  10
(Tien Kumalasari)

Simbok terkejut mendengar kata2 momongannya.

"Jeng Putri itu ngomong apa?"

"Aku mau pergi saja dari sini. Aku nggak mau dijodohkan samab siapapun juga, Putri mulai menangis.

"Cah ayu, wong belum lihat seperti apa orangnya kok belum2 sudah bilang nggak mau. Jeng.. dia itu ngguantheng lho. Uleng2an ganthengnya jeng. Aduuh.. kalau simbok ini masih muda.. terus dijodohin sama laki2 seperti itu.. wiiss

. Nggak usah dua kali simbok pasti langsung mengangguk. Bener lho jeng.. ayo ta jeng.. nanti keng rama duka...simbok takut jeng.. Oh yaa.. simbok ingat.. tamunya itu kan den Sapto.. saudaranya keng rama yang di Semarang itu.. lha sing nggantheng itu apa putranya ya.. yang namanya... aduh lupa... lama banget nggak ketemu... ayo jeng.. dandan dulu yuk.."

"Simbok kok nggak kasihan sama aku.. aku ini cintanya sama mas Teguh, nggak mau sama yang lainnya," tangis Putri sambil terus membelakangi simbok.

"Walaah.. lagi2 cinta.. Lhah cinta itu apa bisa bikin kenyang ta jeng..."

"Putriiiii..." tiba2 terdengar suara dari luar kamar, Keras dan menggelegar, suara yang tak asing lagi dan membuat hati simbok kecut menciut. Itu suara Pak Broto.

"Tuh jeng.. aduuh... simbok takuut...," kata simbok sambil melangkah keluar pintu. Sebelum pintu terbuka lebar, muncullah pak Broto dengan wajah gelap.

"Piye ta mbok, kamu kan aku suruh memanggil Putri?"

"Iya.. sudah pak.. sudah.. mm.. itu..," gagap simbok menjawabnya karena ketakutan.

"Sudah itu mana?" Pak Broto langsung memasuki kamar Putri. Dilihatnya Putri sedang membuka almari pakaian. Rupanya  karena takut mendengar kemarahan ayahnya, Putri langsung turun dari tempat tidur dan pura2 sedang memilih pakaian.

"Lama benar kamu!" hardik pak Broto sambil memelototi anak gadisnya. Simbok yang masih ada diluar pintu melongok kedalam dan merasa lega melihat Putri sedang bersiap untuk berganti pakaian. Putri tak menanggapi kemarahan ayahnya. Ia tampak memilih milih baju.

"Mbok.. bantu Putri mengenakan pakaian dan segera suruh dia keluar," kata pak Broto sambil melangkah meninggalkan kamar Putri.

"Jeng.. tuh.. simbok bilang apa.. keng rama marah kan? Sini simbok bantuin mengenakan bajunya."
"Ini saja mbok."

"Lho.. piye ta jeng Putri, ini kan daster.. mosok nemuin calon suami pake daster?"

"Iihh.. simbok.. biarin aja," jawab Putri nekat mengenakan daster itu. Tapi simbok menahannya.

"Nggaak.. nggak boleeh... simbok nanti juga kena marah kalau begini caranya," kata simbok sambil menarik daster yang sudah mau dilenakannya.

"Sini.. simbok pilihkan saja," kata simbok sambil memasukkaan daster itu ke almari, lalu mengambil salah satu gaun di almari gantung.

"Pakai ini saja. Jeng Putri lebih cantik kalau pakai ini."
Putri duduk di pembaringan. Wajahnya kusut. Ia diam saja ketika simbok mengenakan gaun berwarna biru muda yang belum lama ini dibelikan ibunya. Rupanya dalam keputus asaan Putri sudah pasrah apapun yang akan terjadi pada dirinya. Simbok merapikan baju yang selesai dikenakannya pada momongannya. Lalu diambilnya sisir. Disisirnya rambut Putri yang ikal terurai sampai kepunggungnya. Putri diam saja. Ia tetap diam ketika simbok memoleskan bedak pada wajahnya. Tapi ketika simbok meraih lipstick dimeja riasnya, Putri menolaknya. Kecuali takut belepotan, putri juga tak ingin dandan.
Tapi walau tak ada polesan apapum kecuali bedak tipis diwajahnya, Putri tetap kelihatan cantik. Wajahnya yang tirus, hidung mancung, alis yang hitam tebal melengkung indah, bibir tipis kemerahan, mata indah bagai sepasang bintang
... oh tidak.. mata bintang itu tampak kuyu.. letih..lelah.. oleh tangis yang setiap hari menderanya.

"Sudah.. ayo keluar jeng, simbok harus menyiapkan hidangan," kata simbok sambil menggandeng tangan Putri dan membawanya keluar. Putri benar2 pasrah. Tak ada yang bisa dilakukannya.
Ketika ia tiba di ruang tamu, dilihatnya dua laki2 sedang duduk dan ketika melihat ia datang kemudian menatapnya tak berkedip. Ia mengenal laki2 separuh baya itu. Tapi lelaki muda disampingnya.. haa.. simbok benar.. dia ganteng dan senyumnya memikat. Tapi adakah yang lebih memikat kecuali Teguh yang dicintainya? Laki2 itu dipanggilnya oom Sapto. Sudah lama sekali tidak ketemu setelah oom Sapto pindah ke Semarang. Dan itu kan Galang. Dulu sering bermain bersama ketika ia masih kira2 kelas 5 SD dan Galang sudah  SMA. Jadi dia yang akan dijadikan suamiku? Pikir Putri.

"Putri, kamu Putri kan?" Sapa pak Sapto ketika melihat Putri.

Putri tersenyum tipis.. mendekati pak Sapto dan mencium tangannya.

