Wednesday, May 14, 2025

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 10

 CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  10

(Tien Kumalasari)

 

Den ayu Saraswati tertegun. Siapa wanita yang ingin bertemu dengannya?

“Siapa dia?”

“Katanya namanya Arumsari, dia datang membawa bayi. Mungkin mau mengabdi, Den Ayu.”

“Suruh dia kemari, aku akan keluar menunggu.”

Dengan diantar mbok Manis, den ayu Saraswati keluar dan duduk di teras keputren. Tak lama kemudian ada yang mengantarkan seorang wanita cantik, masih muda, sedang mengemban seorang bayi.

Lalu pesuruh itu meminta agar perempuan itu duduk di lantai. Den ayu Saraswati mengamati wajah perempuan itu. Cantik, kulitnya putih bersih. Bayi yang digendongnya juga kelihatan tampan dan bersih kulitnya.

“Kamu siapa?”

“Nama saya Arumsari, Den Ayu.”

“Kamu mau ketemu aku, ada perlu apa?”

”Mohon ampun Den Ayu, saya hanya ingin mengabdi di sini.”

“Mengabdi di sini? Berarti kamu harus bekerja?”

“Iya Den Ayu, saya bersedia bekerja apa saja.”

“Tapi kamu membawa bayi. Bisakah bekerja sambil membawa bayi?”

“Saya bisa bekerja sambil membawa bayi, anak saya ini tidak suka rewel.”

“Mengapa kamu harus bekerja sendiri, bahkan sambil membawa bayi? Di mana ayah bayi ini?”

Perempuan itu menundukkan wajahnya, lalu dua titik air mata menetes, membasahi wajah bayinya, yang kemudian diusapnya dengan selendang.

“Ada apa? Mengapa menangis, Nak?” tanya mbok Manis.

“Bapak anak ini sangat tidak bertanggung jawab. Begitu tahu saya hamil, dia meninggalkan saya.”

“Kamu tidak tahu di mana dia?”

Arumsari menggelengkan kepalanya, lalu mengusap lagi air matanya.

“Itu sebabnya saya ingin mengabdi di sini.”

“Mengapa tujuanmu adalah kemari? Sudah banyak abdi di sini.”

“Saya mendengar kabar, bahwa Den Ayu Saraswati adalah seorang wanita yang lembut dan baik hati. Jadi saya datang kemari, barangkali Den Ayu berbelas kasihan menerima saya untuk mengabdi.”

“Rumahmu mana?”

“Dusun, Den Ayu, dari daerah Karangpandan.”

“Kamu bisa memasak?”

“Bisa Den Ayu.”

“Mbok Manis, maukah aku carikan teman untuk membantu pekerjaan kamu? Kalau ada yang membantu, kamu bisa lebih sering menemani aku,” kata Saraswati sambil menoleh kepada mbok Manis yang duduk bersimpuh di sampingnya.

“Kalau Den Ayu menginginkannya, saya tidak bisa menolak.”

“Arum, ini Mbok Manis. Sebenarnya dia ahli masak di sini, tapi dia sering menemani aku."

Arumsari menatap mbok Manis, perempuan tua dengan wajah teduh. Ia kemudian mengangguk sambil tersenyum.

“Saya sangat berterima kasih kalau diijinkan mengabdi, Den Ayu.”

Bayi yang digendongnya merengek pelan, Arum menepuk-nepuk pantatnya lembut.

“Anakmu perempuan atau laki-laki?”

“Laki-laki, Den Ayu.”

“Ganteng sekali. Kulitnya bersih, seperti anak priyayi,” kata Saraswati.

“Masa Den Ayu, hanya anak orang desa.”

“Tapi kulitnya bersih dan tampan. Ya sudah sana, ikutlah mbok Manis, dia yang akan mengajarkan apa yang seharusnya kamu lakukan.”

“Baik, Den Ayu,” kata Arum sambil mengikuti mbok Manis ke arah belakang.

Den ayu Saraswati kembali ke kamarnya. Ia memang wanita yang baik, trenyuh mendengar wanita itu setelah mengandung lalu ditinggalkan suaminya, sehingga dia harus mencari nafkah sendiri.

Diam-diam ada keinginan di hati Saraswati untuk mengambil anak Arum tadi agar menjadi anak angkatnya.

