Tuesday, January 29, 2019

SEPENGGAL KISAH 150

SEPENGGAL KISAH  150

Tien Kumalasari)

Ongky dan Nancy berjalan beriringan kedalam ruangan. Beribu pertanyaan memenuhi benak mereka. Biasanya diruangan itu tak boleh ada yang masuk, walau keluarga, kecuali kalau ada sesuatu yang sangat penting. 

Ketika sampai didalam, dilihatnya Damar terbujur lemah, matanya terpejam, dengan selang2 yang entah apa saja , tersambung ke tubuhnya. Ongky mendekat,  Nancy ada disampingnya. 

"Papa... ini Nancy, sama om Ongky." bisik Nancy.

Damar membuka matanya. Ia membuka saluran oksigen yang menuutupi mulut dan hidungnya.

"Nancy, mas Ongky.."

Ongky memegang tangan Damar dan ditepuk tepuknya.

"Semangat Damar, kamu harus kuat. Jangan patahkan hati sahabat2mu, dan orang2 yang mengasihimu."

"Tolong...mas.. "

"Ya... apa yang harus aku lakukan untuk kamu Damar.."

"Aku ingin... Asri.."

"Damar...?"

Dalam keadaan seperti itu Damar masih menginginkan Asri, Ongky benar2 bingung. Tapi ia tak sampai hati memarahi sahabatnya yang tampak sedang kesakitan itu. Ia terus memegangi tangan Damar dan menepuk nepuknya.

"Mas... " lanjut Damar pelan..

"Apa kamu tidak sebaiknya istirahat saja Damar? Kalau kamu banyak bicara, kamu akan lelah."

"Aku titip, separo penghasilanku.. setiap bulan, berikan kepada anak2 yatim, separo lagi untuk Nancy. Berikan setiap bulan.. untuk mereka.."

"Tidak.. tidak.. Nancy tidak mau.. Nancy ingin papa sembuh.. tidak mau harta itu.." Nancy merebahkan kepalanya kedada Damar, dan menangis terisak.

"Nancy, anak baik... anakku.." sebelah tangan Damar merangkul Nancy.

Bergetar hati Nancy mendengar Damar memanggilnya anakku. Hal yang dirindukannya setelah dulu pernah tidak mau mengakuinya.

"Jangan menangis, papa tidak apa2.."

"Sembuhlah papa.. sembuhlah.."

Damar mengelus kepala Nancy.

"Mas, sekarang... aku mau Asri.."

"Apa maksudmu Damar? Apa aku harus membawa Asri kemari?

Damar mengangguk.

Akhirnya Ongky merasa bahwa apapun permintaan Damar harus diturutinya. Dengan sedih keduanya keluar dari ruangan itu, karena dokter yang akan memeriksa Damar menyuruh mereka tidak mengganggunya lagi.

Ongky duduk dibangku diluar ruangan itu, lalu menelpon Bowo. Ia akan meminta Bowo agar mengijinkan Asri datang kemari. Namun berkali kali mencoba, telephone Bowo ternyata tidak aktif. Kemudian Ongky mencoba menelphone Asri, tapi sama seperti Bowo ponsel Asriun juga sedang tidak aktif. Dan telephone rumah barangkali?Itupun juga  tak ada yang mengangkatnya, Tentu saja karena mereka perempat kan sedang berlibur.

Nancy melihat kekecewaan dimata Ongky.

"Tidak ada semua?"

"Ponsel keduanya mati, telephone rumah nggak ada yang mangangkat." geritu Ongky.

"Kalau begitu biarlah Nancy pergi mencari mereka."

"Kemana kamu akan mencarinya?""Kerumahnya dulu saja om, sekaliyan mau menjemput grandma. Pasti grandma juga ingin bertemu papa."

"Baiklah, hati2 Nancy."

Namun dirumah Bowo tk dirtemukannya siapapun. Gerbang rumahpun digembok dengan gembok yang besar, berarti penghuninya pergi, dan pastinya agak lama. Nancy heran, bukan hari libur, mengapa pergi sekeluarga?

Akhirnya Nancy mengabari Ongky tentang keadaan rumah Bowo itu, yang diterima Ongky dengan penuh tanda tanya.

