RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA 17
(Tien Kumalasari)
Kelima anak muda dan Kenanga berdiri dari posisi duduk santai. Bumi tiba-tiba bergetar, suara gemuruh terdengar, seperti suara gelegar guntur yang datang dari langit. Tapi langit tampak tenang. Angin bertiup lembut. Hanya bumi yang bergetar.
“Apa yang terjadi?” teriak mereka.
Mereka melihat ke segala arah, tak terlihat apapun. Bumi masih bergetar.
“Apa sering begini?” tanya Alvin kepada Kenanga. Semuanya menatap Kenanga, menunggu jawaban, tapi Kenanga menggeleng.
“Tidak pernah. Baru kali ini.”
“Jangan-jangan bukit ini mau runtuh,” celetuk Hasto.
Agak lama kemudian suara gemuruh itu berhenti. Suasana menjadi tenang. Angin yang bertiup terasa menyejukkan.
“Tiba-tiba ada gempa,” gumam Kenanga.
“Mungkin ada gunung meletus, atau memang terkadang terjadi fenomena alam yang terasa aneh. Semoga kita semua selamat,” kata Sanusi.
Mereka kembali duduk, tapi sebenarnya mereka ingin bisa segera kembali pulang. Sudah lama membuat cemas keluarga.
“Kenanga, apakah ayahmu kembalinya masih lama ya?”
“Iya, tunjukkan jalan turun yang bisa kami lalui, kasihan keluarga kami menunggu.”
“Aku bisa mengantarkan kalian turun, tapi harus menunggu bapak kembali. Kalau bapak kembali dan aku tidak ada, aku bisa kena marah.”
“Ke mana kira-kira ayahmu pergi?”
“Bapak bisa mengerjakan banyak hal, dan melakukan sesuatu tanpa harus memberi tahu. Aku tidak pernah bertanya mau ke mana dia pergi, atau datang dari mana, karena bapak tak akan pernah menjawabnya. Tapi percayalah bahwa kalian akan selamat sampai di bawah. Bapak sudah menjanjikan itu. Dan itu akan ditepatinya.”
Tak lama setelah mereka berbincang, tiba-tiba kakek bersorban datang. Entah dari arah mana dia datang, tiba-tiba saja sudah ada di dekat mereka.
Mulut Rasto sudah akan terbuka untuk menanyakan ‘dari mana’, tapi ia teringat perkataan Kenanga bahwa kakek bersorban tak akan pernah mau menjawabnya.
“Kakek, tadi ada gempa," itulah yang kemudian dikatakannya.
“Gemuruh suaranya, serasa bukit ini mau runtuh.”
“Ada yang runtuh, bukan bukit ini, tapi bukit Batu,” kata kakek bersorban.
“Bukit batu?” seru mereka hampir bersamaan.
“Itu bukit penyimpan harta karun. Sekarang rata dengan tanah. Air dari sumber yang berada di atas bukit menggenangi bukit itu, menjadi semacam telaga.”
“Bagaimana dengan bukit Senyap yang ada di dekatnya?”
Bukit itu ikut tergenangi. Kera-kera yang ada ikut tenggelam, menjadi ikan yang tak akan bisa kemana-mana.”
“Berarti tak akan mengganggu manusia lagi ya Kek?”
“Semoga tidak.”
“Alhamdulillah,” seru mereka bersamaan.
“Kalian mau pulang sekarang?”
“Iya Kek, sudah lama kami meninggalkan rumah. Tapi bagaimana dengan sarung dan baju ini? Kalau kami punya uang, kami akan menggantinya dengan uang. Tapi sejak tersesat, kami tak memiliki apa-apa lagi.”
”Aku tidak doyan uang. Bawa baju dan sarung itu. Aku masih punya. Banyak orang datang yang terkadang memberi sarung dan baju.”
“Pak, saya antarkan mereka ya?” kata Kenanga.
“Baiklah.”
“Terima kasih atas semua yang Kakek lakukan untuk kami. Kalau tidak ada Kakek dan Kenanga, barangkali kami tak akan selamat,” kata Sanusi sambil membungkuk menyalami kakek bersorban, dan mencium tangannya. Diikuti yang lainnya.
