Saturday, November 8, 2025

RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 18

 RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA  18

(Tien Kumalasari)

 

Alvin termenung di kamarnya. Tak ada kata penolakan, tapi sikap dan rona wajah kedua orang tuanya sangat membuatnya gelisah. Itu bukan sikap yang menyetujui keinginannya. Ia sudah tahu dan sangat yakin. Keluarganya adalah keluarga orang terpandang. Siapa Kenanga? Hanya seorang yang tak punya derajat, apalagi pangkat. Ia hanya gadis dusun yang lugu dan sederhana. Ia hanya anak kakek bersorban yang hidup di tengah hutan, seorang ahli pengobatan yang tak banyak dikenal kecuali orang-orang disekitarnya. Kakek bersorban juga tak mementingkan pendidikan bagi anak gadisnya. Hidupnya begitu sederhana. Pakaian Kenangapun hanya berkain dan berkebaya yang ujungnya ditalikan di depan perutnya. Tapi Alvin memandangnya bahwa pakaian itu sangat manis. Eh, bukankah yang manis adalah wajah pemakainya?

Alvin yang berbulan-bulan berkutat dengan pelajaran kuliahnya, sedikit melupakan Kenanga yang sebenarnya selalu ada di dalam hatinya. Sekarang, ketika semuanya selesai, dan dia sudah mulai bekerja di kantor ayahnya, ia kembali teringat gadis itu. Ia sudah memikirkannya sejak lama, hanya takut berterus terang karena perbedaan status yang bagaikan bumi dan langit.

Sekarang, ketika kedua orang tuanya mendesak untuk menikah, ia terpaksa mengatakan kebenaran yang ada di dalam hatinya. Ia mencintai Kenanga. Hal yang tak bisa dipungkirinya. Lalu apa yang harus diperbuatnya?

Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar. Dan ayahnya muncul di depan pintu.

"Vin, bisa tolong antarkan ibumu ke rumah sakit?”

Alvin terkejut, sepertinya sang ibu baik-baik saja.

“Ibu sakit apa?”

“Entahlah, tiba-tiba lemas, dan entah apa yang dikeluhkannya, lebih baik ke rumah sakit saja, biar diperiksa dokter, sehingga jelas apa penyakitnya. Kakinya juga luka, ketika terjatuh beberapa hari yang lalu. Sepertinya infeksi, tapi kok tidak sembuh-sembuh.”

“Pasti karena infeksi itu jadi badan terasa tidak enak,” kata Alvin.

“Mungkin. Karena itu segera kita ke rumah sakit sekarang, agar bisa segera ditangani.

Alvin bergegas berganti pakaian.  Ketika dia keluar, sang ibu sudah menunggu di depan, bersandar di kursi dengan wajah pucat.

“Ibu, ada apa?”

“Entahlah, beberapa hari ini sebenarnya ibu merasa nggak enak badan, tapi hari ini tidak bisa menahannya. Nggak enak rasanya badan ini. Sama luka di dekat mata kaki ini. Beberapa hari yang lalu tergores entah apa, ketika ibu terjatuh di depan tangga. Sepertinya luka biasa, kok jadi lukanya melebar, sudah ibu beri salep kok tidak sembuh-sembuh.”

“Kenapa tidak kemarin-kemarin ibu bilang?” kata Alvin sambil membantu sang ibu berdiri, kemudian dituntunnya berjalan ke arah mobil. Sang ayah mengikutinya dari belakang.

Sesampai di rumah sakit, ayahnya menemani sang ibu masuk ke ruang praktek dokter langganan. Alvin menunggu dengan gelisah. Ibunya seorang wanita yang kuat, jarang sekali jatuh sakit. Kenapa tiba-tiba mengeluh lemas dan badannya sakit semua. Hanya karena luka itukah?

Sejenak bayangan Kenanga terlepas dari benaknya. Ia cemas menunggu hasil pemeriksaan.

Ketika kemudian ayahnya keluar sambil merangkul sang ibu, Alvin berdiri menyambutnya.

“Ibumu harus diperiksa dengan pemeriksaan lengkap.”

“Memangnya ada apa?”

“Tensinya tinggi, dan ada perkiraan gula darahnya juga tinggi. Dokter menyarankan ibumu dirawat untuk pemeriksaan yang lebih lengkap.”

“Harus dirawat?”

“Ibumu sangat lemas. Kasihan kalau dibawa pulang. Besok baru akan diadakan pemeriksaan darah lengkap dan entah apa lagi.”

“Ibu, bagaimana rasanya?”