***

Beberapa hari ini den mas Adisoma pulang agak siang. Ia selalu makan siang di rumah. Tapi kali ini den ayu Saraswati ikut meladeni.

“Kamu sudah merasa sehat?”

“Sudah lumayan, walaupun sangat sulit melupakan kepergian Dewi yang sudah berbulan-bulan bahkan hampir setahun ini.”

“Aku bisa mengerti. Hampir setahun Dewi pergi dari rumah. Tapi kita sudah berusaha, nyatanya belum mendapatkan hasil. Jadi sebaiknya kita pasrah saja, walau harapan akan kembalinya Dewi nanti tetap masih ada.”

“Iya, saya juga berharap demikian. Semoga dia ingat bahwa ada orang tuanya yang sangat kehilangan dan merindukan dia.”

“Benar, jadi perlahan-lahan, kamu harus bisa menerima semua ini.”

Saraswati mengangguk.

“Kangmas, sebenarnya saya ingin mengatakan sesuatu.”

Tiba-tiba terdengar suara bayi menangis dari kejauhan.

“Kok ada suara bayi? Benar bayi, atau kuntilanak?”

“Kangmas ada-ada saja, mana mungkin di siang bolong begini ada kuntilanak?”

“Nyatanya aku mendengar suara aneh, seperti suara bayi. Nah sudah tidak ada, mungkin sudah disusukan ibunya.”

“Kangmas, itu yang sebenarnya ingin saya katakan.”

“Apa itu?”

“Apa Kangmas tahu, bahwa saya punya abdi baru yang betugas membantu mbok Manis?”

“Kamu punya pembantu baru?”

“Iya Kangmas. Dia punya anak yang masih bayi.”

“O, suara bayi menangis itu tadi benar suara bayi? Anak pembantu baru itu?”

“Iya. Saya ingin mengatakan sesuatu pada kangmas.”

“Ada apa?”

“Bolehkah bayi itu saya ambil sebagai anak angkat?”

“Kamu? Untuk apa mengambil anak angkat yang masih bayi? Bukankah itu akan sangat menyusahkan?”

”Biar ibunya yang merawat, tapi dia akan tetap menjadi anak saya.”

“Kamu itu seperti kurang pekerjaan saja. Memelihara bayi itu tidak mudah. Dulu saja ketika Dewi masih bayi, kamu sudah kewalahan mengasuhnya. Mengapa juga sekarang ingin melakukannya lagi?”

“Tidak apa-apa Kangmas, anggap saja saya menemukan anak sebagai pengganti Dewi.”

“Kamu benar-benar menginginkannya?”

“Iya. Ijinkan ya Kangmas, saya ingin sekali punya anak, meskipun ini bukan saya yang melahirkannya. Anaknya bersih kulitnya, dan sangat tampan. Dia akan menjadi putra kangmas yang membanggakan.”

“Baiklah, terserah kamu saja. Lakukan yang kamu suka, asalkan kamu tidak terus-terusan bersedih.”

“Terima kasih Kangmas, dia akan menjadi pengganti Dewi, walaupun dia seorang laki-laki.”

Den Mas Adisoma mengangguk sambil tersenyum, lalu berdiri dan berlalu meninggalkan ruang makan.

“Aku pergi diajeng, mungkin nanti sampai malam. Ada pertemuan penting dengan pejabat-pejabat istana,” katanya sambil berlalu.

Saraswati hanya mengangguk tanpa sadar bahwa sang suami tidak melihat anggukannya itu karena berlalu dengan begitu cepat.

Den ayu Saraswati tersenyum senang. Mbok Manis yang bersimpuh tak jauh darinya menatap majikannya dengan pandangan tak mengerti.

“Mohon ampun Den Ayu, apa benar Den Ayu bersungguh-sungguh ingin mengangkat bayi itu sebagai putra Den Ayu?”

“Iya Mbok, aku ingin sekali, biar bisa menggantikan Dewi yang entah kapan dia mau kembali kemari. Sudah hampir setahun dia pergi. Eh ya, siapa nama anak itu?”

“Namanya Aryo, Den Ayu. Tapi apakah Den Ayu sudah memikirkannya masak-masak dengan keinginan itu?”

“Iya Mbok, tentu saja. Sekarang panggil Arum kemari, aku ingin bicara. Semoga dia tidak keberatan anaknya menjadi anakku.”

***

Arum tampak tertunduk mendengar permintaan Saraswati. Ada rasa berat ketika anak yang dilahirkannya akan menjadi milik orang lain.

