Monday, January 28, 2019

SEPENGGAL KISAH 148

SEPENGGAL KISAH  148

(Tien Kumalasari)

 

Bowo termenung.. ia memandangi Ongky, mencari kebenaran kata2nya dari sorot mata tajam yang seakan menuduhnya sebagai orang tak berperasaan. 

"Kamu bukan orang jahat. Kamu hanya dibakar cemburu buta. Kamu tidak bisa berpikir jernih karena hatimu diamuk rasa cemburu."

Bowo tak menjawab. Ia tak ingin membantah kata2 sahabatnya, ia mencoba mencari penyebab dia marah2 kepada Asri, dan Bowo menyadari, mungkin dia memang cemburu.

"Asri sangat menderita. " lanjut Ongky.

Ongky berdiri lalu beranjak untuk pergi.

"Aku tak memiliki banyak waktu, aku akan ke rumah sakit sebentar lalu kembali ke pekerjaanku. Semua terserah kamu. Apa yang harus aku katakan sudah aku katakan."

Dan Ongky membalikkan tubuhnya lalu melangkah kearah pintu.

"Ongky...." Bowo memanggilnya.

Ongky menoleh.

"Terimakasih..." hanya  itu yang diucapkan Bowo. Ongky mengangguk lalu meneruskan langkahnya.

Bowo terpaku dikursinya. Mengupas semua kata2 yang diucapkan Ongky, mengingat ingat wajah Asri yang penuh linangan air mata, bahkan bersimpuh dihadapannya, mengingat wajah Pandu yang menangis pilu meneriaki ibunya.... dan ia juga sempat membentakknya, lalu terbayang wajah laki2 dengan raut muka menahan sakit, pucat tak bertenaga... dan lirih mengatakan permintaan ma'af, yang diterimanya dengan salah sangka.

  Bowo menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.  Hanya sebentar, kemudian dia berdiridan melangkah keluar dari ruangan kantornya.

"Ibuuu...  apakah hari ini bapak akan pulang?" kata Pandu ketika sedang makan siang setelah pulang  sekolah.

"Ya sayang, setelah selesai tugasnya, " Asri masih saja menutupi penyebab perginya Bowo dengan mengatakan sedang bertugas. Sedih hatinya.

"Ibu.. ibu tau tidak, kemarin itu Pandu dibelikan makan oleh bapak, pakai ayam goreng. Tapi ayamnya nggak enak ."

"Masa...?"

"Iya, Pandu kangen ayam goreng buatan  nenek lho.."

"Oh, iya.. ayam gorengnya nenek sangat enak ya, ibu juga suka tuh..."

"Boleh tidak Pandu menelpon nenek, minta supaya dibuatkan ayam goreng lagi?"

"Boleh Pandu, tapi habiskan dulu makannya.."

"Masakan ibu juga enak..."

Asri terharu, anak kesayangannya ini selalu pinar menyenangkan hati ibunya.

"Ibu.. dengar, bukankah itu suara mobil bapak?"

Pandu merosot turun dari kursinya dan berlari keluar. Ikatan antara anak dan orang tua, tak membuat Pandu membenci ayahnya walau seharian merasa sedih karena perlakukannya. Hati Asri berdebar. Itu memang suara mobil suaminya, apalagi yang akan dilakukannya?

Asri melangkah keluar mengikuti Pandu yang sudah mendekati mobil ayahnya. Dilihatnya Bowo keluar lalu menggendong dan menciumi Pandu . Asri berdiri tegak dipintu, tak tau harus mengucapkan apa.

Bowo berjalan mendekatinya sambil masih  menggendong Pandu .Asri masih berdiri kaku, tak ingin mengucapkan apapun, sampai kemudian dirasakannya Bowo memeluknya erat. Asri terkejut.Tapi kemudian hatinya berdebar senang. Apakah artinya bahwa kemelut sudah berakhir? Erat sekali pelukan itu, dan tanpa sadar Asri membalasnya. Mereka terkejut dan melepaskan pelukan ketika tiba2 Pandu berteriak.

"Adduuuh... bapaaak... sakiit nihhh.." Rupanya Pandu yang terjepit diantara dua kekuatan merasa kesakitan.

Bowo memandangi Asri lekat2, dan Asri berlinangan air mata.

Pandu merosot turun.

"Apakah bapak akan mengajak Pandu pergi lagi ?Pandu tidak mauu !!"

Bowo tersenyum. 

"Ya, hari ini kita akan pergi berempat."

"Haaa... Pandu.. bapak.. ibu.. sama kakek kan?" teriak Pandu gembira.

Bowo mengangguk. Lalu Pandu berlari kebelakang memanggil kakeknya.

"Kakeeek... kita akan pergi berempaaatt.."

Bowo tersenyum, lalu dipeluknya lagi Asri.

"Aku sudah pulang," bisik Bowo ditelinga isterinya.

Ongky masih berada dikamar Damar yang masih tergolek diatas ranjangnya dirumah sakit itu. Ongky sedih melihat keadaan Damar yang tampak lemah dan layu.

"Damar, mengapa kamu menyerah. Lawan penyakitmu, dan sehatlah !!"

"Aku titipkan semuanya, pada kamu mas.."

"Kamu jangan omong sembarangan. Aku bilang, semangatlah, dan lawan penyakitmu, jangan menyerah. Kamu bisa menemukan kebahagiaan yang lain, yaitu dicintai banyak sahabat kamu. Dan kamu masih bisa kok menemukan wanita lain yang baik, sebaik Asri, atau bahkan melebihinya"

"Aku hanya ingin satu.."

"Stop, jangan teruskan, aku sudah tau apa yang akan kamu ucapkan, dan itu membuat kamu lemah.Masa kamu tidak bisa menerima kenyataan Damar, aku dulu juga sangat mencintai Asri, tapi aku bahagia melihat Asri bahagia. Aku ikhlas dia berada disamping lelaki baik seperti Bowo. Mengapa kamu tidak bisa melakukannya?"

"Aku bukan orang baik."

"Damar, kamu baik.. sesungguhnya kamu tuh baik, cuma kamu lemah, kamu selalu meratapi nasib dan tidak bersedia bangkit untuk hidup kamu, kebahagiaan kamu. Bangkit Damar, yang lalu biarlah berlalu, perbaiki hidup kamu!!"

Banyak sekali nasehat yang dikatakan Ongky siang itu. Mungkin Damar merasakannya, tapi mungkin semuanya sudah terlambat. Entahlah.

Damar memejamkan matanya ketika Ongky berpamit untuk kembali ke Jogya, dan didengarnya pesan Ongky lagi.:" Aku besok akan kembali, dan sa'at aku kembali kemari, aku harus melihat kamu lebih baik."

Damar menganggukkan kepalanya, namun setetes air mata meleleh, membasahi pipinya.

#adalanjutannyaya#


No comments:

Post a Comment

M E L A T I 45

  M E L A T I    45 (Tien Kumalasari)   Melati merasa gelisah. Dia tahu, Nurin bersikap baik kepadanya, tapi ia mengkhawatirkan sikap ibunya...