Ketika giliran Alvin menyalami, kakek bersorban berkata serius.
“Apa yang aku katakan akan terjadi. Percayalah itu.”
Alvin menatapnya tak mengerti. Ia juga tak mengerti, ketika kakek bersorban mengenakan sebuah cincin bermata biru di jari manis Alvin.
“Ini apa?”
“Pakai saja. Kelak kalau aku sudah tak ada, kamu akan mengerti maksudnya,” katanya pelan.
Alvin menatap cincin itu, dan warna kebiruan dari mata cincin itu memancar tajam ke arahnya. Alvin juga merasa aneh, bagaimana cincin itu bisa sangat pas terpasang di jarinya.
***
Kenanga mengantarkan kelima anak muda itu turun ke kaki bukit. Jalanan terjal, tapi ada jalan setapak yang mulus dari pohon-pohon perdu, sehingga bisa melangkah tanpa harus menyibakkan ranting-ranting yang menghalangi.
Setiap turun Kenanga melewati jalan itu, karenanya anak muda itu bisa berjalan lancar tanpa rintangan.
Menjelang sampai di kaki bukit, Kenanga berhenti.
“Aku hanya bisa mengantar sampai di sini. Selanjutnya kalian bisa berjalan lurus, dan setelah ada jembatan kecil nanti, kalian sudah sampai di kaki bukit,” kata Kenanga.
Kelimanya berhenti, merasa bahwa pertemuan yang hanya beberapa hari itu telah menimbulkan kesan mendalam yang tak akan terlupakan.
Satu persatu mereka menyalami Kenanga sambil tak henti-hentinya mengucapkan terima kasih.
Ketika giliran Alvin menyalami, tangan Kenanga tampak gemetar. Barangkali ia mendengar ketika sang ayah menyumpahi Alvin bahwa nanti akan menjadi jodohnya. Walau begitu Kenanga merasa tak mungkin. Ia hanya gadis desa yang tak berpendidikan tinggi, dan mereka adalah para mahasiswa. Itu yang didengarnya ketika mereka mengobrol. Kenanga merasa bahwa ayahnya mengada-ada. Tapi mengapa Kenanga merasa berdebar-debar setiap kali bertatap muka dengan Alvin? Padahal tadinya tidak. Kenanga juga merasa bahwa Alvin menatapnya aneh. Entahlah, pikir Kenanga, toh akhirnya mereka berpisah, dan entah kapan akan bisa bertemu lagi.
***
Semakin siang, dan semakin turun ke bawah, matahari mulai menyengat.
Mereka turun, dengan saling bersenda-gurau di sepanjang langkahnya. Mereka sekarang punya bahan gurauan, karena merasa bahwa kakek bersorban yang tidak pernah diketahui namanya itu sedang menjodohkan anaknya dengan Alvin.
“Kita ini seperti sedang mengiringkan calon pengantin ya," canda Rasto, karena memang Alvin berjalan paling depan, dan teman-temannya ada dibelakangnya.
Yang lain tertawa-tawa mengiyakan. Alvin menoleh dan cemberut.
“Apaan sih? Ada-ada saja. Siapa yang pengantin?”
“Kamu tuh, bukankah kakek bersorban sudah memberi kamu cincin?”
Diam-diam Alvin melirik ke arah jari manis kirinya, dan sinar kebiruan memancar ketika cahaya matahari memantulkannya.
“Cincinnya indah sekali,” kata Hasto.
“Pasti harganya mahal.”
“Kalau saja kita bisa mengambil satu saja permata yang ada di goa batu, pasti cincin Alvin mendapat saingan.”
“Ada-ada saja. Bukit Batu itu sudah runtuh, menjadi telaga. Kalau kalian masih di sana, akan terkubur, lalu berbaur dengan ikan-ikan siluman.” kata Sarman.
“Jangan pernah menginginkan sesuatu yang bukan milik kita.”
“Bercanda …. serius amat. Lagian dalam perasaan takut dan khawatir, mana bisa memikirkan harta karun?”