“Arum, meskipun Aryo akan menjadi anakku, tapi kamu tetap akan mengasuhnya sampai dia besar nanti. Kamu akan tetap ada di sini dan tidak akan kehilangan dia. Hanya saja kamu bukan lagi ibunya, tapi pengasuhnya.”

“Benarkah saya tetap akan bisa bersamanya?”

“Dia akan memanggilku ‘ibu’ dan memanggilmu dengan sebutan ‘bibi’. Kamu tidak akan kehilangan dia, Arum.”

“Baiklah Den Ayu, saya bersedia menyerahkan anak saya, asalkan saya bisa tetap berdekatan dengan dia.”

“Terima kasih Arum. Sekarang bawa kemari anak itu, aku ingin menggendongnya.”

“Baik.”

Arum segera berlalu untuk mengambil anaknya. Dia butuh perlindungan dan harus melanjutkan hidupnya, itu sebabnya tak ada pilihan baginya untuk tidak memenuhi permintaan bendoro yang sudah mengangkatnya dari jurang kemiskinan. Dan sekarang sang bendoro juga akan mengangkat derajat sang anak.

Mbok Manis masih bersimpuh di dekatnya.

“Mbok, nanti kamu suruhan orang untuk mengambil box bayi bekas Dewi dulu, bersihkan. Juga kamu suruhan orang untuk mengambil baju-baju bayi bekas Dewi, cuci bersih dan siapkan di kamarku. Mulai besok Aryo akan tidur di dekatku,” perintah Saraswati kepada mbok Manis.

“Baiklah, Den Ayu.”

***

Mbok Manis sedang mengajari Arum memasak kesukaan sang bendoro. Sambil meracik bumbu, ia melihat Arum sering termenung.

“Kalau memasak jangan sambil melamun, nanti masakan kamu gosong,” tegur mbok Manis.

“Eh, iya Mbok.”

“Kamu sedih memikirkan anakmu yang sudah menjadi putra mahkota di rumah ini?”

“Sebenarnya tidak sedih Mbok, aku senang anakku hidup lebih mulia.”

“Tapi setiap hari aku melihat wajahmu murung.”

Arum tampak menghela napas. Sesungguhnya ia teringat pada seseorang yang telah terlanjur dicintainya, lalu membuatnya mengandung tanpa ikatan, lalu pergi begitu saja. Kalau dia tahu anak kandungnya sudah menjadi milik orang lain, apa yang akan dikatakannya?

“Saya tidak memikirkan den Aryo Mbok, tapi memikirkan bapaknya den Aryo.”

“Sebenarnya dia pergi ke mana?”

“Saya tidak tahu Mbok. Dia pergi begitu saja begitu tahu saya hamil.”

“Kalian menikah, lalu dia pergi begitu saja?”

”Tidak. Dia tiba-tiba saja muncul, lalu mengatakan cinta pada saya, dan kami saling mencintai. Saya minta dia menikahi saya, tapi dia mengulur-ulur waktu. Ketika saya mengatakan bahwa saya hamil, dia malah pergi entah ke mana, sampai saya hidup terlunta-lunta karena diusir orang tua. Aryo lahir dalam kesengsaraan, lalu saya mendengar tentang istana kecil ini, dan den ayu Saraswati yang baik hati, jadi saya memberanikan diri untuk datang kemari.”

“Sebenarnya dia laki-laki dari mana?”

“Katanya dia seorang pegawai tinggi sebuah perusahaan yang sedang melihat suasana desa saya, untuk mengembangkan usahanya. Saya tergiur pemberiannya yang berlimpah.”

Arum mengusap air matanya.

“Ya sudah, mengapa kamu menangisi laki-laki tak bertanggung jawab itu? Dia tidak pantas dicintai. Sayang kamu buang air matamu.”

“Iya, benar. Tapi sesungguhnya saya masih sangat mencintainya.”

“Mencintai karena dia sangat royal dalam memberi banyak uang dan kesenangan?”

“Dia sangat baik.”

“Bohong. Kalau dia baik dia tak akan pergi meninggalkan perempuan yang sudah dinodai olehnya.”

“Iya sih. Tapi ini kesalahan saya juga, saya tidak bisa menjaga kesucian saya. Apa ya yang akan dikatakannya kalau sampai dia tahu bahwa anak kandungnya telah menjadi milik orang lain?”

