Wednesday, January 30, 2019

SEPENGGAL KISAH 151 {TAMAT}

SEPENGGAL KISAH  151

(Tien Kumalasari)

 

Ketika semuanya mencari, Asri dan anak serta suami dan ayahnya sedang bersantai, disebuah villa kecil dipinggir kota, bersenang senang penuh bahagia.

Mereka terkejut ketika tiba2 Pandu nyeletuk.

"Bapak, tadi malam Pandu ketemu bapak2 itu lho."

"Bapak2 siapa?"

"Itu, yang datang kerumah kita.. terus nangis2.. terus Pandu juga melihat dirumah Nancy."

"Oh, Damar.. ?" sahuta Bowo.

?Iya, itu namanya kan?"

"Tadi malam ketemu dimana?"

"Kasihan deh pak, dia sedang menangis lagi, lalu Pandu tanya dia, kenapa menangis? Pandu kira dia lapar, tapi dia bilang mau ketemu ibu."

Asri terkejut. Bowo memandangi Asri penuh curiga.

"Semalam ketemu dimana ?"

"Pas Pandu tidur.."

"Oh, mimpi ?"

"Pandi terbangun, tapi bapak2 itu nggak ada.."

"Ya, itu namanya mimpi. Kok bisa mimpi seperti itu? Apakah kamu juga mimpi Asri?"

Asri terkejut, apakah Bowo masih menyimpan perasaan curiga terhadapnya? 

"Nggak, aku tidur nyenyak dan nggak mimpi apapun."

"Terkadang mimpi itu seperti sebuah isyarat. Kalau bisa mengupasnya, hebat. Tapi aku bisa mengupas mimpi Pandu itu.

"Brarti mas hebat," sahuta Asri sekenanya, karena sebenarnya diapun sedang memikirkan mimpi Pandu itu.

"Ya, itu kan mudah mengupasnya, sesuatu yang benderang, jelas, seseorang sedang menangis dan mengatakan ingin bertemu dengan kamu."

"Sudahlah mas, nanti mas bicara yang tidak2 lagi, aku sedih mas, tampaknya mas Bowo masih mencurigai aku, tidak mempercayai aku.." Asri cemberut.

"Bukan.. jangan salah sangka. Sesungguhnya aku memahami perasaan Damar. Kasihan dia.. dia sangat menderita. "

Asri terdiam. itu juga perasaan yang dirasakannya.

"Kalau kita pulang nanti, kita akan menjenguknya dirumah sakit."

Asri memandangi suaminya, tapi ia melihat ketulusan pada matanya. Asri hanya mengangguk.

Setiap kali memandangi Damar, hati Ongky sangat pedih. Batinnya bagai teriris, benarkah Damar akan meninggalkan dia? Mengapa orang sebaik Damar mengalami nasib seburuk itu. Sejak kecil ditinggal kedua orang tuanya yang ternyata dibunuh oleh sahabatnya. Kemudian dia dipungut oleh keluarga pembunuh itu, dan dipaksa melakukan hal yang tidk disukainya, kemudian dia harus ditinggalkan wanita yang dicintainya. Mungkin sampai akhir hayatnya. Begitu menyakitkan perjalanan hidupnya. Tapi mengapa Damar tak kuat menerimanya? Sebegitu berat penderitaannya, tapi Damar gagal mengatasinya.

"Maas.." tiba2 Damar membuka matanya dan berbisik lirih.

"Ya, Damar? Kamu ingin makan sesuatu? Minum ?" 

"Mana Asri..."

"Ya ampun Damar, aku sudah menelpon mereka belum nyambung juga. Kemarin Nancy kerumahnya dan melihat gerbang rumahnya di gembok. Mungkin pergi keluar kota."

"Mereka.. masih marahan?"

"Mungkin tidak, Bowo sudah aku beri tau semuanya." jawab Ongky walau sebenarnya dia tak tau apa yang terjadi dengan keluarga Bowo.

Damar kembali memejamkan matanya.