"Apa yang terjadi dengan keluarga itu? Ya Tuhan, jangan2 mereka tercerai berai. Bowo masih marah, dan Asri membawa anak serta ayahnya entah kemana. Aduh, bagaimana aku harus menemukan mereka?"

Ongky menelpon kekantor Bowo, 

"Ma'af pak, pak Bowo cuti selama 1 minggu sejak dua hari yang lalu." jawab sekretarisnya.

"Cuti 1 minggu? Kemana dia?" tanya Ongky.

"Kami tidak tau pak, katanya acara keluarga, begitu."

"Acara keluarga?"

Ongky menutup ponselnya. Tak ada jawaban seperti yang diharapkannya. Justru memenuhi benaknya dengan banyak pertanyaan. Ongky mengira kemarahan Bowo belum bisa dipadamkan walau dirinya telah banyak bicara. Ongky merasa kesal.

"Dasar keras kepala." umpatnya.

Tapi ia teringat keinginan Damar, ia harus memenuhinya.Tapi kemana mencari Asri ?

Tiba2 seseorang menyapanya.

"Mas Ongky.."

Ongky terkejut. Siapa wanita yang menyapanya ini.

"Mas lupa ya, saya Dewi."

"Dewi..Dewi...Dewi..." Ongky mengingat ingat... 

"Saya temannya mas Bowo. Lupa ?"

Ongky teringat nama Dewi, gadis yang berpenampilan seksi dan sedikit seronok, dan terus merayu Bowo.... "Haaaa... kamu?" Ongky memandanginya dengan heran. Penampilannya jauh berbeda, dulu begitu menarik, tapi sekarang tampak lugas dan sederhana. Dunia mana yang telah membaliknya? Pikir Ongky.

"Ya mas, ini aku, siapa yang sakit?"

"Damar, sahabat aku."

"Oh, pak Damar? Masih sakit dia? Bolehkah aku melihatnya?Aku pernah melakukan kesalahan besar, dan aku menyesalinya. Damar dan Asri..."

Dewi menemui perawat dan minta ijin untuk masuk. Semula perawat itu melarangnya, tapi dengan segala upaya Dewi mohon agar dijinkannya, dan dia berhasil. Dewi memasuki ruangan itu, dan melihat Bowo terbaring dengan selang2 melingkupinya.

Dewi mendekat, memegang tangan Damar yang dingin ..

Damar membuka matanya.

"Asri?" bisiknya

"Saya bukan Asri pak, saya Dewi. Bapak lupa? Kita pernah bertemu , juga dirumah sakit ini, ketika saya mengantarkan ibu saya, dan bapak juga dirawat disini."

Damar tak menjawab.  Ia memang agak lupa, tapi baginya itu tidak penting. Ia hanya mengharapkan Asri.

"Sekali lagi saya ingin minta ma'af, karena pernah mempergunakan foto bapak untuk menghancurkan rumah tangga Asri."

Itupun tak dijawab oleh Damar.

"Aku.. mau bertemu Asri.."

Tiba2 Dewi merasa, bahwa hidup laki2 dihadapannya itu akan tidak lama lagi.

Ketika ia melangkah keluar, ia berjanji dalam hati bahwa ia akan mempertemukan Asri dengan Damar, demi menebus semua kesalahannya.

#adalanjutannyaya#

 

 


2 comments:

  1. Lanjutan sepenggal kisah ada dibukunya ya bun? Dimana beli bukunys?,

    ReplyDelete



  2. Edit tertulis Bowo, seharusnya Damar

    Oh, pak Damar? Masih sakit dia? Bolehkah aku melihatnya?Aku pernah melakukan kesalahan besar, dan aku menyesalinya. Damar dan Asri..."
    Dewi menemui perawat dan minta ijin untuk masuk. Semula perawat itu melarangnya, tapi dengan segala upaya Dewi mohon agar dijinkannya, dan dia berhasil. Dewi memasuki ruangan itu, dan melihat (Bowo) Damar terbaring dengan selang2 melingkupinya.
    Dewi mendekat, memegang tangan Damar yang dingin ..

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...