Monday, January 28, 2019

SEPENGGAL KISAH 149

SEPENGGAL KISAH  149

(Tien KUmalasari)

 

Dirumah bu Surya, Nancy barun saja datang. Ia harus mengambil baju2 bersih yang akan dibawanya kerumah sakit. Dilihatnya neneknya sedang sendirian, tampak sedih.

"Grandma, mengapa grandma duduk disini sendirian? Mama mana ?"

"Mamamu sedang belanja, sebentar lagi pulang. Kamu bawa apa saja itu Nancy?"

"Ini baju2 Nancy, yang kotor Nancy tinggalin dirumah, sudah Nancy masukkan ke mesin cuci."

Sudah kamu tinggal aja, nanti biar mamamu yang menyelesaikan.Kamu janlama2 meninggalkan papamu.Nannti kalau dia membutuhkan sesuatu bagaimana?"

"Tadi Nancy sudah pamit, sebentar saja kok. Ini Nancy sudah mau kembali kesana. "

"Apakah papa kamu keadaannya lebih baik?"

"Ya.. kadang2 kelihatan baik, tapi kadang2 seperti kesakitan, gitu greandma. Tapi mudah2an menjadi semakin baik."

"Besok pagi saja grandma kesana, mamamu juga belum pulang dari belanja."

 "Baiklah, grandma jangan sedih ya, kita akan sama2 berdo'a untuk kesembuhan papa Damar."

Bu Surya mengangguk. Bagaimanapun ia merasa sedih, karena ia merasa bahwa sakit Damar tidak akan bisa disembuhkan. Ia masih teringat kata2 dokter yang memeriksanya, bahwa Damar tak akan bertahan lebih dari 6 bulan. Ketika berobat keluar negeri ternyata juga tidak menngurangi penyakitnya. Mereka semua hanya menunggu keajaiban, dan mujizat yang akan diberikan oleh Tuhan atas kesembuhan Damar.

"Grandma, aku pergi dulu." Nancy berpamit, tapi kemudian bu Surya teringat sesuatu.

"Tunggu Nancy, grandma tadi membuat puding buah, bawalah barangkali papamu mau memakannya."

"Baiklah grandma."

Damar memakan puding buatan bu Surya, walau cuma beberapa suap. Tampaknya Damar ingin menyenangkan bu Surya yang telah bersusah payah membuatkan puding untuknya. 

"Bilang pada nenek kamu, bahwa puding buatannya sangat enak, nanti aku akan menghabiskannya."

"Ya papa, nanti Nancy bilang.

"Sekarang saja, biar nenek kamu senang."

"Baiklah, Nancy telephone, papa bilang sendiri ya?"

Damar mengangguk.

Nancy menelpon neneknya atas permintaan Damar. 

"Hallo Nancy, ada apa?" suara bu Surya dari seberang.

"Grandma, ini papa Damar mau bicara sama grandma."

"Oh ya, baiklah.. mana dia?"

"Hallo tante."

"Sayang, bagaimana keadaanmu?"

"Baik, Damar cuma mau bilang, puding buatan tante sangat enak."

"Oh ya, kamu sudah mencicipinya nak?"

"Sudah tante, itu sebabnya Damar bilang enak."

"Baiklah sayang, kalau kamu suka besok akan tante buatkan lagi."

"Terimakasih tante."

Ponsel diserahkan kepada Nancy.

"Sudah pa?" Damar hanya mengangguk. Kalau bicara terlalu banyak dadanya terasa sesak.

"Sudah grandma, papa mau istirahat." kata Nancy kepada neneknya.

"Baiklah, suruh papamu banyak istirahat dan jangan boleh memikirkan apa2."

 

Bowo mengajak anak isterinya dan juga mertuanya berjalan jalan sampai keluar kota. Pandu sangat senang. Beda dengan perjalanan yang kemarin bersama ayahnya, yang membuat dia menangis karena pergi tanpa ibunya.

"Bapak, ini sudah malam, apakah kita akan menginap disini?"

"Kita akan menginap disini beberapa hari, dan kamu boleh bersenang senang sepuasnya."

"Horeee..." Pandu berjingkrak kegirangan., lalu berlari mencari kakeknya yang duduk sendirian dibawah sebuah pohon rindang.

"Tapi mas, Pandu kan nggak libur, bagaimana mungkin kita mengajaknya sampai berhari hari?" kata Asri .

"Kita akan menelpon gurunya dan memintakan dia ijin beberapa hari."

"Kok gitu, apa alasannya?"

"Bilang saja ada uruan keluarga.:

"Waah, mas Bowo, kok ngajarin mbolos sama anaknya. Nanti Pandu keterusan, sering2 minta mbolos bagaimana?"

"Nggak, ini hari istimewa, dimana aku mendapatkan kembali anak isteriku, aku akan merayakan sepuasnya. Ma'af kalau aku minta agar Pandu nggak sekolah dulu beberapa hari."

"Maaas..." Asri meprotes. tapi Bowo tak mau dihalangi.

"Aku mohon, jangan protes, untuk kali ini saja."

Akhirnya Asri tak bisa apa2 selain menurut. Hari ini memang Asri sungguh merasa bahagia, setelah berhari hari tersiksa oleh kemarahan suaminya.

"Dan aku minta agar kamu mema'afkan aku karena telah meninggalkan rumah selama ber hari2, dan menyiksa perasaanmu sehingga kamu menangis ber hari2 juga."

"Aku yang minta ma'af mas, karena telah melakukan sesuatu tanpa seijin mas, Asri menyesal mas. "

"Sudahlah, kita lupakan saja yang telah lalu, semoga tak akan terjadi lagi kemelut dihati kita masing2

Bowo memeluk Asri yang duduk disampingnya, dan Asri menyandarkan kepalanya dibahu suaminya. Bukankah hidup ini indah?

Beberapa hari kemudian Ongky baru menjenguk sahabatnya dirumah sakit, karena tidak bisa meninggalkan pekerjaannya.

Namun hari itu Damar harus dibawa keruang perawatan khusus karena kondisinya menurun. Nancy menangis melihat kedatangan Ongky.

"Papa om, semalam nggak bisa tidur, barusan merasa sesak nafas, lalu dokter membawanya keruang perawatan khusus.

Hati Ongky tiba2 menjadi ciut. Kalau saja pantas ia pasti juga sudah menangis seperti Nancy. Ongky hanya menepuk nepuk tangan Nancy, agar Nancy merasa kuat.

"Tenanglah Nancy , dan terus berdo'a untuk papa kamu ya?"

Nancy mengusap air matanya, namun tak bisa menghapus kesedihannya. Damar sudah dianggap sebagai ayahnya sendiri, walau pernah suatu ketika Damar menolaknya. Ia seperti juga neneknya sangat mengasihi Damar, dan pastinya tak ingin melihat Damar menderita.

Tiba2 seorang perawat keluar dari ruangan itu dan tampak mencari cari.

"Ada keluarga pak Damar?"

Ongky dan Nancy berdiri serentak.

"Saya..." mereka menjawab hampir bersamaan.

"Pak Damar ingin bicara, silahkan masuk untuk menemuinya." kata perawat itu lagi.

Hati Ongky dan Nancy berdebar debar. 

#ada lanjutannyaya#

 

 



No comments:

Post a Comment

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...