“Kamu itu aneh. Kamu hamil saja dia tidak peduli, bagaimana mungkin dia peduli pada anaknya yang diambil orang atau tetap kamu rawat?”

“Iya sih.”

“Ya sudah, tidak ada gunanya. Hidup kamu sudah enak. Bisa dibilang mukti wibawa. Meskipun kamu menjadi abdi tapi anakmu menjadi orang mulia. Untuk apa memikirkan laki-laki yang tidak bertanggung jawab?”

“Iya Mbok.”

“Sudah, itu sayurannya dientas dulu, jangan sampai terlalu empuk, den ayu tidak suka.”

***

Sinah sedang termenung di depan rumah pak Sawal, ketika tiba-tiba Mbok Manis yang dari pasar menghampirinya.

Sinah memang sudah mengabari simboknya kalau dia bekerja di rumah pak Sawal. Jadi dia sering mampir kalau sedang ke pasar sendiri.

“Simbok dari belanja?”

“Iya, itu belanjaan simbok sebecak penuh,” katanya sambil menunjuk ke arah becak yang berisi belanjaannya.

“Ada bandeng presto Mbok, pengin sekali makan bandeng presto, lalu digoreng sama telur.”

“Ada, nanti aku beri satu saja, telurnya sudah ada?”

“Masih ada. Kemarin aku beli.”

“Kamu itu bekerja kok enak-enak, pagi-pagi duduk di depan rumah. Seperti yang punya rumah saja,” katanya sambil mengambil bungkusan bandeng presto di becak, lalu diberikannya pada Sinah.

“Yang punya rumah kan camer sih mbok.”

“Camer itu apa?”

“Camer itu calon mertua.”

“Eh, sembarangan.”

“Emang iya. Bu Karti suka banget sama Sinah, sehingga Sinah mau diambil jadi menantu,” katanya sok yakin.

“Ya sudah, kamu baik-baik ya. Kalau ada waktu kamu kenalkan simbok dengan calon mertua atau calon suami kamu itu.”

“Calon mertua sedang belanja ke pasar, kalau calon menantu sedang kuliah di Jogya.”

“Owalah, calonmu itu anak sekolahan?”

“Iya lah Mbok, Sinah … gitu lhoh.”

“Ya sudah, simbok pergi dulu, nanti masaknya kesiangan.”

***

Siang hari itu ketika den mas Adi soma sedang duduk di kursi makan, dilihatnya sang istri sedang memangku anak angkatnya. Bayi berumur dua bulanan itu tampak terlelap dalam dekapan ibu angkatnya. Den mas Adisoma tersenyum melihat istrinya tampak bahagia.

Ia juga kagum pada wajah tampan anak angkat itu, yang menurutnya memang pantas menjadi putra darah bangsawan. Kulitnya tampak putih bercahaya, senyuman dalam tidur itu begitu menawan.

“Mbok, panggil Arum, biar Aryo digendong sebentar, sementara aku melayani kangmas makan.”

“Tadi sudah saya suruh kemari ketika saya menata dahar di meja. Sebentar, saya panggil lagi…. oh, itu dia,” kata mbok Manis.

“Sini Rum, bawa dulu den Aryo, den ayu mau dahar juga.”

Arum maju, sekilas den mas Adisoma melirik ke arah gadis yang mengulurkan tangannya untuk menggendong den Aryo.

Tiba-tiba sendok yang dipegang den Adisoma meluncur begitu saja ke lantai, menimbulkan denting nyaring.

***

Besok lagi ya.

48 comments:

  1. Alhamdulillah....
    Cintaku Jauh di Pulau Seberang 10, sudah hadir ...
    Matur nuwun....

    ReplyDelete
  2. Terima kasih Bunda, cerbung Cintaku Jauh Di Pulau Seberang 10..sdh tayang.
    Sehat selalu dan tetap semangat nggeh Bunda Tien.
    Sehat wal Afiat juga kagem Pakdhe Tom.
    Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Pak Munthoni

      Delete
  3. Matur suwun Bu Tien salam sehat utk semua keluarga di Solo.🙏🙏

    ReplyDelete
  4. Alhamdulillah, matur nuwun mbakyu Tienkumalasari sayang, episode teranyar telah tayang, salam sehat sll dan pak Tom juga cepat sembuh dan kembali bisa dahar yg banyak. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Jeng Sis