“Nggak tahu ini, jarang sakit, sekalinya sakit kok nggak enak sekali rasanya.”

Malam itu juga sang ibu harus dirawat untuk menjalani perawatan yang lebih teliti.

“Alvin, kamu pulang saja. Besok kan kamu harus bekerja. Biar bapak yang menemani ibumu.”

“Biar Alisa saja yang menemani ibu,  kasihan kalau Bapak.”

Alisa adalah adik kandung Alvin yang masih kuliah.

“Alisa harus kuliah pagi-pagi. Biar bapak saja, bapak kan pengangguran," kata sang ayah setengah bercanda.

“Baiklah, tapi kabari Alvin kalau ada apa-apa.”

“Tentu. Sekarang pulanglah dan kalau bisa kirimkan baju ganti untuk ibumu.”

Akhirnya Alvin pulang setelah sang ibu mendapat kamar rawat. Saat sampai di rumah, Alisa belum pulang.

Hari masih sore, kebetulan hari Minggu, sejak siang Alisa jalan-jalan bersama teman-temannya.

Ia menyiapkan baju ganti untuk sang ibu, dan bermaksud kembali ke rumah sakit, sekalian juga baju untuk ayahnya.

Ketika di kamar, ia mendengar suara Alisa berteriak kepada pembantunya.

“Mboook, kok sepi? Bapak sama ibu pergi ke mana?”

“Ke rumah sakit Non, sepertinya nyonya sakit.”

“Sakit? Itu mobil Alvin ada, siapa yang mengantarkan ke rumah sakit?”

“Tadi tuan muda yang mengantarkan, sekarang ada di kamar, sepertinya tadi mau mengantarkan baju ganti.”

“Baju ganti untuk apa?”

“Non tanya saja pada tuan muda, simbok dengar tadi nyonya harus dirawat. Ini simbok juga disuruh menyiapkan makan untuk tuan dan nyonya, mau dibawa ke rumah sakit.

Alisa berlari ke kamar Alvin, tapi ternyata Alvin ditemukannya di kamar ayah ibunya.

“Mas, ibu kenapa Mas?” tanyanya panik.

“Tidak apa-apa, hanya perlu dirawat karena harus diperiksa darah dan lain-lainnya, yang bisanya dilakukan besok.”

“Memangnya ibu kenapa? Kenapa harus diperiksa?”

“Ibu hanya mengeluh lemas dan badan terasa nggak enak, semoga tidak apa-apa, hanya luka di kakinya, mungkin infeksi. Aku mau ke rumah sakit mengantarkan baju-baju ini, sama makan malam untuk bapak dan ibu. Simbok sudah aku suruh menyiapkan."

“Aku ikut ke rumah sakit ya?”

“Boleh saja, atau kamu mau menemani ibu di rumah sakit, biar bapak pulang?”

“Aduh, besok aku kuliah pagi. Kalau di sana kan harus menemani periksa ini dan itu? Aku nggak bisa Mas.”

“Ya sudah. Bapak juga mengatakan kalau kamu harus kuliah pagi. Besok aku ke kantor sebentar, lalu mau ke rumah sakit melihat keadaan ibu.”

“Aku ganti baju dulu, tungguin,” kata Alisa sambil berlari ke kamarnya.

***

Pagi hari itu Alvin hanya sebentar ke kantor. Setelah meyakini bahwa semua baik-baik saja, ia segera kembali ke rumah sakit.

“Bagaimana Pak, sudah diperiksa?”

“Sudah, hasilnya sudah ada. Ibumu harus dirawat untuk beberapa hari.”

“Memangnya hasilnya seperti apa Pak?”

“Tensi tinggi, dan gula darah juga tinggi.”

“Tiba-tiba begitu? Ibu tak pernah mengeluh apa-apa selama ini kan Pak?”

“Ibumu tidak pernah mengeluh. Sore tadi karena sudah tidak tahan baru mengatakannya pada bapak.”

“Kata dokter bagaimana?”

“Harus istirahat untuk beberapa hari, menunggu semuanya normal.”

“Apakah itu berbahaya?”

“Tidak, selama bisa mentaati anjuran dokter. Itu yang tadi dikatakan dokternya. Sekarang bapak mau pulang dulu, mandi di rumah. Kamu tungguin ibumu sebentar di sini ya? Kantor baik-baik saja kan?”

“Iya, tadi Alvin sudah ke kantor, setelah semuanya beres baru kemari. Bapak pulang dulu saja. Ada sopir kantor menunggu. Akan Alvin panggil supaya siap menunggu Bapak di lobi,” kata Alvin yang kemudian menelpon sopirnya. 