Ongky mengusap titik air matanya dan berbisik lembut.

"Aku akan mencarinya lagi. Kamu harus kuat Damar, bangkit ya.. kamu laki2 hebat, bertahanlah untuk hidup lebih lama."

Damar mengangguk pelan.

Ongky meninggalkan kamar itu dengan air mata masih mengambang dipipinya. Dipintu ia bertemu Nancy yang belum juga tau dimana Bowo dan Asri berada.

"Om mau kemana?"

"Aku akan mencoba lagi mencari kerumahnya, siapa tau mereka sudah kembali."

"Baiklah om."

"Jaga papa kamu ya."

Nancy mengangguk, lalu masuk kedalam kamar.

"Dewi heran, kemana mereka pergi, aku menghubungi tanpa berhasil. Masa mematikan telephone sampai ber hari2." celetuk Dewi dirumahnya, sambil memegangi ponsel yang sebentar2 dipakainya untuk menghubungi Bowo atau Asri.

"Kamu sudah kerumahnya?"

"Rumah itu terkunci, bahkan dari gerbang rumahnya. "

"Berarti mereka pergi agak lama."

"Mungkin. Tapi aku kasihan sama pak Damar. Dia itu sangat mencintai Asri dan tampaknya dia itu sudah mau meninggal lho bu. Itu sebabnya kita harus menuruti semua keinginannya, supaya ia bisa meninggal dengan tenang"

"Hush, kamu itu Dewi, jangan suka bicara sembarangan."

"Sakitnya parah bu, Dewi tak melihat ada sinar dimatanya. "

"Tapi jangan mengatai orang mau meninggal, nggak baik itu. Itu namanya mendahului kehendak Yang Maha Kuasa."

"Iya bu, ma'af.."

Pandu makan siang dengan sepotong ayam goreng kesukaannya. Tapi setiap makan ayam goreng dimanapun , ia selalu teringat ayam goreng buatan neneknya.

"Bapak, ayam goreng nenek itu nggak ada yang sama lho."

"Maksudnya..?"

"Ya nggak ada ayam goreng seenak ayam gorengnya nenek. Nanti habis makan Pandu mau menelpon nenek. Boleh kan pak?"

"Ya, tapi habiskan dulu makananmu itu."

Dan setelah makan itu Pandu benar2 ingin menelpon neneknya.

"Bapak, boleh pinjam ponselnya?"

"Punya ibu itu saja, ponsel bapak mati."

"Ibu.. pinjam ponselnya, Pandu mau menelpon nenek."

Asri mengulurkan ponselnya. Ia tau Panu sudah bisa menelpon dan mencari sendiri nomor siapapun yang ingin ditelponnya.

"Kok mati bu."

"Oh iya, beberapa hari ibu matiin. Kan bapak yang minta. Sebentar.. nih sudah bisa. Waduuh.. banyak telpon yang masuk mas.." kata Asri sambil mengulurkan ponselnya kearah Pandu.

"Nanti saja kalau pulang kita melihat siapa2 yang menelpon dan apa keperluannya."

"Hallo, nenek... ini Pandu... iya nenek, lagi main sama bapak sama ibu sama kakek. Nggak libur.. bapak yang ngajakin main. Iya nenek.. Pandu kangen saya ayam gorengnya nenek.. baiklah, nanti kalau pulang Pandu kesini ya nek? Terimakasih nenek.."

Pandu menutup pembicaraan itu, dan serta merta telephone berdering.

"Ada telpon bu.. " Pandu meberikan ponsel itu kepada bapaknya karena letak duduk Asri lebih jauh .

"Dari Dewi? Mau apa dia?"

"Coba mas terima."

"Hallo.. Dewi.."

"Ini mas Bowo ya? 

"Ya, ada apa?"

"Dewi menelpon sudah dua hari ini nggak nyambung juga. "

"Memangnya ada apa?"

"Damar ada dirumah sakit, dia ingin ketemu Asri. Jangan marah dulu, menurut Dewi itu permintaannya yang terakhir."