Mereka berbincang dan bercanda, sampai ketika mereka turun dari bukit. Tapi tak seorangpun tampak menunggu kepulangan mereka. Tentu saja, karena mereka menunggu di bawah bukit Senyap, di mana tadinya mereka mengira Alvin naik kesana, padahal turunnya dari bukit yang lain. Yang indah pastinya bagi Alvin, karena ada sesuatu yang ditemukannya, dan nilainya melebihi harta karun yang dibicarakan banyak orang. Gadis desa yang lugu dan sederhana, cantik secantik mutiara. Benarkah akan menjadi jodohnya?
***
Kepulangan mereka tentu saja sangat disambut dengan penuh kegembiraan oleh keluarga mereka, walau merasa aneh dengan pakaian mereka. Dan mereka sepakat menyimpan pakaian dari kakek bersorban itu sebagai kenang-kenangan.
***
Hari dan bulan berlalu, sekarang mereka sudah berhasil menyelesaikan kuliah mereka, lalu sibuk dengan mencari pekerjaan dengan bekal ilmu yang mereka cecap dari perguruan mereka.
Pak Warsono ayah Alvin sudah menanyakan perihal jodoh, karena selama ini Alvin tidak pernah tertarik untuk pacaran, apalagi memilih seorang gadis untuk menjadi jodohnya. Padahal sang ibu, selalu mengeluh ingin segera menimang cucu.
“Nanti dulu Pak, belum ada yang cocok.”
“Dari kemarin belum ada yang cocok … belum ada yang cocok … memangnya yang kamu cari itu perempuan yang bagaimana sih?”
“Masa sekian banyak gadis tidak ada yang menarik hati kamu?”
Ayah dan ibunya mengusik telinganya hampir setiap hari. Alvin sendiri heran, tak ada gadis yang menarik. Sebenarnya ia punya seseorang yang tak bisa dilupakannya. Kenanga. Hanya saja dia takut mengatakannya. Ia ragu-ragu apakah ayah ibunya bisa menerima Kenanga ataukah tidak. Kenanga, gadis pemilik rumah ditengah belantara, yang cantik sederhana, tapi berpendidikan rendah, pasti tak membuat kedua orang tuanya tertarik. Orang tua Alvin yang kaya raya, pasti menginginkan menantu yang setara dengan kedudukan mereka, paling tidak punya pendidikan tinggi. Bagaimana dengan Kenanga?
“Mengapa sebenarnya kamu itu? Katakan pada ibu, gadis mana yang kamu sukai, atau nanti ibu akan mencarikan jodoh untuk kamu. Teman bisnis ayahmu banyak, ibu pernah tertarik kepada putra pak Mustar, dia itu_”
“Tidak Bu, tidak usah mencarikan jodoh untuk Alvin,” kata Alvin memotong ucapan sang ibu.
“Jadi … apa kamu sudah punya pilihan? Gadis mana, anak pengusaha apa, pendidikannya apa ….”
Alvin menghela napas sebelum berterus terang mengatakannya.
“Dia gadis desa yang Alvin temui ketika Alvin tersesat.”
Ayah dan ibunya terbelalak. Satu-satunya gadis yang ditemui Alvin kecuali cerita tentang gadis siluman, adalah bernama Kenanga, anak kakek bersorban yang lugu sederhana dan tidak bersekolah. Katakan saja tidak bersekolah, karena bagi mereka, sekolah SD bukan sekolah yang punya masa depan baik.
“Gadis itu?”
“Yang namanya Kenanga? Anak kakek bersorban yang menolong kalian?”
Alvin mengangguk cemas. Sudah kelihatan apa yang dikatakannya sangat tidak disukai oleh ayah dan ibunya. Itu bukan gadis pilihan. Akankah Alvin berhasil merengkuh impiannya?
***
Besok lagi ya.
ππππππππ
ReplyDeleteAlhamdulillah ππ
Cerbung eRKaDeBe_17
sampun tayang.
Matur nuwun Bu, doaku
semoga Bu Tien selalu
sehat, tetap smangats
berkarya & dlm lindungan
Allah SWT. Aamiin YRA.