“Bapak istirahat di rumah dulu, di sini pasti tidak bisa istirahat dengan nyaman.”

Sang ayah mengangguk, lalu keluar dari ruangan.

Alvin mendekati ibunya yang tampak memejamkan matanya.

Ia memegangi badan sang ibu, sedikit terasa panas.

“Alvin?” sapa sang ibu ketika membuka matanya.

“Bagaimana keadaan Ibu?”

“Kata dokternya agak parah. Gula darah ibu tinggi, itu sebabnya luka tak kunjung sembuh. Ini aneh kan Vin? Ibu tidak tahu kalau gula darah tinggi, juga tensi.”

“Masa selama ini Ibu tidak merasakan apa-apa?”

“Entahlah, ibu itu kan suka beraktifitas apa saja, pergi ke sana kemari, kegiatan sosial juga banyak, jadi kalau hanya lelah atau pusing, tidak begitu ibu perhatikan.”

“Mulai sekarang ibu tidak boleh banyak kegiatan. Harus banyak istirahat di rumah."

“Iya, rasanya memang harus begitu.”

Alvin melihat kaki kanan sang ibu yang dibalut perban.”

“Lukanya seperti parah.”

“Iya, ibu kira luka biasa.”

“Ibu tidak pernah memperhatikan kesehatan Ibu sendiri, terus saja pergi ke mana-mana.”

“Ibu bukannya pergi main. Semuanya kegiatan sosial. Bantu sana, bantu sini. Itu membuat ibu bersemangat."

“Sekarang tidak boleh lagi ya?”

Sang ibu mengangguk.

“Ibu mengantuk sekali.”

“Kalau begitu ibu tidur saja, mungkin efek obatnya.”

“Ibu belum ingin meninggal,” tiba-tiba kata sang ibu, mengejutkan Alvin.

“Mengapa Ibu berkata begitu?”

“Namanya orang sakit, siapa tahu umur manusia?”

“Ibu kan sudah ditangani dokter, harus semangat dan pasti sembuh, jangan lupa teruslah berdo'a."

“Semoga saja begitu. Ibu masih ingin segera menimang cucu.”

“Yaah, Ibu … mengapa memikirkan itu lagi? Ibu tidur saja, katanya mengantuk.”

“Apa kamu tidak punya pilihan lain? Mengapa kamu tertarik pada gadis dusun yang tidak sepadan dengan keluarga kita?”

“Ibu jangan memikirkan itu dulu. Alvin juga belum bertemu dia lagi dan mengutarakan perasaan Alvin.”

“Kalau begitu tahan dulu, jangan mengatakan apa-apa pada dia, masih banyak pilihan yang lebih baik.”

Alvin mencium tangan ibunya. Ada perasaan tak enak, mengapa dalam keadaan sakit ibu masih mau membicarakan soal gadis yang disukainya.

“Tidurlah Bu, Alvin tungguin Ibu di sini.”

“Berjanjilah untuk tidak menghubungi gadis itu.”

“Ibu, mengapa ibu memikirkan hal itu terus?”

“Kalau ibu meninggal, lalu kamu nekat menikahi dia, ibu pasti merasa tidak tenang di alam sana.”

Alvin merangkul ibunya, mencium keningnya.

“Ibu akan sembuh, percayalah.”

Lalu Alvin menjatuhkan kepalanya di ranjang ibunya, menyembunyikan perasaan tak enak mendengar apa yang dikatakan sang ibu. Sang ibu mengelus kepala Alvin dengan lembut, sebelum kemudian benar-benar terlelap.

***

Siang hari itu kakek bersorban masih berbaring di ranjang bambu di mana dia tidur setiap malamnya. Sudah tiga hari ini sang ayah mengeluh lelah. Tak biasanya begitu. Kenanga membawakan secangkir minuman obat yang diramunya.

“Minumlah Pak. Supaya badan Bapak lebih segar.”

“Sudah, jangan lagi meramu minuman obat untuk bapak.”

“Bukankah Bapak yang menyuruh Kenanga membuat ramuan ini?”

“Pada akhirnya walau diberi obat, manusia kan harus menyerah pada garis hidupnya?”

“Mengapa Bapak berkata begitu?”

“Itu sudah menjadi kodrat. Sebuah perjalanan akan sampai pada titik akhir.”

“Bapak jangan begitu, Kenanga tidak mau Bapak meninggal,” kata Kenanga sambil menangis.

“Kenapa kamu menangis? Bukankah bapak memberi bekal untuk kamu untuk menjadi wanita yang kuat?”