"Apa? Darimana kamu tau?"

"Dewi kebetulan ada dirumah sakit itu, ketemu om Ongky dan sempat menjenguk dia. Kasihan mas.. Dewi merasa berdosa juga sama dia. Dewi ingin Asri benar2 menemuinya."

Telephone itu ditutup.

"Asri, ayo kita pulang sekarang."

"Lho.. kok pulang, kata bapak sampai hari Minggu." protes Pandu.

"Ada hal penting, kita harus pulang, bilang sama kakek supaya bersiap siap."

Pandu berlari menemui kakeknya.

"Ada apa mas?" tanya Asri yang juga keheranan melihat sikap Bowo yang tiba2 mengajak mereka pulang.

"Ayo pulang saja, nanti ngomongnya di mobil.

Dan ketika pulang itu mereka mendapati Ongky masih memarkir mobilnya dipinggir jalan didepan rumahnya. Ongky lega karena dimobil Bowo ia juga melihat Asri dan Pandu, berarti kemelut itu sudah berakhir.

"Bowo, aku ingin bicara." kata Ongky sambil turun dari mobilnya.

"Ya, aku sudah tau, aku hanya akan menurunkan Pandu dan bapak, lalu kerumah sakit."

"Ongky heran sepertinya Bowo sudah tau maksud kedatangannya.

 

Merekaa bersama sama memasuki ruang dimana Damar terbaring.

Asri hampir menangis melihatnya. Wajah itu tertutup oleh alat penghantar oksigen dan selang2 masih memenuhi tubuhnya.

Bowo mendekat sambil menggandeng tangan Asri.

"Damar, " bisiknya pelan.

Damar segera membuka matanya. Dipandanginya satu persatu orang2 yang ada disekelilingnya. Ia lalu membuka alat penghantar oksigin yang menutupi hidung dan mulutnya.

"Damar, disekelilingmu adalah orang2 yang menyayangi kamu. Kamu harus bersemangat, kuat dan bertahan sampai sembuh." kata Ongky sambil menepok nepuk tangan Damar, hal yang selalu dilakukannya setiap kowo menjenguk sahabatnya.

Bowo melihat mata cekung itu, dan tak ada sinar didalamnya. Batinnya ikut teriris.

"Mas Bowo..ma'afkan aku.." bisik Damar..

Bowo mengangguk angguk, sambil menepuk nepuk tangan Damar yang satunya. Air mata mulai mengambang dipelupuknya. Itu sebuah isyarat bahwa dia mema'afkannya, dan Damar mengerti.

"Kamu harus kuat.. harus sembuh." Bisik Bowo bergetar.

Damar memandangi Asri

"Aku, di sa'at terakhirku, hanya ingin melihat Asri."

Bowo menarik Asri agar mendekat. Asri mengusap air matanya.

"Mengapa kamu menangis, Asri? Sekarang aku tau, bahwa.... bahagiamu adalah bahagiaku... " Damar tersengal sengal.

"Damar, jangan banyak bicara. " kata Ongky

"Tak banyak waktu... Asri, sampai akhir hayatku.. aku masih mencintai kamu."

Asri terisak. Damar memejamkan matanya. Dan tangan itu terkulai.

Nafas Damar tinggal satu2.. Asri tak tahan lagi. Ia berbisik ditelinga Damar:" Damar, aku menyayangi kamu."

Dan raga itu terdiam, nafaspun tak lagi tampak tersengal, lalu hilang semuanya. 

Asri mendekap Bowo dan menangis terisak. Bowo mengelus punggung isterinya dengan penuh rasa sayang.

Sebuah kehidupan telah berakhir..  sempurna.. meninggalkan kesan2 pilu, meninggalkan sa'at2 yang pernah manis .. meninggalkan derita yang pernah disandangnya. Alam yang senyap, seperti masih mengumandangkan bisikan lembut Asri.. DAMAR, AKU MENYAYANGI KAMU.