Salam aduhai π¦πΉ
ππππππππ
Alhamdulillah, matur nwn bu Tien, salam sehat selalu bersama keluarga π€²
ReplyDeleteMatur nuwun mbak Tien-ku Rumah Kenanga Ditengah Belantara telah tayang
ReplyDeleteAssalamualaikum bu Tien, maturnuwun cerbung " Rumah Kenanga di Tengah Belantara 17" sampun tayang,
ReplyDeleteSemoga ibu Tien serta Pak Tom dan amancu selalu sehat dan penuh berkah aamiin yra .. salam hangat dan aduhai aduhai bun π€²ππ©·π©·
Alhamdulillah RUMAH KENANGA DI TENGAH BELANTARA~17 telah hadir. Maturnuwun, semoga Bu Tien beserta keluarga tetap sehat dan bahagia serta senantiasa dalam lindungan Allah SWT.
ReplyDeleteAamiin YRA.π€²
Alhamdulillah sudah tayang
ReplyDeleteTerima kasih bunda Tien
Semoga sehat walafiat
Salam aduhai hai hai
Alhamdulillah yg ditunggu sdh tayang mksh Bu Tien smg sll diberikan kesehatan sisa umur yg barokah
ReplyDeleteUrutan yang ke tujuh kali ya ini, terima kasih Bu Tien, Alvin dkk sdh kembali kerumah masing-masing......
ReplyDeleteSemoga Bu Tien, pak Tom dan AMANCU semua dalam keadaan sehat wal'afiat. Aamiinnnn Yaa Robbal'alamiin π€² π€² π€²
Alhamdulilah. Barokallah sudah tayang
ReplyDeleteTerimakasih Bu Tien. Semoga sehat selalu
Mudah"an cinta Alvin mulus walau menghadapi rintangan dari keluarga.
Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " RUMAH KENANGA DITENGAH BELANTARA ~ 17 " sudah tayang.
ReplyDeleteSemoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin
Terima ksih bunda cerbungnya..slm seroja selalu uno bundaππ₯°πΉ❤️
ReplyDeleteAlhamdulillah
ReplyDeleteSyukron nggih Mbak Tien❤️πΉπΉπΉπΉπΉ
Matur suwun bu Tien salam sehat selalu utk keluarga .
ReplyDeleteMatur nuwun, Bu Tien
ReplyDeleteAlhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
ReplyDeleteSalam seroja ..
Alhamdulillah cerita horornya sdah lewat, semoga akhir cerita yg bahagia, maturnuwun Bu Tien,smg sll sehat bahagia,tetap semangat mengarang cerbung yg menarik pembaca tercinta..π
ReplyDeleteAlhamdulillah, matursuwun Bu Tien, mugi tansah pinaringan sehat πͺπ
ReplyDeleteMatur nuwun Bu Tien, semoga Ibu sekeluarga sehat wal'afiat....
ReplyDeleteTerima kasih Bunda, serial baru cerbung Rumah Kenanga Ditengah Belantara....17...sdh tayang.
ReplyDeleteSehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
Syafakallah kagem Pakdhe Tom, semoga Allah SWT angkat semua penyakit nya dan pulih lagi seperti sedia kala. Aamiin.
5 pemuda sdh bebas dan skrng sdh menjadi Sarjana. Alvin yang terkena sumpah nya Kakek,... tdk bisa melupakan gadis desa s Kenanga.
Gimana caranya agar dapat meminang Kenanga, sedangkan Ortu nya Alvin ...tdk setuju.
Terimakasih bu Tien cerbungnya, ditunggu lanjutan ceritanya π
ReplyDeleteMks bun cerbung RKDB 17 nya....selamat mlm ....sehat" ya bun
ReplyDeleteTerimakasih Mbak Tien...
ReplyDeleteSyukurlah kelima pemuda selamat dan bisa melanjutkan kuliah mereka sampai selesai...semoga Alvin dan Kenanga sungguh berjodoh dan bisa dipertemukan kembali.
ReplyDeleteTerima kasih, ibu Tien. Bahagia selalu...ππ»ππ
Alhamdulillah terima kasih bu Tien Rumah Kenanga Ditengah Belantara sudah tayang semoga bu Tien tetap sehat dan semangat.
ReplyDelete