“Pokoknya Bapak jangan bicara tentang meninggal, Kenanga tak bisa hidup tanpa Bapak.”

“Kata siapa? Kamu harus percaya bahwa akan ada seorang laki-laki baik yang akan mendampingi kamu. Bukan hanya sebagai suami, tapi dia juga mengasihi kamu seperti bapak melakukannya.”

Tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat.

“Ada yang datang Pak, pasti orang yang akan meminta obat,” kata Kenanga sambil beranjak ke depan rumah.

Betapa terkejutnya Kenanga ketika melihat siapa yang datang.

“Mas Hasto?”

***

Besok lagi ya.

42 comments:

  1. Alhamdulillah....
    Wa Syukurillah, eRKaDeBe_18 sudah tayang.
    Terima kasih Bu Tien.
    Salam seroja dan tetap ADUHAI. πŸ€πŸ™

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~18 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
    Aamiin YRA.🀲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Terima kasih pak Djodhi

      Delete
  3. Alhamdulilah , maturnuwun bu Tien... salam sehat .. bahagia dan sejahtera selalu ... aduhai aduhai bun ❤️❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Terima kasih ibu Sri
      Aduhai aduhai

      Delete
  4. 🏚️πŸͺ»πŸš️πŸͺ»πŸš️πŸͺ»πŸš️πŸͺ»
    Alhamdulillah πŸ™πŸ¦‹
    Cerbung eRKaDeBe_18
    telah hadir.
    Matur nuwun sanget.
    Semoga Bu Tien dan
    keluarga sehat terus,
    banyak berkah dan
    dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin🀲.Salam seroja 😍
    🏚️πŸͺ»πŸš️πŸͺ»πŸš️πŸͺ»πŸš️πŸͺ»

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Terima kasih ibu Sari
      Aduhai

      Delete
  5. Matur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Di Tengah Belantara telah tayang

    ReplyDelete
  6. Alhamdullilah bunda cerbungnyasdh tayang..slmt malming bersama keluarga dan slm seroja sll unk bunda πŸ™πŸ€¦πŸ₯°❤️

    ReplyDelete
  7. Matur nuwun Bu Tien, selamat berakhir pekan dg keluarga tercinta...

    ReplyDelete
  8. Terima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....18...sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin.

    Idiih.. Hasto sdh mencuri start, menemui gadis Kenanga. Ingin melamarkah. Sedangkan Alvin yang siang malam kepikiran gadis tsb, belum sempat mampir. Siapa cepet dapet nih...😁😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Terima kasih pak Munthoni

      Delete
  9. Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
    Salam seroja dan bahagia bersama keluarga, aamiin πŸ€²πŸΌπŸ’

    ReplyDelete
  10. Selamat mlam bun ...mks cerbung nya, kutunggu lanjutannya bun .....sehat" selalu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Terima kasih ibu Supriyati

      Delete
  11. Alhamdulillah dah tayang , maturnuwun Bu TienπŸ™

    ReplyDelete
  12. Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Terima kasih pak Subagyo

      Delete
  13. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 18 " sudah tayang.
    Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin

    ReplyDelete
  14. Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien ❤️🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  15. Alhamdulillah, matursuwun Bu Tien sehat selalu

    Reply

    ReplyDelete
  16. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda Tien
    Semoga sehat walafiat
    Salam aduhai hai hai

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Terima kasih ibu Endah
      Aduhai hai hai

      Delete
  17. Lhoo...kok malah Hasto yang datang duluan to? Waduh bisa-bisa Alvin ketikung nih...wkwk. Tapi kan sumpah si kakek ditujukan pada Alvin ya? Hmm...πŸ€”

    Terima kasih, ibu Tien.. salam sehat selalu.πŸ™πŸ»

    ReplyDelete
  18. Kok Hasto yang datang? Mau menelikung Alvin kah? Atau mau menyampaikan pesan dari Alvin bahwa ibu Alvin sakit?
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  19. Alhamdulillaah matur nuwun Bu Tien salam sehat wal'afiat & bahagia πŸ™πŸ€—πŸ₯°πŸ’–πŸŒΏπŸŒΈ

    Mau apa ya Hasto,,,,apa naksir atau suruhan Alvin ,😁🀭

    ReplyDelete

HANYA BAYANG-BAYANG 09

  HANYA BAYANG-BAYANG  09 (Tien Kumalasari)   Saat jam istirahat, Srikanti menunggu Priyadi, karena tuan Sanjoyo mengatakan kalau pada jam i...