############################### T A M A T ####################################  

 

 

Bagaimana dengan sebuah kisah yang lain?

SA'AT HATI BICARA 

segera hadir.

28 comments:

  1. Dahsyaaat ceritanya .. top.. tks

    ReplyDelete
  2. Ceritanya hidup, walau ada sedikit typo pada
    para penyebutan nama-nama dalam cerita ini.

    ReplyDelete
  3. Keren banget, bikin baper. Tks atas kisah dan tulisan yg sangat indah. Sungguh maha karya yg luar biasa yg dituliskan dgn sepenuh hati dan cinta

    ReplyDelete
  4. Haru bwt damar kasian seumur hdpnya ga prnh bahagia..bahagia bwt kluarga asri...
    Cerita yg sangat..sangat..😒😭😭😭🀩

    ReplyDelete
  5. Ceritax sangat menyentuh dan bagus banget...😒😒

    ReplyDelete
  6. Ceritanya sangat bagus dan menarik

    ReplyDelete
  7. Cerita yg bagus dan membawa kita ke dlm Alur ceritanya....

    ReplyDelete
  8. Bagus dan jempol alur ceritanya kena dihati..
    Jempol buat mba tien.πŸ‘πŸ‘πŸ˜˜πŸ˜˜

    ReplyDelete
  9. Bagus bgt,bikin baper 😭😭😭

    ReplyDelete
  10. Sama persis tapi aku sdh memutuskan cukup tuhan yng tau apa yng kurasa buat seseorang yang jauh disana. My firt love

    ReplyDelete
  11. Bagus banget...haru menguras air mata
    Mungkin klo di korea sdh diangkat jd drama

    ReplyDelete
  12. Bagus sekali cerita nya.... Trims mbk Tien

    ReplyDelete
  13. Sangat dramatis. Alur ceritanya berjalan mulus dr awal hingga akhir. Yg sedikit mengganggu adalah mengusik adalah kerancuan nama yg kadang berganti. Selebihnya... indah memikat naluri pembacanya

    ReplyDelete
  14. Sejauh ini Sepenggal Kisah menurut saya masih merupakan karya mbak Tien yg terbaik dan menguras emosi serta perasaan..
    Salam dari Idih Setiawan di Bandung

    ReplyDelete
  15. Trmksh mba Tien, cerita ya sangat menarik, alur cerita yg tdk bertele-tele.

    Top be ge te !!

    ReplyDelete
  16. Bagussss bngt mb.Tien...bikin pengen bc lsg tamat...

    ReplyDelete
  17. Mbak Tien Luar biasa... Selain cerita yg bikin baper... banyak pesan moral yg ada dalam setiap tulisan mbak Tien. Dittambah lagi mbak Tien membebaskan para penggemar yg berkantong tipisxtetap mampu menikmati karya2 mabak Tien. Hanya 1 konwntar saya mbak Tien LUAR BIASA.

    ReplyDelete
  18. Sungguh sebuah karya fiksi yg sangat bagus, mba Tien luar biasa membawa pembacanya larut dalam setiap nafas para pemerannya
    Sekali lagi salud stas Seoenggal Kisah ini, semoga ke depan mba Tien terus menemukan ide baru unt karya berikutnya.
    Terima kasih mba Tien
    Tuhan membeekati πŸ‘πŸ‘πŸ™πŸ™

    ReplyDelete
  19. Terima kasih Mbak Tien... ceritanya benar menguras air mata... Ditunggu cerbung yg lainnya... Salam seroja dari Semarang.

    ReplyDelete
  20. Bagus banget,bikin baper banget .. slmt jln Damar ..

    ReplyDelete
  21. Sepenggal kisah
    Yang Luar Biasa.

    Ditunggu cerbung berikut
    Semoga mba Tien senantiasa Afiat
    Kian Barokah, kian semangat.

    ReplyDelete
  22. Dibaca ulang, tetep buat baper... terimakasih bu Tien ...

    ReplyDelete

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...