      Delete
  5. Suwun Bu Tien, CJDPS dah tayang …🤝👍

    Mugi Ibu sak kulo Wongso Agengipun tansah Bagyo Mulyo, Rahayu nir ing Sambikolo

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Mbah Wi

      Delete
  6. Matur nuwun mbak Tien-ku Cintaku Jauh Di Pulau Seberang sudah tayang

    ReplyDelete
  7. Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Ibu Anik

      Delete
  8. Alhamdulillah, matur nuwun bunda Tien.
    Salam sehat dan bahagia bersama keluarga.
    Pak Tom semangat makan njih .... lekas sembuh, ayo gabung JF-6, aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Ibu Ermi

      Delete
  9. Nah lho...mungkin den mas Adi Soma, ketahuan belang nya, karena suka keluar malam, mencari kesenangan. Ini dia daun muda nya...berada di depan mata...😁😁

    ReplyDelete
  10. Alhamdulillah
    Terima kasih bunda CJDS 10 sudah tayang
    Semoga bunda dan pak Tom Widayat sehat walafiat bahagia selalu dalam lindungan Alloh SWT . Aamiin YRA

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Ibu Endah

      Delete
  11. Mks bun akhirnya yg saya tunggu"sdh tayang....selamat malam bun sehat" ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Ibu Supriyati

      Delete
  12. Nah ...kamu ketahuan ...☺️
    Alhamdulillah
    Syukron nggih Mbak Tien ❤️🌹🌹🌹🌹🌹

    ReplyDelete
  13. Alhamdulillah.Maturnuwun Cerbung " Cintaku Jauh di Pulau Seberang 10 "
    🌷🌹 🙏🙏🙏Semoga Bunda dan Pak Tom Widayat selalu sehat wal afiat .Aamiin 🤲🤲🤲🙏

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Pak Herry..

      Delete
  14. Apakah itu ayah Aryo......😁
    Perang Baratayudha segera dimulai...

    Matur nuwun Bu Tien, sehat wal'afiat ya, 🙏🤗🥰💖

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Ibu Ika

      Delete
  15. 🌸🪷🌸🪷🌸🪷🌸🪷
    Alhamdulillah 🙏💝
    Cerbung CJDPS_10
    sampun tayang.
    Matur nuwun Bu, doaku
    semoga Bu Tien & kelg
    selalu sehat, tetap
    smangats berkarya &
    dlm lindungan Allah SWT.
    Aamiin.Salam aduhai 💐🦋
    🌸🪷🌸🪷🌸🪷🌸🪷

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Jeng Sari

      Delete
  16. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
    Maturnuwun. Pak Djodhi

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillaah Cintaku Jauh Di Pulau Seberang- 10 sdh hadir
    Terima kasih Bunda Tien.
    semoga sehat selalu
    Aamiin Yaa Robbwl' Aalaamiin🤲

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun ibu Ting

      Delete
  18. Terimakasih bunda Tien, CJDPS ke 10 sdh
    tayang , salam sehat selalu bunda Tien dan keluarga😍🥰

    ReplyDelete
  19. Ayah Ario itu Kang Mas kah?
    Terimakasih Mbak Tien...

    ReplyDelete
  20. Aryo kayaknya anak denmas Adisoma sama Arum.

    ReplyDelete
  21. Matur nuwun Bu Tien, semoga tetap sehat wal'afiat dan Pak Tom semakin sehat....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Ibu Reni

      Delete
  22. Alhamdulilah, maturnuwun bu Tien " Cintaku Jauh di Pulau Seberang eps 10 " sampun tayang, Semoga bu Tien dan Pak Tom bertambah sehat, bertambah segar ceria, bahagia dan dlm lindungan Allah SWT aamiin yra 🤲🤲

    Salam hangat dan aduhai aduhai bun 🩷🩷

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Yaa Robbal'alamiin
      Maturnuwun. Ibu Sri
      Aduhai 2x

      Delete
  23. Alhamduullilah..slmt pgii bunda..terima ksih cerbung CJPS nya..slm sehat sll unk bunda dan pak Tom..tetap semangat Aduhai🙏🥰🌹❤️

    ReplyDelete

CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG 27

  CINTAKU JAUH DI PULAU SEBERANG  27 (Tien Kumalasari)   Saraswati terbelalak menatap bocah kecil yang merangkul leher Adisoma erat. Mata be...