"Jadi Putri ini yang mas Broto maksudkan kemarin?"

"Ya iyalah, anakku kan cuma satu."

"Galang, kok kamu bengong begitu. Ini Putri, apa kamu lupa?"
Galang memang bengong. Ia begitu terpesona melihat kecantikan Putri yang sekarang sudah dewasa. Jadi ini yang akan dijodohkan dengannya? Wouuw.. ini anugerah yang lebih dari apapun.

"Galang...," pak Sapto menegur anaknya.

"Oh.. eh.. hallow Putri,"sapanya sedikit gugup.

Putri menyalaminya, tampak kaku.

"Kamu lupa sama Galang?" tanya pak Broto.

Putri menggeleng, lalu duduk diantara ayah ibunya. Wajahnya menunduk dan kesedihan itu belum sirna dari sinar matanya.

"Putri sakit?" tanya pak Sapto.

"Ya, baru masuk angin sejak beberapa hari ini," jawab pak Broto sambil merangkul pundak Putri.

"Jadi bagaimana mas, tampaknya Galang tak akan menolak. Bukan begitu le?" tanya pak Sapto sambil memandangi anaknya. Galang menundukkan kepalanya, tapi Pak Sapto tau bahwa Galang tidak menolaknya."

"Galang menurut saja apa kata bapak," jawab Galang tanpa mengangkat wajahnya. Mungkin sambil menenangkan debar jantungnya.

"Nah, kalau begitu semuanya beres. Pernikahan akan dilakukan secepatnya. Bulan ini juga, karena setelah itu Galang akan aku serahi perusahaan yang ada di Jakarta," kata pak Broto.

***

Putri terisak dikamarnya. Seganteng apapun tak ada yang bisa menghilangkan cintanya pada Teguh. Dielusnya perutnya sambil memanggil manggil nama Teguh dengan rasa pilu.
Bu Broto yang selalu memperhatikan Putri sebenarnya trenyuh melihat kesedihan yang selalu tersirat dimatanya. Hati seorang ibu. Berbeda dengan pak Broto yang keras dan selalu minta agar semua keinginannya terpenuhi. Tak seorangpun bisa menghalanginya.

"Putri.. barangkali pilihan orang tua itu tidak sesuai dengan keinginanmu, tapi percayalah bahwa ini semua demi kebaikanmu," kata bu Broto sambil mengelus kepala anaknya.
Putri semakin terisak.

"Ibu.. Putri hanya mencintai Teguh..," tangisnya sambil merangkul ibunya. Hanya kepada ibunya ia berkeluh, mengatakan apa yang ada dihatinya. Hanya ibunya yang selalu menampakkan perhatian dan kasih sayangnya dengan lembut dan menenangkan.

"Putri, cinta itu tidak harus memiliki. Cinta yang tulus.. adalah rasa bahagia melihat kecintaannya juga bahagia. "

Dia masih sekolah.. kalau kamu menjadi isterinya sekarang.. pelajarannya akan terganggu dan belum tentu dia bisa meraih cita2nya. Apa kamu suka melihat kegagalannya? Pasti tidak bukan? Kalau demikian halnya.. relakanlah dia, agar dia bisa mencapai cita2nya.. dan menjadi orang yang sukses. Kamu suka nggak mengetahui dia menjadi orang sukses? Kalau kamu suka dan ikut bahagia.. itulah cinta yang sebenarnya.. bukan cinta karena hawa nafsu."

Putri terdiam. Apa yang dikatakan ibunya benar2 merasuki kepalanya. Tentu ia ingin melihat Teguh bahagia, sukses, berhasil mewujudkan cita2 orang tuanya, seperti dulu Teguh pernah menceritakan padanya. Putri memeluk erat ibunya.
"Galang laki2 yang baik. Semoga dia bisa melindungi kamu, dan bisa membahagiakan kamu."

***
Hampir sebulan Teguh tak pernah mendengar berita tentang Putri. Ia tak pernah bisa menghubungi Putri,
 demikian juga Putri pasti juga tak akan bisa menghubunginya karena ponselnya sudah dirampas bapaknya.
Sudah lama dia tak pernah melewati sekolah Putri karena tau bahwa sopirnya atau bisa juga bapaknya pasti menunggui didepan sekolahan. Tapi siang itu entah mengapa Teguh begitu rindu. Ia akan berdiri dikejauhan. Melihat sebentar saja juga mau. Ketika ia menghentikan sepeda motornya dibawah sebuah pohon besar, matanya melihat kesekeliling tapi tak dilihatnya mobil pak Broto. Apakah karena sudah mempercayai anaknya maka sekarang mereka tak perlu menungguinya sampai pelajaran usai? Dua minggu lagi ujian, pasti Putri rajin mengikuti pelajaran, jadi tak mungkin ia tak masuk. Tapi sa'at pelajaran usai, ia tak melihat Putri. Teguh berjalan mendekati gerbang sekolah. Haa.. ada Susan.. teman sekolah Putri.

"Susan .." panggil Teguh. Susan menoleh dan dengan heran dia mendekati Teguh.

"Kamu? Ngapain kesini ?"

"Apa Putri nggak masuk ?"

"Lho.. kamu mimpi ya.."

"Apa maksudmu?"

"Sudah hampir sebulan Putri keluar dari sekolah, apa dia nggak bilang sama kamu?"
Teguh menggeleng. Kedua kakinya mendadak terasa lemas.Dia tak menjawab ketika Susan pamit untuk pulang. Teguh menghampiri sepeda motornya dengan lunglai. Ia harus tau kemana Putri pindah sekolah. Hatinya sudah bulat, ia akan kerumah Putri.

***
besok lagi ya

No comments:

Post a Comment

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...